ۡ بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 21
Kemelut Berkepanjangan di Timur Tengah & Sabda
Nabi Besar Muhammad saw. tentang
Para Pemuka Agama
Islam dan Keadaan Umat Islam di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai akibat ketidak-bersyukuran
kepada nikmat-nikmat ruhani Allah Swt., sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Musa a.s., firman-Nya:
وَ اِذۡ
تَاَذَّنَ رَبُّکُمۡ لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Tuhan engkau mengumumkan: ”Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya
akan Kulimpahkan lebih banyak karunia
kepada kamu, tetapi jika kamu
benar-benar tidak bersyukur
sesungguhnya azab-Ku sungguh
sangat keras.” (Ibrahim
[14]:8).
Syukr
(syukur) itu tiga macam: (1) Dengan hati atau pikiran, yaitu dengan satu
pengertian yang tepat dalam hati mengenai manfaat yang diperolehnya; (2)
Dengan lidah, yaitu dengan memuji-muji, menyanjung atau memuliakan orang yang
berbuat kebaikan; dan (3) Dengan anggota-anggota badan, yaitu dengan
membalas kebaikan yang diterima setimpal dengan jasa itu.
Syukr bersitumpu pada lima dasar: (a) kerendahan hati dari orang
yang menyatakan syukur itu kepada dia yang kepadanya syukur itu dinyatakan, (b)
kecintaan terhadapnya; (c) pengakuan mengenai jasa yang dia berikan, (d)
sanjungan terhadapnya untuk itu; (e) tidak mempergunakan jasa itu dengan
cara yang ia (orang yang telah memberikannya) tidak akan menyukainya.
Itulah syukr
dari pihak manusia. Syukr dari pihak Allah Swt. ialah dengan mengampuni seseorang atau memujinya atau merasa puas terhadapnya, berkemauan baik untuknya atau senang
kepadanya, dan oleh karena itu merasa perlu memberi imbalan atau mengganjarnya (Lexicon
Lane). Kita hanya dapat benar-benar bersyukur kepada Allah Swt. bila kita mempergunakan
segala pemberian-Nya dengan tepat sesuai kehendak-Nya.
Mendustakan dan Menentang Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Ketidak-bersyukuran
lainnya yang dilakukan oleh para pemuka agama Islam
terhadap keberadaan para mujaddid dan
para wali Allah besar dibangkitkan
Allah Swt. di setiap abad -- yang menurut Nabi Besar Muhammad saw. kedudukan mereka itu “seperti para Nabi Bani Israil” -- mencapai puncaknya di Akhir Zaman ini ketika mereka meniru sikap buruk para pemuka kaum Yahudi yang berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.4:157-159), yang juga dilakukan terhadap
Rasul Akhir Zaman yang merupakan misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10), yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s..
Padahal Allah Swt. dalam Al-Quran telah memerintahkan umat Islam untuk bersikap
seperti para hawari (pengikut setia) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
bukan seperti perbuatan buruk para
pemuka Yahudi (ahli Taurat dan Orang Farisi), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی
ابۡنُ مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ
مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ
نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu
penolong-penolong Allah sebagaimana Isa
ibnu Maryam berkata kepada hawāriyyin
(pengikut-pengikutnya yang
setia), “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu
berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.”
Maka segolongan dari Bani Israil beriman
sedangkan segolongan lagi kafir,
kemudian Kami membantu orang-orang yang
beriman terhadap musuh-musuh mereka
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Ash-Shaf
[61]:15).
Dari ketiga golongan agama di antara kaum
Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. . menyampaikan
tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan kaum Essenes
– Nabi Iss Ibnu Maryam a.s. termasuk golongan terakhir sebelum beliau diutus
sebagai rasul Allah.
Kaum
Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan
keramaian dunia, dan melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan
berbakti kepada sesama manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para
pengikut beliau di masa permulaan (“The
Dead Sea Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para Penolong” oleh Eusephus.
Kata-kata penutup Surah ini sungguh sarat
dengan nubuatan. Sepanjang zaman para
pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menikmati kekuatan dan kekuasaan
atas musuh abadi mereka – kaum Yahudi. Mereka telah menegakkan dan
memerintah kerajaan-kerajaan luas dan
perkasa, sedang kaum Yahudi tetap
merupakan kaum yang cerai-berai
sehingga mendapat julukan “the Wandering
Jew” (“Yahudi Pengembara”).
Sunnatullah yang ditetapkan Allah Swt.
dalam Al-Quran akibat ketidak-bersyukuran
berupa mendustakan dan menentang Rasul Allah adalah kedatangan
berbagai bentuk azab Ilahi. Karena
Allah Swt. tidak pernah menurunkan azab kepada
umat manusia – bagaimana pun sesat dan
durhakanya mereka – sebelum terlebih dulu kepada mereka Allah Swt.
mengutus Rasul Allah sebagai pembawa
kabar gembira dan sebagai pemberi
peringatan (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16;
QS.20:134-136; QS.28:60),
benarlah firman-Nya mengenai hal tersebut:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ
اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah
benar-benar Maha Menghargai, Maha
Mengetahui. (An-Nisa [4]:148).
Di
Akhir Zaman ini berbagai macam azab Ilahi yang pernah ditimpakan kepada
kaum-kaum purbakala yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah telah kembali terjadi, hal
tersebut merupakan dalil yang tidak dapat
bantah bahwa di Akhir Zaman ini Allah Swt. benar-benar telah mengutus Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada semua umat beragama dengan sebutan (nama) yang berbeda-beda (QS.77:8-20).
Hati Manusia Semakin Keras
Namun sangat disayangkan, umumnya
umat beragama di Akhir Zaman ini bukannya mensyukuri
nikmat Allah Swt. tersebut dengan beriman kepadanya dan membantu perjuangan sucinya (QS.3:191-195), melainkan telah mendustakannya dan melakukan penentangan
terhadapnya, sehingga akibatnya Sunatullah tentang azab Ilahi pun kembali berlaku bagi
orang-orang yang tidak bersyukur.
Pendustaan
dan penentangan tersebut terjadi
karena pada umumnya keadaan umumnya hati
umat manusia telah menjadi keras akibat telah semakin jauh dari masa kenabian
yang penuh berkat, firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا
نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا
الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ
الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang
yang beriman, bahwa hati mereka tunduk
untuk mengingat Allah dan mengingat
kebenaran yang telah turun kepada
mereka, dan mereka tidak menjadi
seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah
menghidupkan bumi sesudah mati-nya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti.
(Al-Hadīd
[57]:17-18).
Kalimat وَ لَا یَکُوۡنُوۡا
کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ
کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- ‘’dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang
yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka”, mengisyaratkan kepada kerasnya
keadaan hati orang-orang Yahudi di masa pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw., firman-Nya:
ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ
کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ
اَشَدُّ قَسۡوَۃً ؕ وَ اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ
فَیَخۡرُجُ
مِنۡہُ الۡمَآءُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ
خَشۡیَۃِ اللّٰہِ ؕوَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Lalu hati kamu menjadi keras sesudah itu hingga seperti batu-batu atau lebih keras lagi, dan sesungguhnya
di antara batu-batu pun benar-benar ada yang darinya memancar sungai-sungai, dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang terbelah
lalu keluar air darinya. Dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang jatuh menyungkur karena takut kepada
Allah, dan Allah sekali-kali tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah 2]:75).
Pembunuhan terhadap orang Islam tak berdosa yang disebut dalam ayat-ayat 73-74 sebelumnya mencap nasib orang-orang Yahudi yang kemudian hati mereka semakin keras
seolah-olah menjadi batu, bahkan
lebih keras lagi. Ayat ini selanjutnya mengatakan bahwa sekali pun benda-benda
mati seperti batu ada suatu kegunaannya, tetapi orang-orang Yahudi telah menjadi demikian rusak sehingga mereka
jauh dari berbuat suatu kebajikan
karena niat menjadi orang baik, bahkan mereka tidak mau berbuat sesuatu yang
dapat disebut suatu kebajikan sekali
pun tanpa diengaja. Mereka telah
menjadi lebih buruk daripada batu, sebab batu pun ada kalanya keluar air yang orang dapat meraih faedah darinya.
Pernyataan
ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً -- “Lalu hati kamu menjadi
keras sesudah itu hingga seperti batu-batu atau lebih keras lagi,” itu tidak mengena kepada seluruh bangsa Yahudi, sebab tidak syak lagi ada
beberapa orang Yahudi yang hatinya
dicekam oleh rasa takut kepada Allah
Swt. Mengenai orang-orang itu Al-Quran
mengatakan: di antaranya (yaitu di antara hati) ada yang jatuh menyungkur karena takut kepada Allah, kata ganti ha
di sini pengganti qulub (hati) dan bukan sebagai ganti hajar
(batu). Al-Quran mengandung beberapa contoh dari apa yang disebut intisyar
al-dama’ir, yaitu kata-kata ganti serupa yang terdapat dalam ayat itu
menggantikan berbagai kata benda (QS.48:10).
Kemelut di Timur Tengah: Hati
yang Keras Melawan Hati yang Keras
Bukti mengenai hal tersebut adalah
terjadinya azab
Ilahi berupa kemelut
berkepanjangan yang terjadi di kawasan Timur
Tengah selama ini – baik pertentangan dan peperangan antara umat Islam dengan pihak Israel, maupun pertentangan dan peperangan di kalangan (intern) umat
Islam sendiri, yang telah menjatuhkan para penguasa otoriter berbagai negeri di kawasan tersebut, contohnya:
(1) Perang di antara Irak dan Iran yang
bermula pada bulan September 1980
dan berakhir pada bulan Agustus 1988.
Umumnya, perang ini dikenali sebagai Perang Teluk Persia, hingga konflik Iraq-Kuwait
meletus pada awal 1990-an, dan untuk beberapa waktu dikenali sebagai Perang
Teluk Persia Pertama.
(2) Invasi
Iraq ke Kuwait -- yang diperintah Emir
Kuwait, Syeikh Jaber Al
Ahmed Al Sabah -- pada 2 Agustus
1990,
yaitu pada masa pemerintahan Presiden
Sadam Hussein, yang kemudian mengakibatkan serangan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang berakhir dengan kejatuhan pemerintahan partai
Baath pimpinan Presiden Saddam
Hussein (2003–2011).
Invasi
Irak ke Kuwait tersebut disebabkan oleh kemerosotan
ekonomi Irak setelah Perang Delapan
Tahun dengan Iran
dalam Perang Iran-Irak.
Irak sangat membutuhkan petro dolar
sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab,
yang dianggap Saddam Hussein
sebagai perang ekonomi, serta
perselisihan atas ladang minyak Rumeyla.
Sekalipun pada pasca-perang melawan Iran,
Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis.
Irak
juga terjerat utang luar negeri
dengan beberapa negara, termasuk Kuwait
dan Arab Saudi.
Irak berusaha meyakinkan kedua negara tersebut untuk menghapuskan utangnya,
namun ditolak. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris
dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.
Akibat
invasi ini, Kuwait
meminta bantuan Amerika Serikat
tanggal 7 Agustus
1990.
Sebelumnya Dewan
Keamanan PBB menjatuhkan embargo
ekonomi pada 6 Agustus
1990.
Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul
negara-negara lain baik negara-negara Arab
dan Afrika
Utara -- kecuali Syria,
Libya
dan Yordania serta Palestina.
Kemudian
datang pula bantuan militer Eropa
khususnya Eropa Barat (Inggris,
Perancis
dan Jerman Barat,
ditambah negara-negara Eropa Utara dan Eropa Timur), serta 2 negara Asia
- Bangladesh
dan Korea Selatan.
Sementara, dari Afrika, Nigeria
turut bergabung dalam koalisi. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah
komando gabungan yang dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf
serta Jenderal Collin Powell.
Pasukan negara-negara Arab
dipimpin oleh Letjen. Khalid bin Sultan.
Perang Iraq bermula
pada 20 Maret 2003 dengan serangan ke atas negara itu
oleh Amerika Syarikat
di bawah pentadbiran George W. Bush
serta United Kingdom pimpinan Perdana Menteri Tony Blair.
Perang ini diakhiri secara resmi oleh AS pada 15 Disember 2011, namun keganasan akibat perang tersebut berlanjut di seluruh Negara hingga saat ini.
(3) Kejatuhan
Presiden Tunisia, Ben Ali. Akibat kecewa terhadap
penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan pimpinan
Ben Ali dan gejala pengangguran di
Tunisia, seorang pemuda yang bekerja sebagai penjual sayur, Muhammad al-Buazizi, yang juga graduan
universitas bertindak membunuh diri
dengan membakar dirinya. Kejadian tragis ini telah mencetuskan Revolusi Rakyat Tunisia yang menyaksikan
kejatuhan Ben Ali,74 yang berkuasa sejak 1988-2011.
Yang
menarik dari kejatuhan Ben Ali ini
dianggap oleh ulama terkenal dunia, Syaikh al-Qaradhawi sebagai kejatuhan “taghut dan berhala terbesar, Hubal”. Hubal
adalah salah satu berhala
yang disembah orang-orang Arab sebelum Islam. Ia berbentuk manusia yang patah
lengannya, lalu orang-orang Arab membuatkan untuknya lengan dari emas. Ulama itu juga mengumpamakan orang-orang kanannya sebagai berhala al-Lat, al-’Uzza dan Manat yang menjadi sembahan orang-orang Arab jahiliah.
Jika
dilihat rekam jejak Ben Ali sepanjang memerintah Tunisia, dapat dipahami
mengapa ulama terkenal tersebut menganggap seperti itu. Semasa pemerintahannya wanita-wanita Tunisia
dilarang mengenakan kudungan (busana Muslim) di tempat-tempat umum, sekolah dan
universitas serta pejabat-pejabat pemerintahan.
Ia juga
mewajibkan ‘sistem card’ bagi yang shalat
di masjid. Melalui sistem ini, setiap orang yang shalat di masjid diberikan card (kartu) yang
akan ditandatangani sebelum shalat dan sesudah selesai shalat. Masjid juga hanya dibuka beberapa menit
sebelum sshlat dan ditutup segera setelah selesai shalat.
Bagi
tokoh akademik dan pemikir Tunisia, Nuruddin Mukhtar al-Khadimi, kejatuhan Ben
Ali akan menumbuhkan kembali ciri-ciri
keislaman Tunisia yang sekian lama ditekan oleh Ben Ali sepanjang 23 tahun
memerintah secara tangan besi. Kejatuhan Ben Ali yang memenangi Pemilihan Umum Presiden
Tunisia dengan mendapat 99.02% itu, dianggap membuka lembaran baru sejarah Tunisia.
(4) Pemimpin negara Libia, Muammar Kadhafi, yang sudah menguasai negara yang kaya dengan
minyak dan gas selama 42 tahun ini,
merupakan sasaran berikutnya dari pembrontakan rakyat Arab sesudah jatuhnya presiden Tunisia, Ben Ali, dan Presiden Mesir Husni Mubarak. Tetapi, berlainan dengan
di Tunisia dan Mesir, kejatuhan Kadhafi akan disertai dengan terbunuhnya korban
yang jumlahnya jauh lebih banyak dan cara-caranya yang jauh lebih biadab.
(5)
Kekacauan politik di Timur
Tengah tersebut berlanjut dengan kemelut di Mesir dijatuhkannya Presiden Hosni Mubarak dari kekuasaannya, disambung setahun kemudian dengan pelengseran Presiden
Muhammad Moorsy -- yang dalam pemilihan
langsung Presiden Mesir tersebut mendapat dukungan golongan Ikhwanul
Muslimin – oleh pihak militer Mesir karena dianggap tidak mamu
menyelesaikan kemelut yang berlangsung.
(6) Kemelut
berkepanjangan di Mesir tersebut belum selesai, lalu meletus lagi kemelut di Suriah terhadap pemerintahah dibawah pimpinan
Presiden Bashar Al-Assad, yang juga
sangat banyak menelan jumlah korban yang tewas serta kerugian material yang
diderita umat Islam – baik dari pihak
yang berkuasa mau pun pihak oposisi (pemberontak)
-- karena pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad dianggap oleh pihak oposisi memjalankan pemerintahan secara otoriter.
Kemelut
di Suriah Sangat Berbahaya &
Akibat
Melanggar Berbagai Petunjuk Al-Quran
Nampaknya
kemelut di Suriah ini sangat berbahaya
karena telah menyebabkan negara-negara besar yang memiliki senjata nuklir saling kembali berhadapan, yakni Amerika Serikat dan negara-negara Eropa
di pihak oposisi, dan Rusia serta China -- dan juga
Iran -- di pihak Presiden Bashar
Al-Assad.
Kemelut di
kawasan Timur tengah lainnya yang tidak pernah kunjung selesai tersebut adalah
konflik di Palestina dan konflik di Lebanon serta di Yaman, baik antara pihak Muslim dengan Non-Muslim mau pun antara sesama
Muslim namun berbeda mazhab.
Kegagalan penyelesaian konflik-konflik yang banyak menelan korban jiwa dan harta benda di kawasan Timur Tengah tersebut, pada hakikatnya adalah karena mereka yang bertikai – khususnya sesama umat Islam – telah meninggalkan berbagai petunjuk Allah Swt. dalam Al-Quran, baik yang berkaitan dengan pihak luar (non-Muslim), maupun dengan sesama Muslim.
Petunjuk Allah Swt. yang dilanggar oleh umat Islam berkenaan dengan intern umat Islam adalah “mendahului Allah Swt. dan Rasul Allah”, firman-Nya:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُقَدِّمُوۡا بَیۡنَ یَدَیِ اللّٰہِ
وَ رَسُوۡلِہٖ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, tetapi bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
(Al-Hujurāt
[49]:1-2).
Orang-orang beriman diperintahkan menghormati dan memuliakan Nabi Besar Muhammad saw. dengan sewajarnya dan menunjukkan ketaatan tanpa bersyarat, lagi tidak mendahului perintah beliau saw. atau
lebih mementingkan keinginan mereka
sendiri daripada keinginan beliau
saw.. Sehubungan dengan hal tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَمَا
كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ
يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا﴿﴾
Dan
sekali-kali tidak layak bagi
laki-laki yang beriman dan tidak
pula perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan sesuatu urusan bahwa mereka menjadikan pilihan sendiri
dalam urusan dirinya. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya maka sungguh ia telah sesat suatu kesesatan yang nyata. (Al-Ahzāb
[33]:37).
Berikut ini adalah beberapa petunjuk Al-Quran berkenaan dengan sopan-santun (adab) serta pentingnya ketaatan sempurna kepada Nabi Besar
Muhammad saw., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَرۡفَعُوۡۤا
اَصۡوَاتَکُمۡ فَوۡقَ صَوۡتِ النَّبِیِّ
وَ لَا تَجۡہَرُوۡا لَہٗ بِالۡقَوۡلِ کَجَہۡرِ بَعۡضِکُمۡ لِبَعۡضٍ اَنۡ
تَحۡبَطَ اَعۡمَالُکُمۡ وَ اَنۡتُمۡ لَا تَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَغُضُّوۡنَ اَصۡوَاتَہُمۡ
عِنۡدَ رَسُوۡلِ اللّٰہِ اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ
امۡتَحَنَ اللّٰہُ قُلُوۡبَہُمۡ
لِلتَّقۡوٰی ؕ لَہُمۡ
مَّغۡفِرَۃٌ وَّ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ﴿﴾
Hai Orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu di
atas suara Nabi, dan janganlah
kamu bersuara keras kepadanya seperti meninggikan
suara sebagian kamu kepada sebagian lain supaya jangan menjadi sia-sia amal-amal kamu, sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di hadapan Rasulullah mereka
itulah orang-orang yang hati mereka
telah diuji Allah un-tuk bertakwa,
bagi mereka ada ampunan dan ganjaran
yang besar. (Al-Hujurāt [49]:3-4).
Ayat ini memberikan tekanan besar sekali
pada keharusan mengambil sikap hormat setinggi-tingginya terhadap
Nbai Besar Muhammad saw.. Orang-orang Islam
dikehendaki agar jangan bicara
dengan suara keras di hadapan beliau saw. atau menyapa beliau saw. dengan suara keras, yang bukan saja merupakan sikap kurang sopan bahkan dapat merusak akhlak seseorang yang begitu lancang dan tidak menunjukkan rasa hormat yang selayaknya terhadap pemimpinnya.
Sikap
Orang yang Biadab & Terulangnya “Zaman
Jahiliyah” di Akhir Zaman
Berbicara dengan nada halus di hadapan Nabi
Besar Muhammad saw. menunjukkan rasa
hormat terhadap beliau saw. dan menunjukkan kerendahan hati, sedangkan meninggikan
suara padahal tidak perlu berbau kesombongan
dan kepongahan. Selanjutnya Allah
Swt. berfirman:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُنَادُوۡنَکَ مِنۡ وَّرَآءِ
الۡحُجُرٰتِ اَکۡثَرُہُمۡ لَا یَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ اَنَّہُمۡ
صَبَرُوۡا حَتّٰی تَخۡرُجَ اِلَیۡہِمۡ
لَکَانَ خَیۡرًا لَّہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang memanggil-manggil
engkau dari belakang dinding kamar-kamar
kebanyakan mereka tidak mengerti.
Dan seandainya mereka
sabar hingga engkau keluar menemui mereka niscaya akan lebih baik bagi mereka. Tetapi Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Hujurāt [49]:5-6).
Memanggil Nabi Besar Muhammad saw. dengan suara keras dari luar rumah
sama dengan mengganggu ketenangan pribadi
dan waktu beliau saw. yang sangat berharga dan menunjukkan kekurang-hormatan terhadap wujud beliau
saw., dan hanya orang biadab sajalah
yang bisa bertingkah sebodoh itu.
Pendek kata, betapa sabarnya Nabi Besar Muhammad saw.
menghadapi sikap biadab kaumnya yang benar-benar tidak tahu sopan-santun terhadap seorang pemimpin, dan buah kesabaran Nabi Besar Muhammad saw.
tersebut secara perlahan
tetapi pasti telah berhasil
menjadikan bangsa Arab jahiliyah
menjadi “umat terbaik” yang dijadikan
bagi kemanfaatan seluruh manusia
(QS.2:144; QS.3:111) hanya dalam waktu 23 tahun saja. Benarlah firman-Nya
berikut ini:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا
یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dia-lah
Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang
rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
(Al-Jumu’ah
[62]:3-4).
Dalam ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا
یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- “Dan
juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka” terkandung nubuatan
(kabar gaib), bahwa setelah mengalami
masa kejayaan yang pertama selama 3
abad (300 tahun), masa kejahiliyah
di kalangan bangsa Arab yang terjadi di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. yang pertama tersebut akan kembali
terulang di kalangan mereka di Akhir Zaman, ketika kaum
atau umat Nabi Besar Muhammad saw. sudah
memeluk agama Islam, namun demikian umumnya
mereka telah memperlakukan Al-Quran
sebagai sebagai sesuatu yang tidak bernilai, firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ
اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا
الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ
جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ
ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya
kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.”
Dan demikianlah Kami telah menjadikan musuh bagi
tiap-tiap nabi dari antara orang-orang
yang berdosa, dan cukuplah Tuhan
engkau sebagai pemberi petunjuk
dan penolong. (Al-Furqān [25]:31-32).
Sabda Nabi Besar Muhammad Saw.
tentang
Keadaan Umumnya Umat Islam di Akhir Zaman
Ayat
ini dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan
diri orang-orang Muslim tetapi telah
menyampingkan Al-Quran dan telah
melemparkannya ke belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini
di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim
seperti dewasa ini.
Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran
melainkan kata-katanya” (Baihaqi,
Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa sekarang-sekarang
inilah saat yang dimaksudkan itu. Terjemahan Hadits tersebut selengkapnya berbunyi:
Akan datang pada manusia suatu zaman, ketika itu Islam tidak tinggal kecuali namanya, Al-Qur’an tidak tinggal kecuali tulisannya, masjid-masjid
megah namun kosong dari petunjuk, ulama mereka (‘ulama-uhum)
termasuk orang paling jelek (syarrun) yang berada di bawah langit ,
karena dari meraka timbul bebrapa fitnah
dan akan kembali pada dirinya“ (H.R. Baihaqi dari Ali R.A).
Menurut Wali Allah besar, Muhyiddin
Ibnu ‘Arabi bahwa ‘ulama-uhum (ulama mereka) itulah -- yakni para fuqaha
(ahli fiqih)
-- yang paling memusuhi Imam Mahdi a.s.
atau Al-Masih
Mau’ud a.s. ketika
beliau muncul di Akhir Zaman ini untuk
melakukan tugas sebagai “Hakim yang adil” berdasarkan petunjuk Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw. yang sebenarnya.
Sebenarnya dari pernyataan
Nabi Besar Muhammad saw. dalam hadits tersebut mengenai mereka: ‘ulama-uhum
syarrun merupakan pernyataan yang jelas mengenai penolakan Nabi Besar Muhammad saw..
mengenai keilmuan mereka yang dinisbahkan kepada beliau
saw.
Kenapa demikian? Sebab mengenai ulama
Islam yang hakiki
(QS.35:28-29), Nabi Besar Muhammad saw.
menyebut mereka sebagai ‘ulama
ummati (ulama umatku) kal-anbiyaa-i
bani Israil (seperti nabi-nabi Bani Israil),
yaitu para wali Allah besar dan para mujaddid
Islam, yang pada
zamannya orang-orang suci tersebut
telah dijatuhi fatwa kafir dan sesat oleh ‘ulama-uhum (ulama mereka) di zamannya
masing-masing, contohnya Imam Syafi’i
r.a., Imam Ghazali r.a., Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani r.a., dan lain-lain, seperti halnya para nabi
Allah di kalangan
Bani Israil telah diperlakukan sangat
buruk oleh para pemuka agama
Yahudi (Ahli
Taurat dan orang-orang Farisi) bahkan di antara mereka ada yang dibunuh, contohnya Nabi
Zakaria a.s. dan Nabi
Yahya a.s. (QS.2:88-89;
Matius 23:29-39).
Berikut adalah gambaran – dan juga nubuatan (kabar gaib) – mengenai nasib
buruk orang-orang
yang mendustakan dan menentang Rasul Akhir Zaman pada saat
missi suci Rasul Akhir Zaman -- mewujudkan
kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10) -- memperoleh kesuksesan, firman-Nya:
وَ یَوۡمَ تَشَقَّقُ السَّمَآءُ
بِالۡغَمَامِ وَ نُزِّلَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ
تَنۡزِیۡلًا ﴿﴾ اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی
الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾ وَ یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ
عَلٰی یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی
اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی
لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾ لَقَدۡ
اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ
لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾
Kerajaan yang haq pada hari itu milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada hari
itu atas orang-orang kafir sangat keras.
Dan pada
hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata: ”Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul
itu. Wahai celakalah aku, alangkah
baiknya seandainya aku tidak menjadikan
si fulan itu sahabat. Sungguh ia benar-benar telah melalaikanku dari
mengingat kepada Allah sesudah
ia datang kepa-daku.” Dan syaitan selalu
menelantarkan manusia. (Al-Furqān
[25]:27-30).
Kemudian
dalam ayat selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai Rasul Akhir Zaman yang didustakan tersebut:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ
اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا
الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا
لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا
وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya
kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.”
Dan demikianlah Kami telah menjadikan musuh bagi
tiap-tiap nabi dari antara orang-orang
yang berdosa, dan cukuplah Tuhan
engkau sebagai pemberi petunjuk
dan penolong. (Al-Furqān [25]:31-32).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14
September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar