Selasa, 24 September 2013

Nubuatan Peringatan Untuk Umat Islam Mengenai Dua Kali "Hukuman" Allah Swt.






ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab 29

  Nubuatan Peringatan Untuk Umat Islam
Mengenai Dua Kali Hukuman Allah Swt.

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan   mengenai   berbagai kata kiasan yang dipergunaan Allah Swt.  dalam Al-Quran sehubungan dengan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s.,  mengenai  kaum-kaum yang ditaklukkan oleh kedua raja   yang  juga Rasul Allah   di kalangan Bani Israil tersebut -- misalnya sebutan jin, syaitan, gunung,  Jalut dan balatentaranya, burung, rayap, semut, hud-hud (QS.2:250-253; QS.27:16-44; QS.34:11-14)  dan kiasan-kiasan lain-lain --  dimana oleh banyak penafsir telah diartikan secara harfiah, yang  sama sekali tidak ada kaitannya dengan keterangan dalam Bible mau pun kenyataan sejarah kedua orang rasul Allah di kalangan Bani Israil tersebut, khususnya memngenai makhluk halus yang disebut jin dan syaitan.
      Akibat dari kekeliruan memahami ayat-ayat Al-Quran  yang mutasyabihat  seperti itu (QS.3:8-10) maka terciptalah   presepsi berlebihan – bahkan menyesatkan -- mengenai berbagai mukjizat para rasul Allah tersebut, termasuk  berkenan  mukjizat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.3:50; QS.5:111). Kekeliruan tersebut  terjadi pula berkenaan beberapa keramat para wali Allah, misalnya tentang Syekh ‘Abdul Qadir Al-Jailani rta. dan beberapa wali Allah lainnya.

Kemusyrikan di Kalangan Umat Beragama

      Oleh karena itu  dengan berlalunya waktu yang semakin jauh dari masa kenabian yang penuh berkah, maka suatu hal yang sangat wajar apabila kemudian di kalangan umat beragama timbul kemusyrikan berupa “penyembahan” terhadap  rasul Allah dan orang-orang suci lainnya  karena hati manusia semakin keras dan kebanyakan mereka menjadi durhaka (QS.57:17-18), sebagaimana firman-Nya berikut ini:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid?  Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka  sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal  mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan.   [9]:30-31).
      ‘Uzair atau Ezra hidup pada abad kelima sebelum Masehi. Beliau keturunan Seraya, imam agung, dan karena beliau sendiri pun anggota Dewan Imam dan dikenal sebagai Imam Ezra. Beliau termasuk seorang tokoh terpenting di masanya dan mempunyai pengaruh yang luas sekali dalam mengembangkan agama Yahudi. Beliau mendapat kehormatan khas di antara nabi-nabi Israil.
    Orang-orang Yahudi di Medinah dan suatu mazhab Yahudi di Hadramaut, mempercayai beliau sebagai anak Allah. Para Rabbi (pendeta-pendeta Yahudi) menghubungkan nama beliau dengan beberapa lembaga-lembaga penting. Renan mengemukakan dalam mukadimah bukunya “History of the People of Israel” bahwa bentuk agama Yahudi yang-pasti dapat dianggap berwujud semenjak masa Ezra.
    Dalam kepustakaan golongan Rabbi, beliau dianggap patut jadi wahana pengemban syariat seandainya syariat itu tidak dibawa oleh Nabi Musa a.s.. Beliau bekerjasama dengan Nehemya dan wafat pada usia 120 tahun di Babil (Yewish  Encyclopaedia  & Encyclopaedia Biblica), yakni ketika suku-suku Bani Israil berada dalam masa pembuangan di Babilonia sebagai pelaksanaan hukuman Allah Swt. kepada mereka yang pertama dari dua hukuman yang dijanjikan akibat kedurhakaan mereka kepada Allah Swt. dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-89 & 260;  QS.79-81; QS.17:5-9).

Upaya Memadamkan “Cahaya Allah” (Tauhid Ilahi)
dengan “Tiupan Mulut” Mereka

       Ahbar adalah ulama-ulama Yahudi dan ruhban adalah para rahib agama Nasrani. Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  tujuan munculnya jenis kemusyrikan tersebut di  kalangan  umat beragama yang awalnya sebagai para  penganut Tauhid, firman-Nya:
یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾  
Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah  dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau-pun orang-orang kafir tidak menyukai     (At-Taubah [9]:32).
      Orang-orang Nasrani yang berdiam di tanah Arab telah menghasut orang-orang kuat seagama mereka di Siria, yakni penguasa kekaisaran Romawi Timur pimpinan Kaisar Hiraclius,  dan dengan pertolongan mereka  mencoba untuk memadamkan Nur Islam yang telah dinyalakan Allah Swt.   di tanah Arab dengan perantaraan Nabi Besar Muhammad saw.
     Demikian juga orang-orang Yahudi pun pernah berupaya semacam itu, dengan menghasut orang-orang Parsi  atau pemerintahan kerajaan Parsi pimpinan Kisra Parsi untuk bangkit melawan  Nabi Besar Muhammad saw.. Selanjutnya Allah Swt berfirman:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
 Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya.  (At-Taubah [9]:33).
Firman Allah Swt. tersebut telah terbukti kebenarannya dengan dua kali pengutusan  Nabi Besar Muhammad saw., yakni di masa awal di kalangan bangsa Arab, dan juga di Akhir Zaman ini dengan perantaraan Rasul Akhir Zaman (QS.62:3-4),  yang merupakan pengikut hakiki beliau saw. dan juga sebagai misal Nabi Isa Ibnu Maryam  a.s. (QS.43:58).
Mengenai ayat tersebut  para mufassir (ahli tafsir) Al-Quran sepakat bahwa, seperti dikemukakan dalam sebuah hadits  Nabi Besar Muhammad saw., kemenangan Islam pada akhirnya akan terjadi di masa Masih Mau’ud a.s. (Tafsir Ibnu Jarir), manakala semua agama yang beraneka ragam akan bangkit dan akan berusaha sekeras-kerasnya untuk menyiarkan ajaran mereka sendiri.
Cita-cita dan asas-asas Islam yang luhur sudah mulai semakin bertambah diakui, dan hari itu tidak jauh lagi bila Islam akan memperoleh kemenangan atas semua agama lainnya melalui perjuangan suci Rasul Akhir Zaman – yang mengenai kedatangannya juga sedang ditunggu-tunggu oleh  para pengikut agama lainnya dengan nama yang berlainan --  dan pengikut-pengikut agama-agama tersebut, insya Allah, sesuai dengan takdir Ilahi  akan masuk ke dalam haribaan Islam dalam jumlah besar, tanpa melalui tindakan kekerasan mau pun paksaan.

Hukuman Ilahi yang Kedua

     Jadi, kembali kepada firman-Nya mengenai dua macam “gerakan rahasia” yang pernah dilakukan pada dua peristiwa yang berbeda, sebagaimana dikemukakan firman-Nya berikut ini:
وَ اتَّبَعُوۡا مَا تَتۡلُوا الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ سُلَیۡمٰنُ وَ لٰکِنَّ الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ ٭ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ  وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ  وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ مَا ہُمۡ  بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ  اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ مَا یَضُرُّہُمۡ  وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ  ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ  اَنۡفُسَہُمۡ  ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka mengikuti apa yang diikuti oleh syaithan-syaitan yakni para pemberontak di masa  kerajaan Sulaiman, dan bukan Sulaiman yang kafir melainkan syaitan-syaitan  itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir  kepada manusia. Tetapi mereka itu mengaku  mengikuti apa yang telah diturunkan kepada dua  malaikat, Harut dan Marut, di Babil. Dan keduanya tidaklah mengajar seorang pun hingga  mereka mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan dari Tuhan, karena itu janganlah kamu kafir.”  Lalu  orang-orang belajar dari keduanya hal yang dengan itu mereka membuat pemisahan di antara laki-laki dan istrinya, dan mereka sekali-kali tidak mendatangkan mudarat kepada seorang pun dengan itu kecuali dengan seizin Allah, sedangkan  mereka ini  belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada diri mereka dan tidak bermanfaat   baginya. Dan sungguh mereka benar-benar mengetahui bahwa barangsiapa berniaga dengan cara ini niscaya tidak ada baginya suatu bagian keuntungan di akhirat, dan benar-benar sangat buruk hal yang untuk itu mereka menjual dirinya, seandainya mereka mengetahui. (Al-Baqarah [2]:103).
    Pada peristiwa kedua, mereka --  yakni orang-orang Yahudi di tempat pembuangan mereka di Babilonia -- mengambil cara-cara yang sama, di bawah pimpinan dua wujud suci yang mendapat bimbingan wahyu Ilahi,  dan mereka berhasil gilang-gemilang, berupa kembalinya suku-suku Yahudi  dari tempat pembuangan mereka di Babilonia ke Palestina.
       Untuk menegaskan bahwa  apakah kegiatan kaum Yahudi terhadap Nabi Besar Muhammad saw. akan menemui kegagalan seperti dialami mereka di masa Nabi Sulaiman a.s.,  ataukah akan berhasil seperti di Babil, maka Al-Quran menyatakan: Mereka ini (musuh-musuh Rasulullah saw..) belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada mereka dan tidak bermanfaat bagi mereka, mengisyaratkan bahwa mereka yang belajar “sihir” dari “syaitan-syaitan” (para perusuh) tersebut   tidak akan berhasil seperti keberhasilan nenek-moyang mereka di Babilonia, yang belajar dari “dua malaikat” (dua orang suci)   -- yakni Harut dan Marut -- yang mendapat bimbingan wahyu Ilahi.
      Namun kenyataan sejarah membuktian  bahwa  orang-orang Yahudi kembali melakukan kedurhakaan besar kepada Allah Swt. dan para rasul Allah  yang dibangkitkan di kalangan mereka  -- terutama ketika mereka berusaha melakukan pembunuhan terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.4:158-159)  sehingga beliau mengutuk mereka, sebagaimana juga Nabi Daud a.s. sebelumnya (QS.5:79-81) -- maka  janji hukuman Allah Swt. yang kedua pun kembali menimpa mereka, firman-Nya:
  فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ  لِیَسُوۡٓءٗا  وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ  لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾
Lalu bila datang saat sempurnanya janji yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada pemimpin-pemimpin kamu dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama, dan supaya mereka menghancurluluhkan segala yang telah mereka kuasai.  (Bani Israil [17]:8).
     Kata-kata   لِیَسُوۡٓءٗا  وُجُوۡہَکُمۡ   -- ini berarti pula, “Supaya mereka akan menghina pemimpin-pemimpin kamu.” Kata wujuh berarti pula pemimpin-pemimpin (Lexicon Lane). Dalam Surah lain dikatakan bahwa  pada hari  pembalasan akan ada “wajah-wajah yang hitam  karena mereka telah kafir kepada Allah Swt. dan  para Rasul-Nya dan “ada wajah-wajah yang putih” karena mereka   beriman kepada Allah Swt. dan para Rasul-Nya (QS.3:106-108).
     Ayat QS.17:8 ini membicarakan jatuhnya kembali orang-orang Yahudi ke lembah keburukan, dan tentang azab Ilahi  yang menimpa mereka sebagai akibatnya. Mereka menentang dan menganiaya Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  serta berusaha membunuh beliau pada palang salib dan memusnahkan pergerakan beliau.

Penghancuran  Yerusalem yang Kedua Kali

      Oleh sebab itu Tuhan menimpakan kepada mereka azab yang sangat keras, ketika pada tahun 70 M. pasukan-pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus melanda negeri itu, dan di tengah-tengah kejadian-kejadian mengerikan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah itu, kota Yerusalem kembali telah dihancurkan dan rumah peribadatan Nabi Sulaiman dibumihanguskan (Encyclopaedia Biblica  pada kata “Yerusalem”):
Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi  dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarng kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!  (Matius 23:37-39).
Selanjutnya Injil menerangkan:
Sesudah Itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-muridnya lalu menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia berkata kepada mereka: “Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak   satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semua akan diruntuhkan (Matius 25:1-2).
      Malapetaka itu terjadi ketika Nabi Isa ibnu Maryam aa.s. masih hidup di Kasymir setelah Allah Swt. menyelamatkannya  dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana yang diupayakan oleh para pemuka Yahudi yang mendustakan dan menentang keras beliau (QS.23:51. Hal ini pun dinubuatkan oleh Nabi Musa a.s. (Ulangan 32: 18-26).
     Perlu pula dicatat di sini, bahwa nubuatan mengenai azab kedua kali itu telah disebut dalam Bible sesudah adanya nubuatan yang membicarakan hukuman pertama (Ulangan Bab 28). Lebih dari itu, bahkan nubuatan ini disebut sesudah nubuatan mengenai kembalinya orang-orang Yahudi ke Yerusalem (Ulangan 30:1-5). Hal ini menunjukkan, bahwa nubuatan ini (Ulangan 32:18-26) menunjuk kepada azab yang kedua, yang telah disinggung dalam Al-Quran, yaitu “Niscaya kamu akan melakukan kerusakan  besar di muka bumi ini dua kali.” (QS.17:5).

Merupakan Nubuatan Peringatan Bagi Umat Islam

     Ayat ini (QS.17:8) mengandung peringatan bagi umat Islam, bahwa seperti orang Yahudi mereka pun akan dihukum dua kali, jika mereka tidak mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk mereka. Tetapi  umat Islam tidak memperoleh faedah dari peringatan yang tepat pada waktunya itu, serta tidak meninggalkan cara-cara yang buruk; dan oleh karena itu telah dihukum dua kali.
      Hukuman menimpa mereka, ketika kota Baghdad jatuh pada tahun 1258 M. Pasukan-pasukan Hulaku Khan yang  biadab itu sama sekali memusnahkan pusat ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang agung itu, dan konon kabarnya 1.800.000 orang Islam telah terbunuh pada ketika itu.
       Tetapi dari malapetaka yang sangat mengerikan itu akhirnya Islam keluar sebagai pemenang. Mereka yang menaklukkan menjadi yang ditaklukkan. Cucu Hulaku Khan bersama-sama sejumlah besar orang Moghul dan Tartar memeluk agama Islam.
     Hukuman kedua telah ditakdirkan akan menimpa umat Islam di Akhir Zaman dengan perantaraan merajalelanya kembali Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)  -- yakni bangsa-bangsa Kristen dari barat --   karena sudah merupakan Sunatullah   bahwa apabila Allah menghukum  orang-orang beriman yang melakukan kedurhakaan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya  dengan parantaraan “orang-orang kafir”, namun demikian Allah Swt. menyebut mereka sebagai “hamba-hamba Kami” yang memiliki kekuatan tempur yang dahsyat (QS.17:5-9).  Contoh   adalah:
   (1) balatentara raja Nebukadnezar dari Babilonia, yang digunakan Allah Swt. sebagai sarana pemberi hukuman yang pertama kepada orang-orang Yahudi akibat kedurhakaan mereka kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s..
     (2) balatentara Rumawi pimpinan Titus, sebagai sarana pemberi hukuman yang kedua kepada orang-orang Yahudi akibat upaya membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyalibab.
      (3)  balatentara  Mongol dan Tartar pimpinan  Hulaku Khan  -- Cucu Jenghis Khan    --  yang digunakan Allah Swt. sebagai sarana pemberi hukuman yang pertama kepada umat Islam akibat kedurhakaan membunuh 3 orang Khalifatur-Rasyidah.
      (4)  Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)  -- yakni bangsa-bangsa Kristen dari barat -- sebagai sarana pemberi hukuman yang kedua kepada orang-orang Islam  akibat   kedurhakaan mereka kepada  para wali Allah dan para mujaddid, dan kedurhakaan mereka terhadap   Al-Quran dan  Sunnah Nabi Besar Muhammad saw. (QS.25:31).
     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai ketetapan Sunnah-Nya yang tidak mungkin berubah:
عَسٰی رَبُّکُمۡ اَنۡ یَّرۡحَمَکُمۡ ۚ وَ اِنۡ عُدۡتُّمۡ عُدۡنَا ۘ وَ جَعَلۡنَا جَہَنَّمَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ  حَصِیۡرًا ﴿﴾  اِنَّ ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  یَہۡدِیۡ  لِلَّتِیۡ ہِیَ اَقۡوَمُ وَ یُبَشِّرُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا کَبِیۡرًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ اَعۡتَدۡنَا  لَہُمۡ  عَذَابًا  اَلِیۡمًا ﴿٪﴾   
Boleh jadi kini Tuhan  kamu akan menaruh kasihan kepadamu, tetapi jika kamu kembali kepada perbuatan buruk, Kami pun akan kembali menimpakan hukuman dan ingatlah, Kami telah jadikan Jahannam, penjara bagi orang-orang kafir.  Sesungguhnya Al-Quran ini membimbing kepada apa yang paling benar, dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang beramal saleh, sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang besar.  Dan   sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat  Kami telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat pedih. (Bani Israil [17]:9-11).
        Ada pun makna  firman-Nya:
اِنَّ ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  یَہۡدِیۡ  لِلَّتِیۡ ہِیَ اَقۡوَمُ وَ یُبَشِّرُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا کَبِیۡرًا ۙ﴿﴾
Sesungguhnya Al-Quran ini membimbing kepada apa yang paling benar, dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang beramal saleh, sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang besar (Bani Israil [17]:10).
       Tujuan yang Al-Quran kemukakan kepada para pengikutnya adalah lebih mulia dan lebih agung dari tujuan umat-umat terdahulu – yakni sebagai umat terbaik yang diciptakan bagi seluruh  umat manusia (QS.2:144; QS.3:111) -- dan menjanjikan kepada para pengikutnya yang sejati berkat-berkat ruhani maupun jasmani (QS.5:70-71), karena itu mereka hendaknya berusaha keras untuk memperolehnya dan harus tetap waspada agar jangan terjerumus ke dalam kehidupan malas dan tidak teratur, serta dalam segala hal harus membuktikan diri mereka sendiri layak menerima nikmat-nikmat Ilahi yang dijanjikan itu, firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾  
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka  itulah sahabat yang sejati.  Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71).
        Jika umat Islam menolak   keempat tingkatan maqam (martabat) dan nikmat-nikmat  ruhani  yang dijanjikan Allah Swt. bagi para pengikut hakiki Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32)  -- dengan alasan  Lā nabiya ba’dahu -- yakni “tidak   ada lagi nabi dan wahyu Ilahi macam  apa pun setelah Nabi Besar Muhammad saw. -- maka yang pasti terjadi adalah mereka akan menjadi  orang yang dimurkai” Allah Swt. dan “yang sesat” dari Tauhid Ilahi, firman-Nya: 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾  اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ۙ﴿۱﴾   الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۙ﴿۲﴾  مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ ؕ﴿۳﴾  اِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ اِیَّاکَ نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿۴﴾  اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿۵﴾   صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬  غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿۷﴾                                      
Aku baca dengan  nama Allah , Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Segala  puji hanya bagi  Allah, Tuhan  seluruh alam,  Maha Pemurah,  Maha PenyayangPemilik Hari  Pembalasan. Hanya Engkau-lah Yang kami sembah dan  hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan.  Tunjukilah kami   jalan yang lurus,  yaitu jalan  orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka  yang sesat.   (Al-Fatihah [1]:1-7).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  22 September   2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar