بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 9
Target Da’wah Islam adalah Mengubah Musuh
Besar Menjadi Sahabat Sejati yang
Siap Berkorban di jalan Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai penghakiman yang dilakukan
Nabi Besar Muhammad saw. berupa pengampunan secara umum terhadap para penganiaya keji pada waktu peristiwa Fatah Mekkah (Penaklukan Mekkah) adalah
bukti dari Sifat Maha Pengampun dan Maha
Bijaksana Allah Swt. yang secara sempurna
telah diamalkan oleh Nabi Besar
Muhammad saw., jauh lebih sempurna
daripada pengampunan yang dilakukan
oleh Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudara seayah beliau di Mesir,
firman-Nya:
قَالُوۡا تَاللّٰہِ
لَقَدۡ اٰثَرَکَ
اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ اِنۡ کُنَّا لَخٰطِئِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ یَغۡفِرُ
اللّٰہُ لَکُمۡ ۫ وَ ہُوَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿﴾ اِذۡہَبُوۡا بِقَمِیۡصِیۡ ہٰذَا فَاَلۡقُوۡہُ عَلٰی وَجۡہِ اَبِیۡ یَاۡتِ بَصِیۡرًا ۚ وَ اۡتُوۡنِیۡ بِاَہۡلِکُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿٪﴾
Mereka
berkata: “Demi Allah, sungguh Allah benar-benar telah melebihkan engkau
di atas kami dan se-sungguhnya kami
benar-benar orang-orang yang bersalah.”
Ia (Yusuf) berkata: “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini, semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia-lah Yang Paling Penyayang dari
semua penyayang. Pergilah kamu bersama dengan kemejaku ini dan letakkanlah di hadapan ayahku,
ia akan mengetahui segala sesuatu.
Dan bawalah kepada-ku keluargamu
semuanya.” (Yusuf [12]:92-94).
Nabi Yusuf a.s. tidak
membiarkan saudara-saudaranya dalam kegelisahan,
dan seketika itu juga melenyapkan segala kekhawatiran
dan kecemasan mereka mengenai cara
bagaimanakah beliau akan memperlakukan mereka, dengan segera mengatakan bahwa
beliau akan mengampuni semua
kesalahan mereka tanpa batas dan tanpa syarat apa pun.
Pengampunan
Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudaranya dengan kelapangan dan kemurahan hati merupakan persamaan
yang paling besar dan menonjol dengan Nabi Besar Muhammad saw., karena seperti
Nabi Yusuf a.s., Nabi Besar Muhammad
saw. pun mencapai kemuliaan dan kekuasaan
dalam masa hijrah dan pembuangan di Medinah.
Ketika sesudah bertahun-tahun mengalami pembuangan, Nabi Besar Muhammad saw. memasuki kota kelahiran beliau – Mekkah -- sebagai penakluk dengan memimpin 10.000 Sahabat, dan Mekkah bertekuk-lutut dan mencium duli
telapak kaki beliau saw., Nabi Besar
Muhammad saw. bertanya kepada kaum
beliau saw. perlakuan apa yang mereka harapkan dari beliau: “Perlakuan yang Nabi Yusuf a.s. berikan kepada saudara-saudaranya,”
jawab mereka. “ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ -- Tidak ada celaan atas kamu pada hari ini,” demikianlah Nabi Besar
Muhammad saw. menjawab
dengan segera.
“Musuh Besar” berubah
Menjadi “Sahabat Sejati” yang
Siap Berkorban di Jalan
Allah Swt.
Perlakuan mulia Nabi Besar Muhammad saw. terhadap musuh-musuh beliau saw. yang haus darah, yakni kaum musyrik Quraisy Mekkah, yang tidak ada suatu
kesempatan pun mereka biarkan untuk membunuh
beliau saw. dan membinasakan Islam
sampai ke akar-akarnya, adalah tidak ada bandingannya
sepanjang sejarah umat manusia.
Dengan demikian Nabi Besar
Muhammad saw. benar-benar telah melaksanakan perintah Allah Swt. firman Allah Swt. berikut ini mengenai Nabi
Daud a.s. dalam bentuknya yang paling
sempurna:
یٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلۡنٰکَ
خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ
الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ لَہُمۡ عَذَابٌ
شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ
﴿٪﴾
“Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar
dan janganlah mengikuti hawa nafsu
karena ia akan menyesatkan engkau dari
jalan Allah.” Sesungguhnya orang-orang
yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena mereka melupakan
Hari Perhitungan. (Shād [38]:27).
Bukan hanya itu, bahkan pengampunan
yang dilakukan Nabi Besar Muhammad saw. pada peristiwa Fatah Mekkah tersebut telah menyempurnakan kebenaran firman Allah
Swt. berikut ini, yakni menjadikan “musuh besar” menjadi “sahabat sejati” yang
siap untuk mati membela orang yang
sebelumnya mereka berusaha membunuhnya,
yakni Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ اَحۡسَنُ قَوۡلًا مِّمَّنۡ دَعَاۤ
اِلَی اللّٰہِ وَ عَمِلَ
صَالِحًا وَّ قَالَ اِنَّنِیۡ مِنَ
الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَسۡتَوِی
الۡحَسَنَۃُ وَ لَا السَّیِّئَۃُ ؕ
اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ ہِیَ
اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿﴾ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ
اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا
ذُوۡحَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya
daripada orang yang me-ngajak manusia
kepada Allah dan beramal saleh
serta berkata: ”Sesungguhnya aku pun
termasuk orang-orang yang berserah diri.” Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.
Tolaklah keburukan itu
dengan cara yang sebaik-baiknya maka tiba-tiba
ia, yang di antara engkau dan
dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti
seorang sahabat yang setia. Dan sekali-kali
tidak dianugerahi itu kecuali orang-orang
yang sabar, dan sekali-kali tidak
dianugerahi itu kecuali orang yang
memiliki bagian besar dalam
kebaikan. (Hā Hīm – As-Sajdah [41]:34-36).
Karena anjuran
kepada kebenaran sudah pasti diikuti
oleh kesulitan-kesulitan bagi
penganjurnya, ayat ini menasihatkan kepada si penganjur supaya bersabar dan tabah hati menanggung segala
kesulitan, dan malahan supaya
membalas keburukan yang diterima dari penganiaya-penganiaya,
dengan kebaikan, sehingga فَاِذَا الَّذِیۡ
بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ عَدَاوَۃٌ
کَاَنَّہٗ وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ -- “maka tiba-tiba
ia, yang di antara engkau dan
dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti
seorang sahabat yang setia.”
Pentingnya
Mengambil Pelajaran dari
Kesempurnaan
Tatanan Alam Semesta
Setelah mengemukakan salah satu
kejadian dalam kisah Nabi Daud a.s.,
selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kesempurnaan tatanan alam semesta agar orang-orang
yang berakal dapat menarik pelajaran
darinya, firman-Nya:
وَ مَا خَلَقۡنَا السَّمَآءَ وَ
الۡاَرۡضَ وَ مَا بَیۡنَہُمَا بَاطِلًا ؕ ذٰلِکَ ظَنُّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚ
فَوَیۡلٌ لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنَ
النَّارِ ﴿ؕ ﴾
Dan Kami
sekali-kali tidak menciptakan langit dan bumi ini dan apa yang ada di
antara keduanya dengan sia-sia.
Hal demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, maka
celakalah bagi orang-orang kafir disebabkan Api. (Shād [38]:28).
Mengisyaratkan kepada topik yang sama, dalam Surah berikut ini
Allah Swt. secara lebih terinci mengemukakan
topik tersebut dan hubungannya
dengan beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt/,
firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ
النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ
وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ
ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ
اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾
Sesungguhnya
dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta pertukaran
malam dan siang benar-benar terdapat
Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil
berbaring atas rusuk mereka,
dan mereka memikirkan mengenai
penciptaan seluruh langit dan bumi
seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia, Maha
Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api. Wahai
Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa
yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun.
(Ali
‘Imran [3]:191-193).
Pelajaran yang terkandung dalam penciptaan
seluruh langit dan bumi dan dalam
pergantian malam dan siang ialah: manusia diciptakan untuk mencapai kemajuan ruhani dan jasmani yang tak terhingga. Bila ia berbuat amal saleh maka masa kegelapannya
dan masa kesedihannya pasti akan diikuti oleh masa terang benderang dan kebahagiaan.
Orang-orang yang “mempergunakan akal” tersebut terus merenung
bahwa tatanan agung yang dibayangkan
pada ayat-ayat sebelumnya tidak mungkin terwujud tanpa suatu tujuan tertentu, dan karena seluruh alam
ini telah dijadikan untuk menghidmati
manusia, tentu saja kejadian manusia
sendiri mempunyai tujuan yang agung
dan mulia pula, yakni untuk beribadah
kepada Allah Swt. (QS.51:57), karena
manusia secara umum dibandingkan dengan seluruh makhluk lainnya -- adalah merupakan khalifah Allah di muka bumi (QS.17:71).
Bila orang merenungkan tentang
kandungan arti keruhanian yang
diserap dari gejala-gejala fisik di
dalam penciptaan seluruh alam dengan tatanan sempurna yang melingkupinya itu,
ia akan begitu terkesan dengan mendalam oleh
kebijakan luhur Sang Al-Khāliq-nya (Maha Pencipta-nya) lalu dengan
serta-merta terlontar dari dasar lubuk hatinya seruan: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia.”
‘Ulama (Orang-orang
Berilmu) Hakiki
Allah Swt. dalam Surah Al-Quran lainnya menyebut “orang-orang
yang mempergunakan akal (bashirah)”
tersebut ‘ulama (orang-orang yang
berilmu) hakiki, berikut firman-Nya mengenai mereka:
اَلَمۡ تَرَ اَنَّ اللّٰہَ
اَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً ۚ فَاَخۡرَجۡنَا بِہٖ ثَمَرٰتٍ مُّخۡتَلِفًا
اَلۡوَانُہَا ؕ وَ مِنَ الۡجِبَالِ جُدَدٌۢ بِیۡضٌ وَّ حُمۡرٌ مُّخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہَا وَ غَرَابِیۡبُ
سُوۡدٌ ﴿﴾ وَ مِنَ النَّاسِ وَ
الدَّوَآبِّ وَ الۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہٗ کَذٰلِکَ ؕ اِنَّمَا یَخۡشَی اللّٰہَ مِنۡ
عِبَادِہِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ غَفُوۡرٌ ﴿﴾
Apakah
engkau tidak melihat bahwasanya Allah menurunkan air dari awan, dan
Kami mengeluarkan dengan air itu buah-buahan
yang ber-aneka warnanya. Dan di gunung-gunung
ada garis-garis putih, merah dengan beraneka macam warnanya, dan ada yang sehitam burung gagak? Dan demikian juga di antara manusia, hewan
berkaki empat dan binatang ternak
bermacam-macam warnanya.
Sesungguhnya dari antara hamba-hamba-Nya yang takut kepada Allah adalah ‘ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun. (Al-Fāthir [35]:28-29).
Ayat 28 bermaksud mengatakan, bahwa bila hujan turun
di atas tanah yang kering dan gersang, maka air hujan itu menimbulkan
aneka ragam tanam-tanaman, bunga-bungaan,
dan buah-buahan yang warna warni serta aneka cita rasa, dan bentuk
serta corak yang berlainan.
Air hujannya sama tetapi tanam-tanaman, bunga-bungaan, dan buah-buahan yang
dihasilkan sangat berbeda satu sama
lain. Perbedaan-perbedaan itu mungkin sekali dikarenakan sifat yang dimiliki tanah
dan benih. Demikian pula manakala wahyu Ilahi — yang pada beberapa tempat
dalam Al-Quran telah diibaratkan air
— turun kepada suatu kaum melalui Rasul
Allah, maka wahyu itu menimbulkan
berbagai-bagai akibat pada bermacam-macam
manusia menurut keadaan “tanah” (hati) mereka dan cara mereka menerimanya.
Dalam ayat selanjutnya keragaman yang indah sekali dalam bentuk, warna, dan corak, yang
telah dikemukakan dalam ayat sebelumnya tidak hanya terdapat pada bunga, buah,
dan batu karang, akan tetapi juga pada manusia,
binatang buas dan ternak.
Kata an-nās (manusia), ad-dawāb
(binatang buas) dan al-an’ām (binatang ternak) dapat juga melukiskan
manusia dengan bermacam-macam kesanggupan,
pembawaan, dan kecenderungan alami. Ungkapan اِنَّمَا یَخۡشَی اللّٰہَ مِنۡ عِبَادِہِ الۡعُلَمٰٓؤُا -- “Sesungguhnya dari antara
hamba-hambanya yang takut kepada Allah dari
adalah para ulama” memberikan bobot
arti kepada pandangan bahwa ketiga kata itu menggambarkan tiga golongan manusia, yang di antara
mereka itu hanya mereka yang dikaruniai
ilmu saja yang takut kepada
Tuhan.
Akan tetapi di sini ilmu itu tidak seharusnya selalu berarti
ilmu keruhanian mau pun ilmu keagamaan saja akan tetapi juga pengetahuan
hukum alam. Sebab penyelidikan
yang seksama terhadap alam dan hukum-hukumnya
niscaya membawa orang kepada makrifat
mengenai kekuasaan Maha Besar Allah
Ta’ala dan sebagai akibatnya mereka merasa
kagum dan takzim terhadap Allah Swt.
yang menciptakan tatanan alam semesta tersebut.
Beriman kepada Penyeru
dari Allah &
Pengabulan
Doa Orang-orang yang Beriman
Kesadaran ruhani yang terjadi dalam diri orang-orang yang mempergunakan akal (bashirah) atau ‘ulama
hakiki yang dikemukakan dalam Qs.3:191—193 tersebut, setelah melihat
berbagai bentuk kobaran api kemurkaan
Ilahi
yang melanda kehidupan umat manusia, maka dalam hatinya
munculnya keyakinan mengenai kebenaran pendakwaan Rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. melalui para Rasul Allah sebelumnya.
Kenapa demikian? Sebab merupakan Sunatullah
bahwa Allah Swt. tidak pernah
menurunkan azab kepada manusia sebelum terlebih dulu datang Rasul Allah yang kedatangannya
dijanjikan (QS.17:16; QS.20:134-136), firman-Nya:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ
اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا ٭ۖ
رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ
تَوَفَّنَا مَعَ الۡاَبۡرَارِ ﴿ۚ رَبَّنَا وَ اٰتِنَا
مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ
لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
Wahai Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah mendengar
seorang Penyeru menyeru kami kepada
keimanan seraya berkata: "Berimanlah
kamu kepada Tuhan-mu" maka kami
telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami,hapuskanlah
dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama
orang-orang yang ber-buat kebajikan. Wahai
Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada
kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah me-nyalahi janji.”
(Ali
‘Imran [3]:194-195).
Dzunub, yang umumnya menunjuk kepada
kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahan dan kealpaan-kealpaan yang biasa
melekat pada diri manusia, dapat melukiskan relung-relung gelap dalam hati, ke
tempat itu Nur Ilahi tidak dapat sampai dengan sebaik-baiknya, sedangkan sayyi’at
yang secara relatif merupakan kata
yang bobotnya lebih keras, dapat berarti gumpalan-gumpalan awan debu yang
menyembunyikan cahaya matahari ruhani dari pemandangan kita. Lihat pula
ayat-ayat QS.2:82 dan QS.3:17.
Menanggapi sikap rendah hati yang dikemukakan oleh “orang-orang
yang berakal” atau ’ulama hakiki tersebut Allah Swt.
berfirman:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ
مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ
اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا
لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ
مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ
عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa
mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari
antara kamu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari
sebagian lain, maka orang-orang yang hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku,
yang berperang dan yang terbunuh,
niscaya Aku akan menghapuskan dari
mereka keburukan-keburukannya, dan
niscaya Aku akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran
dari sisi Allah, dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.
(Ali
‘Imran [3]:196).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 31 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar