Jumat, 20 September 2013

Kutukan Nabi Daud a.s. Mengakibatkan Bani Israil Dua Kali Diserang Balatentara Raja Nebukadnezar dari Babilonia





ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab 26

  Kutukan Nabi Daud a.s. Mengakibatkan  Bani Israil Dua kali Diserang Balatentara Raja Nebukadnezar dari Babilonia   

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   makna firman Allah Swt.:
وَ تَرَکۡنَا بَعۡضَہُمۡ یَوۡمَئِذٍ یَّمُوۡجُ فِیۡ بَعۡضٍ وَّ نُفِخَ فِی الصُّوۡرِ فَجَمَعۡنٰہُمۡ جَمۡعًا ﴿ۙ﴾
Dan pada hari itu Kami akan mem­biarkan sebagian mereka  menyerang sebagian lain,   dan nafiri akan ditiup, lalu  Kami akan menghimpun mereka itu semuanya.   (Al-Kahf [18]:100).
  Pada waktu menanjaknya  Ya’juj (Gog) dan Ma’juj  (Magog)    ke tangga kekuasaan, bangsa‑bangsa di seluruh dunia akan berhimpun  sehingga seluruh dunia akan menjadi seperti satu negeri. Dan menurut Bible, “Bangsa akan melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan serta kedengkian, kebencian, dan keburukan akan merajalela."
Isyarat itu nampaknya ditujukan kepada  masa di Akhir Zaman  ini. Dalam  dua perang dunia yang lampau, seolah-olah   Ya’juj (Gog) dan Ma’juj  (Magog)     telah dilepaskan di dunia, dan manusia gemetar bila mengkhayalkan kebinasaan yang dapat diakibatkan oleh Perang Dunia Ketiga atau Perang Nuklir.

Perang Armagedon

Menurut Yehezkiel (bab-bab 38 dan 39) Uni Soviet (Rusia) itu Ya’juj (Gog) dan bangsa-bangsa barat itu Ma’juj (Magog). Kini pun mereka sedang bersiap-siap untuk perang Armagedon. Lebih lanjut Allah Swt. menggambarkan mengenai keadaan mengerikan ketika bangsa-bangsa di dunia terlibat dalam dua  Perang Dunia, terutama Perang Dunia ketiga yang juga akan merupakan Perang Nuklir, firman-Nya:
وَّ عَرَضۡنَا جَہَنَّمَ  یَوۡمَئِذٍ  لِّلۡکٰفِرِیۡنَ  عَرۡضَۨا ﴿﴾ۙ الَّذِیۡنَ کَانَتۡ اَعۡیُنُہُمۡ فِیۡ غِطَـآءٍ عَنۡ ذِکۡرِیۡ وَ کَانُوۡا لَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَمۡعًا ﴿﴾
Dan pada hari itu Kami menghadirkan Jahannam berhadapan muka dengan orang-orang kafir,  yaitu  orang-orang yang mata mereka tertutup dari pe­ringatan-Ku, dan mereka tidak mampu mendengar. (Al-Kahf [18]:101-102).
  Untuk pembahasan hukuman Allah Swt.  yang amat mengerikan dan membina-sakan yang akan turun kepada  Ya’juj (Gog) dan Ma’juj  (Magog)      itu dikemukakan dalam  Surah Ar-Rahmān dalam Bab sebelumnya: 
فَاِذَا  انۡشَقَّتِ السَّمَآءُ  فَکَانَتۡ وَرۡدَۃً کَالدِّہَانِ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾
Dan apabila  langit terbelah dan menjadi merah bagaikan kulit merah.  Maka  nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan?   (Al-Rahmān [55]:38-39). 
    Ayat ini menunjuk kepada azab paling dahsyat lagi menakutkan, yang akan menimpa kedua blok besar yang bermusuhan itu. Dunia rupa-rupanya berdiri di tepi jurang api yang berkobar-kobar dengan dahsyatnya dan nyala apinya mengancam akan menghanguskan seluruh peradaban manusia.
 Jadi, betapa jelasnya gambaran tentang azab Ilahi yang diancamkan itu:  فَاِذَا  انۡشَقَّتِ السَّمَآءُ  فَکَانَتۡ وَرۡدَۃً کَالدِّہَانِ  -- “Maka apabila  langit terbelah dan menjadi merah bagaikan kulit merah.” Berbagai gambaran lainnya  mengenai bencana yang sangat mengerikan akibat perang kedua blok besar dunia tersebut lihat pula  QS. 5:37; QS.13:19; QS.7:07-22; QS.20:106; QS.22:2-5; QS.31:34;  QS.39:48; QS.44:42; QS.69:36; QS.74:30; Qs.101:6.

Peringatan Allah Swt. Untuk Bani Isma’il (Umat Islam) &
Hukuman  Allah Swt. Pertama yang Menimpa Bani Israil

       Baik Bible mau pun Al-Quran telah memuat dua nubuatan berisi peringatan mengenai dua buah hukuman Ilahi  yang  akan menimpa Bani Israil , berikut  adalah firman Allah Swt. tentang dua kali hukuman Allah Swt. yang menimpa Bani Israil dan sekali gus merupakan nubuatan (kabar gaib) dan peringatan bagi Bani Isma’il (umat Islam).
    Dua kedurhakaan Bani Israil yang tersebut dalam kitab Musa a.s. (Ulangan 28:15, 49-53, 63-64 & 30:15 tentang “kutuk dan berkat”) disinggung dalam ayat ini. Mereka, yakni di antara Bani Israil, yang tidak beriman, telah dua kali dikutuk  yaitu pertama oleh Nabi Daud a.s., dan yang kedua dikutuk oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.5:79-81), dan sebagai akibatnya  maka  Bani Israil telah dihukum pula dua kali oleh Allah Swt., firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾ تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,  hal demikian itu karena mereka senantiasa durhaka dan melampaui batas.   Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya,  benar-benar sangat  buruk apa yang senantiasa  mereka kerjakan. Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir  sebagai pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah  mereka dahulukan  bagi diri mereka   yaitu bahwa Allah  murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah me-reka akan kekal. (Al-Māidah [5]:79-81).
       Azab Ilahi yang pertama menimpa Bani Israil sesudah  Nabi Daud a.s.,  dan yang kedua sesudah  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. . Nampak dari Bible bahwa sesudah Nabi Musa a.s.   -- yakni dimulai pada masa kepemimpinanThalut (Gideon), orang-orang Yahudi telah menjadi suatu bangsa yang amat kuat, dan di masa Nabi Daud a.s. mereka meletakkan dasar suatu kerajaan kuat, yang setelah wafat Nabi Daud a.s. pun  dibawah kekuasaan Nabi Sulaiman a.s. untuk beberapa waktu terus berlanjut kejayaan dan kemuliaannya semula.  (QS.2:247-253).
     Kemudian kerajaan Bani Israil tersebut menjadi sasaran kemunduran yang berangsur-angsur  -- yang dalam Al-Quran digambarkan bahwa para penerus kekuasaan yang diwariskan oleh Nabi Sulaiman a.s. sebagai “jasad tanpa nyawa yang duduk di atas singgasana” (QS.38:35) dan “rayap yang memakan tongkat Nabi Sulaiman  a.s.” (QS.34 11-15).  
    Kenyataan sejarah mengenai  dua macam kiasan (perumpamaan) mengenai kemunduran kerajaan Bani Israil setelah pemerintah Nabi Sulaiman a.s. tersebut, pada sekitar 733 s.M. Samaria ditaklukkan oleh bangsa Assiria, yang mencaplok seluruh daerah Israil di sebelah utara Yezreel. Pada tahun 608 s.M., Palestina telah dilanda oleh satu lasykar Mesir di bawah Firaun Necho, dan Bani Israil takluk kepada kekuasaan Mesir (Yewish  Encyclopaedia,  Jilid 6, halaman 665).
      Tetapi hilangnya kekuasaan duniawi mereka serta kehancuran dan ketelantaran mereka tidak mendorong mereka untuk memperbaiki cara-cara mereka. Mereka dengan gigih bertahan pada cara-cara buruk mereka yang lama. Nabi Yermiah a.s., memperingatkan mereka supaya meninggalkan cara-cara buruk mereka, sebab kemurkaan Allah Swt.  tidak lama lagi akan menimpa mereka, tetapi mereka sama sekali tidak menghiraukan peringatan-peringatan Nabi Yermiah a.s. . tersebut.
      Di masa kerajaan Yehoyakim, pasukan raja Nebukadnezar dari Babil (Babilonia) melancarkan serbuan pertamanya ke Palestina dan membawa pulang perkakas rumah peribadatan, tetapi ketika itu kota Yerusalem sendiri selamat dari kekejaman akibat pengepungan. Pada tahun 597 s.M. pun kota itu dikepung dan penduduknya mengalami kelaparan yang sangat keras.
       Namun  pemberontakan raja Zedekia membawa akibat adanya serbuan kedua oleh Nebukadnezar pada tahun 587 s.M., dan sesudah masa pengepungan yang berlangsung satu tahun setengah, kota Yerusalem itu ditaklukkan dengan serangan cepat laksana halilintar. Putra-putranya dibunuh dan matanya sendiri dicukil, dan dalam keadaan diborgol ia dibawa ke Babil. Rumah peribadatan, istana raja, serta semua bangunan besar di kota Yerusalem dibumihanguskan, para imam besar, dan para pemimpin lain dibunuh, dan sejumlah besar rakyat diboyong sebagai tawanan (Yewish  Encyclopaedia Jilid 6, hlm. 665 & Jilid 7, hlm. 122 pada kata “Yerusalem”,  lihat pula QS.2:260).

Buah  Berbuat Ihsan  adalah Ihsan Ilahi

    Semua keterangan tersebut berkaitan dengan  hukuman  Allah Swt. yang pertama kepada Bani Israil sebelum ini, firman-Nya:
   فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ  عِبَادًا  لَّنَاۤ   اُولِیۡ  بَاۡسٍ  شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ وَعۡدًا  مَّفۡعُوۡلًا ﴿﴾
… Apabila datang saat sempurnanya janji yang pertama  dari kedua janji itu,  Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu merupakan suatu janji yang pasti terlaksana. (Bani Israil [17]:6).
     Kemudian  setelah mengalami masa pembuangan di Babilonia selama 100 tahun  (QS.2:260), atas bantuan Cyrus (Dzulqarnain),  2 suku Bani Israil dapat kembali lagi ke  Palestina dan membangun lagi kota Yerusalem, firman-Nya:
ثُمَّ رَدَدۡنَا لَکُمُ الۡکَرَّۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَمۡدَدۡنٰکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ جَعَلۡنٰکُمۡ  اَکۡثَرَ  نَفِیۡرًا ﴿﴾  اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ
Kemudian Kami mengembalikan lagi kepadamu kekuatan untuk melawan mereka, dan Kami membantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan  Kami menjadikan kelompok kamu lebih besar  dari sebelumnya. Jika kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan  bagi diri kamu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk  maka itu untuk diri kamu sendiri. (Bani Israil [17]:7-8).
    Orang-orang Yahudi menyesuaikan diri mereka dengan keadaan baru di masa pembuangan di Babilonia. Kebanyakan di antara mereka telah dipekerjakan pada pekerjaan-pekerjaan umum di Babilonia  Tengah, dan banyak dari mereka pada akhirnya memperoleh kemerdekaan dan mencapai kedudukan yang berpengaruh.
    Keyakinan dan pengabdian mereka kepada agama telah bangkit kembali; kepustakaan kerajaan dipelajari, diterbitkan kembali, dan disesuaikan dengan keperluan kaum yang sedang hidup kembali itu, serta harapan untuk mereka kembali ke Palestina telah dikobarkan dan dipupuk. Kira-kira pada tahun 545 s.M., cita-cita ini memperoleh bentuk lebih jelas.
     Kaum Yahudi membuat suatu perjanjian rahasia dengan Cyrus, raja Media dan Persia, dan membantu beliau menaklukkan Babilonia. Kota itu dalam bulan Juli tahun 539 s.M. jatuh kepada tentaranya tanpa perlawanan. Sebagai ganjaran atas jasa-jasa mereka, Cyrus mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem dan juga membantu mereka membangun kembali rumah peribadatan mereka (Historians’ History of the World, jilid II, hlm. 126; Jewish Encyclopaedia jilid 7, pada kata “Cyrus”, dan 2 Tawarikh 36:22, 23, lihat pula QS.2:103).
      Syesybazzar (seorang gubernur Cyrus) yang berasal dari Yudea, membawa kembali ke rumah peribadatan itu alat-alat  dan perkakas yang telah dirampas oleh Nebukadnezar dan merencanakan untuk menyelenggarakan pekerjaan ini dengan membelanjakan uang kerajaan. Sejumlah besar orang buangan kembali ke Yerusalem (Ezra, 1:3-5).
     Pekerjaan pembangunan kembali rumah peribadatan berangsur-angsur maju terus dan selesai pada tahun 516 s.M. Kejadian-kejadian ini dan kejayaan serta kesejahteraan orang-orang Yahudi berikutnya itulah yang diisyaratkan oleh ayat yang sedang dibahas ini. Tetapi semuanya itu telah dinubuatkan oleh Nabi Musa a.s. jauh sebelum hal itu sungguh-sung-guh terjadi (Ulangan 30:1-5).

Makna Perumpamaan “Kematian” Nabi Yehezkiel a.s. dalam Mimpi

      Pendek kata, dari sejak Bani Israil  diangkut dari Palestina ke Babilonia sebagai “orang buangan”, sampai dengan masa pembangunan kembali kota Yerusalem yang telah hancur akibat serbuan tentara Nabukadnezar menurut Allah Swt. memakan waktu selama 100 tahun, yang digambarkan sebagai “matinya” Nabi Yehezkiel a.s. selama 100 tahun dalam mimpi (kasyaf) yang beliau alami lalu dihidupkan lagi, firman-Nya:
اَوۡ کَالَّذِیۡ مَرَّ عَلٰی قَرۡیَۃٍ وَّ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا ۚ قَالَ اَنّٰی یُحۡیٖ ہٰذِہِ  اللّٰہُ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ۚ فَاَمَاتَہُ اللّٰہُ مِائَۃَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَہٗ ؕ قَالَ کَمۡ لَبِثۡتَ ؕ قَالَ لَبِثۡتُ یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالَ بَلۡ لَّبِثۡتَ مِائَۃَ عَامٍ فَانۡظُرۡ  اِلٰی طَعَامِکَ وَ شَرَابِکَ لَمۡ یَتَسَنَّہۡ ۚ وَ انۡظُرۡ اِلٰی حِمَارِکَ وَ لِنَجۡعَلَکَ اٰیَۃً لِّلنَّاسِ وَ انۡظُرۡ اِلَی الۡعِظَامِ کَیۡفَ نُنۡشِزُہَا ثُمَّ نَکۡسُوۡہَا لَحۡمًا ؕ فَلَمَّا تَبَیَّنَ لَہٗ ۙ قَالَ اَعۡلَمُ  اَنَّ اللّٰہَ  عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ﴿﴾
Atau  seperti perumpamaan orang yang melalui suatu kota  yang  dinding-dindingnya telah runtuh    atas atap-atapnya, kemudian ia berkata: “Kapankah Allah akan menghidupkan kembali kota ini sesudah  kematian  yakni kehancurannya?” Lalu Allah mematikannya seratus tahun lamanya, kemudian Dia membangkitkannya lagi dan berfirman: “Berapa lamakah engkau tinggal dalam keadaan seperti ini?” Ia berkata: “Aku tinggal sehari atau sebagian hari.  Dia ber-firman:  “Tidak, bahkan engkau telah tinggal seratus tahun lamanya. Tetapi lihatlah makanan engkau dan minuman engkau, itu sekali-kali tidak membusuk, dan lihat pulalah keledai engkau,  dan Kami melakukan demikian itu supaya Kami menjadikan engkau sebagai Tanda bagi manusia. Dan lihatlah tulang-belulang itu bagaimana Kami menatanya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala kenyataan ini menjadi jelas baginya ia berkata: “Aku mengetahui bahwa sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”  (Al-Baqarah [2]:260).
    Kota hancur yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah Yerusalem, dibinasakan oleh balatentara Nebukadnezar, Raja Babil pada tahun 599 sebelum Masehi. Nabi Yehezkiel a.s. ada di antara orang-orang Yahudi yang diboyong Nebukadnezar sebagai tawanan perang ke Babil dan diharuskan melalui kota yang telah dibinasakan itu dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu.
      Nabi Yehezkiel a.s.  tentu  sangat terkejut melihat pemandangan menyedihkan itu dan berdoa kepada Allah Swt.  dengan kata-kata yang penuh keharuan luar biasa, kapan kiranya kota yang hancur itu akan dihidupkan kembali. Doanya makbul dan kepada beliau diperlihatkan kasyaf bahwa pembangunan kembali kota Yerusalem yang dimintakan dalam doa itu akan terjadi  setelah waktu 100 tahun.

Peristiwa  Ruhani dalam Kasyaf (Mimpi)

      Ayat itu tidak mengandung arti bahwa Nabi Yehezkiel a.s.  sungguh-sungguh mati selama 100 tahun. Beliau hanya melihat kasyaf (penglihatan gaib dalam keadaan bangun; vision) bahwa beliau mati dan tetap dalam keadaan mati selama 100 tahun dan kemudian hidup kembali. Al-Quran kadang-kadang menyebut pemandangan-pemandangan (pengalaman) dalam kasyaf seolah-olah sungguh-sungguh terjadi tanpa menyatakan bahwa penglihatan-penglihatan itu disaksikan dalam kasyaf atau mimpi (QS.12:5).
      Kasyaf itu menunjukkan, dan Nabi Yehezkiel a.s.  paham akan artinya, bahwa Bani Israil selama kira-kira 100 tahun akan tetap dalam keadaan tawanan di Babil dan keadaan kemunduran nasional secara total, maka sesudah itu mereka akan mendapat kehidupan baru dan akan kembali ke kota suci mereka di Palestina. Dan ini sungguh-sungguh telah terjadi seperti Nabi Yehezkiel a.s.   telah melihatnya dalam mimpi.
     Yerusalem direbut oleh Nebukadnezar pada tahun 599 sebelum Masehi (2 Raja-raja 24: 10). Nabi Yehezkiel a.s. mungkin melihat kasyaf pada tahun 586 sebelum Masehi. Kota itu didirikan kembali kira-kira seabad sesudah kehancurannya. Pembangunannya kembali dimulai pada 537 sebelum Masehi dengan izin dan bantuan Cyrus, Raja Persia dan Midia, dan selesai pada tahun 515 sebelum Masehi. Orang-orang Bani Israil masih memerlukan 15 tahun lagi untuk menghuninya dan dengan  demikian pada hakekatnya seabad telah lewat antara hancurnya Yerusalem dan dihidupkannya kembali.

Keledai  Nabi Yehezkiel a.s. Tidak Ada Hubungannya dengan
 Tulang Belulang” yang Tertata Kembali

    Sangat kekanak-kanakan sekali jika kita pikir bahwa Allah Swt.    sungguh-sungguh mematikan dan membiarkan Nabi Yehezkel a.s. mati selama 100 tahun dan kemudian menghidupkan beliau kembali, sebab hal itu niscaya tidak akan merupakan jawaban atas doanya yang bukan mengenai kematian dan kebangkitan kembali seseorang tertentu,  melainkan mengenai sebuah kota yang menampilkan suatu kaum (Bani Israil) seutuhnya.
   Kata-kata “Aku tinggal sehari atau sebagian hari” itu dimaksudkan untuk menyatakan keadaan waktu yang tidak terbatas (QS.18:20 dan QS.23:114) dan menurut kebiasaan Al-Quran berarti bahwa Nabi Yehezkiel a.s.  tidak tahu berapa lamanya beliau tinggal dalam keadaan itu. Yaum di sini bukan berarti satu hari yang terdiri atas 24 jam, melainkan hanya menunjukkan suatu waktu tertentu (lihat QS.1:4).
    Kata-kata    Aku tinggal sehari atau sebagian hari, dapat pula menunjuk kepada waktu Nabi Yehezkiel a.s.   tidur atau waktu beliau melihat kasyaf itu ketika bekerja di ladang,  bersama orang-orang Yahudi buangan lainnya di Babil. Rupa-rupanya Nabi Yehezkiel a.s.   menyangka bahwa beliau ditanya mengenai lama berlangsungnya waktu melihat kasyaf itu.
      Bal itu kata penyimpangan yang artinya: (a) pembatalan apa-apa yang terdahulu, seperti pada QS.21:27 atau (b) peralihan dari satu pokok pembicaraan kepada yang lain, seperti dalam QS.87:17. Di sini bal telah dipakai dalam arti terakhir. Dengan demikian anak kalimat: Tidak, bahkan  engkau pun telah tinggal 100 tahun lamanya dalam keadaan seperti ini, menunjukkan bahwa meskipun dalam satu pengertian Nabi Yehezkiel a.s.  telah tinggal dalam keadaan seperti itu 100 tahun (sebab beliau mimpi bahwa beliau mati selama 100 tahun), tetapi pernyataan bahwa beliau tinggal sehari atau sebagian hari pun tepat; sebab waktu yang sebenarnya berlangsung dalam melihat kasyaf itu wajar sangat singkat.
  Untuk membuat kenyataan ini jelas kepada pikiran Nabi Yehezkiel a.s.   Allah Swt.  mengarahkan perhatian beliau kepada makanan dan minuman dan keledainya, bahwa makanan dan minuman beliau tidak menjadi busuk dan keledai beliau masih hidup, menunjukkan bahwa beliau sebenarnya hanya tinggal sehari atau sebagian hari.  Kata-kata "lihatlah keledai engkau" pun menunjukkan bahwa Nabi Yehezkiel a.s.  melihat kasyaf ketika tidur di ladang dengan keledai beliau ada di sisinya, sebab selama  orang Bani Israil dipekerjakan di ladang sebagai buruh tani.
      Jadi,  Nabi Yehezkiel a.s. dalam mimpi (kasyaf) tersebut  menampilkan dalam diri beliau seluruh bangsa Yahudi. Wafat beliau  secara simbolis 100 tahun melukiskan keruntuhan nasional mereka dan kesedihan selama dalam tawanan, sebab itulah masa yang sesudahnya mereka bangkit kembali. Itulah sebabnya, mengapa Nabi Yehezkiel a.s.   disebut “menjadi suatu Tanda.” Lihat pula Kitab Yehezkiel, fasal 37.

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  18  September   2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar