Senin, 02 September 2013

Target Da'wah Islam adalah Mengubah "musuh Besar" Menjadi "Sahabat Sejati" yang Siap Berkorban di Jalan Allah



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād 


Bab 9

Target Da’wah Islam adalah Mengubah Musuh Besar Menjadi Sahabat Sejati yang Siap Berkorban di jalan Allah Swt.

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai penghakiman yang dilakukan Nabi Besar Muhammad saw.  berupa pengampunan secara umum terhadap para penganiaya keji pada waktu peristiwa Fatah Mekkah (Penaklukan Mekkah) adalah bukti dari Sifat Maha Pengampun  dan Maha Bijaksana Allah Swt. yang secara sempurna telah diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad saw., jauh lebih sempurna daripada pengampunan yang dilakukan oleh Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudara seayah beliau di Mesir, firman-Nya:
قَالُوۡا تَاللّٰہِ لَقَدۡ اٰثَرَکَ اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ  اِنۡ کُنَّا لَخٰطِئِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ یَغۡفِرُ اللّٰہُ  لَکُمۡ ۫ وَ ہُوَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿﴾  اِذۡہَبُوۡا بِقَمِیۡصِیۡ ہٰذَا فَاَلۡقُوۡہُ عَلٰی وَجۡہِ اَبِیۡ یَاۡتِ بَصِیۡرًا ۚ وَ اۡتُوۡنِیۡ بِاَہۡلِکُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿٪﴾
Mereka berkata:  “Demi Allah, sungguh Allah benar-benar telah melebihkan engkau di atas kami dan se-sungguhnya kami benar-benar  orang-orang yang bersalah.”   Ia (Yusuf) berkata: “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini, semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia-lah Yang Paling Penyayang dari semua penyayang. Pergilah kamu bersama dengan kemejaku ini dan letakkanlah  di hadapan ayahku, ia akan mengetahui segala sesuatu. Dan bawalah kepada-ku keluargamu semuanya.” (Yusuf [12]:92-94).
       Nabi Yusuf a.s. tidak membiarkan saudara-saudaranya dalam kegelisahan, dan seketika itu juga melenyapkan segala kekhawatiran dan kecemasan mereka mengenai cara bagaimanakah beliau akan memperlakukan mereka, dengan segera mengatakan bahwa beliau akan mengampuni semua kesalahan mereka tanpa batas dan tanpa syarat apa pun.
       Pengampunan Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudaranya dengan kelapangan dan kemurahan hati merupakan persamaan yang paling besar dan menonjol dengan Nabi Besar Muhammad saw., karena seperti Nabi Yusuf a.s.,  Nabi Besar Muhammad saw.    pun mencapai kemuliaan dan kekuasaan dalam masa hijrah dan pembuangan di Medinah.
    Ketika sesudah bertahun-tahun mengalami pembuangan,  Nabi Besar Muhammad saw.  memasuki kota kelahiran beliau – Mekkah --  sebagai penakluk  dengan memimpin 10.000 Sahabat, dan Mekkah bertekuk-lutut dan mencium duli telapak kaki beliau saw.,  Nabi Besar Muhammad saw.  bertanya kepada kaum beliau saw. perlakuan apa yang mereka harapkan dari beliau: “Perlakuan yang Nabi Yusuf a.s. berikan kepada saudara-saudaranya,” jawab mereka. “  لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ    -- Tidak ada celaan atas kamu  pada hari ini,” demikianlah Nabi Besar Muhammad saw.  menjawab dengan segera.

“Musuh Besar”  berubah Menjadi “Sahabat Sejati” yang
Siap Berkorban di Jalan Allah Swt.

     Perlakuan mulia   Nabi Besar Muhammad saw.    terhadap musuh-musuh beliau saw. yang haus darah, yakni kaum musyrik Quraisy Mekkah, yang tidak ada suatu kesempatan pun mereka biarkan untuk membunuh beliau saw. dan membinasakan Islam sampai ke akar-akarnya, adalah tidak ada bandingannya sepanjang sejarah umat manusia.
     Dengan demikian Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar telah melaksanakan perintah Allah Swt. firman Allah Swt. berikut ini mengenai Nabi Daud a.s. dalam bentuknya yang paling sempurna: 
یٰدَاوٗدُ  اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ  ﴿٪﴾
“Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena mereka  melupakan Hari Perhitungan. (Shād [38]:27).
      Bukan hanya itu,  bahkan pengampunan yang dilakukan Nabi Besar Muhammad saw. pada peristiwa Fatah Mekkah tersebut telah menyempurnakan kebenaran firman Allah Swt. berikut ini, yakni menjadikan “musuh besar” menjadi “sahabat sejati” yang siap untuk mati membela orang yang sebelumnya mereka berusaha membunuhnya, yakni Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ اَحۡسَنُ  قَوۡلًا  مِّمَّنۡ دَعَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  وَ عَمِلَ  صَالِحًا وَّ قَالَ  اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ  وَ لَا السَّیِّئَۃُ ؕ اِدۡفَعۡ  بِالَّتِیۡ  ہِیَ  اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ  عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ  وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿﴾  وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا  ذُوۡحَظٍّ  عَظِیۡمٍ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya daripada orang yang me-ngajak manusia kepada Allah dan beramal saleh serta berkata: ”Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang berserah diri.” Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.  Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya  maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang-orang yang sabar, dan sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang yang memiliki  bagian besar dalam kebaikan. (Hā HīmAs-Sajdah  [41]:34-36).
   Karena anjuran kepada kebenaran sudah pasti diikuti oleh kesulitan-kesulitan bagi penganjurnya, ayat ini menasihatkan kepada si penganjur supaya bersabar dan  tabah hati menanggung segala kesulitan, dan malahan supaya membalas keburukan  yang diterima dari penganiaya-penganiaya, dengan kebaikan, sehingga فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ  عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ  وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ   --  “maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia.”

Pentingnya Mengambil Pelajaran dari
Kesempurnaan Tatanan Alam Semesta

   Setelah mengemukakan salah satu kejadian dalam kisah Nabi Daud a.s., selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kesempurnaan tatanan alam semesta agar orang-orang yang berakal dapat menarik pelajaran darinya, firman-Nya:
وَ مَا خَلَقۡنَا السَّمَآءَ  وَ الۡاَرۡضَ وَ مَا بَیۡنَہُمَا بَاطِلًا ؕ ذٰلِکَ ظَنُّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚ فَوَیۡلٌ  لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنَ النَّارِ ﴿ؕ ﴾
Dan  Kami sekali-kali tidak menciptakan langit dan bumi ini dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Hal demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir,  maka celakalah bagi orang-orang kafir  disebabkan Api. (Shād [38]:28).
       Mengisyaratkan kepada topik yang sama, dalam Surah berikut ini Allah Swt. secara lebih terinci mengemukakan  topik tersebut dan hubungannya dengan beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt/, firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ  قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta   pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu  orang-orang yang  mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil  berbaring atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan mengenai penciptaan seluruh langit dan bumi  seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini  sia-sia,  Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab ApiWahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun. (Ali ‘Imran [3]:191-193).
      Pelajaran yang terkandung dalam penciptaan seluruh  langit dan bumi dan dalam pergantian malam dan siang ialah: manusia diciptakan untuk mencapai kemajuan ruhani dan jasmani yang tak terhingga. Bila ia berbuat amal saleh maka masa kegelapannya dan masa kesedihannya pasti akan diikuti oleh masa terang benderang dan kebahagiaan.
    Orang-orang yang  “mempergunakan akal” tersebut terus merenung bahwa tatanan agung yang dibayangkan pada ayat-ayat sebelumnya tidak mungkin terwujud tanpa suatu tujuan tertentu, dan karena seluruh alam ini telah dijadikan untuk menghidmati manusia, tentu saja kejadian manusia sendiri mempunyai tujuan yang agung dan mulia pula, yakni untuk beribadah kepada Allah Swt. (QS.51:57), karena  manusia secara umum dibandingkan dengan seluruh makhluk lainnya --  adalah merupakan khalifah Allah di muka bumi (QS.17:71).
      Bila orang merenungkan tentang kandungan arti keruhanian yang diserap dari gejala-gejala fisik di dalam penciptaan seluruh alam dengan tatanan sempurna yang melingkupinya itu, ia akan begitu terkesan dengan mendalam oleh kebijakan luhur Sang Al-Khāliq-nya (Maha Pencipta-nya) lalu dengan serta-merta terlontar dari dasar lubuk hatinya seruan: “Ya  Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini sia-sia.”

‘Ulama (Orang-orang Berilmu) Hakiki

    Allah Swt. dalam Surah Al-Quran lainnya  menyebut “orang-orang yang mempergunakan akal  (bashirah)” tersebut    ‘ulama  (orang-orang yang berilmu)   hakiki, berikut firman-Nya mengenai mereka:
اَلَمۡ  تَرَ  اَنَّ اللّٰہَ  اَنۡزَلَ مِنَ  السَّمَآءِ  مَآءً ۚ فَاَخۡرَجۡنَا بِہٖ ثَمَرٰتٍ  مُّخۡتَلِفًا  اَلۡوَانُہَا ؕ وَ مِنَ الۡجِبَالِ جُدَدٌۢ  بِیۡضٌ وَّ حُمۡرٌ  مُّخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہَا وَ غَرَابِیۡبُ سُوۡدٌ ﴿﴾  وَ مِنَ النَّاسِ وَ الدَّوَآبِّ وَ الۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہٗ  کَذٰلِکَ ؕ اِنَّمَا یَخۡشَی اللّٰہَ مِنۡ عِبَادِہِ  الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  غَفُوۡرٌ ﴿﴾
Apakah engkau tidak melihat  bahwasanya Allah menurunkan air dari awan, dan Kami mengeluarkan dengan air itu buah-buahan yang ber-aneka warnanya. Dan di gunung-gunung ada garis-garis putih, merah dengan beraneka macam warnanya, dan ada yang sehitam burung gagak?  Dan demikian juga di antara manusia,  hewan berkaki empat dan binatang ternak bermacam-macam warnanya. Sesungguhnya dari antara hamba-hamba-Nya yang takut kepada Allah adalah ‘ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun. (Al-Fāthir [35]:28-29).
      Ayat 28   bermaksud mengatakan, bahwa bila hujan turun di atas tanah yang kering dan gersang, maka air hujan itu menimbulkan aneka ragam tanam-tanaman, bunga-bungaan, dan buah-buahan yang warna warni serta aneka cita rasa, dan bentuk serta corak yang berlainan.
      Air hujannya sama tetapi tanam-tanaman, bunga-bungaan, dan buah-buahan yang dihasilkan sangat berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu mungkin sekali dikarenakan sifat yang dimiliki tanah dan benih. Demikian pula manakala wahyu Ilahi — yang pada beberapa tempat dalam Al-Quran telah diibaratkan air — turun kepada suatu kaum melalui Rasul Allah, maka wahyu itu menimbulkan berbagai-bagai akibat pada bermacam-macam manusia menurut keadaan “tanah” (hati) mereka dan cara mereka menerimanya.
      Dalam ayat selanjutnya keragaman yang indah sekali dalam bentuk, warna, dan corak, yang telah dikemukakan dalam ayat sebelumnya tidak hanya terdapat pada bunga, buah, dan batu karang, akan tetapi juga pada manusia, binatang buas dan ternak.
       Kata an-nās (manusia), ad-dawāb (binatang buas) dan al-an’ām (binatang ternak) dapat juga melukiskan manusia dengan bermacam-macam kesanggupan, pembawaan, dan kecenderungan alami. Ungkapan  اِنَّمَا یَخۡشَی اللّٰہَ مِنۡ عِبَادِہِ  الۡعُلَمٰٓؤُا   -- “Sesungguhnya dari antara hamba-hambanya yang takut kepada Allah dari  adalah para ulama” memberikan bobot arti kepada pandangan bahwa ketiga kata itu menggambarkan tiga golongan manusia, yang di antara mereka itu hanya mereka yang dikaruniai ilmu saja yang takut kepada Tuhan.
      Akan tetapi di sini ilmu itu tidak seharusnya selalu berarti ilmu keruhanian mau pun ilmu keagamaan saja akan tetapi juga pengetahuan  hukum alam. Sebab penyelidikan yang seksama terhadap alam dan hukum-hukumnya niscaya membawa orang kepada makrifat mengenai kekuasaan Maha Besar Allah Ta’ala dan sebagai akibatnya mereka merasa kagum dan takzim terhadap  Allah Swt. yang menciptakan tatanan alam semesta tersebut.

Beriman kepada Penyeru dari Allah &
Pengabulan Doa  Orang-orang yang Beriman

   Kesadaran ruhani yang terjadi dalam diri orang-orang yang mempergunakan akal (bashirah)  atau ‘ulama hakiki yang dikemukakan dalam Qs.3:191—193 tersebut, setelah melihat berbagai bentuk kobaran api kemurkaan Ilahi  yang melanda kehidupan umat manusia,  maka dalam hatinya munculnya keyakinan  mengenai kebenaran pendakwaan   Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt.  melalui para Rasul Allah sebelumnya.
 Kenapa demikian? Sebab  merupakan Sunatullah bahwa Allah Swt.   tidak pernah menurunkan azab kepada manusia sebelum terlebih dulu datang Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.17:16; QS.20:134-136), firman-Nya:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ ﴿ۚ  رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  keimanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu" maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami,hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang ber-buat kebajikanWahai Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah me-nyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:194-195).
     Dzunub, yang umumnya menunjuk kepada kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahan dan kealpaan-kealpaan yang biasa melekat pada diri manusia, dapat melukiskan relung-relung gelap dalam hati, ke tempat itu Nur Ilahi tidak dapat sampai dengan sebaik-baiknya, sedangkan sayyi’at yang secara relatif  merupakan kata yang bobotnya lebih keras, dapat berarti gumpalan-gumpalan awan debu yang menyembunyikan cahaya matahari ruhani dari pemandangan kita. Lihat pula ayat-ayat QS.2:82 dan QS.3:17.
      Menanggapi sikap rendah hati yang dikemukakan oleh “orang-orang  yang berakal” atau   ’ulama hakiki tersebut Allah Swt. berfirman:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ  بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾ 
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari sebagian lain,  maka orang-orang yang  hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku,  yang  berperang  dan  yang terbunuh, niscaya Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku  akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran dari sisi Allah,   dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran. (Ali ‘Imran [3]:196).


 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 31 Agustus  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar