Sabtu, 31 Agustus 2013

Kesabaran Para Rasul Allah -- terutama Nabi Besar Muhammad saw. -- Menghadapi Kedegilan Para Penentang Mereka yang Takabur




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād 


Bab 7

Kesabaran Para Rasul Allah -- terutama Nabi Besar Muhammad Saw. -- Menghadapi Kedegilan Para Penentang Mereka yang Takabur

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  peringatan Allah Swt. kepada kaum  musyrik Mekkah mengenai kelemahan duniawi mereka jika dibandingkan dengan kaum-kaum purbakala,  yang juga mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, firman-Nya: 
کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ وَّ عَادٌ وَّ فِرۡعَوۡنُ  ذُو الۡاَوۡتَادِ ﴿ۙ﴾  وَ ثَمُوۡدُ وَ قَوۡمُ لُوۡطٍ وَّ اَصۡحٰبُ  لۡـَٔیۡکَۃِ ؕ اُولٰٓئِکَ  الۡاَحۡزَابُ ﴿﴾  اِنۡ کُلٌّ   اِلَّا کَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ ﴿٪﴾
Sebelum mereka kaum Nuh,   ‘Ad dan Fir’aun yang memiliki lasykar-lasykar besar telah mendustakan pula. Dan suku Tsamud, kaum Luth dan penghuni hutan, mereka itu golongan perserikatan. Tidak lain  mereka semua  itu  melainkan mendustakan rasul-rasul, maka pasti azab-Ku menimpa mereka. (Shād [38]:16-18).
    Ungkapan  autad-al-ardh (pasak bumi) berarti gunung-gunung; dan autad-al-bilad maksudnya para pemuka kota-kota itu; dzul-autad berarti pemilik lasykar-lasykar atau pemilik  pasukan-pasukan besar (Aqrab-al-Mawarid). Selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
وَ مَا یَنۡظُرُ ہٰۤؤُلَآءِ  اِلَّا صَیۡحَۃً  وَّاحِدَۃً مَّا لَہَا مِنۡ  فَوَاقٍ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا رَبَّنَا عَجِّلۡ  لَّنَا قِطَّنَا قَبۡلَ یَوۡمِ  الۡحِسَابِ ﴿﴾  اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ   ذَا  الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ   اَوَّابٌ﴿﴾
Dan  mereka sekali-kali tidak menunggu melainkan satu teriakan  dan sekali-kali tidak ada baginya  saat berselang.  Dan mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, segerakanlah bagi kami bagian kami sebelum Hari Perhitungan.”  Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar,  sesungguhnya ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād [38]:13-15).

Perbedaan Pemanfaatan Kekuasan Duniawi antara Para Rasul Allah
dengan Para Penguasa Dunia

       Kata  fawāq dalam ayat وَ مَا یَنۡظُرُ ہٰۤؤُلَآءِ  اِلَّا صَیۡحَۃً  وَّاحِدَۃً مَّا لَہَا مِنۡ  فَوَاقٍ  -- “Dan  mereka sekali-kali tidak menunggu melainkan satu teriakan  dan sekali-kali  tidak ada baginya  saat berselang” berarti: “waktu antara dua pemerahan; waktu antara dua penyusuan; kembalinya lagi air susu ke dalam kantong susu unta betina sesudah diperah; waktu antara seseorang membuka tangan dan memegang kembali kantong susu unta betina; atau bila tukang perah susu memegang kantong susu dan kemudian terus memerah (Lexicon Lane).
       Artinya,  jika azab Ilahi yang dijanjikan Rasul Allah akan menimpa mereka itu   -- dan mereka pun menantang untuk segera datang --  maka kedatangan azab Ilahi tersebut sangat tiba-tiba sekali sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka untuk  menyelamatkan diri dari kebinasaan.
     Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat    اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ   ذَا  الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ   اَوَّابٌ -- “Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar”. Nabi Daud a.s., Nabi Sulaiman a.s., dan Nabi Ayyub a.s.   mempunyai kekuasaan, pengaruh, dan kekayaan besar --  --   ذَا  الۡاَیۡد  dan itulah  sebabnya mengapa beliau-beliau itu senantiasa disebut bersama-sama dalam Al-Quran (QS.4:164; QS.6:85; dan QS.21:80-84).
      Berbeda dengan para pemuka kaum-kaum purbakala – terutama Raja Namrud di zaman Nabi Ibrahim a.s. dan Fir’aun di zaman Nabi Musa a.s. yang menggunakan kekauasaan mereka untuk menzalimi para rasul Allah serta para pengikutnya – sebaliknya kekuasaan  dan kekayaan duniawi  yang dimiliki para Rasul Allah, contohnya Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s,. tidak pernah dipergunakan untuk menghancurkan para penentangnya dengan cara kekerasan, terutama Nabi Besar Muhammad saw..
      Bahkan ketika  malaikat gunung menawarkan kepada Nabi Besar Muhammad saw. untuk menghancurkan penduduk Thaif yang telah menganiaya beliau saw. dan Zaid bin Haritsah r.a.  dengan lemparan batu, ketika  pergi berdakwah  kepada penduduk Thaif namun tawaran tersebut ditolak oleh Nabi Besar Muhammad saw.: “Jangan, karena aku mengharapkan kelak dari kalangan mereka  ada yang menjadi para penyembah Tauhid Ilahi.”
       Jika Nabi Besar Muhammad saw. menghendaki,  beliau saw.   melalui doa beliau saw. yang sangat mustajab dapat saja menghancur-luluhkan para penganiaya beliau saw. dan umat Islam, tetapi kenyataan dalam  keadaan terluak parah pun  doa yang dipanjatkan Nabi Besar Muhammad saw. adalah: “Allāhuma-hdi qawmiy fa-innahum lā ya’lamūn --  Ya Allah, berilah kaumku petunjuk karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Kesabaran Nabi Daud a.s. Melayani Tuduhan Keji
Dua Orang yang Akan Membunuh Beliau

     Selanjutnya Allah Swt. mengemukakan kekuasaan besar  yang dianugerahkan kepada Nabi Daud a.s. dalam bahasa kiasan, firman-Nya:
اِنَّا سَخَّرۡنَا الۡجِبَالَ مَعَہٗ یُسَبِّحۡنَ بِالۡعَشِیِّ  وَ  الۡاِشۡرَاقِ ﴿ۙ﴾   وَ الطَّیۡرَ  مَحۡشُوۡرَۃً ؕ کُلٌّ   لَّہٗۤ   اَوَّابٌ﴿﴾  وَ شَدَدۡنَا مُلۡکَہٗ  وَ اٰتَیۡنٰہُ  الۡحِکۡمَۃَ وَ فَصۡلَ  الۡخِطَابِ ﴿﴾
Sesungguhnya Kami menundukkan gunung kepadanya, mereka bersama dia menyanjungkan kesucian Tuhan  pada waktu petang dan pagi hari.   Dan juga burung-burung yang berhimpun bersama-sama, masing-masing selalu kembali bertaubat kepada-Nya. Dan Kami meneguhkan kerajaannya dan Kami menganugerahkan  kepadanya kebijaksanaan dan ketepatan memutuskan perkara. (Shād [38]:19-21).
       Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. mengemukakan salah satu contoh kesabaran  Nabi Daud a.s. menghadapi orang-orang durhaka di kalangan suku-suku Bani Israil yang selalu mencari-cari kesempatan untuk membunuh beliau karena mereka merasa dengki kepada Nabi Daud a.s. karena Allah Swt. telah mengangkat beliau sebagai raja atas suku-suku Bani Israil, dimana  sebelumnya Bani Israil terpecah-belah dan senantiasa menjadi sasaran kezaliman suku-suku bangsa lain   (QS.2:247-253), berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ ہَلۡ  اَتٰىکَ نَبَؤُا الۡخَصۡمِ ۘ اِذۡ  تَسَوَّرُوا  الۡمِحۡرَابَ ﴿ۙ﴾ اِذۡ  دَخَلُوۡا عَلٰی دَاوٗدَ  فَفَزِعَ مِنۡہُمۡ  قَالُوۡا لَا تَخَفۡ ۚ خَصۡمٰنِ بَغٰی بَعۡضُنَا عَلٰی بَعۡضٍ فَاحۡکُمۡ  بَیۡنَنَا بِالۡحَقِّ  وَ لَا تُشۡطِطۡ وَ اہۡدِنَاۤ  اِلٰی سَوَآءِ  الصِّرَاطِ ﴿﴾ اِنَّ  ہٰذَاۤ  اَخِیۡ ۟ لَہٗ  تِسۡعٌ وَّ تِسۡعُوۡنَ نَعۡجَۃً  وَّ لِیَ نَعۡجَۃٌ  وَّاحِدَۃٌ ۟ فَقَالَ اَکۡفِلۡنِیۡہَا وَ عَزَّنِیۡ  فِی الۡخِطَابِ ﴿﴾
Dan sudahkah datang kepada engkau kabar mengenai orang-orang yang pura-pura bertengkar ketika  mereka itu memanjat dinding kamar pribadinya.  Ketika mereka masuk mendatangi Daud, lalu ia terkejut karena  mereka itu. Mereka berkata: “Janganlah takut, kami dua orang sedang bersengketa, kami berlaku zalim ter-hadap satu sama lain  maka hakimilah di antara kami dengan keadilan, dan janganlah menzalimi kami dan tunjukilah kami ke jalan lurus. Sesungguhnya saudaraku ini memiliki sembilan puluh sembilan domba betina, dan aku  memiliki seekor domba betina, tetapi ia berkata: ‘Serahkanlah itu kepadaku,’ dan ia telah mengungguli diriku dalam pembicaraan.” (Shād [38]:22-24).
     Nampak dari sejarah bahwa meskipun kekuasaan Bani Israil telah mencapai puncaknya selama Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. memegang kekuasaan, namun para pengacau giat menimbulkan huru-hara dan perpecahan; tuduhan-tuduhan palsu kepada beliau-beliau dengan gencar dilancarkan dan disebarkan, bahkan beberapa orang jahat pikiran berusaha membunuh Nabi Daud a.s.. Kepada percobaan membunuh Nabi Daud a.s.   serupa itulah yang diisyaratkan dalam ayat ini.
 Dua orang musuh  Nabi Daud a.s.   memanjat dinding kamar pribadi beliau dengan niat menyergap beliau, tetapi ketika mereka melihat beliau berada dalam keadaan siap-siaga dan menyadari bahwa rencana buruk mereka telah gagal, mereka berusaha menenangkan beliau dan berpura-pura hanya dua orang bersengketa dan telah datang meminta keputusan beliau dalam sengketa itu. Tetapi Nabi Daud a.s.   mengerti benar akan niat jahat mereka, dan oleh karena itu wajarlah kalau beliau merasa takut terhadap mereka.
  Ayat ini menunjuk kepada kisah dua orang yang berniat membunuh Nabi Daud a.s.; tatkala mereka melihat beliau cukup bersiap-siaga, agaknya mereka telah mendapat akal seketika itu juga, dalam upaya mengelabui dan membelokkan pikiran beliau dari persangkaan buruk yang mungkin timbul pada beliau tentang mereka dan meredakan kekhawatiran beliau.

Bantahan Nabi Daud a.s. yang Penuh Hikmah

    Walau pun Nabi Daud a.s. mengetahui kebohongan cerita kedua orang tersebut, namun demikian beliau tidak bertindak keras kepada kedua orang jahat tersebut melainkan menanggapi pengaduan – yang sebenarnya merupakan sin diran terhadap beliau – dengan cara-cara yang sangat  bijaksana serta secara tersamar Nabi Daud a.s. menjawab tuduhan dusta (fitnah) kedua orang tersebut bahwa beliau seorang raja yang zalim dan tamak, firman-Nya:
قَالَ لَقَدۡ ظَلَمَکَ بِسُؤَالِ نَعۡجَتِکَ  اِلٰی نِعَاجِہٖ ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ الۡخُلَطَآءِ لَیَبۡغِیۡ  بَعۡضُہُمۡ عَلٰی بَعۡضٍ  اِلَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَ قَلِیۡلٌ مَّا ہُمۡ ؕ وَ ظَنَّ دَاوٗدُ  اَنَّمَا فَتَنّٰہُ  فَاسۡتَغۡفَرَ رَبَّہٗ  وَ خَرَّ   رَاکِعًا وَّ  اَنَابَ ﴿ٛ﴾
Ia, Daud, berkata: “Sungguhnya ia benar-benar telah berlaku zalim terhadap engkau dengan meminta domba betina engkau untuk menambahkannya kepada domba-domba betinanya. Dan sesungguhnya banyak di antara orang-orang yang berserikat itu benar-benar berlaku zalim, sebagian terhadap sebagian lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih  tetapi mereka itu   sedikit.” Dan Daud menyangka bahwa Kami telah menguji dia  maka ia memohon ampun kepada Tuhan-nya, dan ia merebahkan diri menyatakan kepatuhan dan menghadapkan diri  kepada-Nya. (Shād [38]:25).
   Jadi,  Nabi Daud a.s.   tidak terkelabui oleh cerita dusta kedua orang yang akan membunuh beliau, yang berkedok sebagai orang-orang biasa yang sedang bersengketa, beliau memahami benar sandiwara itu. Meskipun  Nabi Daud a.s. tidak kehilangan akal dan memberikan keputusan seperti seorang hakim yang sehat dan tenang pikirannya, tetapi beliau menyadari bahwa kewibawaan beliau atas kaum beliau telah melemah dan bahwa, meskipun tindakan pencegahan telah diambil, beliau sama sekali tidak aman terhadap rencana dan komplotan-komplotan jahat musuh beliau.
  Ayat وَ ظَنَّ دَاوٗدُ  اَنَّمَا فَتَنّٰہُ   -- “Dan Daud menyangka bahwa Kami telah menguji dia yakni Nabi Daud a.s.   merasa bahwa peristiwa itu merupakan peringatan dari Allah Swt.    karena itu beliau menempuh jalan satu-satunya, seperti dilakukan orang-orang bertakwa  dalam keadaan demikian, yakni kembali kepada Allah Swt..

Menganggap Sebagai Peringatan Allah Swt.

  Beliau mendoa kepada Allah Swt. dan memohon perlindungan-Nya terhadap rencana-rencana dan komplotan-komplotan buruk musuh beliau  فَاسۡتَغۡفَرَ رَبَّہٗ  وَ خَرَّ   رَاکِعًا وَّ  اَنَابَ  --  “maka ia memohon ampun kepada Tuhan-nya, dan ia merebahkan diri menyatakan kepatuhan dan menghadapkan diri  kepada-Nya.”
 Sindiran yang terkandung di balik ceritera orang-orang yang pura-pura bersengketa itu  adalah  bahwa Nabi Daud a.s. itu seorang raja zalim yang memperluas kekuasaannya atas suku-suku bangsa tetangga yang kecil dan lemah,  namun tuduhan tersebut dibantah Allah Swt., firman-Nya:
فَغَفَرۡنَا لَہٗ  ذٰلِکَ ؕ وَ  اِنَّ  لَہٗ عِنۡدَنَا لَزُلۡفٰی وَ حُسۡنَ مَاٰبٍ ﴿﴾  یٰدَاوٗدُ  اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ  ﴿٪﴾  وَ مَا خَلَقۡنَا السَّمَآءَ  وَ الۡاَرۡضَ وَ مَا بَیۡنَہُمَا بَاطِلًا ؕ ذٰلِکَ ظَنُّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚ فَوَیۡلٌ  لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنَ النَّارِ ﴿ؕ﴾
Maka Kami mengampuni baginya hal itu, dan sesungguhnya ia benar-benar memiliki kedudukan yang dekat di sisi Kami dan sebaik-baik tempat kembali. “Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena mereka  melupakan Hari Perhitungan. (Shād [38]:26-27).
      Ungkapan ghafarnā  lahu dapat berarti  “Kami memberikan kepadanya perlin-dungan Kami,” atau “Kami bereskan urusan-urusannya” (Lexicon Lane). Kata-kata  وَ  اِنَّ  لَہٗ عِنۡدَنَا لَزُلۡفٰی وَ حُسۡنَ مَاٰبٍ -- “dan sesungguhnya ia mempunyai kedudukan akrab di sisi Kami dan sebaik-baik tempat kembali,” menunjukkan bahwa Nabi Daud a.s. tidak menderita kerusakan akhlak atau kelemahan ruhani, dan dengan jitu sekali melenyapkan dan membinasakan tuduhan keji seakan-akan Nabi Daud a.s.   telah melakukan zina seperti dituduhkan Bible terhadap beliau (II Semuil 11:4-5).

Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

     Upaya pembunuhan terhadap Nabi Daud a.s.  adalah salah satu contoh dari sekian banyak kedurhakaan Bani Israil terhadap Nabi Daud a.s., sehingga dalam hati beliau pun terbersit kutukan  kepada mereka, firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ﴿﴾  تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam, hal demikian itu karena mereka senantiasa durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya,  benar-benar sangat  buruk apa yang senantiasa  mereka ker-jakan. Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir  sebagai  pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah  mereka dahulukan  bagi diri mereka yaitu bahwa Allah murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah mereka akan kekal. (Al-Māidah [5]:79-81).
      Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud a.s.    dan Nabi Isa  ibnu Maryam a.s. tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  mencapai puncaknya, ketika beliau dipakukan pada  kayu salib, dan penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud a.s. dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat merawankan hati. Dari lubuk hati yang penuh kepedihan, Nabi Daud a.s.  dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengutuk mereka.
     Kutukan Nabi Daud a.s.  mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar raja dari Babilonia yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi (QS.2:260), sedangkan akibat kutukan Nabi Isa a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus dari kerajaan Romawi yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi, membinasakan kota dan menodai rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu (QS.17:5-9)
    Salah satu di antara dosa-dosa besar yang membangkitkan amarah Tuhan atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka. 
    Kembali kepada firman Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat    اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ   ذَا  الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ   اَوَّابٌ -- “Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar”.  Pertanyaannya adalah: Mengapa   dalam ayat tersebut Allah Swt. tidak memerintahkan Nabi Besar Muhammad saw.  agar bersabar seperti Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.?

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

 ***


Pajajaran Anyar, 28 Agustus  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar