بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 8
Komentar Bosworth
Smith dalam Bukunya “Muhammad and
Muhammadanism” Mengenai Suri Teladan Terbaik Nabi Besar
Muhammad saw.
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai upaya pembunuhan terhadap Nabi Daud a.s.
sebagai salah satu contoh dari sekian banyak kedurhakaan Bani Israil terhadap Nabi Daud a.s., sehingga dalam
hati beliau pun terbersit kutukan kepada mereka, firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ
وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا
یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ کَانُوۡا لَا
یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ﴿﴾ تَرٰی کَثِیۡرًا
مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ
اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ
﴿﴾
Orang-orang yang kafir dari
kalangan Bani Israil telah dilaknat
oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,
hal demikian itu karena mereka
senantiasa durhaka dan melampaui
batas. Mereka tidak
pernah saling mencegah
dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat buruk apa yang
senantiasa mereka kerjakan. Engkau
melihat kebanyakan dari mereka menjadikan
orang-orang kafir sebagai pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah mereka dahulukan bagi diri mereka yaitu bahwa Allah murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah mereka akan kekal.
(Al-Māidah
[5]:79-81).
Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud
a.s. dan Nabi
Isa ibnu Maryam a.s. tergolong paling menderita di tangan
orang-orang Yahudi. Penzaliman
orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mencapai puncaknya, ketika beliau dipakukan pada kayu
salib, dan penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud
a.s. dari kaum yang tak mengenal terima
kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat merawankan hati.
Dari lubuk hati yang penuh kepedihan, Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengutuk mereka.
Kutukan Nabi Daud
a.s. mengakibatkan
orang-orang Bani Israil dihukum oleh
Nebukadnezar raja dari Babilonia yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada
tahun 556 sebelum Masehi (QS.2:260), sedangkan akibat kutukan Nabi Isa a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus dari kerajaan Romawi yang menaklukkan
Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi, membinasakan kota dan menodai rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat
dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu (QS.17:5-9)
Salah
satu di antara dosa-dosa besar yang
membangkitkan amarah Tuhan atas kaum
Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang
begitu merajalela di tengah-tengah mereka.
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Tidak Memiliki Kekuasaan Duniawi
Kembali kepada firman Allah Swt. kepada Nabi
Besar Muhammad saw. dalam ayat اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ
اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ ذَا الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ -- “Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar”. Pertanyaannya adalah, kenapa
dalam ayat tersebut Allah Swt. tidak menyebut agar bersabar seperti Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.?
Sebabnya adalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak seperti Nabi Daud a.s., Nabi Sulaiman a.s., dan Nabi
Ayyub a.s. sebagai -- ذَا الۡاَیۡد mempunyai kekuasaan,
pengaruh, dan kekayaan besar, dan
itulah sebabnya mengapa beliau-beliau
itu senantiasa disebut bersama-sama dalam Al-Quran (QS.4:164; QS.6:85; dan
QS.21:80-84).
Dengan
demikian jelaslah bahwa dalam firman
Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ
اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ ذَا الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ -- “Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar”
(QS.38:18) terkandung isyarat bahwa
Nabi Besar Muhammad saw. pun adalah ذَا
الۡاَیۡد -- yang memiliki kekuatan besar”, sebab beliau saw. bukan saja
seorang Rasul Allah pembawa syariat seperti halnya Nabi Musa a.s.,
tetapi juga seorang Kepala Negara,
sebagaimana komentar Bosworth Smith dalam bukunya Muhammad and Muhammadanism”, sehubungan dengan firman-Nya berikut
ini:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh
dalam diri Rasulullah benar-benar terdapat suri teladan yang sebaik-baiknya
bagi kamu, yaitu bagi
orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab
[33]:22).
Pengepungan
kota Madinah oleh golongan persekutuan (al-Ahzab) dalam Perang Khandak
mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan Nabi Besar Muhammad saw.., dan
beliau keluar dari ujian yang paling
berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang lebih tinggi lagi.
Sesungguhnyalah pada saat yang sangat berbahayalah,
yakni ketika di sekitar gelap gelita, atau dalam waktu mengenyam sukses dan
kemenangan, yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak dan perangai yang sesungguhnya seseorang diuji; dan sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan
bahwa Nabi Besar Muhammad saw. -- baik dalam keadaan dukacita karena
dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan — tetap
menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.
Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain
menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu watak beliau yang indah, dan Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah)
memperlihatkan watak Nabi Besar Muhammad saw. lainnya. Mara bahaya
tidak mengurangi semangat beliau saw. atau mengecutkan hati beliau saw., begitu
pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau saw..
Ketika Nabi Besar Muhammad saw. ditinggalkan hampir
seorang diri pada hari Pertempuran Hunain,
-- setelah peristiwa penaklukkan kota Mekkah -- sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati,
beliau saw. tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan
kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak
berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib.”
Demikian pula sebelumnya tatkala kota Mekkah jatuh dan seluruh tanah
Arab bertekuk lutut maka kekuasaan
yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak Nabi Besar Muhammad saw.. Beliau saw. menunjukkan
keluhuran budi yang tiada taranya
terhadap musuh-musuh beliau saw., yakni memaafkan orang-orang yang telah berbuat zalim terhadap beliau saw. dan para
sahabah beliau saw. di Mekkah selama 13 tahun.
Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin
ada terhadap keagungan watak Nabi Besar Muhammad saw. selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi
yang paling akrab dengan beliau dan yang paling mengenal beliau saw., mereka
itulah yang paling mencintai Nabi Besar Muhammad saw. dan merupakan yang pertama-tama percaya akan
misi beliau saw., yakni, istri beliau yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.;
sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar r.a.; saudara sepupu yang juga
menantu beliau saw., Ali bin Abu Thalib r.a., dan bekas budak beliau
saw. yang telah dimerdekakan, Zaid bin
Haritsah r.a.. Nabi Besar Muhammad saw. merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan
model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan.
Dalam segala
segi kehidupan dan watak Nabi Besar Muhammad saw. yang beraneka ragam,
tidak ada duanya dan merupakan contoh
yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti.
Seluruh kehidupan Nabi Besar Muhammad
saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah.
Nabi Besar Muhammad saw. mengawali kehidupan
beliau sebagai anak yatim dan
mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit
yang menentukan nasib seluruh bangsa.
Sebagai kanak-kanak Nabi Besar Muhammad
saw. penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau saw. tetap
merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran.
Pada usia setengah-baya Nabi Besar
Muhammad saw. mendapat julukan Al-Amin (si Jujur dan setia kepada
amanat) dan selaku seorang niagawan
beliau terbukti paling jujur dan cermat.
Nabi
Besar Muhammad saw. menikah dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada
yang jauh lebih tua daripada beliau saw.
sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda,
namun semua bersedia memberi kesaksian
dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan,
kecintaan, dan kekudusan beliau saw..
Sebagai ayah,
Nabi Besar Muhammad saw. penuh dengan
kasih-sayang, dan sebagai sahabat
beliau sangat setia dan murah hati. Ketika beliau diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki
suatu masyarakat yang sudah rusak, beliau saw. menjadi sasaran derita aniaya
dan pembuangan, namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur.
Komentar Bosworth Smith dalam bukunya
“Muhammad and Muhammadanism”
Nabi Besar Muhammad saw. bertempur
sebagai prajurit gagah-berani dan
memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi kekalahan – mislanya dalam Perang
Uhud – dan beliau saw. memperoleh kemenangan-kemenangan.
Nabi Besar Muhammad saw. menghakimi
dan mengambil serta menjatuhkan keputusan
dalam berbagai perkara. Beliau saw. adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.
“Kepala
negara merangkap Penghulu Agama,
beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah, tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal,
tanpa istana yang megah, tanpa pungutan
pajak tetap dan tertentu, sehingga
jika ada orang berhak mengatakan
bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu
hanyalah Muhammad, sebab beliau
mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.
Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah
tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit,
dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan
setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan
malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau
bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu
banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya.”
Jadi, kembali kepada firman Allah Swt. اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ
اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ ذَا الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ -- “Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar”
(QS.38:18), Nabi Besar Muhammad saw. telah mengamalkannya
jauh lebih sempurna daripada apa yang
dilakukan oleh wujud-wujud suci yang menjadi rujukan untuk diamalkan oleh beliau saw..
Demikian juga mengenai firman Allah Swt.
selanjutnya kepada Nabi Daud a.s., Nabi Besar Muhammad saw. telah melaksanakannya
dalam kadar yang paling
sempurna dari segala seginya, firman-Nya:
یٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلۡنٰکَ
خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ
الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ لَہُمۡ عَذَابٌ
شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ
﴿٪﴾
“Hai Daud,
sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau
khalifah di bumi maka hakimilah di
antara manusia dengan benar dan janganlah
mengikuti hawa nafsu karena ia akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena
mereka melupakan Hari Perhitungan. (Shād [38]:27).
Jauh Lebih Sempurna daripada Pemaafan Nabi Yusuf a.s.
Atas Kesalahan Saudara-saudaranya
Penghakiman yang dilakukan Nabi Besar
Muhammad saw. berupa pengampunan secara
umum terhadap para penganiaya keji pada waktu peristiwa Fatah Mekkah (Penaklukan Mekkah) adalah bukti dari Sifat Maha Pengampun dan Maha
Bijaksana Allah Swt. yang secara sempurna telah diamalkan oleh Nabi Besar
Muhammad saw., jauh lebih sempurna
daripada pengampunan yang dilakukan
oleh Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudara seayah beliau di Mesir,
firman-Nya:
قَالُوۡا تَاللّٰہِ
لَقَدۡ اٰثَرَکَ
اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ اِنۡ کُنَّا لَخٰطِئِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ یَغۡفِرُ
اللّٰہُ لَکُمۡ ۫ وَ ہُوَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿﴾ اِذۡہَبُوۡا بِقَمِیۡصِیۡ ہٰذَا فَاَلۡقُوۡہُ عَلٰی وَجۡہِ اَبِیۡ یَاۡتِ بَصِیۡرًا ۚ وَ اۡتُوۡنِیۡ بِاَہۡلِکُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿٪﴾
Mereka
berkata: “Demi Allah, sungguh Allah benar-benar telah melebihkan engkau
di atas kami dan se-sungguhnya kami
benar-benar orang-orang yang bersalah.”
Ia (Yusuf) berkata: “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini, semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia-lah Yang Paling Penyayang dari
semua penyayang. Pergilah kamu bersama dengan kemejaku ini dan letakkanlah di hadapan ayahku,
ia akan mengetahui segala sesuatu.
Dan bawalah kepada-ku keluargamu
semuanya.” (Yusuf [12]:92-94).
Nabi Yusuf a.s. tidak
membiarkan saudara-saudaranya dalam kegelisahan,
dan seketika itu juga melenyapkan segala kekhawatiran dan kecemasan mereka
mengenai cara bagaimanakah beliau akan memperlakukan mereka, dengan segera
mengatakan bahwa beliau akan mengampuni semua kesalahan mereka tanpa batas dan
tanpa syarat apa pun.
Pengampunan Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudaranya dengan
kelapangan dan kemurahan hati merupakan persamaan
yang paling besar dan menonjol dengan Nabi Besar Muhammad saw., karena seperti
Nabi Yusuf a.s., Nabi Besar Muhammad
saw. pun mencapai kemuliaan dan kekuasaan
dalam masa hijrah dan pembuangan di Medinah.
Ketika sesudah bertahun-tahun mengalami pembuangan, Nabi Besar Muhammad saw. memasuki kota kelahiran beliau – Mekkah -- sebagai penakluk dengan memimpin 10.000 Sahabat, dan Mekkah bertekuk-lutut dan mencium duli
telapak kaki beliau saw., Nabi Besar
Muhammad saw. bertanya kepada kaum
beliau saw. perlakuan apa yang mereka harapkan dari beliau: “Perlakuan yang Nabi Yusuf a.s. berikan kepada saudara-saudaranya,”
jawab mereka. “ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ -- Tidak ada celaan atas kamu pada hari ini,” demikianlah Nabi Besar
Muhammad saw. menjawab
dengan segera.
Perlakuan mulia Nabi Besar Muhammad saw. terhadap musuh-musuh beliau saw. yang haus
darah -- yakni kaum musyrik Quraisy
Mekkah, yang tidak ada suatu kesempatan pun mereka biarkan untuk membunuh beliau saw. dan membinasakan Islam sampai ke
akar-akarnya -- adalah tidak ada bandingannya
sepanjang sejarah umat manusia.
Dengan demikian Nabi Besar
Muhammad saw. benar-benar telah melaksanakan perintah Allah Swt. firman Allah Swt. berikut ini mengenai Nabi
Daud a.s. dalam bentuknya yang paling
sempurna:
یٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلۡنٰکَ
خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ
الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ لَہُمۡ عَذَابٌ
شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ
﴿﴾
“Hai Daud,
sesungguhnya Kami telah menjadikan
engkau khalifah di bumi maka hakimilah
di antara manusia dengan benar dan janganlah
mengikuti hawa nafsu karena ia akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena
mereka melupakan Hari Perhitungan. (Shād [38]:27).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 29 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar