Minggu, 08 September 2013

Jaminan Pemeliharaan Allah Swt. Terhadap Al-Quran, Bukan Terhadap Umat Islam

  
 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād 


Bab 13

  Jaminan Pemeliharaan Allah Swt. Terhadap Al-Quran, tetapi Tidak Terhadap Umat Islam      

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  berbagai kemajuan yang diraih Jemaat Ahmadiyah dalam upaya m,ewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:1) setalah dua orang Khalifatul Masih – Imam Jemaat Ahmadiyah  yakni Khalifatul Masih II (Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a) dan Khalifatil Masih IV (Mirza Tahir Ahmad rh) melakukan hijrah, yang pertama hijrah dari Qadian ke Rabwah, dan yang kedua hijrah dari Rabwah ke London, sebagaimana berbagai kemajuan besar yang diraih  oleh Nabi Besar Muhammad saw. setelah beliau saw. hijrah dari Mekkah ke Madinah,  dan  itulah  yang dimaksud dengan ayat    اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ  لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡبَصِیۡرُ -- “ke Masjidil-Aqsha, yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat”, dalam firman-Nya:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ  اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ  اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ  لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡبَصِیۡرُ ﴿﴾
Maha Suci Dia  Yang telah memperjalankan beliau saw. pada waktu malam dari Masjidilharam ke Masjidil-Aqsha, yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat” (Bani Israil [17]:2).

Dakwah Ahmadiyah

       Berikut  bagian dari komentar  Jusman Jati di Internet berkenaan judul  
Ahmadiyah - The Most Loved and Hated Muslim mengenai da’wah Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia:
       “Keluar dari berbagai penentangan-penentangan terhadap Ahmadiyah di atas, seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa bukannya mereka menjadi golongan yang balas dendam akibat penentangan-penentangan yang mereka terima, melainkan sebaliknya justru mereka tampil sebagai pembawa Islam damai di dunia khususnya di negara-negara Eropa dimana Islamophobia sangat tinggi.
      Moto Ahmadiyah - Love For All Hatred for None - adalah dasar dakwah mereka. Moto yang diciptakan oleh Khalifah Ahmadiyah yang ketiga yang diserap berdasarkan esensi Islam damai itu sendiri, Mirza Nasir Ahmad, pada kesempatan pembukaan masjid Bashrat, Pedro Abad, Spanyol. Motto yang keluar dari seorang sosok yang pada saat itu menjadi orang yang paling pesakitan di zaman Zulfikar Ali Bhutto yang mengeluarkan Undang-undang pelarangan Ahmadiyah dan implikasi-implikasi penganiayaan yang parah setelahnya.
       Dengan semangat Love for All Hatred for None inilah mereka bisa diterima di Gedung Capitol Hill (Gedung Kongres Amerika), dengan moto inilah mereka bisa diterima di Parlemen Eropa, Brussel, mereka juga diterima di Canada dan Jerman dan negara-negara Eropa dan sebagian besar Afrika. Setiap kali peresmian masjid Ahmadiyah di negara-negara Eropa selalu dihadiri oleh pejabat-pejabat setempat, para anggota parlemen, tokoh-tokoh lintas agama dan para cendikawan.
      Apa yang membuat mereka begitu respect terhadap Ahmadiyah, sedangkan mereka sangat kuat menerapkan pemisahan antara urusan negara dengan agama? Tidak lain adalah karena Ahmadiyah menampilkan Islam yang akomodatif dan damai. Islam yang jauh dari kekerasan dan ekstremisme.
   
  Sudah saatnya, kami, Jamaah Ahmadiyah, memberikan gambaran nyata dan benar tentang Islam. Saya akan selalu berbicara tentang perdamaian. Perdamaian itu bukan dari pendapat pribadi saya atau berupa ajaran baru, melainkan perdamaian sejati yang saya kumpulkan dan dapatkan dari Al-Quran”.
      Itu adalah petikan perkataan Khalifah Ahmadiyah V, Mirza Masroor Ahmad yang di wawancarai oleh CNN  di Masjid Silver Spring, Amerika.
      Terakhir, dalam kunjungan Khalifah Ahmadiyah ke Amerika, beliau menyampaikan pidato di hotel Montage, Beverly Hills, LA 11 May 2013. Lebih dari 300 politisi, akademisi dan tokoh masyarakat hadir, termasuk beberapa anggota Kongres Amerika Serikat.
        Dari Laporan mereka banyak sekali media-media Amerika yang meliput seperti Wall Street Journal, Los Angelos Times dan Chicago Times dan banyak lagi surat Kabar. Diperkirakan dakwah oleh Ahmadiyah dari berbagai media cetak telah sampai kepada 5.500.000 orang. Melalui saluran online diperkirakan 5.000.000 orang. Dan 1.500.000 orang melalui saluran Radio dan TV, keseluruhan pesan Islam mereka sampai kepada hampir 12 juta orang. Selang beberapa hari lawatan dilanjutkan ke Kanada. Liputan peresmian Masjid dan hasil interview suratkabar sekurang-kurangnya telah sampai kepada 8.500.000 orang. Satu indikasi bahwa mereka dicintai dengan pesan Islam damainya.
      Tidak sekedar ucapan retoris semata yang selalu mereka gembar-gemborkan dalam pertemuan-pertemuan ataupun seminar perdamaian Islam, merekapun giat dalam upaya nyata dalam mendakwakan Islam damai ke seluruh dunia, baik media cetak, media televisi, seminar-seminar, pameran-pameran, brosur-brosur maupun cara-cara turun ke jalan dari pintu ke pintu menjelaskan Islam sebenarnya yang damai.
      Beberapa waktu yang lalu ketika dunia Islam digoncang dengan adanya film the Innocence of Muslim, Ahmadiyah telah membuat suatu upaya massal di seluruh dunia untuk mengkonter semua hal negatif tentang Rasulullah saw di dalam film tersebut. Berikut saya cantumkan dari laporan mereka di Reviewofreligions.org:
      “Di Kanada Lebih dari 40 kegiatan edukasional, seperti simposium Islam, seminar lintas agama, konferensi tentang sejarah Rasulullah saw dan pameran-pameran Al-Quran dan kehidupan Rasulullah saw telah digelar di seluruh Kanada, dimana diterangkan kepada mereka tentang status sebenarnya Rasulullah saw. Ribuan Ahmadi, pria, wanita mendatangi rumah-rumah (door-to-door) di 114 kota Kanada.   Lebih dari 300.000 ribu pamflet yang dibuat khusus telah dibagikan. Lebih dari 20 media, termasuk televisi dan surat kabar telah meliput upaya ini.
       Di Inggris, klarifikasi Khalifah Ahmadiyah tentang penjelasan kedudukan sejati Rasulullah saw telah diliput oleh media-media terkenal Sky News, Sky Arabic, BBC News, BBC Newsnight, New Zealand TV, French TV, Reuters, Getty Images, London News Pictures, Press Association, Wimbledon Guardian, The Guardian (nasional), BBC Radio. 55.000 salinan Khutbah Jumat (yang memuat tentang tanggapan terhadap film Innocence of Muslim, terj.) telah dicetak dan dikirim ke semua anggota parlemen dan pejabat lainnya dan berbagai kontak lainnya. Lebih dari 30.000 eksemplar selebaran “Nabi Muhammad saw” saat ini sedang didistribusikan.
      Sebuah kampanye dengan bus telah mereka lakukan juga dimana 50 bus telah diluncurkan di pusat kota London pada tanggal 29 Oktober yang membawa pesan ISLAM: Freedom of Speech with Respect. 20.000 eksemplar selebaran telah didistribusikan.
       Di Jerman mereka melakukan ‘Open Mosque Day’, Kegiatan ini dilakukan di 80 cabang Jamaah Ahmadiyah Jerman. Lebih dari 6000 tamu telah berkunjung ke Masjid Ahmadiyah. Umpan balik yang penting dari program ini adalah menjadi cara yang tepat untuk memberikan reaksi terhadap film tersebut. 23.000 eksemplar Khutbah Jumat yang memuat tentang tanggapan terhadap film Innocence of Muslim telah dibagikan.
      Di Ghana, Maulvi Wahab Bin Adam, Amir Jamaah Muslim Ahmadiyah Ghana dan juga sebagai anggota Dewan Perdamaian Nasional Gana, telah menulis artikel untuk menggambarkan teladan hidup Rasulullah telah diterbitkan di Daily Graphic, the Chronicle, the Ghanaian Times dan the Daily Guide. Secara keseluruhan artikel dan siaran pers mencapai pembaca sekitar 145 000 orang.
      Siaran pers dari Khutbah Jumat dan artikel oleh Maulwi W. Adam telah disiarkan melalui televisi di Ghana dan Radio GBC. Untuk jangkauan secara nasional, jaringan televisi dan stasiun radio saja bisa mencakup penonton sebanyak 10 juta orang. Stasiun radion Peace FM juga menyiarkan release yang mencakup 50 persen Ghana. 20.000 salinan Khutbah Jumat 21 September 2012 telah disiapkan untuk disebarkan. Simposium telah diselenggarakan di Accra dan 10 daerah lain di Ghana untuk menyajikan aspek kehidupan Rasulullah saw kepada orang-orang dari semua lapisan masyarakat.
       Suatu pemandangan yang kontras dengan tuduhan yang selalu ditujukan kepada mereka, Ahmadiyah tidak mengakui Rasulullah saw sebagai Nabi Terakhir. Nampaknya mereka lebih memilih menjawab dengan bukti nyata.
       Untuk memantapkan dakwah Islam yang damai ini mereka memanfaatkan kecanggihan teknologi satelit dengan stasiun televisi mereka Muslim Television Ahmadiyya (MTA), sebuah televisi Muslim pertama di dunia. MTA1, melakukan siaran pada Eropa, Amerika Utara, Amerika Timur serta Asia. MTA1 juga dapat diakses melalui streaming internet pada situs http://www.mta.tv dengan mudah.
       Program yang ditayangkan dari berbagai macam bahasa, diantaranya adalah bahasa Inggris, Arab, Bengali, Indonesia, Perancis, Swahili dan Hausa. MTA2 mengudara dan dapat diakses di seluruh Eropa dan Afrika di kawasan Sahel. MTA3, dikenal juga sebagai MTA Arab. Mengudara pada 23 Maret 2007 menembus negara-negara Timur Tengah, Afrika Utara dan Amerika Utara. Pendanaannya dari ini semua adalah dari seluruh anggota Jemaat Ahmadiyah melalui sistem iuran yang mereka sebut dengan Candah.Televisi tanpa sponsor di dalamnya mengudara selama 24 jam x 7, berisi tayangan yang berfokus pada keislaman dan sikap Ahmadiyah mengenai isu-isu tertentu.
        Ketika dunia digemparkan oleh Pendeta Terry Jones di Florida pada musim semi 2011 yang menyeru untuk membakar Al-Quran yang dianggap sebagai kitab yang mengajarkan terorisme, dan ketika orang-orang Muslim umumnya tersulut dengan melakukan demo besar-besaran dengan mengakibatkan korban jiwa dari perwakilan PBB, Ahmadiyah datang dengan cara yang elegan yaitu mengadakan Kampanye Qur’an Open House.
      Sebuah acara pameran tentang Al-Quran yang dilakukan di perpustakaan-perpustakaan ternama di berbagai kota Amerika dan Kanada dengan menyajikan fakta sebenarnya dari ajaran Al-Qur’an, di Kanada saja mereka telah mengunjungi sekitar 100 kota dan mengadakan open house di 500 lokasi di seluruh daerah pada 2012. Mereka juga sibuk dengan program penterjemahan Al-Qur’an kedalam 100 bahasa, saat ini telah mencapai 68 bahasa. Suatu pemandangan yang kontras dengan tuduhan yang selalu ditujukan kepada mereka, Ahmadiyah kitab sucinya bukan Al-Quran melainkan Tadzkirah. Nampaknya mereka lebih memilih menjawab dengan bukti nyata.
      Dakwah yang dilakukan Ahmadiyah di benua Afrika pun menunjukkan peranan yang sangat signifikan. Ahmadiyah di Afrika lebih menitikberatkan untuk ikut memajukan sektor pendidikan, sosial, pertanian dan kesehatan masyarakat dengan banyak mendirikan sekolah-sekolah serta rumah sakit-rumah sakit untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
       Jemaat Ahmadiyah juga berhasil mengembangkan pertanian gandum di Afrika. Dalam rangkaian kunjungan Imam Jemaat Ahmadiyah ke negara-negara Afrika tahun ini, ia juga mendapat kesempatan berjumpa dengan presiden Ghana, John Agyekum Kufour di Istana Negara Ossuin Accra (16/4). Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai masalah pendidikan dan pertanian di Ghana. Presiden Kufour juga memuji sumbangsih Ahmadiyah atas keberhasilannya mencapai swasembada gandum dan tingginya taraf pendidikan di Ghana. Atas kontribusinya tersebut maka tak heran apabila Jemaat Ahmadiyah menyelenggarakan pertemuan tahunannya di beberapa negara Afrika, selalu dihadiri oleh para perdana menteri, anggota perlemen dan pejabat-pejabat negara yang lain.
      Secara keseluruhan mereka telah membangun lebih dari 15 ribu masjid, 500 sekolah, lebih dari 30 rumah sakit di dunia, serta menterjemahkan Al-Qur’an kedalam lebih dari 70 bahasa di dunia.
      Semua metode dakwah damai yang telah mereka lakukan ini tidaklah mengherankan sama sekali jika kita melihat apa yang telah menjadi komitmen pendiri mereka, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad bahwa untuk zaman sekarang ini, jihad dengan pedang tidaklah relevan lagi, melainkan yang harus diutamakan adalah jihad dengan pena yaitu mengedepankan argumentasi, dalil-dalil dan bukti nyata, bukan dengan kekerasan.
       Dari posisi Ahmadiyah yang berada di dunia dunia ini, timbul pemikiran di dalam diri saya bahwa terlepas dari begitu banyaknya penentangan dan tuduhan yang ditujukan kepada mereka, ada hal yang dapat saya petik, yaitu dari kerja besar yang telah mereka lakukan untuk Islam terlihat bahwa mereka pun sama-sama mencintai Allah, mereka mencintai Al-Quran dan mereka juga mencintai Rasulullah saw dengan sepenuh hati.
      Perbuatan mereka setidaknya telah menunjukkan apa yang ada dalam benak mereka, keyakinan mereka. Atau jangan-jangan masih ada hal yang belum sinkron dari penilaian kita selama ini terhadap mereka. Marilah saling berdialog dan marilah lebih saling berlomba dalam kebaikan untuk hal yang lebih konstruktif!

Salam Damai!

Pengulangan “Duel Makar” Di Akhir Zaman &
Berbagai Keberkatan Kandungan Al-Quran


    Pendek kata, firman Allah Swt.  berikut ini yang telah terjadi terhadap Nabi Besar Muhammad saw., ternyata di Akhir  zaman ini  makar buruk” tersebut kembali terulang juga terhadap para pecinta sejati Nabi Besar Muhammad saw. dari kalangan Jemaat Ahmadiyah, hanya karena mereka telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman, Mirza Ghulam Ahmad a.s., yang pada hakikatnya merupakan perwujudan  kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir zaman ini (QS.62:3-4), guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kalin (QS.61:10), firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾

Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau.    Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan, dan Allah sebaik-baik Perencana“ (Al-Anfāl [8]:31).kng makar. (Al-Anfāl 
       Kembali kepada pembahasan Surah  Shād, dengan demikian benarlah  firman Allah Swt. berikut ini:
اَمۡ نَجۡعَلُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ کَالۡمُفۡسِدِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۫ اَمۡ  نَجۡعَلُ  الۡمُتَّقِیۡنَ  کَالۡفُجَّارِ ﴿﴾  کِتٰبٌ  اَنۡزَلۡنٰہُ  اِلَیۡکَ مُبٰرَکٌ  لِّیَدَّبَّرُوۡۤا اٰیٰتِہٖ وَ  لِیَتَذَکَّرَ  اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Dan  Kami sekali-kali tidak menciptakan langit dan bumi ini dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Hal demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir,  maka celakalah bagi orang-orang kafir  disebabkan Api.   Ataukah Kami akan memperlakukan orang-orang beriman dan beramal shalih itu sama seperti para pembuat kerusakan di bumi? Ataukah Kami memperlakukan orang-orang bertakwa itu sama seperti orang-orang berdosa? (Shād [38]:28-29).
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai  berbagai keberkatan  Kitab suci Al-Quran:
کِتٰبٌ  اَنۡزَلۡنٰہُ  اِلَیۡکَ مُبٰرَکٌ  لِّیَدَّبَّرُوۡۤا اٰیٰتِہٖ وَ  لِیَتَذَکَّرَ  اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Al-Quran ini Kitab  penuh berkat  yang Kami telah menurunkannya  kepada engkau,  supaya mereka dapat merenungkan ayat-ayatnya, dan supaya orang-orang yang berakal mendapat nasihat. (Shād [38]:30).
   Al-Quran mengandung asas-asas pokok dan universal yang dimiliki semua agama dengan ajaran-ajarannya yang kekal dan lestari beserta banyak lagi unsur yang mutlak perlu untuk kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan yang terus bertambah bagi manusia. Itulah arti kata mubarak.
 Sifat mubarak  Al-Quran tersebut adalah karena Al-Quran merupakan Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4), yang merupakan puncak kesempurnaan dari proses diwahyukan-Nya   hukum-hukum syariat secara berkesinambungan kepada para rasul (nabi) pembawa syariat (agama – QS.2:107),  itulah sebabnya dari  semua Kitab  suci yang diwahyukan Allah Swt. sebelum pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., hanya Al-Quran sajalah yang mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah Swt. dalam segala seginya (QS.15:10).
   Namun yang sangat menyedihkan adalah,  bahwa di Akhir Zaman misi kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. yang merupakan rahmat bagi seluruh alam (QS.21:108), agama Islam dan Kitab suci Al-Quran sebagai  agama dan Kitab suci terakhir dan tersempurna bagi seluruh umat manusia sampai Hari Kiamat (QS.3:20 & 86; QS.:5:4),  demikian juga kedudukan umat Islam sebagai ”umat terbaik” yang dijadikan untuk kemanfaatan seluruh manusia  (QS.2:114; QS.3:111) tiba-tiba berubah seakan-akan benar bahwa agama Islam (Al-Quran) dan umat Islam  merupakan sumber terjadinya kekerasan dan penumpahan darah. Bukan hanya saja bagi pihak-pihak yang berbeda agama tetapi juga bagi sesame umat Islam.
Benarkah demikian? Apa yang telah terjadi?  Mengapa pernyataan Allah  Swt. sebelum ini seakan-akan tidak sesuai dengan kenyataan? Firman-Nya:
کِتٰبٌ  اَنۡزَلۡنٰہُ  اِلَیۡکَ مُبٰرَکٌ  لِّیَدَّبَّرُوۡۤا اٰیٰتِہٖ وَ  لِیَتَذَکَّرَ  اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Al-Quran ini Kitab  penuh berkat  yang Kami telah menurunkannya  kepada engkau,  supaya mereka dapat merenungkan ayat-ayatnya, dan supaya orang-orang yang berakal mendapat nasihat. (Shād [38]:30).
       Jawabannya adalah: Di dalam   Allah Swt. di dalam Al-Quran menyatakan,  bahwa yang  pasti mendapat jaminan pemeliharan dari berbagai bentuk kerusakan hanyalah Kitab suci Al-Quran (QS.15:10),  bukan kepada  umat Islam. Sebab mengenai keadaan umat Islam – baik Allah Swt. dalam Al-Quran mau pun Nabi Besar Muhammad saw.  dalam beragai hadits shahih -- telah menyatakan bahwa setelah mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3 abad (300 tahun), umat Islam akan mengalami masa kemunduran selama berangsur-angsur selama 1000 tahun (QS.32:6), dan kemunduran tersebut akan berhenti pada awal abad ke 14 ketika Allah Swt. mengutus Rasul Akhir Zaman guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10).

Jaminan Pemeliharaan Allah Swt.  atas Al-Quran

  Berikut adalah  beberapa firman  Allah Swt. mengenai  pemeliharaan Kitab suci Al-Quran sebagai Kitab suci  terakhir dan tersempurna:
حُرِّمَتۡ عَلَیۡکُمُ الۡمَیۡتَۃُ وَ الدَّمُ وَ لَحۡمُ الۡخِنۡزِیۡرِ وَ مَاۤ اُہِلَّ لِغَیۡرِ اللّٰہِ بِہٖ وَ الۡمُنۡخَنِقَۃُ وَ الۡمَوۡقُوۡذَۃُ وَ الۡمُتَرَدِّیَۃُ وَ النَّطِیۡحَۃُ وَ مَاۤ اَکَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَکَّیۡتُمۡ ۟ وَ مَا ذُبِحَ عَلَی النُّصُبِ وَ اَنۡ تَسۡتَقۡسِمُوۡا بِالۡاَزۡلَامِ ؕ ذٰلِکُمۡ فِسۡقٌ ؕ اَلۡیَوۡمَ  یَئِسَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا مِنۡ دِیۡنِکُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡہُمۡ وَ اخۡشَوۡنِ ؕ اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ وَ اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ دِیۡنًا ؕ فَمَنِ اضۡطُرَّ فِیۡ مَخۡمَصَۃٍ غَیۡرَ   مُتَجَانِفٍ لِّاِثۡمٍ ۙ فَاِنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Diharamkan bagi kamu bangkai, darah, daging babi, dan hewan yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah, yang mati dicekik,  yang mati dipukul, yang mati terjatuh, yang mati ditanduk,  yang telah dimakan oleh binatang buas kecuali yang telah kamu sembelih sebelum mati; dan yang disembelih di tempat pemujaan berhala-berhala. Dan juga diharamkan  mengadu nasib dengan mengundi anak panah, hal demikian itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang yang kafir  telah  putus asa untuk merusak agamamu, maka  janganlah takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Hari ini telah Ku-sempurnakan agamamu bagi kamu, dan telah Kulengkapkan  nikmat-Ku atas kamu, dan  telah Kusukai  Islam sebagai agama bagi kamu. Tetapi  barangsiapa terpaksa  karena lapar  dan bukan sengaja cenderung kepada dosa maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Māidah [5]:4).
    Makna  pernyataan Allah Swt. dalam ayat berikut:
 اَلۡیَوۡمَ  یَئِسَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا مِنۡ دِیۡنِکُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡہُمۡ وَ اخۡشَوۡنِ ؕ اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ وَ اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ دِیۡنًا ؕ
Pada hari ini orang-orang yang kafir  telah  putus asa untuk merusak agama kamu, maka  janganlah takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Hari ini telah Ku-sempurnakan agama kamu bagi kamu, dan telah Kulengkapkan  nikmat-Ku atas kamu, dan  telah Kusukai  Islam sebagai agama bagi kamu. (Al-Māidah [5]:4).
     Kata   ikmāl (menyempurnakan) dan itmām (melengkapkan) merupakan akar-akar kata (masdar), yang pertama  اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ  --   Hari ini telah Ku-sempurnakan agama kamu bagi kamu” berhubungan dengan kaifiat (kualitas), dan yang kedua وَ اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِی --  dan telah Kulengkapkan  nikmat-Ku atas kamu” berhubungan dengan kammiat (kuantitas).
    Kata yang pertama (ikmāl) menunjukkan bahwa ajaran-ajaran serta perintah-perintah mengenai pencapaian kemajuan jasmani, ruhani, dan akhlak manusia telah terkandung dalam Al-Quran dalam bentuk yang paripurna; sedang yang kedua (itmām) menunjukkan,  bahwa tidak ada suatu keperluan manusia yang lepas dari perhatian (diabaikan).  Kata yang pertama berhubungan dengan perintah-perintah yang bertalian dengan segi fisik atau keadaan lahiriah manusia, sedang yang kedua berhubungan dengan segi ruhaniah dan batiniahnya.
     Penyempurnaan dan pelengkapan agama dan nikmat Allah disebut berdampingan dengan hukum yang berlaku bertalian dengan makanan-makanan, untuk menjelaskan bahwa penggunaan makanan yang halal dan thayyib (murni/sehat) merupakan salah satu dasar yang amat penting untuk nilai akhlak yang baik,  dan pada gilirannya memberi dasar tempat-berpijak guna mencapai kemajuan ruhani. Secara sepintas baiklah kita ketahui bahwa ayat ini merupakan ayat yang diwahyukan terakhir, dan  Nabi Besar Muhammad saw.   wafat hanya 82 hari sesudah ayat ini turun.
     Barang-barang terlarang telah disebutkan dalam ayat sebelumnya, sedangkan barang-barang selain itu di sini dinyatakan halal, dengan syarat bahwa barang-barang itu harus thayyib (baik lagi murni) dan tidak berbahaya bagi kesehatan atau tidak merugikan akhlak; mengenai ini tersilah kepada masing-masing perseorangan untuk menentukan apa yang baik baginya dan apa yang tidak, dengan mengingat keadaan yang khas dan kesehatan masing-masing.  Nabi Besar Muhammad saw. dengan jelas telah mengecualikan binatang buas dan burung bercakar dari golongan makanan halal.

Pentingnya Mengikuti Sunnah dan Suri teladan Terbaik
Nabi Besar Muhammad Saw.

      Walau pun benar  agama Islam (Al-Quran) merupakan  agama (Kitab suci) terakhir dan tersempurna bagi seluruh  umat manusia sampai Hari Kiamat, namun hal tersebut akan memberikan petunjuk dan pengaruh yang sempurna pula, apabila dalam memahaminya dan mengamalkan  berbagai petunjuk Al-Quran tersebut  mengikuti   Sunnah Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
قُلۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ﴿﴾  قُلۡ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:  ”Jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah  aku,  Allah pun akan mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul ini”, kemudian jika mereka berpaling maka ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir. (Ali ‘Imran [3]:32-33).
       Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa  sejak diwahyukan-Nya  Al-Quran atau agama Islam kepada Nabi Besar Muhammad saw., maka  tujuan memperoleh kecintaan Ilahi   tidak mungkin terlaksana kecuali dengan mengikuti  Nabi Besar Muhammad saw.. 
      Selanjutnya ayat 23  melenyapkan kesalahpahaman yang mungkin dapat timbul dari QS.2:63,  bahwa iman kepada adanya Tuhan dan alam akhirat saja sudah cukup untuk memperoleh najat (keselamatan). Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat  suri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab [33]:2).
   Pertempuran Khandak mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan  Nabi Besar Muhammad saw. , dan beliau saw. keluar dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang lebih tinggi lagi. Sesungguhnyalah pada saat yang sangat berbahayalah, yakni ketika di sekitar gelap gelita, atau dalam waktu mengenyam sukses dan kemenangan, yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak dan perangai yang sesungguhnya seseorang diuji; dan sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan bahwa  Nabi Besar Muhammad saw..    baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan — tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.
 Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu watak  Nabi Besar Muhammad saw..  yang indah, dan Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah) memperlihatkan watak beliau saw. lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau atau mengecutkan hati beliau, begitu pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau.
  Ketika  Nabi Besar Muhammad saw..  ditinggalkan hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunain, sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati, beliau saw. tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib.” Dan tatkala Mekkah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak beliau saw..  Nabi Besar Muhammad saw..   menunjukkan keluhuran budi (akhlak) yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau saw..
  Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Nabi Besar Muhammad saw. selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab dengan beliau saw. dan yang paling mengenal beliau saw., mereka itulah yang paling mencintai beliau saw. dan merupakan yang pertama-tama percaya akan misi beliau saw., yakni, istri beliau saw. yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau  saw. sepanjang hayat, Abu Bakar Shiddiq r.a.; saudara sepupu yang juga menantu beliau saw., Ali bin Abi Thalib r.a.,  dan bekas budak beliau saw. yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haritsah r.a., Nabi Besar Muhammad saw. merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan.
  Dalam segala segi kehidupan dan watak  Nabi Besar Muhammad saw..   yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti. Seluruh kehidupan beliau saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah. Beliau saw. mengawali kehidupan beliau saw. sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit yang menentukan nasib seluruh bangsa.
 Sebagai kanak-kanak  Nabi Besar Muhammad saw..  penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau saw. tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya beliau mendapat julukan Al-Amin (si Jujur dan setia kepada amanat) dan selaku seorang niagawan beliau saw. terbukti paling jujur dan cermat.
 Nabi Besar Muhammad saw.. menikah dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada beliau saw. sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau saw..
   Sebagai ayah, Nabi Besar Muhammad saw. penuh dengan kasih sayang, dan sebagai sahabat beliau saw. sangat setia dan murah hati. Ketika beliau saw. diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak,  Nabi Besar Muhammad saw..   menjadi sasaran derita aniaya dan pembuangan, namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur.
  Nabi Besar Muhammad saw. bertempur sebagai prajurit gagah-berani dan memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi kekalahan dan beliau saw. memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau saw. menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau saw. adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.
Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muham-madanism” karya Bosworth Smith).

Berbagai makna “Khātaman Nabiyyīn

 Demikianlah penjelasan mengenai kesempurnaan Al-Quran dan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Kitab suci terakhir dan Nabi Pembawa Syariat terakhir  sehingga Allah Swt. telah memberi beliau saw gelar Khātaman Nabiyyīn yakni Nabi yang paling mulia dari seluruh nabi-nabi, firman-Nya:
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ  اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ خَاتَمَ  النَّبِیّٖنَ ؕ وَ  کَانَ اللّٰہُ  بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara laki-laki  kamu, akan tetapi ia adalah Rasul Allah dan Meterai sekalian nabi, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzāb [33]:41).
    Khātam berasal dari kata khatama yang berarti: ia memeterai, mencap, mensahkan atau mencetakkan pada barang itu. Inilah arti-pokok kata itu. Adapun arti kedua ialah: ia mencapai ujung benda itu; atau menutupi benda itu, atau melindungi apa yang tertera dalam tulisan dengan memberi tanda atau mencapkan secercah tanah liat di atasnya, atau dengan sebuah meterai jenis apa pun.
     Khātam berarti juga sebentuk cincin stempel; sebuah segel, atau meterai dan sebuah tanda; ujung atau bagian terakhir dan hasil atau anak (cabang) suatu benda. Kata itu pun berarti hiasan atau perhiasan; terbaik atau paling sempurna. Kata-kata khatim, khatm dan khatam hampir sama artinya (Lexicon Lane; Al-Mufradat; Fath-ul-Bari; dan Zurqani). Maka kata khātaman nabiyyin akan berarti: meterai para nabi; yang terbaik dan paling sempurna dari antara nabi-nabi; hiasan dan perhiasan nabi-nabi. Arti kedua ialah nabi terakhir  yang membawa syariat (QS.5:4).
     Di Mekkah pada waktu semua putra Nabi Besar Muhammad saw.  telah meninggal dunia semasa masih kanak-kanak, musuh-musuh beliau saw. mengejek beliau seorang abtar (yang tidak mempunyai anak laki-laki), yang berarti karena ketiadaan ahliwaris lelaki itu untuk menggantikan beliau saw. maka  jemaat beliau saw. (umat Islam) cepat atau lambat akan menemui kesudahan (Al-Bahrul-Muhith).
      Sebagai jawaban terhadap ejekan orang-orang kafir tersebut,  secara tegas Allah Swt. menyatakan  dalam Surah Al-Kautsar bahwa bukan Nabi Besar Muhammad saw. melainkan musuh-musuh beliau saw. itulah yang tidak akan berketurunan (abtar), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اِنَّاۤ  اَعۡطَیۡنٰکَ  الۡکَوۡثَرَ ؕ﴿﴾  فَصَلِّ  لِرَبِّکَ وَ انۡحَرۡ ؕ﴿﴾  اِنَّ شَانِئَکَ ہُوَ الۡاَبۡتَرُ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Sesungguhnya Kami  telah  menganugerahkan kepada engkau ber-limpah-limpah kebaikan, maka shalatlah  bagi Tuhan engkau dan berkorbanlah.   Sesungguhnya musuh engkau, dialah  yang  tanpa keturunan.  (Al-Kautsār   [108]:1-4). 
     Sesudah Surah Al-Kautsar diturunkan, tentu saja terdapat anggapan di kalangan kaum Muslimin di zaman permulaan bahwa  Nabi Besar Muhammad saw.  akan dianugerahi anak-anak lelaki yang akan hidup sampai dewasa. Ayat yang sedang dibahas ini menghilangkan salah paham itu, sebab ayat ini menyatakan bahwa Nabi Besar Muhammad saw., --  baik sekarang maupun dahulu ataupun di masa yang akan datang --  bukan atau tidak pernah akan menjadi bapak seorang orang lelaki dewasa bangsa Arab (rijal berarti pemuda).
      Dalam pada itu ayat Al-Ahzab 41 I nampaknya seakan-akan  bertentangan dengan Surah Al-Kautsar, yang di dalamnya bukan  Nabi Besar Muhammad saw., melainkan musuh-musuh beliau saw. yang diancam dengan tidak akan berketurunan (abtar), tetapi sebenarnya berusaha menghilangkan keragu-raguan dan prasangka-prasangka terhadap timbulnya arti yang kelihatannya bertentangan itu.
      Surah Al-Ahzab ayat 41   mengatakan bahwa Baginda Nabi Besar Muhammad saw.  adalah rasul Allah, yang mengandung arti bahwa beliau adalah bapak ruhani seluruh umat manusia dan beliau saw. juga Khātaman Nabiyyīn, yang maksudnya bahwa beliau saw. adalah bapak ruhani seluruh nabi. Dengan demikian jika Nabi Besar Muhammad saw. bapak ruhani semua orang beriman dan semua nabi, bagaimana mungkin  beliau saw. dapat disebut (dituduh) abtar atau tak berketurunan?
       Apabila ungkapan ini diambil dalam arti bahwa  Nabi Besar Muhammad saw. itu nabi yang terakhir, dan bahwa tidak ada nabi akan datang sesudah beliau saw., maka ayat ini akan nampak sumbang bunyinya dan tidak mempunyai pertautan dengan konteks pembelaan ayat tersebut,  dan dengan mengartikan sepertim itu (nabi terakhir) maka daripada menyanggah ejekan orang-orang kafir bahwa  Nabi Besar Muhammad saw.  tidak berketurunan  (abtar), malahan mendukung dan menguatkannya.
       Pendek kata, menurut arti yang tersimpul dalam kata khatam seperti dikatakan di atas, maka ungkapan Khātaman Nabiyyīn dapat mempunyai kemungkinan empat macam arti:
      (1)  Nabi Besar Muhammad saw. adalah meterai para nabi, yakni, tidak ada nabi dapat dianggap benar kalau kenabiannya tidak bermeteraikan  Nabi Besar Muhammad saw..
      (2)  Kenabian semua nabi yang sudah lampau harus dikuatkan dan disahkan oleh  Nabi Besar Muhammad saw. dan juga tidak ada seorang pun yang dapat mencapai tingkat kenabian sesudah beliau saw., kecuali dengan menjadi pengikut sejati beliau saw..
    (3)  Nabi Besar Muhammad saw. adalah yang terbaik, termulia, dan paling sempurna dari antara semua nabi,  dan juga beliau saw. adalah sumber hiasan bagi mereka (Zurqani, Syarah Muwahib al-Laduniyyah).
    (4)  Nabi Besar Muhammad saw.  adalah yang terakhir di antara para nabi pembawa syari'at. Penafsiran ini telah diterima oleh para ulama terkemuka, orang-orang suci dan waliullah seperti Ibn ‘Arabi, Syah Waliullah, Imam ‘Ali Qari, Mujaddid Alf Tsani, dan lain-lain.
       Menurut ulama-ulama besar dan para waliullah itu, tidak ada nabi dapat datang sesudah Nabi Besar Muhammad saw.  yang dapat memansukhkan (membatalkan) millah beliau saw. atau yang akan datang dari luar umat beliau saw. (Futuhat-al-Makkiyah; Tafhimat; Maktubat; dan Yawaqit wa’l Jawahir).
      Sitti Aisyah  r.a.,  istri  Nabi Besar Muhammad saw., yang amat berbakat menurut riwayat pernah mengatakan: “Katakanlah bahwa beliau (Rasulullah saw.)  adalah Khātaman Nabiyyin, tetapi janganlah mengatakan tidak akan ada nabi lagi sesudah beliau” (Mantsur).
      (5) Nabi Besar Muhammad saw.  adalah nabi yang terakhir (Akhirul Anbiya) hanya dalam arti kata bahwa semua nilai dan sifat kenabian terjelma dengan sesempurna-sempurnanya dan selengkap-lengkapnya dalam diri beliau: khatam dalam arti sebutan terakhir untuk menggambarkan kebagusan dan kesempurnaan, adalah sudah lazim dipakai. Lebih-lebih Al-Quran dengan jelas mengatakan tentang bakal diutusnya nabi-nabi sesudah  Nabi Besar Muhammad saw. wafat (QS.7:36).
    Nabi Besar Muhammad saw.  sendiri jelas mempunyai tanggapan mengenai berlanjutnya kenabian sesudah beliau. Menurut riwayat, beliau saw. pernah bersabda: “Seandainya Ibrahim (putra beliau) masih hidup, niscaya ia akan menjadi nabi” (Ibnu Majah, Kitab al-Jana’iz) dan: “Abu Bakar adalah sebaik-baik orang sesudahku, kecuali bila ada seorang nabi muncul” (Kanzul-Ummal).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  5  September   2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar