Selasa, 03 September 2013

Perbedaan Perlakuan Allah Swt.Terhadap Orang-orang Bertakwa dan Terhadap Orang-orang Takabbur



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād 


Bab 10

Perbedaan Perlakuan Allah Swt.Terhadap Orang-orang yang Bertakwa dan Terhadap Orang-orang   Takabbur

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai kesadaran ruhan yang terjadi dalam diri orang-orang yang mempergunakan akal (bashirah)  atau ‘ulama hakiki,  yang dikemukakan dalam Qs.3:191—193 dan QS. 35:28-29,  setelah melihat berbagai bentuk kobaran api kemurkaan Ilahi  yang melanda kehidupan umat manusia -- termasuk di Akhir Zaman ini --  maka dalam hatinya munculnya keyakinan  mengenai kebenaran pendakwaan   Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt.  melalui para Rasul Allah sebelumnya, firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ  قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta   pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu  orang-orang yang  mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil berbaring atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan mengenai penciptaan seluruh langit dan bumi  seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini  sia-sia,  Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun. (Ali ‘Imran [3]:191-193).

Azab Ilahi Terjadi Setelah Rasul Allah Didustakan secara Zalim

 Kenapa demikian? Sebab  merupakan Sunatullah bahwa Allah Swt.   tidak pernah menurunkan azab kepada manusia sebelum terlebih dulu datang Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.17:16; QS.20:134-136), firman-Nya:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ ﴿ۚ  رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  keimanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu" maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang berbuat kebajikanWahai Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghi-nakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah me-nyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:194-195).
    Dzunub, yang umumnya menunjuk kepada kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahan dan kealpaan-kealpaan yang biasa melekat pada diri manusia -- seperti halnya "tulang ekor" (adz-dzanabu) pada manusia -- dapat melukiskan relung-relung gelap dalam hati, ke tempat itu Nur Ilahi tidak dapat sampai dengan sebaik-baiknya, sedangkan sayyi’at yang secara relatif  merupakan kata yang bobotnya lebih keras, dapat berarti gumpalan-gumpalan awan debu yang menyembunyikan cahaya matahari ruhani dari pemandangan kita. Lihat pula ayat-ayat QS.2:82 dan QS.3:17.
     Menanggapi sikap rendah hati yang dikemukakan oleh “orang-orang  yang berakal” atau   ’ulama hakiki tersebut Allah Swt. berfirman:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ  بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾ 
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari sebagian lain,  maka orang-orang yang  hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku,  yang  berperang  dan  yang terbunuh, niscaya Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku  akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran dari sisi Allah,   dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran. (Ali ‘Imran [3]:196).
        Jadi, menurut ayat-ayat tersebut bahwa  sudah merupakan Sunatullah, akibat menerima seruan (beriman) kepada penyeru dari Allah    — yakni Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan --  maka  sesuai dengan Sunnatullah mereka pasti akan mendapat penentangan keras dan zalim  dari pihak-pihak yang mendustakan dan menentang pendakwaan Rasul Allah tersebut    sebagaimana yang diprediksi para malaikat (QS.2:31-365),  yang keadaannya digambarkan dalam kalimat فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا -- “maka orang-orang yang hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku,  yang  berperang  dan  yang terbunuh.”
        Mengisyaratkan kepada pengabulan doa orang-orang beriman yang teraniaya di jalan Allah  itulah  pernyataan Allah Swt. selanjutnya:   لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ   --  “niscaya Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku  akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran dari sisi Allah,   dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.”

Perbedaan Perlakuan Allah Swt.

     Pernyataan  dan kabar gembira dari Allah Swt. tersebut sesuai dengan firman-Nya dalam Surah Shād selanjutnya:
اَمۡ نَجۡعَلُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ کَالۡمُفۡسِدِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۫ اَمۡ  نَجۡعَلُ  الۡمُتَّقِیۡنَ  کَالۡفُجَّارِ ﴿﴾
Ataukah Kami akan memperlakukan orang-orang beriman dan beramal shalih itu sama seperti para pembuat kerusakan di bumi? Ataukah Kami memperlakukan orang-orang bertakwa itu sama seperti orang-orang berdosa? (Shād [38]:29).
       Jawabannya: Pasti tidak sama perlakuan Allah  Swt.  kepada keduanya, mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman:
  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ نَسُوا اللّٰہَ فَاَنۡسٰہُمۡ  اَنۡفُسَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  لَا یَسۡتَوِیۡۤ  اَصۡحٰبُ النَّارِ وَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ؕ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ہُمُ الۡفَآئِزُوۡنَ ﴿﴾
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang telah melupakan Allah maka Dia pun menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri, mereka itulah orang-orang yang fasik (durhaka).   Tidak sama penghuni neraka dengan penghuni surga, penghuni surgalah yang akan memperoleh kemenangan. (Al-Hasyr [59]:20-21).
       Ketidaksamaan perlakuan Allah  Swt. terhadap  orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan terhadap para pembuat kerusakan di muka bumi tersebut dalam firman-Nya berikut ini dijelaskan   lebih terinci lagi:
اِنَّ  لِلۡمُتَّقِیۡنَ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ ﴿﴾   اَفَنَجۡعَلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ کَالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿ؕ﴾  مَا  لَکُمۡ ٝ  کَیۡفَ تَحۡکُمُوۡنَ ﴿ۚ﴾   اَمۡ  لَکُمۡ  کِتٰبٌ فِیۡہِ  تَدۡرُسُوۡنَ ﴿ۙ﴾   اِنَّ  لَکُمۡ  فِیۡہِ  لَمَا تَخَیَّرُوۡنَ ﴿ۚ﴾  اَمۡ لَکُمۡ  اَیۡمَانٌ عَلَیۡنَا بَالِغَۃٌ  اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ ۙ اِنَّ  لَکُمۡ لَمَا تَحۡکُمُوۡنَ﴿ۚ﴾  سَلۡہُمۡ  اَیُّہُمۡ  بِذٰلِکَ  زَعِیۡمٌ ﴿ۚۛ﴾  اَمۡ  لَہُمۡ  شُرَکَآءُ ۚۛ فَلۡیَاۡتُوۡا بِشُرَکَآئِہِمۡ اِنۡ  کَانُوۡا صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  bagi orang-orang bertakwa di sisi Tuhan mereka ada kebun-kebun kenikmatan.   Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang yang berserah  diri  sama seperti orang-orang yang berdosa?  Ada apakah dengan kamu? Bagaimana kamu mengambil keputusan?  Ataukah kamu memiliki sebuah Kitab yang  kamu baca di dalamnya,   sesungguhnya di dalamnya benar-benar  ada yang kamu sukai untukmu? Ataukah bagi kamu ada janji-janji atas dasar  sumpah  Kami yang berlaku sampai Hari Kiamat bahwa sesungguhnya kamu benar-benar akan memiliki apa yang kamu putuskan?  Tanyakanlah kepada mereka, siapa di antara mereka akan bertanggung-jawab mengenai  hal itu?  Ataukah mereka memiliki sekutu-sekutu? Maka hendaklah mereka membawa sekutu-sekutu mereka, jika mereka orang-orang benar.    (Al-Qalam [68]:35-42).
   Dalam ayat 38-40  Allah Swt.  bertanya kepada orang-orang kafir, apakah mereka mempunyai sesuatu wewenang di dalam suatu Kitab wahyu bahwa mereka akan diizinkan memilih cara hidup menurut kehendak sendiri dan juga akan bebas dari akibat perbuatan jahat mereka. Atau apakah mereka telah mengambil perjanjian dari  Allah Swt.  yang akan tetap berlaku hingga Hari Pembalasan, bahwa mereka akan mendapat apa pun yang disukai mereka dan dapat berbuat apa saja yang dikehendaki mereka, dan meskipun demikian mereka tidak akan menderita akibat perbuatan mereka itu?

Berbagai Makna “Tidak Mampu Sujud

  Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai perlakuan Allah Swt. terhadap orang-orang  yang  bersikap takabbur kepada Allah Swt. dan Rasul Allah:
یَوۡمَ  یُکۡشَفُ عَنۡ سَاقٍ وَّ  یُدۡعَوۡنَ  اِلَی السُّجُوۡدِ  فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ ﴿ۙ﴾ خَاشِعَۃً  اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ ذِلَّۃٌ ؕ وَ قَدۡ کَانُوۡا یُدۡعَوۡنَ  اِلَی السُّجُوۡدِ  وَ ہُمۡ سٰلِمُوۡنَ ﴿﴾  فَذَرۡنِیۡ  وَ مَنۡ یُّکَذِّبُ بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ ؕ سَنَسۡتَدۡرِجُہُمۡ مِّنۡ حَیۡثُ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ اُمۡلِیۡ لَہُمۡ ؕ اِنَّ  کَیۡدِیۡ  مَتِیۡنٌ﴿﴾ 
Pada hari ketika timbul malapetaka yang dahsyat dan mereka dipanggil untuk sujud maka mereka tidak mampu, akan merunduk pandangan mereka, kehinaan  meliputi mereka. Dan sungguh  dahulu mereka diseru untuk sujud, sedangkan mereka dalam keadaan sejahtera.   Maka biarkanlah Aku dan yang mendustakan perkataan Al-Quran ini,   Kami segera akan menghela mereka selangkah demi selangkah dari arah mana yang mereka tidak mengetahui.   Dan Aku memberi tangguh kepada mereka, sesungguhnya rencana-Ku sangat kokoh. (Al-Qalam [68]:43--46).
Makna ayat  یَوۡمَ  یُکۡشَفُ عَنۡ سَاقٍ وَّ  یُدۡعَوۡنَ  اِلَی السُّجُوۡدِ  فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ  -- “Pada hari ketika timbul malapetaka yang dahsyat dan mereka dipanggil untuk sujud maka mereka tidak mampu”   mungkin mengisyaratkan kepada kekerasan dan kehebatan Hari Kebangkitan atau kepada penyingkapan tirai segala rahasia dan menjadi zahirnya segala yang gaib pada Hari Pembalasan.
Pertanyaannya adalah: mengapa orang-orang kafir tersebut pada hari itu tidak mampu  sujud ketika diperintahkan Allah Swt. untuk sujud? Berikut beberapa alasan mengenai hal tersebut:
(1) Karena ketika di dunia  mereka  bersikap takabbur kepada Allah Swt. dan para Rasul Allah,  seperti sikap takabbur Iblis terhadap Adam -- Khalifah Allah  (QS.2:31-35) --  ia  menolak  “sujud” kepada Adam ketika Allah Swt. memerintahkan  hal itu kepada  para malaikat (QS.7:12-14; QS.15:33-34; QS.38:76-77) maka di akhirat ia tidak mampu "sujud" walaupun ia sangat menginginkannya, sesuai dengan sikap takabburnya di dunia. Padahal setiap Rasul Allah ajaran utamanya adalah mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan  memurnikan keikhlasan dengan lurus dalam  menyembah Allah Swt., sebab itulah makna dari “sujud” kepada Allah Swt. yakni patuh taat sepenuhnya   (QS.2:131-135; QS.6:162-164; QS.10:105-106; QS.16:37; QS.30:31-33 & 44-46; QS.98:1-9).
(2) Karena ketika di dunia  mereka menolak beribadah (sujud) kepada Allah Swt., Tuhan yang menciptakan seluruh langit dan bumi, Tuhan di dunia dan di akhirat, sebab mereka tidak mempercayai adanya Allah Swt. (atheis – QS. 45:24-27).
      Akibatnya, ketika orang-orang yang takabbur tersebut  menghadapi bahaya, mereka bukannya merunduk mencari perlindungan  -- seakan-akan tulang belakangnya menjadi kaku --    tetapi   karena panik  mereka seperti orang yang hilang kesadaran dan akal sehat, mereka    malah menyongsong azab Ilahi  tersebut, firman-Nya:
اَفَمَنۡ یَّتَّقِیۡ  بِوَجۡہِہٖ  سُوۡٓءَ  الۡعَذَابِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ وَ قِیۡلَ  لِلظّٰلِمِیۡنَ ذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ تَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾  کَذَّبَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ  فَاَتٰىہُمُ الۡعَذَابُ مِنۡ حَیۡثُ لَا  یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾  فَاَذَاقَہُمُ  اللّٰہُ  الۡخِزۡیَ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ  اَکۡبَرُ ۘ لَوۡ  کَانُوۡا  یَعۡلَمُوۡنَ﴿﴾  وَ لَقَدۡ ضَرَبۡنَا  لِلنَّاسِ فِیۡ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ مِنۡ کُلِّ  مَثَلٍ لَّعَلَّہُمۡ  یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿ۚ﴾ قُرۡاٰنًا عَرَبِیًّا غَیۡرَ ذِیۡ عِوَجٍ لَّعَلَّہُمۡ یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah orang yang menjadikan wajahnya sebagai pelindung diri dari keburukan azab pada Hari Kiamat sama dengan orang yang selamat? Dan akan dikatakan kepada orang-orang yang zalim: “Rasakanlah olehmu balasan apa yang  selalu kamu usahakan.” Orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan rasul-rasul Kami, lalu datang kepada mereka  azab dari arah yang tidak mereka sadari.  Maka Allah telah membuat mereka merasakan kehinaan dalam kehidupan dunia ini dan niscaya  azab di akhirat  lebih besar lagi, seandainya mereka mengetahui.  Dan sungguh  Kami  benar-benar telah memberi penjelasan kepada manusia di dalam Al-Quran ini dengan berbagai perumpamaan supaya mereka dapat nasihat.    Kami telah mewahyukan Al-Quran dalam bahasa Arab,  di dalamnya  tidak ada kebengkokan supaya mereka bertakwa. (Al-Jatsiyah [39]:25-29).
      Kata-kata dalam ayat:  
اَفَمَنۡ یَّتَّقِیۡ  بِوَجۡہِہٖ  سُوۡٓءَ  الۡعَذَابِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ وَ قِیۡلَ  لِلظّٰلِمِیۡنَ ذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ تَکۡسِبُوۡنَ
“Maka apakah orang yang menjadikan wajahnya  sebagai pelindung diri dari keburukan azab pada Hari Kiamat sama dengan orang yang selamat?” Hal itu berarti bahwa  kehebatan siksaan, yang akan diterima orang-orang kafir pada Hari Pembalasan
     Mereka akan begitu bingung dan kacau-balau pikirannya oleh siksaan yang dahsyat itu sehingga daripada melindungi muka mereka -- yang adalah bagian tubuh yang paling peka -- malahan mereka mendongakkan muka mereka ke depan.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 31 Agustus  2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar