ۡ بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 29
Nubuatan Peringatan
Untuk Umat Islam
Mengenai Dua Kali Hukuman Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
berbagai kata kiasan yang dipergunaan Allah Swt. dalam Al-Quran sehubungan dengan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s.,
mengenai kaum-kaum yang ditaklukkan oleh kedua raja yang juga Rasul
Allah di kalangan Bani Israil
tersebut -- misalnya sebutan jin, syaitan, gunung, Jalut dan balatentaranya,
burung, rayap, semut, hud-hud (QS.2:250-253; QS.27:16-44;
QS.34:11-14) dan kiasan-kiasan lain-lain
-- dimana oleh banyak penafsir telah
diartikan secara harfiah, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan keterangan dalam Bible mau pun kenyataan
sejarah kedua orang rasul Allah di kalangan Bani Israil tersebut, khususnya memngenai makhluk halus yang
disebut jin dan syaitan.
Akibat dari kekeliruan memahami ayat-ayat Al-Quran yang mutasyabihat
seperti itu (QS.3:8-10) maka terciptalah presepsi
berlebihan – bahkan menyesatkan --
mengenai berbagai mukjizat para rasul Allah tersebut, termasuk berkenan
mukjizat Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. (QS.3:50; QS.5:111). Kekeliruan
tersebut terjadi pula berkenaan beberapa
keramat para wali Allah, misalnya tentang Syekh ‘Abdul Qadir Al-Jailani rta. dan
beberapa wali Allah lainnya.
Kemusyrikan di Kalangan Umat Beragama
Oleh karena itu dengan berlalunya waktu yang semakin jauh dari
masa kenabian yang penuh berkah, maka
suatu hal yang sangat wajar apabila kemudian di kalangan umat beragama timbul kemusyrikan berupa “penyembahan”
terhadap rasul Allah dan orang-orang
suci lainnya karena hati manusia
semakin keras dan kebanyakan mereka menjadi durhaka
(QS.57:17-18), sebagaimana firman-Nya berikut ini:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ
قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا
مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ
مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair adalah
anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata:
“Al-Masih adalah anak Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya,
mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari
Tauhid? Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah, dan begitu juga Al-Masih
ibnu Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa.
Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci
Dia dari apa yang mereka sekutukan. [9]:30-31).
‘Uzair
atau Ezra hidup pada abad kelima sebelum Masehi. Beliau keturunan
Seraya, imam agung, dan karena beliau sendiri pun anggota Dewan Imam dan
dikenal sebagai Imam Ezra. Beliau
termasuk seorang tokoh terpenting di masanya dan mempunyai pengaruh yang luas
sekali dalam mengembangkan agama Yahudi. Beliau mendapat kehormatan khas di
antara nabi-nabi Israil.
Orang-orang Yahudi di Medinah dan
suatu mazhab Yahudi di Hadramaut, mempercayai beliau sebagai anak Allah. Para Rabbi
(pendeta-pendeta Yahudi) menghubungkan nama beliau dengan beberapa
lembaga-lembaga penting. Renan mengemukakan dalam mukadimah bukunya “History of the People of Israel”
bahwa bentuk agama Yahudi yang-pasti
dapat dianggap berwujud semenjak masa Ezra.
Dalam kepustakaan golongan Rabbi,
beliau dianggap patut jadi wahana pengemban
syariat seandainya syariat itu
tidak dibawa oleh Nabi Musa a.s..
Beliau bekerjasama dengan Nehemya
dan wafat pada usia 120 tahun di Babil
(Yewish Encyclopaedia & Encyclopaedia
Biblica), yakni ketika suku-suku Bani Israil berada dalam masa pembuangan di Babilonia sebagai pelaksanaan hukuman
Allah Swt. kepada mereka yang pertama dari dua
hukuman yang dijanjikan akibat kedurhakaan
mereka kepada Allah Swt. dan para Rasul
Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-89 & 260; QS.79-81; QS.17:5-9).
Upaya Memadamkan “Cahaya
Allah” (Tauhid Ilahi)
dengan “Tiupan Mulut” Mereka
Ahbar
adalah ulama-ulama Yahudi dan ruhban
adalah para rahib agama Nasrani.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
tujuan munculnya jenis kemusyrikan
tersebut di kalangan umat
beragama yang awalnya sebagai para penganut Tauhid,
firman-Nya:
یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ
بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ
اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی
الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ
کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Mereka
berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut
mereka, tetapi Allah menolak
bahkan menyempurnakan cahaya-Nya,
walau-pun orang-orang kafir tidak
menyukai (At-Taubah [9]:32).
Orang-orang Nasrani yang berdiam di
tanah Arab telah menghasut orang-orang kuat seagama mereka di Siria, yakni penguasa kekaisaran Romawi Timur pimpinan Kaisar Hiraclius, dan dengan pertolongan mereka mencoba untuk memadamkan Nur Islam yang telah dinyalakan Allah Swt. di tanah Arab dengan perantaraan Nabi Besar Muhammad saw.
Demikian juga orang-orang Yahudi pun pernah berupaya
semacam itu, dengan menghasut orang-orang
Parsi atau pemerintahan kerajaan Parsi pimpinan Kisra Parsi untuk bangkit melawan Nabi Besar Muhammad saw.. Selanjutnya Allah Swt
berfirman:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی
الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ
کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dia-lah Yang telah mengutus
Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya.
(At-Taubah [9]:33).
Firman Allah Swt. tersebut telah
terbukti kebenarannya dengan dua kali
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.,
yakni di masa awal di kalangan bangsa Arab, dan juga di Akhir Zaman ini dengan perantaraan Rasul Akhir Zaman (QS.62:3-4),
yang merupakan pengikut hakiki
beliau saw. dan juga sebagai misal Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58).
Mengenai ayat tersebut para mufassir (ahli tafsir) Al-Quran
sepakat bahwa, seperti dikemukakan dalam sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw., kemenangan Islam pada akhirnya akan terjadi di masa Masih Mau’ud
a.s. (Tafsir Ibnu Jarir),
manakala semua agama yang beraneka
ragam akan bangkit dan akan berusaha sekeras-kerasnya
untuk menyiarkan ajaran mereka
sendiri.
Cita-cita dan asas-asas Islam yang luhur sudah mulai
semakin bertambah diakui, dan hari itu
tidak jauh lagi bila Islam akan
memperoleh kemenangan atas semua agama lainnya melalui perjuangan
suci Rasul Akhir Zaman – yang mengenai
kedatangannya juga sedang ditunggu-tunggu
oleh para pengikut agama lainnya dengan nama yang berlainan -- dan pengikut-pengikut agama-agama tersebut,
insya Allah, sesuai dengan takdir Ilahi
akan masuk ke dalam haribaan Islam dalam jumlah besar, tanpa melalui tindakan kekerasan mau pun paksaan.
Hukuman Ilahi yang Kedua
Jadi, kembali kepada firman-Nya
mengenai dua macam “gerakan rahasia” yang pernah dilakukan pada dua peristiwa
yang berbeda, sebagaimana dikemukakan firman-Nya berikut ini:
وَ اتَّبَعُوۡا مَا تَتۡلُوا الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ
سُلَیۡمٰنُ وَ لٰکِنَّ الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ
٭ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ
حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ
مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ مَا ہُمۡ بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ
مَا یَضُرُّہُمۡ وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا
لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ
ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka mengikuti apa yang diikuti oleh
syaithan-syaitan yakni para pemberontak di masa kerajaan
Sulaiman, dan bukan Sulaiman yang
kafir melainkan syaitan-syaitan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Tetapi mereka itu
mengaku mengikuti apa yang telah diturunkan kepada dua malaikat, Harut dan Marut, di Babil.
Dan keduanya tidaklah mengajar seorang
pun hingga mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan dari
Tuhan, karena itu janganlah kamu kafir.” Lalu orang-orang belajar dari keduanya hal yang
dengan itu mereka membuat pemisahan di antara laki-laki dan istrinya, dan mereka sekali-kali tidak mendatangkan mudarat kepada seorang
pun dengan itu kecuali dengan seizin Allah,
sedangkan mereka ini belajar hal
yang mendatangkan mudarat kepada diri mereka dan tidak bermanfaat baginya.
Dan sungguh mereka benar-benar mengetahui bahwa barangsiapa berniaga dengan cara ini niscaya tidak ada baginya
suatu bagian keuntungan di akhirat, dan benar-benar sangat buruk hal yang untuk itu mereka
menjual dirinya, seandainya mereka mengetahui. (Al-Baqarah [2]:103).
Pada peristiwa kedua, mereka -- yakni orang-orang
Yahudi di tempat pembuangan
mereka di Babilonia -- mengambil cara-cara
yang sama, di bawah pimpinan dua
wujud suci yang mendapat bimbingan wahyu
Ilahi, dan mereka berhasil gilang-gemilang, berupa kembalinya suku-suku Yahudi dari tempat pembuangan mereka di Babilonia ke Palestina.
Untuk menegaskan bahwa apakah kegiatan
kaum Yahudi terhadap Nabi Besar Muhammad saw. akan menemui kegagalan seperti dialami mereka di masa Nabi Sulaiman a.s., ataukah akan berhasil seperti di Babil, maka Al-Quran menyatakan: Mereka ini
(musuh-musuh Rasulullah saw..) belajar hal yang mendatangkan mudarat
kepada mereka dan tidak bermanfaat bagi mereka, mengisyaratkan bahwa mereka
yang belajar “sihir” dari “syaitan-syaitan” (para perusuh) tersebut tidak
akan berhasil seperti keberhasilan nenek-moyang
mereka di Babilonia, yang belajar dari “dua
malaikat” (dua orang suci) -- yakni
Harut dan Marut -- yang mendapat bimbingan wahyu Ilahi.
Namun kenyataan sejarah membuktian bahwa orang-orang Yahudi kembali melakukan kedurhakaan besar kepada Allah Swt. dan
para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka -- terutama ketika mereka berusaha melakukan pembunuhan terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.4:158-159) sehingga beliau mengutuk mereka, sebagaimana juga Nabi Daud a.s. sebelumnya
(QS.5:79-81) -- maka janji hukuman Allah Swt. yang kedua pun kembali menimpa mereka,
firman-Nya:
فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ لِیَسُوۡٓءٗا وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا
الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ لِیُتَبِّرُوۡا مَا
عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾
Lalu bila
datang saat sempurnanya janji
yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada
pemimpin-pemimpin kamu dan supaya mereka
memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama, dan
supaya mereka menghancurluluhkan segala
yang telah mereka kuasai. (Bani
Israil [17]:8).
Kata-kata لِیَسُوۡٓءٗا وُجُوۡہَکُمۡ -- ini
berarti pula, “Supaya mereka akan
menghina pemimpin-pemimpin kamu.” Kata wujuh berarti pula pemimpin-pemimpin (Lexicon Lane). Dalam Surah
lain dikatakan bahwa pada hari
pembalasan akan ada “wajah-wajah yang hitam” karena mereka telah kafir kepada Allah Swt. dan
para Rasul-Nya dan “ada wajah-wajah yang putih” karena
mereka beriman kepada Allah Swt. dan para Rasul-Nya (QS.3:106-108).
Ayat QS.17:8 ini membicarakan jatuhnya kembali
orang-orang Yahudi ke lembah keburukan, dan tentang azab Ilahi yang menimpa mereka sebagai akibatnya. Mereka
menentang dan menganiaya Nabi Isa
ibnu Maryam a.s. serta
berusaha membunuh beliau pada palang salib dan memusnahkan pergerakan beliau.
Penghancuran Yerusalem yang Kedua Kali
Oleh sebab itu Tuhan menimpakan
kepada mereka azab yang sangat keras, ketika pada tahun 70 M.
pasukan-pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus melanda negeri itu, dan
di tengah-tengah kejadian-kejadian mengerikan
yang tidak ada bandingannya dalam sejarah itu, kota Yerusalem kembali telah dihancurkan dan rumah peribadatan Nabi Sulaiman dibumihanguskan (Encyclopaedia Biblica pada kata “Yerusalem”):
“Yerusalem, Yerusalem,
engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari
dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu,
sama seperti induk ayam mengumpulkan
anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi
kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini
akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarng kamu tidak akan melihat Aku
lagi, hingga kamu berkata: “Diberkatilah
Dia yang datang dalam nama Tuhan!”
(Matius 23:37-39).
Selanjutnya Injil menerangkan:
Sesudah Itu Yesus keluar dari Bait
Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-muridnya lalu menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia
berkata kepada mereka: “Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan
terletak di atas batu yang lain, semua akan diruntuhkan” (Matius 25:1-2).
Malapetaka itu terjadi ketika Nabi Isa ibnu
Maryam aa.s. masih hidup di Kasymir
setelah Allah Swt. menyelamatkannya dari kematian
terkutuk di tiang salib
sebagaimana yang diupayakan oleh para
pemuka Yahudi yang mendustakan dan menentang keras beliau (QS.23:51. Hal
ini pun dinubuatkan oleh Nabi Musa
a.s. (Ulangan 32:
18-26).
Perlu pula dicatat di sini, bahwa
nubuatan mengenai azab kedua kali itu
telah disebut dalam Bible sesudah
adanya nubuatan yang membicarakan hukuman pertama (Ulangan Bab 28). Lebih dari itu, bahkan nubuatan ini
disebut sesudah nubuatan mengenai kembalinya orang-orang Yahudi ke Yerusalem (Ulangan 30:1-5). Hal ini
menunjukkan, bahwa nubuatan ini (Ulangan
32:18-26) menunjuk kepada azab yang kedua, yang telah disinggung dalam
Al-Quran, yaitu “Niscaya kamu akan melakukan kerusakan besar di muka bumi ini dua kali.”
(QS.17:5).
Merupakan Nubuatan
Peringatan Bagi Umat Islam
Ayat ini (QS.17:8) mengandung peringatan
bagi umat Islam, bahwa seperti orang
Yahudi mereka pun akan dihukum dua kali, jika mereka tidak mau meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan buruk mereka. Tetapi
umat Islam tidak memperoleh faedah dari peringatan yang tepat
pada waktunya itu, serta tidak meninggalkan cara-cara yang buruk; dan oleh
karena itu telah dihukum dua kali.
Hukuman menimpa mereka, ketika kota Baghdad
jatuh pada tahun 1258 M. Pasukan-pasukan Hulaku Khan yang biadab itu sama sekali memusnahkan pusat ilmu
pengetahuan dan kekuasaan yang agung itu, dan konon kabarnya 1.800.000 orang
Islam telah terbunuh pada ketika itu.
Tetapi
dari malapetaka yang sangat mengerikan itu akhirnya Islam keluar sebagai pemenang. Mereka
yang menaklukkan menjadi yang ditaklukkan. Cucu Hulaku Khan bersama-sama sejumlah besar orang Moghul dan Tartar memeluk agama
Islam.
Hukuman kedua telah ditakdirkan
akan menimpa umat Islam di Akhir Zaman
dengan perantaraan merajalelanya
kembali Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) -- yakni bangsa-bangsa
Kristen dari barat -- karena sudah
merupakan Sunatullah bahwa apabila Allah menghukum orang-orang
beriman yang melakukan kedurhakaan kepada
Allah Swt. dan Rasul-Nya dengan parantaraan
“orang-orang kafir”, namun demikian
Allah Swt. menyebut mereka sebagai “hamba-hamba
Kami” yang memiliki kekuatan tempur
yang dahsyat (QS.17:5-9). Contoh adalah:
(1) balatentara raja Nebukadnezar dari Babilonia, yang digunakan Allah Swt. sebagai
sarana pemberi hukuman yang pertama kepada orang-orang Yahudi akibat
kedurhakaan mereka kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s..
(2) balatentara Rumawi pimpinan Titus, sebagai sarana pemberi hukuman
yang kedua kepada orang-orang Yahudi akibat upaya membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. melalui penyalibab.
(3) balatentara
Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan -- Cucu Jenghis Khan -- yang digunakan Allah Swt. sebagai sarana
pemberi hukuman yang pertama kepada
umat Islam akibat kedurhakaan membunuh 3 orang Khalifatur-Rasyidah.
(4) Ya’juj (Gog) dan Ma’juj
(Magog) -- yakni bangsa-bangsa Kristen dari barat -- sebagai sarana pemberi hukuman yang kedua kepada orang-orang
Islam akibat kedurhakaan
mereka kepada para wali Allah dan para mujaddid,
dan kedurhakaan mereka terhadap Al-Quran
dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw.
(QS.25:31).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai ketetapan Sunnah-Nya yang tidak mungkin berubah:
عَسٰی رَبُّکُمۡ
اَنۡ یَّرۡحَمَکُمۡ ۚ وَ اِنۡ
عُدۡتُّمۡ عُدۡنَا ۘ وَ جَعَلۡنَا
جَہَنَّمَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ حَصِیۡرًا ﴿﴾ اِنَّ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ یَہۡدِیۡ لِلَّتِیۡ ہِیَ اَقۡوَمُ وَ یُبَشِّرُ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا کَبِیۡرًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ اَعۡتَدۡنَا لَہُمۡ
عَذَابًا اَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Boleh jadi kini
Tuhan
kamu akan menaruh kasihan kepadamu, tetapi jika kamu kembali kepada perbuatan buruk, Kami pun akan kembali menimpakan
hukuman dan ingatlah, Kami
telah jadikan Jahannam, penjara bagi orang-orang kafir. Sesungguhnya Al-Quran ini membimbing kepada apa yang paling benar, dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
beriman yang beramal saleh, sesungguhnya
bagi mereka ada ganjaran yang besar.
Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada
akhirat Kami telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat
pedih. (Bani Israil [17]:9-11).
Ada pun makna firman-Nya:
اِنَّ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ یَہۡدِیۡ لِلَّتِیۡ ہِیَ اَقۡوَمُ وَ یُبَشِّرُ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا کَبِیۡرًا ۙ﴿﴾
Sesungguhnya
Al-Quran ini membimbing kepada apa yang
paling benar, dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang beriman yang beramal saleh, sesungguhnya bagi
mereka ada ganjaran yang besar (Bani
Israil [17]:10).
Tujuan
yang Al-Quran kemukakan kepada para pengikutnya adalah lebih mulia dan lebih agung
dari tujuan umat-umat terdahulu – yakni sebagai umat terbaik yang diciptakan bagi seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111) -- dan menjanjikan kepada para pengikutnya yang
sejati berkat-berkat ruhani maupun jasmani (QS.5:70-71), karena itu mereka
hendaknya berusaha keras untuk
memperolehnya dan harus tetap waspada
agar jangan terjerumus ke dalam kehidupan
malas dan tidak teratur, serta
dalam segala hal harus membuktikan diri
mereka sendiri layak menerima nikmat-nikmat Ilahi yang dijanjikan itu,
firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ
اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ
الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ
مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka
akan termasuk di antara orang-orang yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid,
dan orang-orang shalih, dan mereka
itulah sahabat yang sejati. Itulah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71).
Jika umat Islam menolak keempat tingkatan maqam (martabat) dan nikmat-nikmat ruhani yang dijanjikan Allah Swt. bagi para pengikut
hakiki Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32)
-- dengan alasan Lā nabiya ba’dahu -- yakni “tidak ada lagi nabi
dan wahyu Ilahi macam apa pun setelah Nabi Besar Muhammad saw. --
maka yang pasti terjadi adalah mereka
akan menjadi “orang yang dimurkai” Allah Swt. dan “yang sesat” dari Tauhid Ilahi,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾
اَلۡحَمۡدُ
لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ
ۙ﴿۱﴾ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۙ﴿۲﴾ مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ ؕ﴿۳﴾ اِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ اِیَّاکَ
نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿۴﴾ اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ
الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿۵﴾ صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿۷﴾
Aku baca dengan nama Allah , Maha
Pemurah, Maha Penyayang. Segala puji
hanya bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
Maha Pemurah, Maha Penyayang. Pemilik
Hari Pembalasan. Hanya Engkau-lah Yang kami sembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan. Tunjukilah
kami jalan yang lurus, yaitu
jalan orang-orang yang
telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang
sesat. (Al-Fatihah
[1]:1-7).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22 September
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar