بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 10
Perbedaan Perlakuan Allah Swt.Terhadap Orang-orang
yang Bertakwa dan Terhadap Orang-orang Takabbur
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai kesadaran
ruhan yang terjadi dalam diri orang-orang
yang mempergunakan akal (bashirah) atau ‘ulama
hakiki, yang dikemukakan dalam Qs.3:191—193 dan QS. 35:28-29, setelah melihat berbagai bentuk kobaran api kemurkaan Ilahi yang melanda kehidupan
umat manusia -- termasuk di Akhir Zaman ini -- maka dalam hatinya munculnya keyakinan mengenai kebenaran
pendakwaan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
Allah Swt. melalui para Rasul Allah sebelumnya, firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ
النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ
وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ
ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ
اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾
Sesungguhnya
dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta pertukaran
malam dan siang benar-benar terdapat
Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil berbaring atas rusuk mereka,
dan mereka memikirkan mengenai
penciptaan seluruh langit dan bumi
seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia, Maha
Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api. Wahai
Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa
yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun.
(Ali
‘Imran [3]:191-193).
Azab Ilahi Terjadi Setelah Rasul Allah Didustakan secara Zalim
Kenapa demikian? Sebab merupakan Sunatullah
bahwa Allah Swt. tidak pernah
menurunkan azab kepada manusia
sebelum terlebih dulu datang Rasul Allah
yang kedatangannya dijanjikan
(QS.17:16; QS.20:134-136), firman-Nya:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ
اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا
فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا
مَعَ الۡاَبۡرَارِ ﴿ۚ رَبَّنَا وَ اٰتِنَا
مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ
لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
Wahai Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah mendengar
seorang Penyeru menyeru kami kepada
keimanan seraya berkata: "Berimanlah
kamu kepada Tuhan-mu" maka kami
telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah
dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama
orang-orang yang berbuat kebajikan. Wahai
Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada
kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghi-nakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah me-nyalahi janji.”
(Ali
‘Imran [3]:194-195).
Dzunub, yang umumnya menunjuk kepada kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahan dan kealpaan-kealpaan yang biasa melekat
pada diri manusia -- seperti halnya "tulang ekor" (adz-dzanabu) pada manusia -- dapat melukiskan relung-relung
gelap dalam hati, ke tempat itu Nur Ilahi tidak dapat sampai dengan
sebaik-baiknya, sedangkan sayyi’at yang secara relatif merupakan kata yang bobotnya lebih keras,
dapat berarti gumpalan-gumpalan awan debu
yang menyembunyikan cahaya matahari
ruhani dari pemandangan kita. Lihat pula ayat-ayat QS.2:82 dan QS.3:17.
Menanggapi sikap rendah hati yang dikemukakan oleh “orang-orang
yang berakal” atau ’ulama hakiki tersebut Allah Swt.
berfirman:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ
مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ
اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ
قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ
اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa
mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari
antara kamu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari
sebagian lain, maka orang-orang yang hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku,
yang berperang dan yang terbunuh,
niscaya Aku akan menghapuskan dari
mereka keburukan-keburukannya, dan
niscaya Aku akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran
dari sisi Allah, dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.
(Ali
‘Imran [3]:196).
Jadi, menurut ayat-ayat tersebut
bahwa sudah merupakan Sunatullah, akibat menerima seruan (beriman) kepada penyeru dari Allah — yakni Rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan -- maka sesuai dengan Sunnatullah mereka pasti akan
mendapat penentangan keras dan zalim dari pihak-pihak yang mendustakan dan menentang
pendakwaan Rasul Allah tersebut sebagaimana yang diprediksi para malaikat (QS.2:31-365), yang
keadaannya digambarkan dalam kalimat فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا
مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا -- “maka orang-orang
yang hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan
yang terbunuh.”
Mengisyaratkan kepada pengabulan doa orang-orang beriman yang teraniaya di jalan Allah itulah pernyataan Allah Swt. selanjutnya: لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ
لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ -- “niscaya
Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran
dari sisi Allah, dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.”
Perbedaan Perlakuan Allah Swt.
Pernyataan dan kabar
gembira dari Allah Swt. tersebut sesuai dengan firman-Nya dalam Surah Shād selanjutnya:
اَمۡ نَجۡعَلُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
کَالۡمُفۡسِدِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۫ اَمۡ
نَجۡعَلُ الۡمُتَّقِیۡنَ کَالۡفُجَّارِ ﴿﴾
Ataukah Kami
akan memperlakukan orang-orang beriman
dan beramal shalih itu sama seperti
para pembuat kerusakan di bumi?
Ataukah Kami memperlakukan orang-orang bertakwa itu sama seperti orang-orang berdosa? (Shād
[38]:29).
Jawabannya: Pasti tidak sama perlakuan Allah Swt.
kepada keduanya, mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman:
وَ لَا تَکُوۡنُوۡا
کَالَّذِیۡنَ نَسُوا اللّٰہَ فَاَنۡسٰہُمۡ
اَنۡفُسَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ لَا یَسۡتَوِیۡۤ
اَصۡحٰبُ النَّارِ وَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ؕ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ہُمُ الۡفَآئِزُوۡنَ
﴿﴾
Dan
janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang telah melupakan Allah maka Dia pun menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri, mereka
itulah orang-orang yang fasik
(durhaka). Tidak sama penghuni neraka dengan penghuni surga, penghuni surgalah yang akan memperoleh kemenangan.
(Al-Hasyr
[59]:20-21).
Ketidaksamaan perlakuan Allah Swt.
terhadap orang-orang yang beriman dan beramal
shaleh dan terhadap para pembuat
kerusakan di muka bumi tersebut dalam firman-Nya berikut ini dijelaskan
lebih terinci lagi:
اِنَّ لِلۡمُتَّقِیۡنَ عِنۡدَ
رَبِّہِمۡ جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ ﴿﴾
اَفَنَجۡعَلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ کَالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿ؕ﴾ مَا لَکُمۡ ٝ
کَیۡفَ تَحۡکُمُوۡنَ ﴿ۚ﴾ اَمۡ
لَکُمۡ کِتٰبٌ فِیۡہِ تَدۡرُسُوۡنَ ﴿ۙ﴾
اِنَّ
لَکُمۡ فِیۡہِ لَمَا تَخَیَّرُوۡنَ ﴿ۚ﴾ اَمۡ لَکُمۡ
اَیۡمَانٌ عَلَیۡنَا بَالِغَۃٌ
اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ ۙ اِنَّ
لَکُمۡ لَمَا تَحۡکُمُوۡنَ﴿ۚ﴾
سَلۡہُمۡ
اَیُّہُمۡ بِذٰلِکَ زَعِیۡمٌ ﴿ۚۛ﴾
اَمۡ
لَہُمۡ شُرَکَآءُ ۚۛ
فَلۡیَاۡتُوۡا بِشُرَکَآئِہِمۡ اِنۡ
کَانُوۡا صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya bagi
orang-orang bertakwa di sisi Tuhan
mereka ada kebun-kebun kenikmatan. Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang yang
berserah diri sama seperti orang-orang yang berdosa? Ada
apakah dengan kamu? Bagaimana kamu
mengambil keputusan? Ataukah kamu memiliki sebuah Kitab yang kamu
baca di dalamnya, sesungguhnya di dalamnya benar-benar ada yang kamu sukai untukmu? Ataukah
bagi kamu ada janji-janji atas
dasar sumpah Kami yang berlaku sampai Hari Kiamat bahwa sesungguhnya kamu benar-benar akan memiliki apa yang kamu putuskan? Tanyakanlah kepada mereka, siapa di antara mereka akan bertanggung-jawab mengenai hal itu? Ataukah mereka
memiliki sekutu-sekutu? Maka hendaklah mereka
membawa sekutu-sekutu mereka, jika mereka orang-orang benar. (Al-Qalam
[68]:35-42).
Dalam ayat 38-40 Allah Swt. bertanya kepada orang-orang kafir, apakah mereka mempunyai sesuatu wewenang di dalam suatu Kitab wahyu bahwa mereka akan diizinkan memilih cara hidup menurut kehendak
sendiri dan juga akan bebas dari akibat perbuatan jahat mereka. Atau
apakah mereka telah mengambil perjanjian
dari Allah
Swt. yang akan tetap berlaku hingga Hari Pembalasan, bahwa mereka akan mendapat apa pun yang disukai
mereka dan dapat berbuat apa saja
yang dikehendaki mereka, dan meskipun demikian mereka tidak akan menderita akibat perbuatan mereka itu?
Berbagai Makna “Tidak Mampu Sujud”
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai perlakuan Allah Swt. terhadap orang-orang yang
bersikap takabbur kepada Allah Swt. dan Rasul Allah:
یَوۡمَ یُکۡشَفُ عَنۡ سَاقٍ
وَّ یُدۡعَوۡنَ اِلَی السُّجُوۡدِ فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ ﴿ۙ﴾ خَاشِعَۃً اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ ذِلَّۃٌ ؕ وَ قَدۡ
کَانُوۡا یُدۡعَوۡنَ اِلَی
السُّجُوۡدِ وَ ہُمۡ سٰلِمُوۡنَ ﴿﴾ فَذَرۡنِیۡ وَ مَنۡ یُّکَذِّبُ بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ ؕ
سَنَسۡتَدۡرِجُہُمۡ مِّنۡ حَیۡثُ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ اُمۡلِیۡ لَہُمۡ ؕ اِنَّ کَیۡدِیۡ
مَتِیۡنٌ﴿﴾
Pada hari ketika timbul malapetaka
yang dahsyat dan mereka
dipanggil untuk sujud maka mereka tidak
mampu, akan merunduk pandangan
mereka, kehinaan meliputi mereka.
Dan sungguh dahulu
mereka diseru untuk sujud, sedangkan mereka
dalam keadaan sejahtera. Maka biarkanlah Aku dan yang mendustakan perkataan Al-Quran ini,
Kami
segera akan menghela mereka selangkah
demi selangkah dari arah mana yang mereka tidak mengetahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka, sesungguhnya rencana-Ku sangat kokoh. (Al-Qalam
[68]:43--46).
Makna ayat یَوۡمَ یُکۡشَفُ عَنۡ سَاقٍ وَّ یُدۡعَوۡنَ
اِلَی السُّجُوۡدِ فَلَا
یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ -- “Pada
hari ketika timbul malapetaka yang
dahsyat dan mereka dipanggil
untuk sujud maka mereka tidak mampu” mungkin mengisyaratkan kepada kekerasan
dan kehebatan Hari Kebangkitan atau kepada penyingkapan
tirai segala rahasia dan menjadi
zahirnya segala yang gaib pada Hari Pembalasan.
Pertanyaannya adalah: mengapa orang-orang
kafir tersebut pada hari itu
tidak mampu sujud ketika diperintahkan Allah Swt. untuk sujud? Berikut beberapa alasan mengenai hal tersebut:
(1) Karena ketika di dunia mereka
bersikap takabbur kepada Allah Swt. dan para Rasul Allah, seperti sikap takabbur Iblis terhadap Adam -- Khalifah Allah (QS.2:31-35) -- ia
menolak “sujud” kepada Adam ketika Allah Swt. memerintahkan hal itu kepada para malaikat
(QS.7:12-14; QS.15:33-34; QS.38:76-77) maka di akhirat ia tidak mampu "sujud" walaupun ia sangat menginginkannya, sesuai dengan sikap takabburnya di dunia. Padahal setiap Rasul Allah ajaran utamanya adalah mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan memurnikan
keikhlasan dengan lurus
dalam menyembah Allah Swt., sebab itulah
makna dari “sujud” kepada Allah Swt. yakni
patuh taat sepenuhnya (QS.2:131-135; QS.6:162-164; QS.10:105-106;
QS.16:37; QS.30:31-33 & 44-46; QS.98:1-9).
(2) Karena ketika di dunia mereka menolak
beribadah (sujud) kepada Allah Swt., Tuhan yang menciptakan seluruh langit
dan bumi, Tuhan di dunia dan di akhirat, sebab mereka tidak mempercayai adanya Allah Swt. (atheis – QS. 45:24-27).
Akibatnya, ketika orang-orang yang takabbur tersebut menghadapi bahaya,
mereka bukannya merunduk mencari perlindungan -- seakan-akan tulang belakangnya menjadi kaku --
tetapi karena panik
mereka seperti orang yang hilang
kesadaran dan akal sehat, mereka malah menyongsong azab Ilahi tersebut, firman-Nya:
اَفَمَنۡ یَّتَّقِیۡ
بِوَجۡہِہٖ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ ؕ وَ قِیۡلَ لِلظّٰلِمِیۡنَ
ذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ تَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ کَذَّبَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَاَتٰىہُمُ الۡعَذَابُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ فَاَذَاقَہُمُ اللّٰہُ الۡخِزۡیَ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ
لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَکۡبَرُ ۘ
لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ﴿﴾ وَ لَقَدۡ ضَرَبۡنَا
لِلنَّاسِ فِیۡ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ مِنۡ کُلِّ مَثَلٍ لَّعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿ۚ﴾
قُرۡاٰنًا
عَرَبِیًّا غَیۡرَ ذِیۡ عِوَجٍ لَّعَلَّہُمۡ یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah orang yang menjadikan wajahnya sebagai
pelindung diri dari keburukan azab
pada Hari Kiamat sama dengan orang yang selamat? Dan akan dikatakan
kepada orang-orang yang zalim: “Rasakanlah
olehmu balasan apa yang selalu kamu usahakan.” Orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan rasul-rasul
Kami, lalu datang kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka
sadari. Maka Allah telah membuat mereka merasakan kehinaan dalam kehidupan dunia ini
dan niscaya azab di akhirat lebih besar lagi, seandainya mereka mengetahui. Dan sungguh Kami benar-benar telah memberi penjelasan kepada
manusia di dalam Al-Quran ini dengan berbagai
perumpamaan supaya mereka dapat nasihat.
Kami telah mewahyukan Al-Quran dalam
bahasa Arab, di dalamnya tidak
ada kebengkokan supaya mereka bertakwa.
(Al-Jatsiyah
[39]:25-29).
Kata-kata dalam ayat:
اَفَمَنۡ یَّتَّقِیۡ
بِوَجۡہِہٖ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ ؕ وَ قِیۡلَ لِلظّٰلِمِیۡنَ
ذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ تَکۡسِبُوۡنَ
“Maka apakah
orang yang menjadikan wajahnya sebagai
pelindung diri dari keburukan azab pada Hari Kiamat sama dengan orang
yang selamat?” Hal itu berarti bahwa kehebatan
siksaan, yang akan diterima orang-orang
kafir pada Hari Pembalasan.
Mereka akan begitu bingung dan kacau-balau pikirannya oleh siksaan yang
dahsyat itu sehingga daripada melindungi
muka mereka -- yang adalah bagian tubuh yang paling peka -- malahan mereka mendongakkan muka mereka ke depan.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 31 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar