بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
141
Perbantahan
Pada “Hari Penghakiman” Allah Swt. antara Para
“Penyembah” dengan “Sembahan”
Mereka
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada
akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai gambaran
kengerian lainnya yang sama dengan gambaran
kengerian dan kepanikan hebat dalam
QS.70:7-19, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ
اتَّقُوۡا رَبَّکُمۡ ۚ اِنَّ زَلۡزَلَۃَ السَّاعَۃِ شَیۡءٌ
عَظِیۡمٌ ﴿﴾ یَوۡمَ
تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ
مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَ تَضَعُ
کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا وَ تَرَی
النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ بِسُکٰرٰی وَ لٰکِنَّ عَذَابَ
اللّٰہِ شَدِیۡدٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah,
Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai manusia,
bertakwalah kepada Rabb (Tuhan) kamu, sesungguhnya kegoncangan
Saat itu sesuatu yang sangat dahsyat. Pada hari
ketika engkau melihatnya, setiap perempuan
yang menyusui akan lupa kepada yang disusuinya dan setiap perempuan yang
mengandung akan menggugurkan
kandungannya, dan engkau akan
melihat manusia mabuk, padahal mereka
itu tidak mabuk tetapi azab Allah sungguh sangat keras. (Al-Hājj
[22]:1-3.
Makna “As-Sā’ah” (Kiamat) dan Kedahsyatan Peristiwanya
As-Sā’at (saat), atau
al-Qiyāmat dalam ayat اِنَّ زَلۡزَلَۃَ السَّاعَۃِ شَیۡءٌ عَظِیۡمٌ -- “sesungguhnya kegoncangan Saat itu sesuatu yang sangat dahsyat” dipergunakan dalam 3 pengertian: (a)
Kematian seorang pribadi yang besar dan ternama (assā’at ashshughra); (b)
suatu bencana nasional (assā’at alwustha); (c) Hari Peradilan (assā’at
alkubra).
Kata As-Sā’at (saat) itu telah dipergunakan dalam Al-Quran dengan
kedua pengertian yang disebut terakhir. Letaknya menunjukkan bahwa di sini kata
itu dipergunakan dalam pengertian bencana
nasional yang menggoncangkan sendi-sendi kekuatan suatu kaum yang mendustakan dan menentang Rasul Allah yang diutus kepada mereka.
Kata As-Sā’at
(saat) itu dapat pula menunjuk secara
khusus kepada nasib yang ketika itu
sedang mengancam orang-orang Arab, ketika Mekkah
-- benteng kekuasaan politik mereka -- akan
jatuh serta kekuasaan politik dan sistem kemasyarakatan mereka akan patah dan ambruk; atau kata As-Sā’at (saat) itu dapat menunjuk kepada suatu bencana amat dahsyat yang akan menimpa
umat manusia berupa perang dunia, dan
sebagai akibatnya akan mendatangkan perubahan-perubahan
yang amat dahsyat.
Ayat 3 jika
dibaca bersama-sama dengan QS.2:213, memberikan lagi dukungan kepada kesimpulan
bahwa kata-kata assā’at atau yaumalqiyāmah yang dipergunakan
dalam Al-Quran pada umumnya menunjuk kepada suatu bencana nasional besar
yang menimpa suatu kaum seluruhnya.
Ayat
ini telah memakai 3 perumpamaan atau tamsil
untuk menyatakan sangat kerasnya “gempa
bumi Saat itu” yang disebut dalam ayat sebelumnyam, yaitu (1) Tidak ada
yang lebih dicintai oleh seorang ibu selain bayi yang ia susui, dan (2) tidak
ada kengerian yang lebih menakutkan akibatnya, selain kengerian yang
membuat seorang perempuan gugur
kandungannya dan (3) membuat kaum laki-laki jadi kalap.
Tiba-tiba Menjadi Orang
yang Sangat Egois
Namun demikian ayat ini
mengatakan, begitu tiba-tiba dan hebatnya kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian
yang amat dahsyat begitu tidak terpikirkan, sehingga kaum
ibu akan meninggalkan bayi-bayi
yang sedang disusuinya serta perempuan-perempuan hamil akan menggugurkan kandungannya dan
orang-orang akan menjadi gila oleh rasa takutnya dan seperti orang mabuk tidak akan menguasai
perbuatannya.
Ada hal yang menakjubkan mengenai sikap manusia pada saat menghadapi peristiwa yang sangat mengerikan -- yang disebut “Kiamat” – yaitu ia
hanya memikirkan dan mengupayakan
keselamatan dirinya sendiri,
sekali pun dengan cara mengorbankan semua orang yang dicintainya – termasuk mengorbankan semua manusia lainnya
-- firman-Nya:
وَ لَا یَسۡـَٔلُ حَمِیۡمٌ
حَمِیۡمًا ﴿ۚۖ﴾ یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ
ؕ یَوَدُّ الۡمُجۡرِمُ لَوۡ یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ
بِبَنِیۡہِ﴿ۙ﴾ وَ صَاحِبَتِہٖ وَ
اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ فَصِیۡلَتِہِ
الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾
Dan tidak akan bertanya sahabat karib kepada sahabat karib lainnya. Hari
itu akan diperlihatkan dengan jelas
kepada mereka. Orang berdosa ingin seandainya dia
dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya serta saudaranya, dan kaum
kerabatnya yang melindunginya. Dan bahkan dengan semua orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya.
(Al-Ma’arīj [70]:11-15).
Jadi, betapa orang-orang kafir yang menentang Allah
Swt. dan Rasul-Nya tersebut tiba-tiba
menjadi orang-orang yang sangat egois ketika azab
Ilahi yang sebelumnya diperingatkan oleh Rasul
Allah kepada mereka itu benar-benar terjadi.
Semua bentuk kecintaan dan hubungan duniawi di antara mereka sama
sekali mereka putuskan.
Bahkan, tiba-tiba
saja ketika itu mereka menjadi orang
yang “berserah diri” dengan tulus-ikhlas kepada Allah Swt., berikut firman-Nya
mengenai para penentang Rasul Allah:
قَدۡ مَکَرَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَاَتَی اللّٰہُ بُنۡیَانَہُمۡ
مِّنَ الۡقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَیۡہِمُ السَّقۡفُ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ وَ اَتٰىہُمُ
الۡعَذَابُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَشۡعُرُوۡنَ
﴿﴾ ثُمَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یُخۡزِیۡہِمۡ وَ یَقُوۡلُ
اَیۡنَ شُرَکَآءِیَ الَّذِیۡنَ
کُنۡتُمۡ تُشَآقُّوۡنَ فِیۡہِمۡ ؕ
قَالَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ
اِنَّ الۡخِزۡیَ الۡیَوۡمَ وَ
السُّوۡٓءَ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿ۙ﴾
Sungguh orang-orang yang sebelum mereka telah
membuat makar lalu Allah
mendatangi landasan-landasan bangunannya maka atap
dari atas mereka runtuh menimpa mereka, dan kepada mereka datang azab dari arah yang tidak mereka ketahui. Kemudian pada
Hari Kiamat Dia akan menghinakan mereka dan Dia akan berfirman: ”Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu yang
senantiasa kamu gunakan untuk
menentang rasul-rasul-Ku?” Orang-orang yang telah diberi ilmu akan berkata: “Sesungguhnya ini hari kehinaan dan musibah atas orang-orang
kafir.” (An-Nahl [16]:27-28).
Bukanlah kehancuran
biasa yang melanda penentang para nabi Allah yang terdahulu itu. Mereka dibinasakan dari dahan
sampai ke akar-akarnya. Landasan gedung-gedung yang telah mereka bangun itu sendiri, dan tembok-tembok serta atap-atapnya runtuh menimpa mereka, dengan perkataan lain, baik pemimpin-pemimpinnya maupun pengikut-pengikut
mereka tidak ada yang selamat.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai penyerahan
diri mereka pada Hari pembalasan atau
Hari penghakiman tersebut:
الَّذِیۡنَ تَتَوَفّٰىہُمُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ ظَالِمِیۡۤ اَنۡفُسِہِمۡ ۪
فَاَلۡقَوُا السَّلَمَ مَا کُنَّا نَعۡمَلُ مِنۡ سُوۡٓءٍ ؕ بَلٰۤی اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ فَادۡخُلُوۡۤا اَبۡوَابَ
جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ فَلَبِئۡسَ مَثۡوَی الۡمُتَکَبِّرِیۡنَ ﴿﴾
Orang-orang yang para malaikat mewafatkannya sedangkan mereka berlaku zalim terhadap dirinya, maka mereka akan berserah diri sambil berkata: “Kami sama sekali tidak pernah berbuat keburukan apa pun.” Akan dikatakan kepada mereka: “Tidak benar, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang dahulu
senantiasa kamu kerjakan. Maka
masukilah pintu-pintu Jahannam, kamu
kekal di dalamnya, maka benar-benar sangat buruk tempat tinggal orang-orang
takabur.” (An-Nahl [16]:29-30). Lihat pula QS.16:85-88.
Benarlah firman-Nya berikut ini mengenai sikap “muslim” (berserah diri) manusia ketika
menghadapi bahaya yang mengepung mereka:
اَلَمۡ تَرَ اَنَّ الۡفُلۡکَ تَجۡرِیۡ فِی الۡبَحۡرِ بِنِعۡمَتِ
اللّٰہِ لِیُرِیَکُمۡ مِّنۡ اٰیٰتِہٖ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّکُلِّ
صَبَّارٍ شَکُوۡرٍ ﴿﴾ وَ اِذَا غَشِیَہُمۡ
مَّوۡجٌ کَالظُّلَلِ دَعَوُا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۚ فَلَمَّا
نَجّٰہُمۡ اِلَی الۡبَرِّ فَمِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ؕ وَ مَا یَجۡحَدُ
بِاٰیٰتِنَاۤ اِلَّا کُلُّ
خَتَّارٍ کَفُوۡرٍ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا
النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّکُمۡ وَ اخۡشَوۡا
یَوۡمًا لَّا یَجۡزِیۡ وَالِدٌ عَنۡ
وَّلَدِہٖ ۫ وَ لَا مَوۡلُوۡدٌ ہُوَ جَازٍ عَنۡ وَّالِدِہٖ شَیۡئًا ؕ اِنَّ وَعۡدَ
اللّٰہِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّکُمُ الۡحَیٰوۃُ الدُّنۡیَا ٝ وَ لَا
یَغُرَّنَّکُمۡ بِاللّٰہِ الۡغَرُوۡرُ ﴿﴾
Apakah engkau tidak melihat bahwa bahtera-bahtera
berlayar di lautan dengan nikmat Allah, supaya Dia
memperlihatkan kepada kamu Tanda-tanda-Nya? Sesungguhnya dalam hal itu adalah Tanda-tanda bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur. Dan apabila gelombang meliputi mereka seperti naungan, mereka berseru kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, tetapi
apabila Dia telah menyelamatkan mereka ke daratan maka sebagian
dari mereka menempuh jalan yang benar. Dan tidak ada yang menolak Tanda-tanda Kami melainkan setiap orang yang khianat lagi tidak bersyukur. Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb (Tuhan)
kamu dan takutlah akan Hari ketika seorang ayah tidak dapat menolong anaknya dan tidak pula seorang anak dapat menolong ayahnya sedikitpun.
Sesungguhnya janji Allah itu benar,
maka janganlah sampai ke-hidupan dunia
memperdayakan kamu, dan jangan pula
si penipu itu menipu kamu mengenai Allah. (Luqman
[31]:32-34).
Berlayarnya kapal-kapal di lautan sungguh merupakan anugerah besar dari Allah
swt. Banyak kesejahteraan umat
manusia bergantung pada hal itu. Negeri yang memiliki kekuatan armada laut terbesar, pada umumnya
merupakan negeri terkaya dan paling gagah perkasa di dunia.
Ayat 33 mengisyaratkan kepada ciri khas yang sangat umum
mengenai seorang musyrik. Ia lemah
dalam keimanannya dan sangat percaya
kepada takhayul. Kemalangan kecil
sekalipun sudah cukup menakutkan dan menggelisahkannya, sebab keimanannya
hanya merupakan paduan kepercayaan-kepercayaan
yang dibuat-buat dan menurut kata orang dan takhayul-takhayul.
Itulah makna ayat وَ اِذَا غَشِیَہُمۡ مَّوۡجٌ کَالظُّلَلِ
دَعَوُا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۚ فَلَمَّا نَجّٰہُمۡ اِلَی
الۡبَرِّ فَمِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ؕ -- “Dan
apabila gelombang meliputi mereka
seperti naungan, mereka berseru kepada Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya, tetapi apabila Dia
telah menyelamatkan mereka ke daratan maka
sebagian dari mereka
menempuh jalan yang benar.” Lihat pula
QS.2:49 & 124; QS.10:22-24; QS.17:65-66; QS.31:32-34; QS.82:17-20.
Sedangkan peringatan
Allah Swt. dalam ayat 34 selanjutnya memperkuat
peringatan-Nya dalam Surah Al-Ma’ārij
sebelumnya, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّکُمۡ
وَ اخۡشَوۡا یَوۡمًا لَّا یَجۡزِیۡ
وَالِدٌ عَنۡ وَّلَدِہٖ ۫ وَ لَا مَوۡلُوۡدٌ
ہُوَ جَازٍ عَنۡ وَّالِدِہٖ
شَیۡئًا ؕ اِنَّ وَعۡدَ اللّٰہِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّکُمُ الۡحَیٰوۃُ الدُّنۡیَا
ٝ وَ لَا یَغُرَّنَّکُمۡ بِاللّٰہِ
الۡغَرُوۡرُ ﴿﴾
Hai manusia,
bertakwalah kepada Rabb (Tuhan) kamu dan takutlah akan Hari ketika seorang ayah tidak dapat menolong anaknya dan tidak pula seorang anak dapat menolong ayahnya sedikitpun.
Sesungguhnya janji Allah itu benar,
maka janganlah sampai kehidupan dunia
memperdayakan kamu, dan jangan pula
si penipu itu menipu kamu mengenai Allah. (Luqman
[31]:34).
Firman-Nya:
وَ لَا یَسۡـَٔلُ حَمِیۡمٌ
حَمِیۡمًا ﴿ۚۖ﴾ یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ
ؕ یَوَدُّ الۡمُجۡرِمُ لَوۡ یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ
بِبَنِیۡہِ﴿ۙ﴾ وَ صَاحِبَتِہٖ وَ
اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ فَصِیۡلَتِہِ
الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾
Dan tidak akan bertanya sahabat karib kepada sahabat karib lainnya. Hari
itu akan diperlihatkan dengan jelas
kepada mereka. Orang berdosa ingin seandainya dia
dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya serta saudaranya, dan kaum
kerabatnya yang melindunginya. Dan bahkan dengan semua orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya.
(Al-Ma’arīj [70]:11-15).
Allah Swt. Telah Mengutus
Para Saksi
(Rasul Allah)
kepada Semua Kaum (Umat Manusia)
Jadi, pada “Hari penghakiman” Allah Swt., orang-orang musyrik akan membantah
dan dan mengemukakan alasan -- sambil
mengatakan kepada Allah Swt. -- bahwa kemusyrikan yang mereka lakukan itu
terdorong oleh niat yang baik dan
maksud yang suci, dan bahwa mereka menyembah tuhan-tuhan palsu mereka,
hanya sebagai penolong untuk memusatkan pikiran kepada sifat-sifat Ilahi.
Tetapi dalam firman-Nya berikut
ini “sembahan-sembahan” -- yakni para pemimpin
-- mereka yang mereka persekutukan dengan Allah Swt. sebagai sembahan, akan menolak
penyembahan mereka itu dan juga akan
membela diri mereka di hadapan Allah
Swt., firman-Nya:
وَ یَوۡمَ نَبۡعَثُ مِنۡ کُلِّ اُمَّۃٍ
شَہِیۡدًا ثُمَّ لَا یُؤۡذَنُ
لِلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ لَا ہُمۡ یُسۡتَعۡتَبُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذَا رَاَ
الَّذِیۡنَ ظَلَمُوا الۡعَذَابَ فَلَا یُخَفَّفُ عَنۡہُمۡ وَ لَا
ہُمۡ یُنۡظَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذَا رَاَ الَّذِیۡنَ
اَشۡرَکُوۡا شُرَکَآءَہُمۡ
قَالُوۡا رَبَّنَا ہٰۤؤُلَآءِ شُرَکَآؤُنَا الَّذِیۡنَ کُنَّا نَدۡعُوۡا
مِنۡ دُوۡنِکَ ۚ فَاَلۡقَوۡا اِلَیۡہِمُ الۡقَوۡلَ اِنَّکُمۡ
لَکٰذِبُوۡنَ ﴿ۚ﴾ وَ اَلۡقَوۡا
اِلَی اللّٰہِ یَوۡمَئِذِۣ السَّلَمَ وَ ضَلَّ عَنۡہُمۡ
مَّا کَانُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
hari itu bila Kami membangkitkan dari setiap umat seorang saksi, kemudian
tidak akan diizinkan bagi orang-orang
kafir untuk membela diri, dan dalih-dalih
mereka tidak akan diterima. Dan apabila orang-orang
zalim melihat azab maka tidak akan diringankan bagi mereka dan mereka tidak akan diberi tangguh. Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan Allah itu melihat tuhan-tuhan sekutu mereka, mereka akan
berkata: “Ya Rabb (Tuhan) kami, inilah tuhan-tuhan sekutu kami yang senantiasa kami seru selain Engkau.” Lalu sekutu-sekutunya
akan berkata kepada mereka dengan mengatakan: “Sesungguhnya kamu benar-benar pendusta!” Dan pada hari
itu mereka menyatakan
ketaatannya kepada Allah, dan akan
hilanglah dari mereka apa yang dahulu mereka senantiasa ada-adakan itu. (An-Nahl [16]: 85-88).
Ayat وَ یَوۡمَ نَبۡعَثُ مِنۡ کُلِّ
اُمَّۃٍ شَہِیۡدًا -- “Dan ingatlah hari itu bila Kami
membangkitkan dari setiap umat seorang saksi” ini mengatakan, bahwa Rasul-rasul Allah dikirim kepada segenap kaum dan bangsa-bangsa di
dunia. Hal itu merupakan pengakuan
yang dikemukakan Al-Quran, satu-satunya di antara semua kitab yang diwahyukan.
Kebenaran pernyataan yang
dibukakan ke dunia kira-kira 1400 tahun yang lalu oleh Al-Quran itu, sekarang telah mulai nampak kepada umat manusia,
sehingga ketika azab Ilahi telah meluas di mana-mana seperti yang pernah menimpa kaum-kaum purbakala -- termasuk di Akhir Zaman ini -- tidak ada alasan
(dalih) bagi manusia untuk
mengemukakan alasan (dalih) kepada
Allah Swt., bahwa kepada mereka tidak
pernah diutus seorang Rasul Allah
sebagai pembawa kabar suka dan
sebagai pemberi peringatan
(QS.7:35-37; QS.39:72).
Perbantahan Antara Pengikut
dengan Pemimpin
Kemusyrikan
Makna ayat فَاَلۡقَوۡا اِلَیۡہِمُ الۡقَوۡلَ اِنَّکُمۡ
لَکٰذِبُوۡنَ -- “Lalu sekutu-sekutunya akan berkata kepada mereka dengan mengatakan: “Sesungguhnya kamu benar-benar pendusta!” membuktikan,
bahwa perbantahan antara tuhan-tuhan palsu dan pengikut (penyembah) mereka menunjukkan, bahwa tali persahabatan yang berlandaskan pada dosa dan penolakan
terhadap kebenaran yang dikemukakan Rasul Allah tak pernah bertahan lama. Lihat pula
QS.4:98-101;
QS.8:50-55; QS.47:26-29.
Dalam
firman-Nya berikut ini dikemukakan perbantahan di kalangan orang-orang musyrik antara
para “penyembah” dengan pihak “yang
disembah” tersebut:
وَ اِذۡ یَتَحَآجُّوۡنَ فِی النَّارِ فَیَقُوۡلُ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ
اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا نَصِیۡبًا مِّنَ
النَّارِ ﴿﴾ قَالَ الَّذِیۡنَ
اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُلٌّ
فِیۡہَاۤ ۙ اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ حَکَمَ
بَیۡنَ الۡعِبَادِ ﴿﴾ وَ قَالَ الَّذِیۡنَ
فِی النَّارِ لِخَزَنَۃِ جَہَنَّمَ ادۡعُوۡا رَبَّکُمۡ یُخَفِّفۡ عَنَّا یَوۡمًا
مِّنَ الۡعَذَابِ ﴿﴾ قَالُوۡۤا اَوَ لَمۡ تَکُ تَاۡتِیۡکُمۡ رُسُلُکُمۡ
بِالۡبَیِّنٰتِ ؕ قَالُوۡا بَلٰی ؕ
قَالُوۡا فَادۡعُوۡا ۚ وَ مَا دُعٰٓؤُا
الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿٪﴾
Dan ketika mereka akan berbantah satu sama lain dalam Api, lalu orang-orang yang lemah akan berkata
kepada orang-orang yang menyombongkan
diri: “Sesungguhnya kami adalah
pengikut kamu maka dapatkah kamu melepaskan dari kami sebagian siksaan dari Api?”
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kita semua berada di dalamnya, sesungguhnya Allah telah menghakimi di antara
hamba-hamba-Nya.” Dan orang-orang yang ada dalam Api berkata
kepada para penjaga Jahannam: “Mohonkanlah kepada Rabb (Tuhan) kamu,
supaya Dia meringankan azab bagi kami barang sehari.” Mereka berkata: ”Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasul kamu dengan Tanda-tanda nyata?” Mereka berkata: “Ya benar.” Para penjaga itu berkata:
“Maka berdoalah kamu.” Tetapi
doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka. (Al-Mu’mīn
[40]:48-51).
Makna
ayat وَ مَا دُعٰٓؤُا الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ -- “Tetapi
doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka”,
bukan berarti semua
doa mereka tidak diterima, sebab
Allah Swt. memang mengabulkan doa-doa orang yang sedang sengsara dan sedih, bila
ia meminta pertolongan kepada-Nya -- baik ia orang yang beriman atau orang kafir (QS.27:63)
-- melainkan ayat tersebut adalah bahwa usaha keras dan doa orang-orang kafir menentang
nabi-nabi Allah terbukti gagal, sebab
Allah Swt. telah menyatakan dengan tegas dalam firman-Nya berikut ini:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya
mereka itu termasuk orang-orang yang
sangat hina. Allah telah
menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya
Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujādilah [58]:21-22).
Lihat pula QS.3:29; QS.4:145-146; QS.9:23 & 63.
Ada tersurat nyata
pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran
yang dibawa oleh para Rasul Allah senantiasa
menang terhadap kepalsuan yang dipertahankan oleh para penentang Rasul Allah di setiap zaman, terutama di zaman Nabi Besar Muhammad saw.,
firman-Nya:
وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ کَانَ
زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan katakanlah: ”Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap,1645 sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.” (Bani Israil [17]:82).
Lihat pula QS.21:19; QS.34:50.
Inilah salah satu mukjizat gaya bahasa Al-Quran, ayat ini ngemukakan salah satu contoh semacam itu.
Sesudah takluknya kota Mekkah, ketika
Nabi Besar Muhammad saw. membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala yang telah mengotorinya, beliau saw. berulang-ulang mengucapkan ayat tersebut sambil
beliau saw.memukuli berhala-berhala yang berada
di Ka’bah (Bukhari).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 7 Januari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar