بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 13
Jaminan Pemeliharaan
Allah Swt. Terhadap Al-Quran, tetapi Tidak Terhadap Umat Islam
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
berbagai kemajuan yang diraih
Jemaat Ahmadiyah dalam upaya m,ewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di
Akhir Zaman ini (QS.61:1) setalah dua orang Khalifatul
Masih – Imam Jemaat Ahmadiyah yakni Khalifatul Masih II (Mirza Basyiruddin
Mahmud Ahmad r.a) dan Khalifatil Masih IV
(Mirza Tahir Ahmad rh) melakukan hijrah,
yang pertama hijrah dari Qadian ke Rabwah, dan yang kedua hijrah dari Rabwah ke
London, sebagaimana berbagai kemajuan besar yang diraih oleh Nabi Besar Muhammad saw. setelah beliau
saw. hijrah dari Mekkah ke Madinah, dan itulah
yang dimaksud dengan ayat اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ -- “ke
Masjidil-Aqsha, yang sekelilingnya
telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan
kepadanya Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha
Melihat”, dalam firman-Nya:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ
الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی
الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا
حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿﴾
“Maha Suci Dia Yang telah
memperjalankan beliau saw. pada waktu malam dari Masjidilharam ke Masjidil-Aqsha,
yang sekelilingnya telah Kami berkati,
supaya Kami memperlihatkan kepadanya
Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Mendengar, Maha Melihat”
(Bani
Israil [17]:2).
Dakwah Ahmadiyah
Berikut
bagian dari komentar Jusman Jati di Internet berkenaan judul
Ahmadiyah - The Most Loved and Hated Muslim mengenai da’wah Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia:
Ahmadiyah - The Most Loved and Hated Muslim mengenai da’wah Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia:
“Keluar dari berbagai penentangan-penentangan terhadap Ahmadiyah di
atas, seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa bukannya mereka menjadi golongan yang balas dendam akibat penentangan-penentangan yang mereka terima,
melainkan sebaliknya justru mereka tampil sebagai pembawa Islam damai di dunia khususnya di negara-negara Eropa
dimana Islamophobia sangat tinggi.
Moto Ahmadiyah - Love For All Hatred for None - adalah dasar
dakwah mereka. Moto yang diciptakan oleh Khalifah
Ahmadiyah yang ketiga yang diserap berdasarkan esensi Islam damai itu sendiri,
Mirza Nasir Ahmad, pada kesempatan pembukaan masjid Bashrat, Pedro Abad,
Spanyol. Motto yang keluar dari seorang sosok yang pada saat itu menjadi orang
yang paling pesakitan di zaman Zulfikar Ali Bhutto yang mengeluarkan Undang-undang pelarangan Ahmadiyah dan implikasi-implikasi penganiayaan yang parah setelahnya.
Dengan semangat Love for All Hatred for None inilah mereka bisa
diterima di Gedung Capitol Hill (Gedung Kongres Amerika), dengan moto
inilah mereka bisa diterima di Parlemen
Eropa, Brussel, mereka juga diterima di Canada dan Jerman dan negara-negara
Eropa dan sebagian besar Afrika. Setiap kali peresmian masjid Ahmadiyah di
negara-negara Eropa selalu dihadiri oleh pejabat-pejabat setempat, para anggota
parlemen, tokoh-tokoh lintas agama dan para cendikawan.
Apa yang membuat mereka begitu respect terhadap Ahmadiyah, sedangkan
mereka sangat kuat menerapkan pemisahan antara urusan negara dengan agama?
Tidak lain adalah karena Ahmadiyah menampilkan Islam yang akomodatif dan damai.
Islam yang jauh dari kekerasan dan ekstremisme.
Itu adalah petikan perkataan Khalifah Ahmadiyah V, Mirza Masroor Ahmad
yang di wawancarai oleh CNN di Masjid Silver Spring, Amerika.
Terakhir, dalam kunjungan Khalifah Ahmadiyah ke Amerika, beliau
menyampaikan pidato di hotel Montage, Beverly Hills, LA 11 May 2013. Lebih dari
300 politisi, akademisi dan tokoh masyarakat hadir, termasuk beberapa anggota
Kongres Amerika Serikat.
Dari Laporan mereka banyak sekali media-media
Amerika yang meliput seperti Wall Street Journal, Los Angelos Times dan Chicago
Times dan banyak lagi surat Kabar. Diperkirakan dakwah oleh Ahmadiyah dari
berbagai media cetak telah sampai kepada 5.500.000 orang. Melalui saluran
online diperkirakan 5.000.000 orang. Dan 1.500.000 orang melalui saluran Radio
dan TV, keseluruhan pesan Islam
mereka sampai kepada hampir 12 juta orang. Selang beberapa hari lawatan
dilanjutkan ke Kanada. Liputan peresmian Masjid dan hasil interview suratkabar
sekurang-kurangnya telah sampai kepada 8.500.000 orang. Satu indikasi bahwa
mereka dicintai dengan pesan Islam damainya.
Tidak sekedar ucapan retoris semata yang selalu mereka gembar-gemborkan
dalam pertemuan-pertemuan ataupun seminar perdamaian
Islam, merekapun giat dalam upaya nyata dalam mendakwakan Islam damai ke seluruh dunia, baik media cetak, media
televisi, seminar-seminar, pameran-pameran, brosur-brosur maupun cara-cara
turun ke jalan dari pintu ke pintu menjelaskan Islam sebenarnya yang damai.
Beberapa waktu yang lalu ketika dunia Islam digoncang dengan adanya film
the Innocence of Muslim, Ahmadiyah telah membuat suatu upaya massal di
seluruh dunia untuk mengkonter semua hal negatif tentang Rasulullah saw di
dalam film tersebut. Berikut saya cantumkan dari laporan mereka di Reviewofreligions.org:
“Di Kanada Lebih dari 40 kegiatan edukasional, seperti simposium Islam,
seminar lintas agama, konferensi tentang sejarah Rasulullah saw dan
pameran-pameran Al-Quran dan kehidupan Rasulullah saw telah digelar di seluruh
Kanada, dimana diterangkan kepada mereka tentang status sebenarnya Rasulullah
saw. Ribuan Ahmadi, pria, wanita mendatangi rumah-rumah (door-to-door) di 114
kota Kanada. Lebih dari 300.000 ribu
pamflet yang dibuat khusus telah dibagikan. Lebih dari 20 media, termasuk
televisi dan surat kabar telah meliput upaya ini.
Di Inggris, klarifikasi Khalifah
Ahmadiyah tentang penjelasan kedudukan sejati Rasulullah saw telah diliput
oleh media-media terkenal Sky News, Sky Arabic, BBC News, BBC Newsnight, New
Zealand TV, French TV, Reuters, Getty Images, London News Pictures, Press
Association, Wimbledon Guardian, The Guardian (nasional), BBC Radio. 55.000
salinan Khutbah Jumat (yang memuat tentang tanggapan terhadap film Innocence of
Muslim, terj.) telah dicetak dan dikirim ke semua anggota parlemen dan pejabat
lainnya dan berbagai kontak lainnya. Lebih dari 30.000 eksemplar selebaran
“Nabi Muhammad saw” saat ini sedang didistribusikan.
Sebuah kampanye dengan bus telah mereka lakukan juga dimana 50 bus telah
diluncurkan di pusat kota London pada tanggal 29 Oktober yang membawa pesan
ISLAM: Freedom of Speech with Respect. 20.000 eksemplar selebaran telah
didistribusikan.
Di Jerman mereka melakukan ‘Open Mosque Day’, Kegiatan ini dilakukan di
80 cabang Jamaah Ahmadiyah Jerman. Lebih dari 6000 tamu telah berkunjung ke
Masjid Ahmadiyah. Umpan balik yang penting dari program ini adalah menjadi cara
yang tepat untuk memberikan reaksi terhadap film tersebut. 23.000 eksemplar
Khutbah Jumat yang memuat tentang tanggapan terhadap film Innocence of Muslim
telah dibagikan.
Di Ghana, Maulvi Wahab Bin Adam, Amir Jamaah Muslim Ahmadiyah Ghana dan
juga sebagai anggota Dewan Perdamaian
Nasional Gana, telah menulis artikel untuk menggambarkan teladan hidup
Rasulullah telah diterbitkan di Daily Graphic, the Chronicle, the Ghanaian
Times dan the Daily Guide. Secara keseluruhan artikel dan siaran pers mencapai
pembaca sekitar 145 000 orang.
Siaran pers dari Khutbah Jumat dan artikel oleh Maulwi W. Adam telah
disiarkan melalui televisi di Ghana dan Radio GBC. Untuk jangkauan secara
nasional, jaringan televisi dan stasiun radio saja bisa mencakup penonton
sebanyak 10 juta orang. Stasiun radion Peace FM juga menyiarkan release yang
mencakup 50 persen Ghana. 20.000 salinan Khutbah Jumat 21 September 2012 telah
disiapkan untuk disebarkan. Simposium telah diselenggarakan di Accra dan 10
daerah lain di Ghana untuk menyajikan aspek kehidupan Rasulullah saw kepada
orang-orang dari semua lapisan masyarakat.
Suatu pemandangan yang kontras dengan tuduhan yang selalu ditujukan
kepada mereka, Ahmadiyah tidak mengakui Rasulullah saw sebagai Nabi Terakhir.
Nampaknya mereka lebih memilih menjawab dengan bukti nyata.
Untuk memantapkan dakwah Islam yang damai ini mereka memanfaatkan
kecanggihan teknologi satelit dengan
stasiun televisi mereka Muslim Television
Ahmadiyya (MTA), sebuah televisi Muslim pertama di dunia. MTA1, melakukan
siaran pada Eropa, Amerika Utara, Amerika Timur serta Asia. MTA1 juga dapat
diakses melalui streaming internet pada situs http://www.mta.tv dengan mudah.
Program yang ditayangkan dari berbagai macam bahasa, diantaranya adalah
bahasa Inggris, Arab, Bengali, Indonesia, Perancis, Swahili dan Hausa. MTA2
mengudara dan dapat diakses di seluruh Eropa dan Afrika di kawasan Sahel. MTA3,
dikenal juga sebagai MTA Arab. Mengudara pada 23 Maret 2007 menembus
negara-negara Timur Tengah, Afrika Utara dan Amerika Utara. Pendanaannya dari
ini semua adalah dari seluruh anggota Jemaat Ahmadiyah melalui sistem iuran yang mereka sebut dengan Candah.Televisi tanpa sponsor di
dalamnya mengudara selama 24 jam x 7, berisi tayangan yang berfokus pada
keislaman dan sikap Ahmadiyah mengenai isu-isu tertentu.
Ketika dunia digemparkan oleh Pendeta Terry Jones di Florida pada musim
semi 2011 yang menyeru untuk membakar Al-Quran yang dianggap sebagai kitab yang
mengajarkan terorisme, dan ketika orang-orang Muslim umumnya tersulut dengan
melakukan demo besar-besaran dengan mengakibatkan korban jiwa dari perwakilan
PBB, Ahmadiyah datang dengan cara yang elegan yaitu mengadakan Kampanye Qur’an
Open House.
Sebuah acara pameran tentang Al-Quran yang dilakukan di
perpustakaan-perpustakaan ternama di berbagai kota Amerika dan Kanada dengan
menyajikan fakta sebenarnya dari ajaran Al-Qur’an, di Kanada saja mereka telah
mengunjungi sekitar 100 kota dan mengadakan open house di 500 lokasi di seluruh
daerah pada 2012. Mereka juga sibuk dengan program penterjemahan Al-Qur’an
kedalam 100 bahasa, saat ini telah mencapai 68 bahasa. Suatu pemandangan yang
kontras dengan tuduhan yang selalu
ditujukan kepada mereka, Ahmadiyah kitab sucinya bukan Al-Quran melainkan Tadzkirah.
Nampaknya mereka lebih memilih menjawab dengan bukti nyata.
Dakwah yang dilakukan Ahmadiyah di benua Afrika pun menunjukkan peranan
yang sangat signifikan. Ahmadiyah di Afrika lebih menitikberatkan untuk ikut
memajukan sektor pendidikan, sosial, pertanian dan kesehatan masyarakat dengan
banyak mendirikan sekolah-sekolah serta rumah sakit-rumah sakit untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Jemaat Ahmadiyah juga berhasil mengembangkan pertanian gandum di Afrika.
Dalam rangkaian kunjungan Imam Jemaat Ahmadiyah ke negara-negara Afrika tahun
ini, ia juga mendapat kesempatan berjumpa dengan presiden Ghana, John Agyekum
Kufour di Istana Negara Ossuin Accra (16/4). Dalam pertemuan tersebut dibahas
mengenai masalah pendidikan dan pertanian di Ghana. Presiden Kufour juga memuji
sumbangsih Ahmadiyah atas keberhasilannya mencapai swasembada gandum dan
tingginya taraf pendidikan di Ghana. Atas kontribusinya tersebut maka tak heran
apabila Jemaat Ahmadiyah menyelenggarakan pertemuan tahunannya di beberapa
negara Afrika, selalu dihadiri oleh para perdana menteri, anggota perlemen dan
pejabat-pejabat negara yang lain.
Secara keseluruhan mereka telah membangun lebih dari 15 ribu masjid, 500
sekolah, lebih dari 30 rumah sakit di dunia, serta menterjemahkan Al-Qur’an
kedalam lebih dari 70 bahasa di dunia.
Semua metode dakwah damai yang
telah mereka lakukan ini tidaklah mengherankan sama sekali jika kita melihat
apa yang telah menjadi komitmen pendiri mereka, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad bahwa
untuk zaman sekarang ini, jihad dengan pedang tidaklah relevan lagi, melainkan
yang harus diutamakan adalah jihad dengan pena yaitu mengedepankan argumentasi,
dalil-dalil dan bukti nyata, bukan dengan kekerasan.
Dari posisi Ahmadiyah yang berada di dunia dunia ini, timbul pemikiran
di dalam diri saya bahwa terlepas dari begitu banyaknya penentangan dan tuduhan
yang ditujukan kepada mereka, ada hal yang dapat saya petik, yaitu dari kerja besar yang telah mereka lakukan
untuk Islam terlihat bahwa mereka pun
sama-sama mencintai Allah, mereka
mencintai Al-Quran dan mereka juga
mencintai Rasulullah saw dengan
sepenuh hati.
Perbuatan mereka setidaknya telah menunjukkan apa yang ada dalam benak
mereka, keyakinan mereka. Atau jangan-jangan masih ada hal yang belum sinkron
dari penilaian kita selama ini terhadap mereka. Marilah saling berdialog dan
marilah lebih saling berlomba dalam kebaikan untuk hal yang lebih konstruktif!
Salam Damai!
Pengulangan “Duel
Makar” Di Akhir Zaman &
Berbagai Keberkatan Kandungan Al-Quran
Pendek kata, firman Allah Swt. berikut ini yang telah terjadi terhadap Nabi
Besar Muhammad saw., ternyata di Akhir
zaman ini “makar buruk” tersebut kembali terulang juga terhadap para pecinta sejati Nabi Besar Muhammad saw.
dari kalangan Jemaat Ahmadiyah, hanya
karena mereka telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman, Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
yang pada hakikatnya merupakan perwujudan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani
di Akhir zaman ini (QS.62:3-4), guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kalin (QS.61:10), firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ
یَمۡکُرُ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar
tandingan, dan Allah
sebaik-baik Perencana“ (Al-Anfāl [8]:31).kng makar. (Al-Anfāl
Kembali kepada pembahasan Surah Shād,
dengan demikian benarlah firman Allah
Swt. berikut ini:
اَمۡ نَجۡعَلُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
کَالۡمُفۡسِدِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۫ اَمۡ
نَجۡعَلُ الۡمُتَّقِیۡنَ کَالۡفُجَّارِ ﴿﴾ کِتٰبٌ
اَنۡزَلۡنٰہُ اِلَیۡکَ
مُبٰرَکٌ لِّیَدَّبَّرُوۡۤا اٰیٰتِہٖ
وَ لِیَتَذَکَّرَ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Dan Kami
sekali-kali tidak menciptakan langit dan bumi ini dan apa yang ada di antara
keduanya dengan sia-sia. Hal demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah bagi orang-orang kafir
disebabkan Api. Ataukah Kami akan memperlakukan orang-orang beriman dan beramal shalih itu sama seperti para pembuat kerusakan di bumi? Ataukah
Kami memperlakukan orang-orang bertakwa
itu sama seperti orang-orang berdosa?
(Shād
[38]:28-29).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada
Nabi Besar Muhammad saw. mengenai berbagai keberkatan Kitab suci Al-Quran:
کِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰہُ
اِلَیۡکَ مُبٰرَکٌ
لِّیَدَّبَّرُوۡۤا اٰیٰتِہٖ وَ لِیَتَذَکَّرَ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Al-Quran ini
Kitab penuh
berkat yang Kami
telah menurunkannya kepada engkau, supaya mereka dapat merenungkan ayat-ayatnya, dan supaya orang-orang yang berakal mendapat nasihat. (Shād [38]:30).
Al-Quran mengandung asas-asas pokok dan universal
yang dimiliki semua agama dengan ajaran-ajarannya
yang kekal dan lestari beserta
banyak lagi unsur yang mutlak perlu
untuk kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan yang terus bertambah
bagi manusia. Itulah arti kata mubarak.
Sifat mubarak Al-Quran
tersebut adalah karena Al-Quran merupakan Kitab suci terakhir dan
tersempurna (QS.5:4), yang merupakan puncak kesempurnaan dari proses
diwahyukan-Nya hukum-hukum syariat
secara berkesinambungan kepada para rasul (nabi) pembawa syariat
(agama – QS.2:107), itulah sebabnya dari
semua Kitab suci yang diwahyukan Allah Swt.
sebelum pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., hanya Al-Quran sajalah
yang mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah Swt. dalam segala seginya
(QS.15:10).
Namun yang sangat menyedihkan
adalah, bahwa di Akhir Zaman misi
kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. yang merupakan rahmat bagi seluruh
alam (QS.21:108), agama Islam dan Kitab suci Al-Quran sebagai agama dan Kitab suci terakhir dan tersempurna
bagi seluruh umat manusia sampai Hari Kiamat (QS.3:20 & 86; QS.:5:4), demikian juga kedudukan umat Islam
sebagai ”umat terbaik” yang dijadikan untuk kemanfaatan seluruh
manusia (QS.2:114; QS.3:111) tiba-tiba
berubah seakan-akan benar bahwa agama Islam (Al-Quran) dan umat
Islam merupakan sumber
terjadinya kekerasan dan penumpahan darah. Bukan hanya saja bagi
pihak-pihak yang berbeda agama tetapi juga bagi sesame umat Islam.
Benarkah demikian? Apa yang telah terjadi? Mengapa pernyataan Allah Swt. sebelum ini seakan-akan tidak sesuai
dengan kenyataan? Firman-Nya:
کِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰہُ
اِلَیۡکَ مُبٰرَکٌ
لِّیَدَّبَّرُوۡۤا اٰیٰتِہٖ وَ
لِیَتَذَکَّرَ اُولُوا
الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Al-Quran ini
Kitab penuh
berkat yang Kami
telah menurunkannya kepada engkau, supaya mereka dapat merenungkan ayat-ayatnya, dan supaya orang-orang yang berakal mendapat nasihat. (Shād [38]:30).
Jawabannya adalah: Di dalam Allah
Swt. di dalam Al-Quran menyatakan, bahwa
yang pasti mendapat jaminan pemeliharan dari berbagai bentuk kerusakan hanyalah Kitab suci
Al-Quran (QS.15:10), bukan kepada umat
Islam. Sebab mengenai keadaan umat
Islam – baik Allah Swt. dalam Al-Quran
mau pun Nabi Besar Muhammad saw. dalam
beragai hadits shahih -- telah
menyatakan bahwa setelah mengalami masa
kejayaan yang pertama selama 3 abad
(300 tahun), umat Islam akan
mengalami masa kemunduran selama
berangsur-angsur selama 1000 tahun (QS.32:6), dan kemunduran tersebut akan berhenti
pada awal abad ke 14 ketika Allah Swt. mengutus Rasul Akhir Zaman guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10).
Jaminan Pemeliharaan Allah
Swt. atas Al-Quran
Berikut adalah beberapa firman Allah Swt. mengenai pemeliharaan Kitab suci Al-Quran
sebagai Kitab suci terakhir dan
tersempurna:
حُرِّمَتۡ عَلَیۡکُمُ الۡمَیۡتَۃُ وَ الدَّمُ وَ لَحۡمُ الۡخِنۡزِیۡرِ وَ
مَاۤ اُہِلَّ لِغَیۡرِ اللّٰہِ بِہٖ وَ الۡمُنۡخَنِقَۃُ وَ الۡمَوۡقُوۡذَۃُ وَ
الۡمُتَرَدِّیَۃُ وَ النَّطِیۡحَۃُ وَ مَاۤ اَکَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا
ذَکَّیۡتُمۡ ۟ وَ مَا ذُبِحَ عَلَی النُّصُبِ وَ اَنۡ تَسۡتَقۡسِمُوۡا بِالۡاَزۡلَامِ
ؕ ذٰلِکُمۡ فِسۡقٌ ؕ اَلۡیَوۡمَ یَئِسَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ دِیۡنِکُمۡ
فَلَا تَخۡشَوۡہُمۡ وَ اخۡشَوۡنِ ؕ اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ وَ
اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ دِیۡنًا ؕ
فَمَنِ اضۡطُرَّ فِیۡ مَخۡمَصَۃٍ غَیۡرَ
مُتَجَانِفٍ لِّاِثۡمٍ ۙ فَاِنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Diharamkan bagi kamu bangkai, darah, daging babi, dan
hewan yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah, yang mati dicekik, yang mati dipukul, yang mati terjatuh,
yang mati ditanduk, yang telah
dimakan oleh binatang buas kecuali yang telah kamu sembelih sebelum mati;
dan yang disembelih di tempat pemujaan berhala-berhala. Dan juga diharamkan mengadu nasib dengan mengundi anak panah, hal
demikian itu suatu perbuatan fasik. Pada
hari ini orang-orang yang kafir
telah putus asa untuk merusak
agamamu, maka janganlah takut kepada
mereka, dan takutlah kepada-Ku. Hari ini telah Ku-sempurnakan agamamu bagi kamu,
dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atas kamu, dan telah Kusukai Islam sebagai agama bagi kamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar dan bukan sengaja cenderung kepada dosa maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Māidah [5]:4).
Makna pernyataan Allah Swt. dalam ayat berikut:
اَلۡیَوۡمَ
یَئِسَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ
دِیۡنِکُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡہُمۡ وَ اخۡشَوۡنِ ؕ اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ
دِیۡنَکُمۡ وَ اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ
دِیۡنًا ؕ
Pada hari ini orang-orang yang kafir telah
putus asa untuk merusak agama kamu,
maka janganlah takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Hari ini telah Ku-sempurnakan agama kamu bagi kamu, dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atas kamu, dan telah Kusukai Islam sebagai agama
bagi kamu. (Al-Māidah [5]:4).
Kata ikmāl (menyempurnakan) dan itmām
(melengkapkan) merupakan akar-akar
kata (masdar), yang pertama اَلۡیَوۡمَ
اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ -- “Hari ini telah Ku-sempurnakan agama kamu bagi kamu” berhubungan dengan kaifiat
(kualitas), dan yang kedua وَ اَتۡمَمۡتُ
عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِی -- “dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atas kamu” berhubungan
dengan kammiat (kuantitas).
Kata yang pertama (ikmāl) menunjukkan bahwa ajaran-ajaran
serta perintah-perintah mengenai pencapaian kemajuan jasmani, ruhani, dan
akhlak manusia telah terkandung dalam Al-Quran dalam bentuk yang paripurna;
sedang yang kedua (itmām) menunjukkan,
bahwa tidak ada suatu keperluan manusia
yang lepas dari perhatian (diabaikan).
Kata yang pertama berhubungan dengan perintah-perintah
yang bertalian dengan segi fisik atau
keadaan lahiriah manusia, sedang yang kedua berhubungan dengan segi ruhaniah dan batiniahnya.
Penyempurnaan dan pelengkapan agama dan nikmat Allah disebut berdampingan dengan hukum yang berlaku bertalian dengan makanan-makanan, untuk menjelaskan bahwa penggunaan makanan yang halal dan thayyib (murni/sehat) merupakan salah satu dasar yang amat penting untuk
nilai akhlak yang baik, dan pada gilirannya memberi dasar tempat-berpijak guna mencapai kemajuan ruhani. Secara sepintas baiklah
kita ketahui bahwa ayat ini merupakan ayat yang diwahyukan terakhir, dan Nabi Besar Muhammad saw. wafat
hanya 82 hari sesudah ayat ini turun.
Barang-barang terlarang telah disebutkan dalam ayat sebelumnya, sedangkan
barang-barang selain itu di sini dinyatakan halal,
dengan syarat bahwa barang-barang itu harus thayyib (baik lagi murni)
dan tidak berbahaya bagi kesehatan atau tidak merugikan akhlak; mengenai ini tersilah kepada
masing-masing perseorangan untuk menentukan apa
yang baik baginya dan apa yang tidak,
dengan mengingat keadaan yang khas
dan kesehatan masing-masing. Nabi Besar Muhammad saw. dengan jelas telah mengecualikan binatang buas dan burung bercakar dari golongan makanan
halal.
Pentingnya Mengikuti Sunnah
dan Suri teladan Terbaik
Nabi Besar Muhammad Saw.
Walau pun benar agama Islam
(Al-Quran) merupakan agama (Kitab suci) terakhir dan tersempurna
bagi seluruh umat manusia sampai Hari Kiamat, namun hal tersebut akan
memberikan petunjuk dan pengaruh yang sempurna pula, apabila dalam memahaminya
dan mengamalkan berbagai petunjuk Al-Quran tersebut mengikuti
Sunnah Nabi Besar Muhammad
saw., firman-Nya:
قُلۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ
اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ
وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ﴿﴾ قُلۡ اَطِیۡعُوا
اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: ”Jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, Allah
pun akan mencintai kamu dan akan
mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Katakanlah: ”Taatilah Allah dan Rasul ini”, kemudian jika
mereka berpaling maka ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir. (Ali
‘Imran [3]:32-33).
Ayat
ini dengan tegas menyatakan bahwa sejak
diwahyukan-Nya Al-Quran atau agama Islam
kepada Nabi Besar Muhammad saw., maka tujuan memperoleh kecintaan Ilahi tidak mungkin terlaksana kecuali dengan
mengikuti Nabi Besar Muhammad saw..
Selanjutnya ayat 23 melenyapkan kesalahpahaman yang mungkin dapat timbul dari QS.2:63, bahwa iman
kepada adanya Tuhan dan alam akhirat
saja sudah cukup untuk memperoleh najat
(keselamatan). Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ
اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam
diri Rasulullah benar-benar terdapat suri teladan
yang sebaik-baiknya bagi kamu,
yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab [33]:2).
Pertempuran Khandak mungkin merupakan
percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan Nabi Besar Muhammad saw. , dan
beliau saw. keluar dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak dan
wibawa yang lebih tinggi lagi. Sesungguhnyalah pada saat yang sangat
berbahayalah, yakni ketika di sekitar gelap gelita, atau dalam waktu mengenyam
sukses dan kemenangan, yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak
dan perangai yang sesungguhnya seseorang diuji; dan sejarah memberi kesaksian
yang jelas kepada kenyataan bahwa Nabi
Besar Muhammad saw.. baik dalam keadaan dukacita karena
dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan — tetap
menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.
Pertempuran
Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu watak Nabi Besar Muhammad saw.. yang indah, dan Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah) memperlihatkan watak beliau saw.
lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau atau mengecutkan hati
beliau, begitu pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau.
Ketika Nabi Besar Muhammad saw.. ditinggalkan hampir seorang diri pada
hari Pertempuran Hunain, sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati,
beliau saw. tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah
barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang
selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul
Muthalib.” Dan tatkala Mekkah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut
maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak beliau
saw.. Nabi Besar Muhammad saw.. menunjukkan keluhuran budi (akhlak) yang tiada taranya terhadap musuh-musuh
beliau saw..
Kesaksian
lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Nabi Besar Muhammad saw. selain
kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab dengan beliau saw. dan yang
paling mengenal beliau saw., mereka itulah yang paling mencintai beliau saw. dan
merupakan yang pertama-tama percaya akan misi beliau saw., yakni, istri beliau saw.
yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau saw. sepanjang hayat, Abu Bakar Shiddiq r.a.; saudara sepupu yang juga menantu beliau saw., Ali bin Abi Thalib r.a.,
dan bekas budak beliau saw. yang
telah dimerdekakan, Zaid bin Haritsah r.a., Nabi Besar Muhammad
saw. merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia
dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan.
Dalam segala
segi kehidupan dan watak Nabi Besar Muhammad saw.. yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan
merupakan contoh yang tiada
bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti. Seluruh kehidupan
beliau saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah.
Beliau saw. mengawali kehidupan beliau saw. sebagai anak yatim dan mengakhirinya
dengan berperan sebagai wasit yang
menentukan nasib seluruh bangsa.
Sebagai kanak-kanak Nabi Besar Muhammad saw.. penyabar lagi gagah, dan di ambang
pintu usia remaja, beliau saw. tetap merupakan contoh yang sempurna dalam
akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya beliau mendapat
julukan Al-Amin (si Jujur dan setia kepada amanat) dan selaku seorang
niagawan beliau saw. terbukti paling jujur dan cermat.
Nabi Besar Muhammad saw.. menikah
dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada
beliau saw. sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia
memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan
kekudusan beliau saw..
Sebagai ayah,
Nabi Besar Muhammad saw. penuh
dengan kasih sayang, dan sebagai sahabat beliau saw. sangat setia dan murah
hati. Ketika beliau saw. diamanati tugas
yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah
rusak, Nabi Besar Muhammad saw.. menjadi sasaran derita aniaya dan pembuangan,
namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi
luhur.
Nabi Besar
Muhammad saw. bertempur sebagai prajurit gagah-berani dan
memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi kekalahan dan beliau saw. memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau saw. menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau saw. adalah seorang
negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.
“Kepala
negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus.
Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa
pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa
istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada
orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang
itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat
kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah
tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit,
dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan
setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan
malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau
bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu
banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muham-madanism”
karya Bosworth Smith).
Berbagai makna “Khātaman
Nabiyyīn”
Demikianlah penjelasan mengenai kesempurnaan Al-Quran dan Nabi Besar
Muhammad saw. sebagai Kitab suci terakhir
dan Nabi Pembawa Syariat terakhir sehingga Allah Swt. telah memberi beliau saw
gelar Khātaman Nabiyyīn yakni Nabi
yang paling mulia dari seluruh nabi-nabi,
firman-Nya:
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ اَحَدٍ
مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ خَاتَمَ النَّبِیّٖنَ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara laki-laki kamu, akan tetapi ia adalah Rasul Allah dan Meterai sekalian nabi, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (Al-Ahzāb [33]:41).
Khātam berasal
dari kata khatama yang berarti: ia memeterai, mencap, mensahkan atau
mencetakkan pada barang itu. Inilah arti-pokok kata itu. Adapun arti kedua
ialah: ia mencapai ujung benda itu; atau menutupi benda itu, atau melindungi
apa yang tertera dalam tulisan dengan memberi tanda atau mencapkan secercah
tanah liat di atasnya, atau dengan sebuah meterai jenis apa pun.
Khātam berarti juga sebentuk cincin
stempel; sebuah segel, atau meterai dan sebuah tanda; ujung atau bagian
terakhir dan hasil atau anak (cabang) suatu benda. Kata itu pun berarti hiasan
atau perhiasan; terbaik atau paling sempurna. Kata-kata khatim, khatm dan
khatam hampir sama artinya (Lexicon
Lane; Al-Mufradat; Fath-ul-Bari; dan Zurqani). Maka kata khātaman
nabiyyin akan berarti: meterai
para nabi; yang terbaik dan paling sempurna dari antara nabi-nabi; hiasan dan perhiasan nabi-nabi. Arti kedua ialah nabi terakhir yang membawa syariat (QS.5:4).
Di Mekkah pada waktu semua putra Nabi Besar Muhammad saw. telah meninggal dunia semasa masih kanak-kanak, musuh-musuh beliau saw. mengejek
beliau seorang abtar (yang tidak mempunyai anak laki-laki), yang berarti
karena ketiadaan ahliwaris lelaki itu
untuk menggantikan beliau saw. maka jemaat beliau saw. (umat Islam) cepat
atau lambat akan menemui kesudahan (Al-Bahrul-Muhith).
Sebagai jawaban terhadap ejekan orang-orang
kafir tersebut, secara tegas Allah Swt.
menyatakan dalam Surah Al-Kautsar bahwa bukan Nabi Besar
Muhammad saw. melainkan musuh-musuh
beliau saw. itulah yang tidak akan berketurunan (abtar), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
اِنَّاۤ اَعۡطَیۡنٰکَ الۡکَوۡثَرَ ؕ﴿﴾ فَصَلِّ
لِرَبِّکَ وَ انۡحَرۡ ؕ﴿﴾ اِنَّ
شَانِئَکَ ہُوَ الۡاَبۡتَرُ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada engkau
ber-limpah-limpah kebaikan, maka shalatlah bagi Tuhan engkau
dan berkorbanlah. Sesungguhnya musuh engkau, dialah yang tanpa keturunan. (Al-Kautsār [108]:1-4).
Sesudah Surah Al-Kautsar diturunkan, tentu saja
terdapat anggapan di kalangan kaum Muslimin di zaman permulaan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. akan dianugerahi anak-anak lelaki yang akan hidup sampai dewasa. Ayat yang sedang
dibahas ini menghilangkan salah paham
itu, sebab ayat ini menyatakan bahwa Nabi Besar Muhammad saw., -- baik sekarang maupun dahulu ataupun di masa
yang akan datang -- bukan atau tidak
pernah akan menjadi bapak seorang orang lelaki dewasa bangsa Arab (rijal berarti
pemuda).
Dalam pada itu ayat Al-Ahzab 41 I nampaknya seakan-akan bertentangan
dengan Surah Al-Kautsar, yang di
dalamnya bukan Nabi Besar Muhammad saw.,
melainkan musuh-musuh beliau saw. yang
diancam dengan tidak akan berketurunan (abtar), tetapi sebenarnya
berusaha menghilangkan keragu-raguan
dan prasangka-prasangka terhadap
timbulnya arti yang kelihatannya bertentangan itu.
Surah Al-Ahzab ayat 41 mengatakan bahwa Baginda Nabi Besar Muhammad
saw. adalah rasul Allah, yang mengandung arti bahwa
beliau adalah bapak ruhani seluruh umat
manusia dan beliau saw. juga Khātaman Nabiyyīn, yang maksudnya bahwa
beliau saw. adalah bapak ruhani seluruh nabi. Dengan demikian jika Nabi
Besar Muhammad saw. bapak ruhani
semua orang beriman dan semua nabi, bagaimana mungkin beliau saw. dapat disebut (dituduh) abtar
atau tak berketurunan?
Apabila ungkapan ini diambil
dalam arti bahwa Nabi Besar Muhammad
saw. itu nabi yang terakhir, dan
bahwa tidak ada nabi akan datang
sesudah beliau saw., maka ayat ini akan nampak sumbang bunyinya dan tidak mempunyai pertautan dengan konteks pembelaan
ayat tersebut, dan dengan mengartikan
sepertim itu (nabi terakhir) maka daripada menyanggah
ejekan orang-orang kafir bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. tidak berketurunan (abtar), malahan mendukung dan menguatkannya.
Pendek kata, menurut arti yang tersimpul dalam
kata khatam seperti dikatakan di atas, maka ungkapan Khātaman Nabiyyīn
dapat mempunyai kemungkinan empat macam arti:
(1) Nabi
Besar Muhammad saw. adalah meterai para nabi, yakni, tidak ada nabi dapat
dianggap benar kalau kenabiannya tidak bermeteraikan Nabi Besar Muhammad saw..
(2) Kenabian semua nabi yang sudah lampau harus
dikuatkan dan disahkan oleh Nabi Besar
Muhammad saw. dan juga tidak ada seorang pun yang dapat mencapai
tingkat kenabian sesudah beliau saw.,
kecuali dengan menjadi pengikut sejati
beliau saw..
(3) Nabi Besar Muhammad saw. adalah
yang terbaik, termulia, dan paling sempurna
dari antara semua nabi, dan juga beliau saw. adalah sumber hiasan bagi mereka (Zurqani, Syarah Muwahib
al-Laduniyyah).
(4) Nabi
Besar Muhammad saw. adalah yang terakhir di antara para nabi pembawa syari'at. Penafsiran ini
telah diterima oleh para ulama terkemuka, orang-orang suci dan waliullah
seperti Ibn ‘Arabi, Syah Waliullah, Imam ‘Ali Qari, Mujaddid Alf Tsani, dan
lain-lain.
Menurut ulama-ulama besar dan
para waliullah itu, tidak ada nabi
dapat datang sesudah Nabi Besar Muhammad saw. yang dapat memansukhkan (membatalkan) millah beliau saw. atau yang akan
datang dari luar umat beliau saw. (Futuhat-al-Makkiyah; Tafhimat; Maktubat; dan Yawaqit
wa’l Jawahir).
Sitti Aisyah
r.a., istri Nabi Besar Muhammad saw., yang amat berbakat
menurut riwayat pernah mengatakan: “Katakanlah bahwa beliau (Rasulullah saw.)
adalah Khātaman Nabiyyin, tetapi janganlah mengatakan tidak akan ada nabi lagi sesudah beliau” (Mantsur).
(5) Nabi Besar Muhammad saw. adalah nabi yang terakhir (Akhirul Anbiya) hanya dalam arti kata bahwa
semua nilai dan sifat kenabian terjelma dengan sesempurna-sempurnanya dan
selengkap-lengkapnya dalam diri beliau: khatam dalam arti sebutan
terakhir untuk menggambarkan kebagusan
dan kesempurnaan, adalah sudah lazim
dipakai. Lebih-lebih Al-Quran dengan jelas mengatakan tentang bakal diutusnya
nabi-nabi sesudah Nabi Besar Muhammad
saw. wafat (QS.7:36).
Nabi Besar Muhammad saw. sendiri jelas mempunyai tanggapan
mengenai berlanjutnya kenabian
sesudah beliau. Menurut riwayat, beliau saw. pernah bersabda: “Seandainya
Ibrahim (putra beliau) masih hidup, niscaya ia akan menjadi nabi” (Ibnu Majah, Kitab al-Jana’iz) dan:
“Abu Bakar adalah sebaik-baik orang sesudahku, kecuali bila ada seorang nabi muncul” (Kanzul-Ummal).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5
September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar