Minggu, 15 September 2013

Kemelut Berkepanjangan di Timur Tengah & Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang Para Pemuka Agama Islam dan Keadaan Umat Islam






ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab 21

  Kemelut Berkepanjangan di Timur Tengah & Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang
Para Pemuka Agama Islam   dan Keadaan Umat Islam  di Akhir Zaman

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai akibat  ketidak-bersyukuran kepada  nikmat-nikmat  ruhani  Allah Swt., sebagaimana  yang dikatakan oleh  Nabi Musa a.s., firman-Nya:
وَ اِذۡ  تَاَذَّنَ  رَبُّکُمۡ  لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ  وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ  اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Tuhan engkau mengumumkan:  Jika kamu benar-benar bersyukur  niscaya  akan Kulimpahkan lebih banyak karunia kepada kamu, tetapi jika kamu benar-benar tidak bersyukur  sesungguhnya azab-Ku sungguh sangat  keras.”  (Ibrahim [14]:8).
       Syukr (syukur) itu tiga macam: (1) Dengan hati atau pikiran, yaitu dengan satu pengertian yang tepat dalam hati mengenai manfaat yang diperolehnya; (2) Dengan lidah, yaitu dengan memuji-muji, menyanjung atau memuliakan orang yang berbuat kebaikan; dan (3) Dengan anggota-anggota badan, yaitu dengan membalas kebaikan yang diterima setimpal dengan jasa itu.
   Syukr bersitumpu pada lima dasar: (a) kerendahan hati dari orang yang menyatakan syukur itu kepada dia yang kepadanya syukur itu dinyatakan, (b) kecintaan terhadapnya; (c) pengakuan mengenai jasa yang dia berikan, (d) sanjungan terhadapnya untuk itu; (e) tidak mempergunakan jasa itu dengan cara yang ia (orang yang telah memberikannya) tidak akan menyukainya.
   Itulah syukr dari pihak manusia. Syukr dari pihak Allah Swt.   ialah dengan mengampuni seseorang atau memujinya atau merasa puas terhadapnya,  berkemauan baik untuknya atau senang kepadanya, dan oleh karena itu merasa perlu memberi imbalan atau mengganjarnya (Lexicon Lane). Kita hanya dapat benar-benar bersyukur kepada  Allah Swt.  bila kita mempergunakan segala pemberian-Nya dengan tepat sesuai kehendak-Nya.

Mendustakan dan Menentang  Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

       Ketidak-bersyukuran lainnya yang dilakukan oleh para pemuka agama   Islam  terhadap keberadaan para mujaddid dan para wali Allah besar dibangkitkan Allah Swt. di setiap abad -- yang menurut Nabi Besar Muhammad saw. kedudukan mereka itu “seperti para Nabi Bani Israil” --  mencapai puncaknya di Akhir Zaman ini ketika mereka meniru sikap buruk para pemuka  kaum Yahudi   yang berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.4:157-159), yang juga dilakukan    terhadap  Rasul Akhir Zaman yang  merupakan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s..
     Padahal Allah Swt. dalam Al-Quran  telah memerintahkan umat Islam untuk bersikap seperti para hawari  (pengikut setia) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., bukan seperti perbuatan buruk para pemuka Yahudi (ahli Taurat dan Orang Farisi), firman-Nya:


یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada hawāriyyin (pengikut-pengikutnya yang setia),  Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi  orang-orang yang menang. (Ash-Shaf [61]:15). 
      Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. . menyampaikan tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan kaum Essenes – Nabi Iss Ibnu Maryam a.s. termasuk golongan terakhir sebelum beliau diutus sebagai rasul Allah.  
      Kaum Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para pengikut beliau di masa permulaan (“The Dead Sea Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para  Penolong” oleh Eusephus.
      Kata-kata penutup Surah ini sungguh sarat dengan nubuatan. Sepanjang zaman para pengikut Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.  telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi mereka – kaum Yahudi. Mereka telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan luas dan perkasa, sedang kaum Yahudi tetap merupakan kaum yang cerai-berai sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi Pengembara”).
       Sunnatullah yang ditetapkan Allah Swt. dalam Al-Quran akibat ketidak-bersyukuran berupa mendustakan dan menentang Rasul Allah adalah kedatangan berbagai bentuk azab Ilahi. Karena Allah Swt. tidak pernah menurunkan azab kepada umat manusia – bagaimana pun sesat dan durhakanya mereka – sebelum terlebih dulu kepada mereka Allah Swt. mengutus   Rasul Allah sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16;  QS.20:134-136; QS.28:60),  benarlah firman-Nya mengenai hal tersebut:  
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ  اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan  Allah  benar-benar Maha Menghargai,  Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:148).
       Di Akhir Zaman ini berbagai macam azab Ilahi yang pernah ditimpakan kepada kaum-kaum purbakala yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah telah kembali terjadi, hal tersebut merupakan dalil yang tidak dapat bantah  bahwa di Akhir Zaman ini Allah Swt. benar-benar telah mengutus Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada semua umat beragama dengan sebutan (nama) yang berbeda-beda (QS.77:8-20).

Hati Manusia  Semakin Keras

      Namun sangat disayangkan, umumnya umat  beragama di Akhir Zaman ini  bukannya  mensyukuri nikmat  Allah Swt. tersebut dengan beriman kepadanya dan membantu perjuangan sucinya (QS.3:191-195),  melainkan telah mendustakannya dan melakukan penentangan terhadapnya, sehingga akibatnya  Sunatullah tentang azab Ilahi pun kembali berlaku bagi  orang-orang yang tidak bersyukur.
        Pendustaan dan penentangan tersebut terjadi karena pada umumnya keadaan umumnya hati umat manusia telah  menjadi keras  akibat telah semakin  jauh dari masa kenabian yang penuh berkat, firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾   اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?   Ketahuilah, bahwasanya  Allah menghidupkan bumi sesudah mati-nya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
       Kalimat  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ --  ‘’dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka”, mengisyaratkan kepada  kerasnya keadaan hati orang-orang Yahudi di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً ؕ وَ  اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ  مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ فَیَخۡرُجُ مِنۡہُ الۡمَآءُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ  ؕوَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Lalu  hati kamu menjadi keras sesudah itu hingga seperti batu-batu atau lebih keras lagi, dan sesungguhnya di antara batu-batu  pun benar-benar ada yang darinya memancar sungai-sungai, dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang terbelah lalu keluar air darinya. Dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang jatuh menyungkur karena takut kepada Allah, dan Allah sekali-kali tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan.  (Al-Baqarah 2]:75).
        Pembunuhan terhadap orang Islam tak berdosa yang disebut dalam ayat-ayat  73-74 sebelumnya mencap nasib orang-orang Yahudi yang kemudian   hati mereka   semakin keras seolah-olah menjadi batu, bahkan lebih keras lagi. Ayat ini selanjutnya mengatakan bahwa sekali pun benda-benda mati seperti batu ada suatu kegunaannya, tetapi orang-orang Yahudi telah menjadi demikian rusak sehingga mereka jauh dari berbuat suatu kebajikan karena niat menjadi orang baik,  bahkan mereka tidak mau berbuat sesuatu yang dapat disebut suatu kebajikan sekali pun tanpa diengaja. Mereka telah menjadi lebih buruk daripada batu, sebab batu  pun ada kalanya keluar air yang orang dapat   meraih faedah darinya.
        Pernyataan  ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً  -- “Lalu  hati kamu menjadi keras sesudah itu hingga seperti batu-batu atau lebih keras lagi,”  itu tidak mengena kepada seluruh bangsa Yahudi, sebab tidak syak lagi ada beberapa orang Yahudi yang hatinya dicekam oleh rasa takut kepada Allah Swt.  Mengenai orang-orang itu Al-Quran mengatakan: di antaranya (yaitu di antara hati) ada yang  jatuh menyungkur  karena takut kepada Allah, kata ganti ha di sini pengganti qulub (hati) dan bukan sebagai ganti hajar (batu). Al-Quran mengandung beberapa contoh dari apa yang disebut intisyar al-dama’ir, yaitu kata-kata ganti serupa yang terdapat dalam ayat itu menggantikan berbagai kata benda (QS.48:10).

Kemelut di Timur Tengah: Hati yang Keras  Melawan Hati yang Keras

       Bukti mengenai hal tersebut adalah terjadinya   azab Ilahi  berupa  kemelut berkepanjangan yang terjadi di kawasan Timur Tengah selama ini – baik pertentangan dan peperangan antara umat Islam dengan pihak Israel,   maupun pertentangan dan peperangan di kalangan (intern) umat Islam sendiri,    yang telah menjatuhkan para penguasa otoriter berbagai negeri di kawasan tersebut,  contohnya:
       (1) Perang di antara Irak dan Iran yang bermula pada bulan September 1980 dan berakhir pada bulan Agustus 1988. Umumnya, perang ini dikenali sebagai Perang Teluk Persia,   hingga konflik Iraq-Kuwait meletus pada awal 1990-an, dan untuk beberapa waktu dikenali sebagai Perang Teluk Persia Pertama.
       (2)  Invasi Iraq ke Kuwait  -- yang diperintah Emir Kuwait, Syeikh Jaber Al Ahmed Al Sabah -- pada  2 Agustus 1990, yaitu  pada masa pemerintahan Presiden Sadam Hussein,   yang kemudian mengakibatkan serangan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang  berakhir dengan kejatuhan pemerintahan partai Baath pimpinan Presiden Saddam Hussein (20032011).
        Invasi Irak ke Kuwait tersebut disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam Perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab, yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi, serta perselisihan atas ladang minyak Rumeyla. Sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis.
       Irak juga terjerat utang luar negeri dengan beberapa negara, termasuk Kuwait dan Arab Saudi. Irak berusaha meyakinkan kedua negara tersebut untuk menghapuskan utangnya, namun ditolak. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.
      Akibat invasi ini, Kuwait meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990. Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab dan Afrika Utara --  kecuali Syria, Libya dan Yordania serta Palestina.
       Kemudian datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat, ditambah negara-negara Eropa Utara dan Eropa Timur), serta 2 negara Asia - Bangladesh dan Korea Selatan. Sementara, dari Afrika, Nigeria turut bergabung dalam koalisi. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf serta Jenderal Collin Powell. Pasukan negara-negara Arab dipimpin oleh Letjen. Khalid bin Sultan.
       Perang Iraq   bermula pada 20 Maret 2003  dengan serangan ke atas negara itu oleh Amerika Syarikat di bawah pentadbiran George W. Bush serta United Kingdom pimpinan Perdana Menteri Tony Blair.  Perang ini diakhiri secara resmi  oleh AS pada 15 Disember 2011, namun keganasan  akibat perang tersebut  berlanjut  di seluruh Negara hingga saat ini.
        (3) Kejatuhan Presiden Tunisia, Ben Ali. Akibat kecewa terhadap penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan pimpinan Ben Ali dan gejala pengangguran di Tunisia, seorang pemuda yang bekerja sebagai penjual sayur, Muhammad al-Buazizi, yang juga graduan universitas bertindak membunuh diri dengan membakar dirinya. Kejadian tragis ini telah mencetuskan Revolusi Rakyat Tunisia yang menyaksikan kejatuhan Ben Ali,74 yang berkuasa sejak 1988-2011.
        Yang menarik dari kejatuhan Ben Ali ini dianggap oleh ulama terkenal dunia, Syaikh al-Qaradhawi sebagai kejatuhan “taghut dan berhala terbesar, Hubal”.  Hubal adalah salah satu berhala yang disembah orang-orang Arab sebelum Islam. Ia berbentuk manusia yang patah lengannya, lalu orang-orang Arab membuatkan untuknya lengan dari  emas. Ulama itu  juga mengumpamakan orang-orang kanannya sebagai berhala al-Lat, al-’Uzza dan Manat yang menjadi sembahan orang-orang Arab jahiliah.
       Jika dilihat rekam jejak  Ben Ali sepanjang memerintah Tunisia,   dapat dipahami mengapa ulama terkenal  tersebut  menganggap seperti itu.  Semasa pemerintahannya wanita-wanita Tunisia dilarang mengenakan kudungan (busana Muslim) di tempat-tempat umum, sekolah dan universitas serta pejabat-pejabat pemerintahan.
      Ia juga mewajibkan ‘sistem card’ bagi yang  shalat di masjid. Melalui sistem ini, setiap orang yang  shalat di masjid diberikan card (kartu) yang akan ditandatangani sebelum shalat dan sesudah selesai  shalat. Masjid juga hanya dibuka beberapa menit sebelum sshlat dan ditutup segera setelah selesai shalat.
       Bagi tokoh akademik dan pemikir Tunisia, Nuruddin Mukhtar al-Khadimi, kejatuhan Ben Ali akan menumbuhkan kembali  ciri-ciri keislaman Tunisia yang sekian lama ditekan oleh Ben Ali sepanjang 23 tahun memerintah secara tangan besi. Kejatuhan Ben Ali yang memenangi Pemilihan Umum Presiden Tunisia dengan mendapat 99.02%    itu, dianggap  membuka lembaran baru sejarah Tunisia.
       (4) Pemimpin negara Libia, Muammar Kadhafi, yang sudah menguasai negara yang kaya dengan minyak dan gas selama 42 tahun ini,   merupakan sasaran berikutnya dari pembrontakan rakyat Arab sesudah jatuhnya presiden Tunisia, Ben Ali, dan Presiden Mesir Husni Mubarak. Tetapi, berlainan dengan di Tunisia dan Mesir, kejatuhan Kadhafi akan disertai dengan terbunuhnya korban yang jumlahnya jauh lebih banyak dan cara-caranya yang jauh lebih biadab.
       (5)  Kekacauan politik di Timur Tengah tersebut berlanjut dengan kemelut di Mesir dijatuhkannya  Presiden Hosni Mubarak  dari kekuasaannya,  disambung setahun kemudian dengan pelengseran Presiden Muhammad Moorsy  -- yang dalam pemilihan langsung Presiden Mesir tersebut  mendapat dukungan  golongan Ikhwanul Muslimin – oleh pihak militer Mesir karena dianggap tidak mamu menyelesaikan  kemelut yang berlangsung.
       (6) Kemelut berkepanjangan di Mesir tersebut belum selesai, lalu meletus lagi kemelut   di Suriah  terhadap pemerintahah dibawah pimpinan Presiden Bashar Al-Assad, yang juga sangat banyak menelan jumlah korban yang tewas serta kerugian material yang diderita umat Islam – baik dari pihak yang berkuasa mau pun pihak oposisi  (pemberontak) --  karena  pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad dianggap oleh pihak oposisi  memjalankan pemerintahan secara otoriter.


Kemelut di Suriah Sangat Berbahaya &
Akibat Melanggar Berbagai  Petunjuk Al-Quran

       Nampaknya kemelut di Suriah ini sangat  berbahaya karena telah menyebabkan negara-negara besar yang memiliki senjata nuklir saling kembali berhadapan, yakni Amerika Serikat dan negara-negara Eropa di pihak oposisi, dan Rusia serta China  -- dan juga  Iran -- di pihak Presiden Bashar Al-Assad.
      Kemelut di kawasan Timur tengah lainnya yang tidak pernah kunjung selesai tersebut adalah konflik di Palestina dan konflik di Lebanon serta di Yaman,  baik antara pihak Muslim dengan Non-Muslim mau pun antara sesama  Muslim  namun berbeda mazhab.

     Kegagalan penyelesaian konflik-konflik yang banyak menelan korban jiwa dan harta benda di kawasan Timur Tengah tersebut,  pada hakikatnya adalah karena mereka yang bertikai – khususnya  sesama umat Islam – telah meninggalkan  berbagai petunjuk Allah Swt. dalam Al-Quran, baik yang berkaitan  dengan pihak luar (non-Muslim), maupun dengan sesama Muslim.

        Petunjuk Allah Swt. yang dilanggar oleh umat Islam berkenaan dengan  intern umat Islam adalah   mendahului Allah Swt. dan Rasul Allah”, firman-Nya:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا  تُقَدِّمُوۡا بَیۡنَ یَدَیِ  اللّٰہِ  وَ رَسُوۡلِہٖ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului  Allah dan Rasul-Nya, tetapi bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Hujurāt [49]:1-2).
      Orang-orang beriman diperintahkan menghormati dan memuliakan Nabi Besar Muhammad saw.   dengan sewajarnya dan menunjukkan ketaatan tanpa bersyarat, lagi tidak mendahului perintah beliau saw. atau lebih mementingkan keinginan mereka sendiri daripada keinginan beliau saw.. Sehubungan dengan hal tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
 وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا﴿﴾
Dan sekali-kali tidak layak bagi laki-laki  yang beriman  dan tidak pula perempuan yang beriman,  apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan sesuatu urusan bahwa mereka menjadikan pilihan sendiri dalam urusan dirinya.  Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh  ia telah sesat  suatu kesesatan yang nyata. (Al-Ahzāb [33]:37).
      Berikut ini adalah beberapa petunjuk Al-Quran berkenaan dengan sopan-santun (adab) serta pentingnya ketaatan sempurna kepada Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَرۡفَعُوۡۤا اَصۡوَاتَکُمۡ  فَوۡقَ صَوۡتِ النَّبِیِّ وَ لَا تَجۡہَرُوۡا  لَہٗ  بِالۡقَوۡلِ کَجَہۡرِ بَعۡضِکُمۡ لِبَعۡضٍ اَنۡ تَحۡبَطَ اَعۡمَالُکُمۡ  وَ اَنۡتُمۡ  لَا تَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ  الَّذِیۡنَ یَغُضُّوۡنَ  اَصۡوَاتَہُمۡ عِنۡدَ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ امۡتَحَنَ اللّٰہُ قُلُوۡبَہُمۡ  لِلتَّقۡوٰی ؕ لَہُمۡ  مَّغۡفِرَۃٌ  وَّ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ﴿﴾   
Hai Orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu di atas suara Nabi,  dan janganlah kamu bersuara keras kepadanya seperti meninggikan suara sebagian kamu kepada sebagian lain supaya jangan menjadi sia-sia amal-amal kamu, sedangkan kamu tidak menyadari.  Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di hadapan Rasulullah mereka itulah orang-orang yang hati mereka telah diuji Allah  un-tuk bertakwa,  bagi mereka ada ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Hujurāt [49]:3-4).
       Ayat ini memberikan tekanan besar sekali pada keharusan mengambil sikap hormat setinggi-tingginya terhadap Nbai Besar Muhammad saw..  Orang-orang Islam  dikehendaki agar jangan bicara dengan suara keras di hadapan beliau saw. atau menyapa beliau saw. dengan suara keras, yang bukan saja merupakan sikap kurang sopan bahkan dapat merusak akhlak seseorang yang begitu lancang dan tidak menunjukkan rasa hormat yang selayaknya terhadap pemimpinnya.

Sikap Orang yang Biadab & Terulangnya  Zaman Jahiliyah di Akhir Zaman

        Berbicara dengan nada halus di hadapan  Nabi Besar Muhammad saw. menunjukkan rasa hormat terhadap beliau saw. dan menunjukkan kerendahan hati, sedangkan meninggikan suara padahal tidak perlu berbau kesombongan dan kepongahan. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُنَادُوۡنَکَ مِنۡ وَّرَآءِ الۡحُجُرٰتِ  اَکۡثَرُہُمۡ  لَا یَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ اَنَّہُمۡ صَبَرُوۡا حَتّٰی تَخۡرُجَ  اِلَیۡہِمۡ لَکَانَ خَیۡرًا لَّہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang memanggil-manggil engkau dari belakang dinding kamar-kamar kebanyakan mereka tidak mengerti.             Dan seandainya mereka  sabar hingga engkau keluar menemui mereka niscaya akan lebih baik bagi mereka. Tetapi Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Hujurāt [49]:5-6).
       Memanggil Nabi Besar Muhammad saw.  dengan suara keras dari luar rumah sama dengan mengganggu ketenangan pribadi dan waktu beliau saw. yang sangat berharga dan menunjukkan kekurang-hormatan terhadap wujud beliau saw., dan hanya orang biadab sajalah yang bisa bertingkah sebodoh itu.
        Pendek kata, betapa sabarnya Nabi Besar Muhammad saw. menghadapi  sikap biadab kaumnya yang benar-benar tidak tahu sopan-santun terhadap seorang pemimpin, dan buah kesabaran Nabi Besar Muhammad saw.  tersebut secara perlahan tetapi pasti telah berhasil menjadikan bangsa Arab jahiliyah menjadi “umat terbaik” yang dijadikan bagi kemanfaatan seluruh manusia (QS.2:144; QS.3:111) hanya dalam waktu 23 tahun saja. Benarlah firman-Nya berikut ini:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.   Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:3-4).
        Dalam ayat    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ    --  “Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka” terkandung nubuatan (kabar gaib), bahwa  setelah mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3 abad (300 tahun),  masa  kejahiliyah di kalangan bangsa Arab  yang terjadi di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yang pertama  tersebut  akan kembali terulang di kalangan mereka di Akhir Zaman,    ketika kaum atau umat Nabi Besar Muhammad saw.   sudah memeluk agama Islam, namun demikian umumnya mereka telah memperlakukan Al-Quran sebagai sebagai sesuatu yang tidak bernilai, firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.”   Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi  dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Tuhan engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong. (Al-Furqān [25]:31-32).

Sabda Nabi Besar Muhammad Saw. tentang
Keadaan Umumnya Umat Islam di Akhir Zaman

     Ayat ini dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini.
       Ada sebuah hadits  Nabi Besar Muhammad saw.    yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu. Terjemahan Hadits tersebut selengkapnya berbunyi:
Akan datang pada manusia suatu zaman, ketika itu Islam tidak tinggal kecuali namanya, Al-Qur’an tidak tinggal kecuali tulisannya, masjid-masjid megah namun kosong dari petunjuk, ulama mereka (‘ulama-uhum) termasuk orang paling jelek (syarrun) yang berada di bawah langit , karena dari meraka timbul bebrapa fitnah dan akan kembali pada dirinya“ (H.R. Baihaqi dari Ali R.A).
     Menurut Wali Allah besar, Muhyiddin Ibnu ‘Arabi bahwa  ‘ulama-uhum (ulama mereka) itulah    -- yakni para fuqaha (ahli fiqih) -- yang paling memusuhi Imam Mahdi a.s.  atau Al-Masih Mau’ud a.s. ketika beliau muncul  di Akhir Zaman ini untuk melakukan tugas sebagai “Hakim yang adil” berdasarkan petunjuk Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw.  yang sebenarnya.
      Sebenarnya dari  pernyataan  Nabi Besar Muhammad saw. dalam hadits tersebut mengenai mereka: ‘ulama-uhum syarrun  merupakan pernyataan yang jelas mengenai penolakan Nabi Besar Muhammad saw.. mengenai keilmuan  mereka yang dinisbahkan kepada beliau saw.
       Kenapa demikian? Sebab mengenai ulama Islam yang hakiki (QS.35:28-29),  Nabi Besar Muhammad saw. menyebut mereka  sebagai ‘ulama ummati  (ulama umatku) kal-anbiyaa-i bani Israil (seperti nabi-nabi Bani Israil), yaitu para wali Allah besar dan para mujaddid Islam, yang pada zamannya orang-orang suci tersebut  telah dijatuhi fatwa kafir dan sesat oleh   ulama-uhum (ulama mereka) di zamannya masing-masing, contohnya  Imam Syafi’i r.a., Imam Ghazali r.a.,    Syaikh  ‘Abdul Qadir al-Jailani r.a., dan lain-lain,  seperti halnya para nabi Allah di kalangan Bani Israil  telah diperlakukan sangat buruk  oleh para pemuka agama Yahudi (Ahli Taurat dan orang-orang Farisi) bahkan di antara mereka ada yang dibunuh, contohnya Nabi Zakaria a.s. dan Nabi Yahya a.s. (QS.2:88-89; Matius 23:29-39).
       Berikut adalah gambaran – dan juga nubuatan (kabar gaib) – mengenai nasib buruk orang-orang yang mendustakan dan menentang Rasul Akhir Zaman  pada saat   missi suci Rasul  Akhir Zaman  -- mewujudkan  kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10) --  memperoleh kesuksesan, firman-Nya:
وَ یَوۡمَ تَشَقَّقُ السَّمَآءُ بِالۡغَمَامِ وَ نُزِّلَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  تَنۡزِیۡلًا ﴿﴾  اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾  وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾  یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾   لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾
 Kerajaan yang haq pada hari itu  milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada  hari itu atas orang-orang kafir  sangat keras.   Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata:  Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak  menjadikan si fulan itu sahabat. Sungguh  ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepa-daku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusia. (Al-Furqān [25]:27-30).
        Kemudian dalam ayat selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai Rasul Akhir Zaman  yang didustakan tersebut:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.”   Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi  dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Tuhan engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong. (Al-Furqān [25]:31-32).





(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  14  September   2013














Tidak ada komentar:

Posting Komentar