ۡ بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 33
Saling Mewasiyatkan Penentangan Terhadap Para
Rasul Allah & Kesedihan Rasul Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai ancaman Fir’aun yang sangat takabur
terhadap Nabi Musa a.s.., selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
seorang laki-laki yang beriman kepada
Nabi Musa a.s.itu:
وَ قَالَ رَجُلٌ مُّؤۡمِنٌ ٭ۖ مِّنۡ اٰلِ فِرۡعَوۡنَ
یَکۡتُمُ اِیۡمَانَہٗۤ اَتَقۡتُلُوۡنَ رَجُلًا اَنۡ یَّقُوۡلَ رَبِّیَ اللّٰہُ وَ قَدۡ
جَآءَکُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ مِنۡ
رَّبِّکُمۡ ؕ وَ اِنۡ یَّکُ کَاذِبًا فَعَلَیۡہِ کَذِبُہٗ ۚ وَ اِنۡ یَّکُ
صَادِقًا یُّصِبۡکُمۡ بَعۡضُ الَّذِیۡ یَعِدُکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِیۡ مَنۡ ہُوَ مُسۡرِفٌ کَذَّابٌ ﴿﴾
Dan berkata seorang laki-laki yang beriman dari kaum Fir’aun yang menyembunyikan imannya, “Apakah kamu akan
membunuh seorang laki-laki karena ia mengatakan: “Tuhan-ku adalah Allah,” padahal ia telah datang kepada kamu dengan Tanda-tanda nyata dari Tuhan
kamu? Dan jika ia seorang pendusta maka atas
dialah kedustaannya, dan jika ia
benar maka akan menimpa kamu
sebagian dari apa yang diancamkannya
kepada kamu. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada siapa
yang melampaui batas dan pembohong
besar.” (Al-Mu’min [40]:29).
Orang
yang beriman telah menyembunyikan imannya
untuk menampakkannya pada kesempatan yang cocok, cara yang tegas dan berani dalam
menyatakan imannya dan berbicara
kepada kaum Fir’aun menunjukkan bahwa
penyembunyian imannya itu tidaklah disebabkan oleh perasaan takut.
Dalil-dalil Telak yang Dikemukakan “Laki-laki Beriman” &
Misi Utama Rasul Allah
adalah Mengajarkan Tauhid
Dari
berbagai argumentasi yang dikemukakan
laki-laki beriman tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa orang beriman
tersebut memiliki pengetahuan yang luas mengenai masalah Ketuhanan
(Tauhid) dan dan sejarah kenabian, ia
berkata:
اَتَقۡتُلُوۡنَ
رَجُلًا اَنۡ یَّقُوۡلَ رَبِّیَ اللّٰہُ
وَ قَدۡ جَآءَکُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ مِنۡ
رَّبِّکُمۡ
“Apakah kamu akan
membunuh seorang laki-laki karena ia mengatakan: “Tuhan-ku adalah Allah,” padahal ia
telah datang kepada kamu dengan Tanda-tanda
nyata dari Tuhan kamu?”
Sebagaimana dikemukakan Allah Swt. dalam
Al-Quran, bahwa untuk mendukung
kebenaran pendakwaannya Nabi Musa
a.s. telah memperlihatkan 9 macam Tanda
(mukjizat) kepada Fir’aun (QS.17:102; QS.27:13) tetapi semua mukjizat Nabi
Musa a.s. tersebut didustakan
oleh Fir’aun dan para pembesarnya dengan menyebutnya sebagai perbuatan sihir
(Qs.7:104-127).
Selanjutnya laki-laki yang beriman tersebut mengemukakan Sunnatullah
mengenai hukuman yang pasti akan menimpa orang-orang yang mengada-adakan pendakwaan dusta atas nama Allah
dan orang-orang yang mendustakan
pendakwaan Rasul Allah, sekali pun mereka itu telah menyaksikan
berbagai mukjizat yang mendukung kebenaran pendakwaan Rasul Allah tersebut:
وَ اِنۡ یَّکُ کَاذِبًا فَعَلَیۡہِ کَذِبُہٗ ۚ وَ اِنۡ یَّکُ
صَادِقًا یُّصِبۡکُمۡ بَعۡضُ الَّذِیۡ یَعِدُکُمۡ
“Dan jika ia seorang pendusta maka atas dialah kedustaannya, dan jika ia benar maka akan menimpa kamu sebagian dari apa yang diancamkannya kepada kamu.”
Perkataan orang beriman mengenai Sunnatullah tersebut sesuai dengan firman Allah Swt.
berikut ini mengenai kesinambungan
pengutusan para Rasul Allah dari
kalangan Bani (keturunan) Adam:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ
فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ
لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ
لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ
﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas waktunya,
mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya. Wahai Bani
Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul
dari antara kamu yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula
mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang
yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalam-nya. (Al-A’rāf
[7]:35-37).
Hal ini patut mendapat perhatian istimewa.
Seperti pada beberapa ayat sebelumnya (yakni QS.7:27, 28 & 32), seruan
dengan kata-kata Hai anak-cucu Adam, ditujukan kepada umat di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dan kepada generasi-generasi yang akan lahir, bukan kepada umat yang hidup di masa jauh silam dan yang datang tak lama sesudah
masa Nabi Adam a.s., dengan demikian
firman Allah Swt. menolak itikad sesat lā nabiyya ba’dahu – tidak ada lagi nabi
sesudahnya”.
Pengulangan Ketakaburan Iblis Mengenai Adam (Khalifah Allah)
Selanjutnya
laki-laki
beriman itu berkata mengenai kekuasaan yang dibangga-banggakan oleh Fir’aun dan para pembesarnya, firman-Nya:
یٰقَوۡمِ لَکُمُ الۡمُلۡکُ الۡیَوۡمَ
ظٰہِرِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۫ فَمَنۡ یَّنۡصُرُنَا مِنۡۢ بَاۡسِ اللّٰہِ اِنۡ
جَآءَنَا ؕ قَالَ فِرۡعَوۡنُ مَاۤ
اُرِیۡکُمۡ اِلَّا مَاۤ اَرٰی وَ مَاۤ اَہۡدِیۡکُمۡ اِلَّا سَبِیۡلَ الرَّشَادِ ﴿﴾ وَ قَالَ الَّذِیۡۤ
اٰمَنَ یٰقَوۡمِ اِنِّیۡۤ اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ مِّثۡلَ
یَوۡمِ الۡاَحۡزَابِ ﴿ۙ﴾ مِثۡلَ دَاۡبِ
قَوۡمِ نُوۡحٍ وَّ عَادٍ وَّ ثَمُوۡدَ وَ الَّذِیۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ
ظُلۡمًا لِّلۡعِبَادِ ﴿﴾
“Hai kaumku,
kepunyaan kamu kerajaan hari ini sebagai penguasa di bumi, tetapi siapakah yang akan menolong kita dari azab
Allah jika menimpa kita?” Fir’aun berkata: “Aku sekali-kali tidak menunjukkan kepada kamu melainkan
apa yang te-lah aku lihat, dan aku
sekali-kali tidak memberi petunjuk
kepada kamu, kecuali kepada jalan
yang benar.” Dan orang yang beriman berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku takut atas kamu seperti hari kebinasaan golongan
persekutuan, Seperti yang menimpa kaum
Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan Allah se-kali-kali tidak menghendaki kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. (Al-Mu’min
[40]:30-32).
Jawaban Fir’aun
yang bersifat provokatif dan menghina terhadap ucapan laki-laki
beriman itu مَاۤ اُرِیۡکُمۡ
اِلَّا مَاۤ اَرٰی وَ مَاۤ اَہۡدِیۡکُمۡ اِلَّا سَبِیۡلَ الرَّشَادِ -- “Aku sekali-kali tidak menunjukkan kepada kamu melainkan apa yang telah aku lihat, dan aku sekali-kali tidak memberi petunjuk kepada kamu, kecuali kepada jalan yang benar”, maksudnya adalah bahwa: “Hai kaumku, Musa
hanya menjanjikan hal-hal yang belum
tentu kebenarannya, sedangkan aku
mengemukakan hal yang nyata di depan mataku dan di depan mata kalian, yakni kerajaan
Mesir yang ada dibawah kekuasaanku.” Mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ
قَوۡمِہٖ قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ
لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ
مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ
مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ
یُبِیۡنُ ﴿﴾ فَلَوۡ لَاۤ اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ اَسۡوِرَۃٌ
مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ مَعَہُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾ فَاسۡتَخَفَّ
قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ
کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya
dengan berkata: "Hai kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat? Atau tidakkah
aku lebih baik daripada orang
yang hina ini dan ia tidak dapat menjelaskan? Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang
dari emas, atau datang bersamanya malaikat-malaikat yang berkumpul di sekelilingnya?" Demikianlah
ia memperbodoh kaumnya lalu mereka patuh kepadanya, sesungguhnya mereka adalah kaum durhaka. (Az-Zukhruf
[43]:52-54).
Ucapan takabur dan menghina
tersebut benar-benar merupakan pengulangan ucapan
takabur yang dikatakan Iblis
mengenai Adam, ketika ia mengemukakan alasannya kepada Allah Swt. mengapa ia tidak mau “sujud” (tunduk-patuh) bersama para malaikat kepada Adam,
ketika Allah Swt. memerintahkan
hal itu, iblis berkata: “Aku lebih baik daripada dia, Engkau jadikan
aku dari api sedangkan dia Engkau
jadikan dari tanah-liat!”
(QS.7:12-13).
Gagal Menyelamatkan Diri dari Azab Ilahi &
Mendustakan Nabi Yusuf a.s.
Selanjutnya laki-laki beriman itu memperingatkan kaumnya mengenai kedahsyatan
ketika azab Ilahi menimpa mereka,
sebagaimana telah menimpa kaum-kaum
purbakala yang juga mendustakan dan
berbuat zalim terhadap para Rasul Allah yang diutus kepada mereka:
وَ یٰقَوۡمِ اِنِّیۡۤ اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ یَوۡمَ التَّنَادِ ﴿ۙ﴾ یَوۡمَ تُوَلُّوۡنَ مُدۡبِرِیۡنَ ۚ
مَا لَکُمۡ مِّنَ اللّٰہِ
مِنۡ عَاصِمٍ ۚ وَ مَنۡ
یُّضۡلِلِ اللّٰہُ فَمَا لَہٗ
مِنۡ ہَادٍ ﴿﴾
“Dan hai
kaumku, sesungguhnya aku takut atas kamu hari ketika orang-orang
saling memanggil meminta pertolongan, yaitu
hari ketika kamu akan berbalik ke belakang melarikan diri, tidak ada bagimu seorang pun penyelamat bagi kamu dari Allah.
Dan siapa yang disesatkan Allah maka
baginya tidak ada pemberi petunjuk.” (Al-Mu’min
[40]:33-34).
Yaitu
hari ketika orang-orang akan
ketakutan dan terpencar ke berbagai jurusan; atau bila mereka akan saling membenci dan saling menentang
dan akan menjadi terpisah, atau bila
mereka seru menyeru meminta
pertolongan (Aqrab-ul-Mawarid). Yaitu ketika azab Ilahi yang diperingatkkan
oleh Rasul Allah kepada mereka
benar-benar terjadi – sebagaimana
mereka dengan takabur telah menantang
Rasul Allah untuk mempercepat
kedatangannya (QS.11:33; QS.46:23; QS.8:33 )--
mereka itu tiba-tiba melarikan
diri dengan penuh kepanikan dan rasa putus
asa yang hebat (QS.5:37-38; QS.22:2-3; QS.70:1-19; QS.80:37).
Laki-laki beriman tersebut mengingatkan kaumnya kepada peristiwa yang
sama ratusan tahun sebelumnya mengenai Nabi Yusuf a.s. - yang walau pun beliau datang ke Mesir karena
dijual sebagai budak, tetapi kemudian
menjadi seorang pejabat tinggi
kepercayaan raja Mesir saat itu (QS. [12]1-58) -- firman-Nya:
وَ لَقَدۡ جَآءَکُمۡ یُوۡسُفُ مِنۡ قَبۡلُ بِالۡبَیِّنٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ
فِیۡ شَکٍّ مِّمَّا جَآءَکُمۡ بِہٖ ؕ حَتّٰۤی اِذَا ہَلَکَ قُلۡتُمۡ لَنۡ یَّبۡعَثَ
اللّٰہُ مِنۡۢ بَعۡدِہٖ رَسُوۡلًا ؕ کَذٰلِکَ یُضِلُّ اللّٰہُ مَنۡ
ہُوَ مُسۡرِفٌ مُّرۡتَابُۨ ﴿ۚۖ﴾ الَّذِیۡنَ یُجَادِلُوۡنَ فِیۡۤ
اٰیٰتِ اللّٰہِ بِغَیۡرِ سُلۡطٰنٍ اَتٰہُمۡ ؕ کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ
اللّٰہِ وَ عِنۡدَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ کَذٰلِکَ یَطۡبَعُ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
قَلۡبِ مُتَکَبِّرٍ جَبَّارٍ ﴿﴾
Dan sungguh
benar-benar telah datang kepada kamu
Yusuf sebelum ini dengan bukti-bukti
yang nyata, tetapi kamu selalu dalam
keraguan dari apa yang dengannya dia
datang kepada kamu, hingga apabila
ia telah mati kamu berkata: “Allah
tidak akan pernah mengutus
seorang rasul pun sesudahnya.” Demikianlah Allah menyesatkan
barangsiapa yang melampaui batas,
yang ragu-ragu. Yaitu
orang-orang yang bertengkar
mengenai Tanda-tanda Allah tanpa dalil yang datang kepada mereka. Sangat
besar kebencian di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman,
demikianlah Allah mencap setiap hati orang sombong lagi sewe-nang-senang. (Al-Mu’min [40]:35-36).
Nabi-nabi telah senantiasa datang ke dunia
semenjak waktu yang jauh silam (QS.4:164-166; QS.7:35-37; QS.10:48; QS.35:25),
tetapi begitu busuknya pikiran orang-orang — setiap kali datang
seorang nabi baru, mereka menolak dan menentangnya; dan ketika ia wafat,
orang-orang yang beriman kepada nabi itu berkata, lā nabiyya ba’dahu (tidak ada
nabi akan datang lagi) dan bahwa “pintu
wahyu telah tertutup” untuk selama-lamanya.
Bahaya Itikad Sesat Lā Nabiya
ba’dahu
(Tidak Ada lagi Nabi Sesudahnya) dari Zaman ke Zaman
Jadi, itikad sesat
lā nabiya ba’dahu (tidak ada
lagi sesudahnya) dan cara-cara pendustaan
serta penzaliman terhadap para Rasul Allah dan para pengikutnya
tersebut seakan-akan telah saling mewasiyatkan
di antara mereka, sekali pun mereka itu dipisahkan oleh jarak waktu yang lama –
termasuk di Akhir Zaman ini -- firman-Nya:
کَذٰلِکَ مَاۤ اَتَی الَّذِیۡنَ
مِنۡ قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا
قَالُوۡا سَاحِرٌ اَوۡ مَجۡنُوۡنٌ ﴿ۚ﴾ اَتَوَاصَوۡا بِہٖ ۚ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ طَاغُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Demikianlah
sekali-kali tidak pernah datang kepada
orang-orang sebelum mereka seorang rasul melainkan mereka berkata: “Dia tukang sihir, atau orang gila!” Adakah mereka saling mewasiatkan mengenai
itu? Tidak, bahkan mereka itu semua kaum
pendurhaka (Adz-Dzāriyāt [51]:53-54).
Begitu menyoloknya persamaan tuduhan-tuduhan dan berbagai fitnah yang dilancarkan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan para mushlih rabbani (rasul-rasul Allah) lainnya
oleh lawan-lawan mereka sepanjang
masa, sehingga nampaknya orang-orang
kafir dari abad tertentu menurunkan tuduhan-tuduhan
itu kepada keturunan mereka, supaya
terus melancarkan lagi tuduhan-tuduhan
itu, termasuk di Akhir Zaman ini
kepada Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
وَّ اَنَّہُمۡ ظَنُّوۡا کَمَا
ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا ۙ﴿﴾
Dan sesungguhnya mereka
menyangka sebagaimana kamu juga
menyangka bahwa Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul. (Al-Jin [71]:8).
Jadi, sejak zaman Nabi Yusuf a.s. orang-orang Yahudi tidak
mempercayai lagi kedatangan rasul
mana pun sesudah beliau (QS.40:35), namun dalam kenyataannya Allah Swt. telah
mengutus rangkaian kedatangan para Rasul
Allah di kalangan Bani Israil mulai
dari Nabi Musa a.s. sampai dengan
pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا
مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا
عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ
اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di
belakangnya, Kami berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda
yang nyata, dan juga Kami
memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul
dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu kamu
berlaku takabur, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh? Dan
mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran
mereka maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).
Pemahaman sesat yang sama terjadi pula di kalangan umumnya umat Islam (Bani Ismail) – yang
merupakan “saudara Bani Israil” -- karena itu kemudaratan
besar akibat mempercayai pemahaman sesat Lā
nabiyya ba’dahu (tidak ada lagi nabi
sesudahnya) berupa “kutukan Allah Swt.”
yang dialami oleh orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil, kini sedang
menimpa umat Islam di berbagai wilayah dunia, terutama di kawasan Timur Tengah.
Ketika di Akhir Zaman ini haq (kebenaran)
disampaikan Allah Swt. kepada mereka melalui Rasul Akhir Zaman yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., maka jawaban mereka sama: قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ -- ”Hati kami tertutup!” -- dengan faham sesat Lā nabiyya
ba’dahu (tidak ada lagi nabi sesudahnya)
-- namun jawaban Allah Swt. adalah:
بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ
فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ
“Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran
mereka maka sedikit sekali apa yang mereka imani” (Al-Baqarah [2]:88-89).
Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. dalam Surah Shād
ayat 30 yang menjadi pokok pembahasan mengenai berbagai keberkatan Kitab suci Al-Quran, berikut firman-Nya kepada Nabi
Besar Muhammad saw.:
کِتٰبٌ
اَنۡزَلۡنٰہُ اِلَیۡکَ
مُبٰرَکٌ لِّیَدَّبَّرُوۡۤا اٰیٰتِہٖ وَ لِیَتَذَکَّرَ
اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿ ﴾
Al-Quran ini
Kitab penuh
berkat yang Kami
telah menurunkannya kepada engkau, supaya mereka dapat merenungkan ayat-ayatnya, dan supaya orang-orang yang berakal mendapat nasihat. (Ash-Shād [38]:30).
Kesedihan Rasul Akhir Zaman
Tetapi benar jugalah firman Allah Swt. mengenai kesedihan yang dirasakan oleh Rasul Akhir Zaman – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. – ketika menyaksikan
keadaan umumnya umat Islam di Akhir Zaman ini telah memperlakukan Al-Quran sebagai
sesuatu yang telah ditinggalkan,
firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ
عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Tuhan-ku,
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.” Dan
demikianlah Kami telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah
Tuhan engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong. (Al-Furqān [25]:31-32).
Ayat 31 dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan
kepada mereka yang menamakan diri orang-orang
Muslim tetapi telah menyampingkan
Al-Quran dan telah melemparkannya ke
belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini.
Ada sebuah hadits Nabi Besar
Muhammad saw. yang
mengatakan: “Satu saat akan datang kepada
kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam
melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya” (Baihaqi,
Syu’ab-ul-iman).
Sungguh di Akhir
Zaman sekarang inilah saat yang dimaksudkan dalam firman Allah Swt. yang diwahyukan lebih 14 abad yang lalu tersebut, sebab
firman Allah Swt. itu tidak bisa dinisbahkan kepada masa Nabi Besar Muhammad saw. yang penuh berkat atau pun kepada masa pada masa Khulafatur Rasyidin.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 26 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar