بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
134
Persamaan Umat
Islam dengan Golongan Ahlikitab Mengenai Soal “Ruh” & Makna Lain "Pencabutan Ruh"
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai makna dīn dalam
ayat وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ
الۡقَیِّمَۃِ -- “dan
itulah agama yang lurus”, berarti:
ketaatan; penguasaan; perintah; rencana; ketakwaan; kebiasaan atau adat;
perilaku atau tindak-tanduk (Lexicon
Lane), firman-Nya:
وَ مَا تَفَرَّقَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ
بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ
الۡبَیِّنَۃُ ؕ﴿﴾وَ مَاۤ
اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوا
اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۙ
حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ
یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾
Dan orang-orang
yang diberi Kitab tidak
berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka bukti yang
nyata. Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus, serta mendirikan shalat dan membayar
zakat, dan itulah agama yang lurus.
(Al-Bayyinah
[98]:5-6).
Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.
Sebagai “Bayyinah” (Bukti yang Nyata)
Tugas suci yang sangat berat tersebut hanya mungkin dilaksanakan oleh Bayyinah (Rasul Allah) yaitu Nabi
Besar Muhammad saw. -- termasuk di Akhir
Zaman ini -- melalui pengutusan
beliau saw. yang kedua kali
(QS.62:3-5) di kalangan ākharīna
minhum (kaum lain di antara mereka) yaitu dalam wujud
Rasul Akhir Zaman, guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10), setelah umat Islam mengalami masa kemunduran dan keterpecah-belahan
selama 1000 tahun -- sejak mengalami
masa kejayaan yang pertama selama 3
abad -- firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ
اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia
mengatur perintah dari langit sampai bumi,
kemudian perintah itu akan naik
kepada-Nya dalam satu hari, yang
hitungan lamanya seribu tahun dari
apa yang kamu hitung. (As-Sajdah [32]:6).
Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan
akan menimpa Islam -- tepatnya menimpa umat Islam -- dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu
masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya. Nabi Besar
Muhammad saw. diriwayatkan
pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup,
kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari,
Kitab-usy-Syahadat).
Islam mulai mundur sesudah 3 abad
pertama masa keunggulan dan keme-nangan yang tiada henti-hentinya.
Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya ber-langsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah , telah diisyaratkan
dengan kata-kata: ثُمَّ یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ
فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ -- “Kemudian perintah itu akan naik
kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
Mengenai kejayaan
umat Islam yang pertama selama 3 abad tersebut, Allah
Swt. berfirman sehubungan dengan pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yang pertama di kalangan bangsa
Arab jahiliyah:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata (Al-Jumu’ah [62]:3).
Dalam
ayat selanjutnya yang diawali dengan wau athaf yang
mengisyaratkan pengulangan -- وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- Allah Swt. mengisyaratkan mengenai kejayaan
Islam yang kedua kali melalui pengutusan kedua kali “Bayyinnah” (bukti yang nyata) yakni Nabi Besar Muhammad saw. secara
ruhani melalui Rasul Akhir Zaman,
setelah umat Islam mengalami masa kemunduran selama 1000 tahun
(QS.32:6), firman-Nya:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا
یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dan juga Dia
akan membangkitkannya pada kaum lain
dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.(Al-Jumu’ah
[62]:4).
Merupakan Karunia Allah
Swt. kepada Umat Islam &
Pertanyaan Masalah “Ruh”
Menurut Allah Swt. pengutusan Rasul Akhir Zaman -- yang pada
hakikatnya merupakan pengutusan
kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. -- semata-mata merupakan karunia besar Allah Swt. kepada umat Islam, firman-Nya:
ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:5).
Mengisyaratkan kepada karunia besar Allah Swt. kepada umat Islam – berupa pengutusan Rasul Akhir Zaman -- itu pulalah Allah
Swt. dalam ayat QS.17:88 telah menyebutnya sebagai rahmat dari-Nya: اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنۡ رَّبِّکَ -- “kecuali rahmat
dari Rabb (Tuhan) engkau” sehubungan dengan pertanyaan kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai masalah ruh, firman-Nya:
وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh, katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan kamu sama sekali tidak
diberi ilmu mengenai itu melainkan
sedikit.” (Bani Israil [17]:86).
Dalam
masa kemunduran dan kejatuhan ruhani mereka, nampaknya orang-orang Yahudi asyik berkecimpung
dalam kebiasaan-kebiasaan ilmu klenik
(occult), seperti halnya banyak ahli kebatinan modern, para pengikut gerakan teosofi dan yogi-yogi
Hindu di masa ini -- termasuk juga di kalangan umumnya umat
Islam di Akhir Zaman ini, yang menganut thariqah-thariqah
para sufi tertentu.
Di masa Nabi Besar Muhammad saw. pun beberapa orang
Yahudi di Medinah telah menempuh cara-cara kebiasaan semacam itu. Itulah sebabnya mengapa ketika orang-orang musyrik Mekkah mencari
bantuan orang-orang Yahudi untuk membungkam Nabi Besar Muhammad
saw., mereka memberi saran supaya orang-orang
musyrik Mekkah itu menanyakan
kepada beliau saw. hakikat ruh manusia.
Dalam ayat yang sedang dibahas
ini Al-Quran menjawab pertanyaan mereka melalui Nabi Besar
Muhammad saw. dengan mengatakan قُلِ الرُّوۡحُ
مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ -- “katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas
perintah Rabb-ku (Tuhan-ku)”,
yaitu bahwa ruh memperoleh daya
kekuatannya dari perintah Ilahi,
dan apa pun yang menurut kepercayaan
orang dapat diperoleh dengan perantaraan apa yang dikatakan latihan-latihan batin dan ilmu sihir, adalah semata-mata tipuan dan omong-kosong belaka, itulah makna ayat selanjutnya وَ مَاۤ اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِیۡلًا -- “dan kamu
sama sekali tidak diberi ilmu mengenai
itu melainkan sedikit.”
Menurut riwayat lain, pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat ruh manusia pertama-tama diajukan kepada
Nabi Besar Muhammad saw. di kota Mekkah oleh orang-orang Quraisy dan kemudian menurut
‘Abdullah bin Mas’ud r.a. ditanyakan juga oleh orang-orang Yahudi di Medinah, tetapi “pertanyaan” mereka itu bukan dalam
rangka mencari ilmu pengetahuan yang
hakiki tentang masalah ruh manusia
melainkan untuk membungkam dakwah Tauhid
Ilahi Nabi Besar Muhammad saw..
Dua Macam Cara Allah
Swt. Menciptakan
Dalam ayat tersebut ruh
disebut sesuatu yang diciptakan atas perintah
langsung dari Allah Swt.: قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ -- “katakanlah:
“Ruh telah diciptakan atas perintah Rabb-ku (Tuhan-ku).”
Menurut Al-Quran, semua penciptaan
terdiri dari dua jenis:
(1) Kejadian permulaan yang dilaksanakan tanpa mempergunakan zat atau benda yang telah
diciptakan sebelumnya.
(2) Kejadian selanjutnya yang dilaksanakan dengan mempergunakan sarana dan benda yang
telah diciptakan sebelumnya.
Kejadian (penciptaan) macam
pertama termasuk jenis amr (arti harfiahnya ialah perintah) -- “kun fayakun” (Jadilah, maka terjadilah - QS.2:118), dan yang kedu disebut khalq (arti harfiahnya ialah menciptakan). Ruh manusia termasuk jenis penciptaan pertama yaitu amr
(perintah).
Kata ruh itu pun berarti wahyu
Ilahi (Lexicon Lane). Letaknya
kata ini dalam ayat قُلِ الرُّوۡحُ
مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ -- “katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas
perintah Rabb-ku (Tuhan-ku)” mendukung arti demikian. Sehubungan
dengan arti lain ruh tersebut, Allah Swt.
mengemukakan 3 cara
Dia berkomunikasi
dengan manusia, firman-Nya:
وَ مَا کَانَ لِبَشَرٍ اَنۡ
یُّکَلِّمَہُ اللّٰہُ اِلَّا وَحۡیًا اَوۡ
مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ اَوۡ یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا فَیُوۡحِیَ بِاِذۡنِہٖ مَا
یَشَآءُ ؕ اِنَّہٗ عَلِیٌّ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan sekali-kali tidak mungkin bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali
dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang
Dia kehendaki, sesungguh-nya, Dia
Maha Tinggi, Maha Bijaksana.
(Asy-Syurā [42]:52).
Ayat
ini menyebut tiga cara Allah Swt.
berbicara kepada hamba-Nya
dan menampakkan Wujud-Nya kepada
mereka:
(a) Dia berfirman secara langsung
kepada mereka tanpa perantara dengan perantaraan وَحۡیًا (wahyu).
(b) Dia membuat mereka menyaksikan kasyaf (penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu
mereka tidak melihat wujud yang
berbicara kepada mereka. Inilah arti kata-kata مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ -- "dari belakang
tabir,"
(c) Allah menurunkan seorang utusan atau seorang malaikat yang menyampaikan Amanat
Ilahi یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا
فَیُوۡحِیَ بِاِذۡنِہٖ مَا یَشَآءُ -- “mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang
Dia kehendaki.”
Wahyu Al-Quran Disebut Ruh
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman tentang pewahyuan
Al-Quran yang diwahyukan secara
bertahap dalam jangka waktu 23 tahun kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ کَذٰلِکَ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا ؕ مَا
کُنۡتَ تَدۡرِیۡ مَا الۡکِتٰبُ وَ لَا
الۡاِیۡمَانُ وَ لٰکِنۡ جَعَلۡنٰہُ
نُوۡرًا نَّہۡدِیۡ بِہٖ مَنۡ
نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَا ؕ وَ اِنَّکَ
لَتَہۡدِیۡۤ اِلٰی صِرَاطٍ
مُّسۡتَقِیۡمٍ﴿ۙ﴾
Dan demikianlah Kami telah mewahyukan kepada engkau firman
ini dengan perintah Kami. Engkau sekali-kali tidak mengetahui apa Kitab itu, dan tidak pula apa iman itu, tetapi Kami
telah menjadikan wahyu itu nur,
yang dengan itu Kami memberi petunjuk
kepada siapa yang Kami kehendaki
dari antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya engkau benar-benar memberi
petunjuk ke jalan lurus, (Asy-Syurā
[42]:53).
Dalam ayat tersebut Allah Swt. menyebut firman-Nya atau wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. رُوۡحًا (ruh), dengan demikian jelaslah bahwa kata ruh tidak hanya berarti ruh manusia saja tetapi wahyu
Ilahi pun disebut pula ruh (رُوۡحًا),
sebab sebagaimana halnya dari segi
jasmani dengan keberadaan ruh
itulah maka manusia secara jasmani
dapat hidup, demikian pula dari segi ruhani
pun manusia akan dapat hidup hanya melalui
wahyu Ilahi, bukan dengan cara menempuh olah bathin
hasil usaha dan rekayasa manusia melalui
latihan-latihan kebatinan tertentu
atau melalui ilmu sihir atau ilmu klenik
(occultisme).
Dalam ayat itu selanjutnya Allah Swt. menjelaskan bahwa sebelum Nabi Besar Muhammad saw.
menerima wahyu Ilahi beliau saw. sama
sekali tidak mengetahui mengenai Kitab
(Kitab suci) mau pun iman karena
beliau saw. adalah seorang ummiy
(butahuruf): مَا کُنۡتَ تَدۡرِیۡ
مَا الۡکِتٰبُ وَ لَا الۡاِیۡمَانُ -- “Engkau sekali-kali tidak mengetahui apa Kitab itu, dan tidak pula apa iman itu.”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai manfaat besar keberadaan dan langsungan wahyu Ilahi sebagai “ruh” yang menghidupkan ruhani manusia وَ لٰکِنۡ
جَعَلۡنٰہُ نُوۡرًا نَّہۡدِیۡ بِہٖ مَنۡ نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَا -- “akan tetapi Kami telah menjadikan wahyu itu nur, yang dengan itu Kami
memberi petunjuk kepada siapa yang
Kami kehendaki dari antara hamba-hamba
Kami.”
Nabi Besar Muhammad Saw. Pemberi Petunjuk yang Paling Sempurna
Akibat dari menerima wahyu Ilahi berupa wahyu-wahyu
Al-Quran tersebut, Nabi Besar
Muhammad saw. yang sebelumnya adalah seorang ummiy (butahurif) kemudian menjadi seorang “pemberi petunjuk terbesar dan tersempurna” bagi umat
manusia, firman-Nya: وَ اِنَّکَ
لَتَہۡدِیۡۤ اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ -- “Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lurus.” Selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
صِرَاطِ اللّٰہِ الَّذِیۡ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ
ؕ اَلَاۤ اِلَی اللّٰہِ تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ ﴿٪﴾
Jalan Allah Yang milik-Nya
apa yang ada di seluruh langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah, kepada Allah segala perkara kembali.
(Asy-Syurā [42]:54).
Menurut
Allah Swt. bahwa Islam atau Al-Quran adalah kehidupan, nur, dan jalan lurus yang membawa manusia yang menempuhnya kepada Allah Swt.
dan menyadarkan manusia akan tujuan agung dan luhur kejadiannya, yakni untuk beribadah
kepada Allah Swt. (QS.51:57).
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman ؕ اَلَاۤ
اِلَی اللّٰہِ تَصِیۡرُ
الۡاُمُوۡرُ - “kepada
Allah segala perkara kembali”, yakni permulaan dan akhir segala sesuatu
terletak di tangan Allah Swt.,
termasuk cara menghidupkan akhlak dan
ruhani umat manusia atau umat beragama jika secara ruhani telah mengalami kematian pun sepenuhnya merupakan wewenang
Allah Swt., firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا
نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا
الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ
الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا
اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ
الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang
beriman, bahwa hati mereka tunduk
untuk mengingat Allah dan mengingat kebenaran
yang telah turun kepada mereka, dan mereka
tidak menjadi seperti orang-orang yang
diberi kitab sebelumnya, maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya.
Sungguh Kami telah menjelaskan
Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu
mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Pendek kata, melalui diwahyukan-Nya Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. maka bangsa
Arab jahiliyah -- yang sejak dari zaman Nabi Ibrahim a.s. dan
Nabi Isma’il a.s. tidak pernah menerima siraman hujan ruhani dari langit berupa wahyu
Ilahi, sehingga mereka disebut berada dalam “kesesatan yang nyata” – hanya dalam waktu 23 tahun saja berubah menjadi “manusia-manusia malaikat” dan menjadi “guru-guru dunia” dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ruhani dan duniawi,
firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya
kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar