Jumat, 27 September 2013

Hakikat "Tiga Serangkai" "Fir'aun, Haman dan Qarun" yang Menentang Nabi Musa a.s. di Mesir




ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab 31

  Hakikat Tiga Serangkai “Fir’aun, Haman, dan Qarun” yang Menentang Nabi Musa a.s.  di Mesir

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai kaum-kaum  lainnya yang dibangkitkan sebagai penerus kaum Nabi Nuh a.s., namun kemudian mereka pun mendustakan dan menentang keras para  rasul Allah yang diutus kepada mereka, akibat mempercayai itikad sesat  Lā nabiya ba’dahu (tidak ada lagi sesudahnya),  yang mereka warisi dari para penentang Nabi Nuh a.s.:
ثُمَّ بَعَثۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ رُسُلًا اِلٰی قَوۡمِہِمۡ فَجَآءُوۡہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ فَمَا کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡا بِمَا کَذَّبُوۡا بِہٖ  مِنۡ  قَبۡلُ ؕ کَذٰلِکَ نَطۡبَعُ عَلٰی قُلُوۡبِ الۡمُعۡتَدِیۡنَ ﴿﴾
Kemudian Kami mengutus sesudah dia rasul-rasul kepada kaum mereka masing-masing,  maka mereka datang dengan bukti-bukti nyata, tetapi mereka sama sekali tidak mau beriman kepadanya disebabkan mereka telah mendustakannya sebelum itu. Demikianlah Kami mencap hati orang-orang yang melampaui batas. (Yunus [10]:75).
     Allah Swt. tidak semau-maunya menyegel (mencap) hati orang-orang kafir melainkan  orang-orang kafir itu sendirilah yang dengan penolakan yang degil untuk mendengarkan Kalāmullāh (wahyu Ilahi) itu, telah meluputkan diri  mereka dari kemampuan melihat dan menerima kebenaran. Mereka sendirilah pencipta nasibnya yang buruk itu.

Makna “Sihir yang Nyata

       Dengan meninggalkan   kisah  Nabi Hud a.s., Nabi Shalih a.s., Nabi Ibrahim a.s. dan  Nabi Syu’aib a.a., selanjutnya Allah Swt.  mengemukakan kisah    Nabi Musa a.s. – yang merupakan rekan sejawat   Nabi Besar Muhammad saw. sebagai misal Nabi Musa a.s. (Ulangan 18:18; QS.46:11) --  firman-Nya:
ثُمَّ بَعَثۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ مُّوۡسٰی وَ ہٰرُوۡنَ اِلٰی فِرۡعَوۡنَ وَ مَلَا۠ئِہٖ بِاٰیٰتِنَا فَاسۡتَکۡبَرُوۡا وَ کَانُوۡا قَوۡمًا مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّا جَآءَہُمُ الۡحَقُّ مِنۡ عِنۡدِنَا قَالُوۡۤا اِنَّ ہٰذَا  لَسِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿۷۶﴾ قَالَ مُوۡسٰۤی اَتَقُوۡلُوۡنَ لِلۡحَقِّ لَمَّا جَآءَکُمۡ ؕ اَسِحۡرٌ ہٰذَا ؕ وَ لَا یُفۡلِحُ السّٰحِرُوۡنَ ﴿﴾
Kemudian sesudah mereka, Kami mengutus Musa dan Harun kepada Fir’aun dan para pembesarnya dengan Tanda-tanda Kami  tetapi mereka berlaku sombong, dan mereka itu kaum yang berdosa. Maka  tatkala datang kepada mereka haq (kebenaran) dari sisi Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata.”  Musa berkata: “Apakah kamu berkata demikian mengenai haq (kebenaran)  ketika ia benar-benar telah datang kepadamu? Sihirkah ini? Padahal  para penyihir itu tidak akan mendapat kemenangan.”  (Yunus [10]:76-78). 
      Dalam dua patah kata sihr dan mubin yang sederhana  itu yang dilontarkan  Fir’aun – dan juga orang-orang yang sejenis dengan dia di setiap zaman --  berkenaan dengan  haq (kebenaran) yang dibawa Rasul Allah,  tersembunyi hampir semua tipu-daya dan siasat licik yang dipergunakan oleh musuh-musuh untuk mengalahkan dan melumpuhkan kekuatan para nabi Allah.
      Orang-orang dengan alam pikiran yang cenderung kepada keagamaan dihasut oleh musuh-musuh kebenaran, bahwa ajaran baru yang dibawah Rasul Allah itu  bukan haq (kebenaran) melainkan  sihr atau tipu muslihat yang dapat merusak agama negeri itu.
    Sedang para nasionalis yang mengaku sangat menaruh perhatian kepada kesejahteraan mengenai kebendaan dari negeri mereka, dibuat takut dan menjauhi agama itu karena diberitakan bahwa dengan menerima ajaran baru itu akan timbul perpecahan dan kekacauan di antara berbagai golongan dalam negeri, dan dengan demikian akan memberikan pukulan maut kepada persatuan dan kesatuan nasional; mubin berarti pula sesuatu yang merusak persatuan atau mencerai-beraikan (Lexicon Lane).

Mereka yang Cenderung Kepada “Bisikan-bisikan Syaitan 

      Dengan demikian benarlah firman-Nya sebelum ini mengenai “syaitan-syaitan” dari kalangan jin dan ins (manusia) yang menjadi musuh-musuh  para rasul Allah: 
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ  اِلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی وَ حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا مَّا کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ  اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ  الۡجِنِّ  یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ لَوۡ شَآءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا  مَا  ہُمۡ  مُّقۡتَرِفُوۡنَ﴿﴾
Dan seandainya pun  Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka, orang-orang yang telah mati  berbicara dengan mereka, dan Kami mengumpulkan segala sesuatu berhadap-hadapan di depan mereka, mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka  berlaku jahil. Dan  dengan cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara ins (manusia) dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui, dan jika Tuhan engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dengan apa-apa yang mereka ada-adakan,   dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan. (Al-An’ām [6]:112-114).
       Firman Allah Swt.  mengenai syaitan-syaitan  -- yakni para pemimpin orang-orang kafir (QS.2:15-21) – dari kalangan jin (pemuka kaum) dan ins  (manusia awam) yang menjadi penentang keras para Rasul Allah tersebut, merupakan penjelasan mengenai ancaman iblis yang dikemukakan kepada Allah Swt. ketika ia diusir Allah Swt. dari “surga keridhaan-Nya” karena berlaku takabbur terhadap Adam (Khalifah Allah), ketika  diperintahkan Allah Swt.  untuk “sujud”  kepadanya bersama para malaikat (QS.7:12-19; QS.17:62-66).
       Pada hakikatnya keberadaan Fir’aun dan para pembesarnya (Haman dan Qarun) merupakan pelaksanaan  ancaman  Iblis yang paling lengkap terhadap Khalifah Allah pada zaman itu yakni Nabi Musa a.s. dalam kisah monumental “Adam, Malaikat dan Iblis” dalam Al-Quran,  firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا مُوۡسٰی بِاٰیٰتِنَا وَ سُلۡطٰنٍ مُّبِیۡنٍ ﴿ۙ﴾  اِلٰی فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ وَ قَارُوۡنَ فَقَالُوۡا سٰحِرٌ کَذَّابٌ ﴿﴾  فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِالۡحَقِّ مِنۡ عِنۡدِنَا قَالُوا اقۡتُلُوۡۤا اَبۡنَآءَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ وَ اسۡتَحۡیُوۡا نِسَآءَہُمۡ ؕ وَ مَا کَیۡدُ الۡکٰفِرِیۡنَ   اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿﴾
Dan  sungguh Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan Tanda-tanda Kami dan dalil yang nyata,   kepada Fir’aun, Haman dan Qarun,  lalu mereka berkata: “Ia tukang sihir dan pendusta besar!”    Maka tatkala ia (Musa) datang kepada mereka dengan kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata:  Bunuhlah   anak laki-laki mereka yang telah beriman beserta dia, dan biarkanlah hidup perempuan-perempuan mereka.” Dan sekali-kali tidaklah tipu-daya  orang-orang kafir itu kecuali sia-sia. (Al-Mu’min [40]:24-26).

Hakikat Keberadaan  Fir’aun, Haman dan Qarun
di Setiap Zaman Kenabian

     Sebagaimana halnya Nabi Musa a.s., demikian juga tiap-tiap nabi Allah mempunyai Fir’aun, Haman dan Qarunnya sendiri. Nama-nama itu masing-masing dapat melambangkan sifat kekuasaan (Fir’aun);  pejabat keagamaan  (Haman), dan kekayaan harta atau orang-orang kaya (Qarun), seperti halnya Haman itu kepala pejabat keagamaan, dan Qarun itu seorang yang kaya raya di antara kaum bangsawan Fir’aun.
       Kekuasaan politik tanpa batas, golongan pejabat keagamaan yang berwatak suka menjilat, dan nafsu kapitalisme yang tidak terkendalikan,  merupakan tiga keburukan yang senantiasa menghambat dan menghentikan pertumbuhan politik, ekonomi, akhlak, dan ruhani suatu bangsa, dan tentunya terhadap musuh-musuh manusia itulah para Pembaharu Suci --  yakni para Rasul Allah -- telah melancarkan perang sengit di sepanjang zaman (QS,7:35-37).
       Haman itu gelar pendeta agung dewa Amon; “ham” di dalam bahasa Mesir berarti  “pendeta agung”. Dewa Amon menguasai semua dewa Mesir lainnya. Haman adalah kepala khazanah dan lumbung negeri, dan juga yang mengepalai lasykar-lasykar dan semua ahli pertukangan di Thebes. Namanya adalah Nubunnef, dan ia pendeta agung di bawah Rameses II dan putranya yang bernama Merenptah.
Karena menjadi kepala organisasi kependetaan yang sangat kaya, merangkum semua pendeta di seluruh negeri, kekuasaannya dan wibawanya telah meningkat sedemikian rupa, sehingga ia menguasai suatu partai politik yang sangat berpengaruh, dan bahkan mempunyai suatu pasukan pribadi (“A story of Egypt” oleh James Henry Breasted, Ph.D).
      Qarun adalah seorang orang kaya raya. Ia dihargai sekali oleh Fir’aun dan sangat mungkin ia bendaharanya. Agaknya ia pejabat yang mengawasi tambang-tambang mas milik Fir’aun dan seorang ahli dalam teknik penggalian mas dari tambang-tambang.
       Bagian selatan Mesir, wilayah Qaru, terkenal dengan tambang-tambang emasnya. Karena akhiran “an” atau “on” berarti “tiang,” atau “cahaya,” maka kata majemuknya “Qur-on” berarti “tiang Qaru” dan merupakan gelar menteri pertambangan.
      Konon ia seorang dari Bani Israil dan beriman kepada Nabi Musa a.s., tertapi untuk mengambil hati Fir’aun agaknya ia telah menganiaya bangsanya sendiri dan berlaku sombong terhadap mereka, sebagai akibatnya azab Allah Swt. menimpa dirinya dan ia binasa yakni ia dan tempat tinggalnya  serta seluruh harta kekayaan yang sangat dibanggakannya     ditelan bumi (QS.28:77-83), firman-Nya:
اِنَّ قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ  مُوۡسٰی فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ  اِنَّ مَفَاتِحَہٗ  لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ  اُولِی الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿۷۶﴾  وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ  اِنَّمَاۤ   اُوۡتِیۡتُہٗ  عَلٰی  عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ ؕ اَوَ لَمۡ یَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ  قَدۡ اَہۡلَکَ مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُ  قُوَّۃً وَّ اَکۡثَرُ جَمۡعًا ؕ وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ  الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Qarun  adalah termasuk kaum Musa tetapi ia berlaku aniaya terhadap mereka. Dan Kami telah memberinya khazanah-khazanah yang kunci-kuncinya  sangat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat. Ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah eng-kau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Ia (Qarun)  berkata: “Sesungguhnya ini telah diberikan-Nya kepadaku karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah ia mengetahui bahwa  sungguh  Allah telah membinasakan banyak generasi sebelumnya  yang lebih besar kekua-saannya daripada dia dan lebih banyak harta kekayaannya? Dan   orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka. (Al-Qashash [28]:77-78). 
     Mafatih (kunci-kunci) adalah jamak dari dua kata maftah dan miftah, yang pertama berarti timbunan; khazanah; dan kata yang kedua berarti anak kunci (Lexicon Lane).
     Kalimat وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ  الۡمُجۡرِمُوۡنَ -- “Dan   orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka”, bahwa kesalahan kaum kafir akan begitu nyata sehingga pengusutan lebih lanjut akan dianggap tidak perlu untuk membuktikannya; atau artinya ialah orang-orang yang bersalah tidak akan diberi peluang membela diri, karena dosa-dosa dan keburukan-keburukan mereka telah begitu nyata sekali.

Upaya Membangun “Langit Baru dan Bumi Baru
 Melalui  Pengutusan “Khalifah Allah” (Rasul Allah)

    Pendek kata, ketiga golongan  orang-orang duniawi yang bekerjasama mengekalkan dominasi kemapanan mereka – yang dilambangkan oleh “Fir’aun, Haman, dan Qarun” – tersebut meyakini bahwa kemunculan para Rasul Allah akan sangat membahayakan kemapaman duniawi mereka.
      Itulah sebabnya di setiap zaman kenabian ketiga kekuatan tersebut bergabung untuk menghancurkan misi  suci para Rasul Allah  atau Khalifah Allah yang  diberi amanat oleh Allah Swt. untuk menciptakan “bumi baru dan langit baru” (QS.14:49-53) guna akan menggantikan  langit lama dan bumi lama” yang mereka  pertahankan karena telah terjadi kerusakan di selueurh kawasan “daratan dan lautan” (QS.30:42).
      Kenyataan tersebut sesuai dengan prediksi para malaikat mengenai kemunculan  orang-orang yang akan berbuat kerusakan di muka bumi  dan  akan menumpahkan darah  para pengikut Khalifah Allah, namun demikian mereka itu mendakwakan diri mereka sebagai para “pembuat perdamaian di muka bumi” dan sebagai “orang-orang  yang cerdas”, padahal menurut Allah Swt.  keadaan mereka itu bertentangan dengan pendakwaannya (QS.2:12-14), firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Tuhan engkau berfirman  kepada para  malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang  khalifah di bumi”, mereka berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan  di dalamnya dan akan menumpahkan darah,  padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian Engkau dan kami senantiasa mensucikan  Engkau?” Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah [2]:31).
    Para malaikat tidak mengemukakan keberatan terhadap rencana Ilahi atau  mereka mengaku diri mereka lebih unggul dari Khalifah Allah yakni Adam a.s..  Pertanyaan mereka didorong oleh    pengumuman Allah Swt.  mengenai rencana-Nya untuk mengangkat seorang khalifah, Karena wujud khalifah diperlukan bila tertib harus ditegakkan dan hukum harus dilaksanakan.
     Jadi, “keberatan semu” yang dikemukakan  para malaikat menyiratkan bahwa sebagai reaksi terhadap keberadaan Khalifah Allah tersebut, akan ada (muncul) orang-orang di bumi yang akan membuat kerusakan  dan menumpahkan darah karena kemapanan duniawi mereka  merasa terancam oleh keberadaan dan misi Khalifah Allah (Rasul Allah) tersebut,  karena manusia dianugerahi kekuatan-kekuatan besar untuk berbuat baik dan jahat.

Hakikat “Keberatan” yang Dikemukakan Para Malaikat

       Para malaikat menyebut segi gelap tabiat manusia, tetapi Allah Swt.   mengetahui bahwa manusia dapat mencapai tingkat akhlak yang sangat tinggi, sehingga ia dapat menjadi cermin (bayangan) sifat-sifat Ilahi, dan itu hanya akan terjadi jika ada penentangan dan perlawanan keras sebagai ujian keimanan  dari orang-orang yang beriman kepada Khalifah Allah (Rasul Allah) tersebut.
    Itulah salah satu makna jawaban Allah Swt. terhadap “keberatan” atau kekhawatiran para malaikat: اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ --  "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui", hal itu menyebutkan segi terang tabiat manusia melalui perjuangan di jalan Allah yang hakiki sehingga mereka pun benar-benar akan “bertemu” dengan Allah Swt., di dalam kehidupan di dunia ini juga dan akan menjadi   khalifah-khalifah Allah di muka bumi (QS.20:70; QS.21:102-104; QS.41:31-33; QS.46:14-15; QS.84:7-10; QS.89:18-31).
     Pendek kata, pertanyaan para malaikat   وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ --  “padahal kami senantiasa  bertasbih dengan pujian Engkau dan kami senantiasa mensucikan Engkau?”  hal tersebut  bukan sebagai celaan terhadap perbuatan Allah Swt., melainkan sekedar mencari ilmu yang lebih tinggi mengenai sifat dan hikmah  penciptaan    khalifah Allah tersebut.
    Bukti mengenai kenyataan tersebut dijelaskan dalam ayat-ayat selanjutnya, sehingga ketika para malaikat telah merasa yakin mengenai keunggulan Adam (Khalifah Allah) atas diri mereka berkenaan dengan berbagai rahasia Sifat-sifat sempurna Allah Swt. (al-Asma-ul husna) yang diajarkan langsung Allah Swt. kepada Adam (QS.3:180; QS.72:27-29), maka dengan penuh ketaatan mereka pun “sujud” (patuh taat sepenuhnya) kepada Adam, ketika diperintahkan Allah Swt.  kepada mereka, kecuali iblis yang  berlaku takabbur  karena merasa lebih mulia dan lebih unggul dalam segala seginya daripada Adam (Khalifah Allah - QS.2:32-35; QS.7:12-19), sebagaimana  halnya  ketakaburan Fir’aun dan para pembesarnyaterhadap pengutusan Nabi Musa a.s.  – sebagai Khalifah Allah pada zaman itu. Berikut   reaksi keras dan provokasi Fir’aun, firman-Nya: 
وَ قَالَ فِرۡعَوۡنُ  ذَرُوۡنِیۡۤ  اَقۡتُلۡ مُوۡسٰی وَ لۡیَدۡعُ  رَبَّہٗ ۚ  اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اَنۡ یُّبَدِّلَ دِیۡنَکُمۡ اَوۡ اَنۡ یُّظۡہِرَ فِی الۡاَرۡضِ الۡفَسَادَ ﴿﴾  وَ قَالَ مُوۡسٰۤی اِنِّیۡ عُذۡتُ بِرَبِّیۡ وَ رَبِّکُمۡ مِّنۡ کُلِّ مُتَکَبِّرٍ لَّا یُؤۡمِنُ بِیَوۡمِ الۡحِسَابِ ﴿٪﴾
Dan Fir’aun berkata: “Biarkanlah aku membunuh Musa dan supaya dia menyeru Tuhan-nya,  sesungguhnya aku takut bahwa ia akan mengubah agama kamu atau menimbulkan kerusakan di  bumi.”   Dan Musa berkata:   Aku berlindung  kepada Tuhan-ku dan Tuhan kamu dari setiap orang-orang yang sombong yang tidak beriman kepada Hari Perhitungan.” (Al-Mu’min [40]:27-28).
  Terhadap makar buruk  yang akan dilakukan oleh Fir’aun dan para pembesarnya tersebut Nabi Musa a.s.  berkata:: 
وَ قَالَ مُوۡسٰۤی اِنِّیۡ عُذۡتُ بِرَبِّیۡ وَ رَبِّکُمۡ مِّنۡ کُلِّ مُتَکَبِّرٍ لَّا یُؤۡمِنُ بِیَوۡمِ الۡحِسَابِ ﴿٪﴾
Dan Musa berkata:   Aku berlindung  kepada Tuhan-ku dan Tuhan kamu dari setiap orang-orang yang sombong yang tidak beriman kepada Hari Perhitungan.” (Al-Mu’min [40]:28).
  Allah Swt. itu tempat berlindung terakhir bagi para nabi Allah dan para pilihan Tuhan. Mereka menutup pintu-Nya  bila mereka melihat kegelapan di sekitar mereka dan bila kekuatan-kekuatan kejahatan bertekad melenyapkan kebenaran yang dianjurkan dan disebarkan mereka.

Fitnah dan Provokasi yang Senantiasa Berulang

  Dengan demikian jelaslah mengenai berbagai  fitnah dan provokasi yang dilontarkan Fir’aun dan para pembesarnya terhadap kebenaran (haq) dari Allah yang dibawa oleh Nabi Musa a.s.  yakni mengapa  para penentang Rasul Allah tersebut di setiap zaman  menyebut haq (kebenaran) dari Allah Swt. tersebut   sihir yang nyata” (QS.5:111; QS.6:8; QS.19:77-78; QS.11:8; QS.27:14; QS.34:44; QS.37:16; QS,46:8; QS.61:7),  firman-Nya:
ثُمَّ بَعَثۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ مُّوۡسٰی وَ ہٰرُوۡنَ اِلٰی فِرۡعَوۡنَ وَ مَلَا۠ئِہٖ بِاٰیٰتِنَا فَاسۡتَکۡبَرُوۡا وَ کَانُوۡا قَوۡمًا مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّا جَآءَہُمُ الۡحَقُّ مِنۡ عِنۡدِنَا قَالُوۡۤا اِنَّ ہٰذَا  لَسِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿۷۶﴾ قَالَ مُوۡسٰۤی اَتَقُوۡلُوۡنَ لِلۡحَقِّ لَمَّا جَآءَکُمۡ ؕ اَسِحۡرٌ ہٰذَا ؕ وَ لَا یُفۡلِحُ السّٰحِرُوۡنَ ﴿﴾
Kemudian sesudah mereka, Kami mengutus Musa dan Harun kepada Fir’aun dan para pembesarnya dengan Tanda-tanda Kami  tetapi mereka berlaku sombong, dan mereka itu kaum yang berdosa. Maka  tatkala datang kepada mereka haq (kebenaran) dari sisi Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata.”  Musa berkata: “Apakah kamu berkata demikian mengenai haq (kebenaran)  ketika ia benar-benar telah datang kepadamu? Sihirkah ini? Padahal  para penyihir itu tidak akan mendapat kemenangan.”  (Yunus [10]:76-78). 
     Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam dua patah kata sihr dan mubin yang sederhana  itu yang dilontarkan  Fir’aun – dan juga orang-orang yang sejenis dengan dia di setiap zaman --  berkenaan dengan  haq (kebenaran) yang dibawa Rasul Allah,  tersembunyi hampir semua tipu-daya dan siasat licik yang dipergunakan oleh musuh-musuh untuk mengalahkan dan melumpuhkan kekuatan para nabi Allah.
      Orang-orang dengan alam pikiran yang cenderung kepada keagamaan dihasut oleh musuh-musuh kebenaran, bahwa ajaran baru yang dibawah Rasul Allah itu bukan haq (kebenaran) melainkan  sihr atau tipu muslihat yang dapat merusak agama negeri itu.
    Sedang para nasionalis yang mengaku sangat menaruh perhatian kepada kesejahteraan mengenai kebendaan dari negeri mereka, dibuat takut dan menjauhi agama itu karena diberitakan bahwa dengan menerima ajaran baru itu akan timbul perpecahan dan kekacauan di antara berbagai golongan dalam negeri, dan dengan demikian akan memberikan pukulan maut kepada persatuan dan kesatuan nasional; mubin berarti pula sesuatu yang merusak persatuan atau mencerai-beraikan (Lexicon Lane).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  24  September   2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar