Sabtu, 21 September 2013

Makna "Syaitan-syaitan" Pengajar "Sihir" d Zaman Nabi Sulaiman a.s. dan Dua "Malaikat" Harut dan Marut di Babilonia




ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab 27

  Makna “Syaitan-syaitan Pengajar Sihir” di Zaman Nabi Sulaiman a.s. dan  Dua "Malaikat  Harut dan Marut di Babilonia

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   keledai  Nabi Yehezkiel a.s.  atau Nabi Dzulkifli a.s.,  yang  sama sekali tidak ada hubungannya dengan  tulang belulang” yang tertata kembali dan disaluti daging, firman-Nya:
اَوۡ کَالَّذِیۡ مَرَّ عَلٰی قَرۡیَۃٍ وَّ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا ۚ قَالَ اَنّٰی یُحۡیٖ ہٰذِہِ  اللّٰہُ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ۚ فَاَمَاتَہُ اللّٰہُ مِائَۃَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَہٗ ؕ قَالَ کَمۡ لَبِثۡتَ ؕ قَالَ لَبِثۡتُ یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالَ بَلۡ لَّبِثۡتَ مِائَۃَ عَامٍ فَانۡظُرۡ  اِلٰی طَعَامِکَ وَ شَرَابِکَ لَمۡ یَتَسَنَّہۡ ۚ وَ انۡظُرۡ اِلٰی حِمَارِکَ وَ لِنَجۡعَلَکَ اٰیَۃً لِّلنَّاسِ وَ انۡظُرۡ اِلَی الۡعِظَامِ کَیۡفَ نُنۡشِزُہَا ثُمَّ نَکۡسُوۡہَا لَحۡمًا ؕ فَلَمَّا تَبَیَّنَ لَہٗ ۙ قَالَ اَعۡلَمُ  اَنَّ اللّٰہَ  عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ﴿﴾
Atau  seperti perumpamaan orang yang melalui suatu kota  yang  dinding-dindingnya telah runtuh    atas atap-atapnya, kemudian ia berkata: “Kapankah Allah akan menghidupkan kembali kota ini sesudah  kematian  yakni kehancurannya?” Lalu Allah mematikannya seratus tahun  lamanya, kemudian Dia membangkitkan-nya lagi dan berfirman: “Berapa lamakah engkau tinggal dalam keadaan seperti ini?” Ia berkata: “Aku tinggal sehari atau sebagian hari.  Dia ber-firman:  “Tidak, bahkan engkau telah tinggal seratus tahun lamanya. Tetapi lihatlah makanan engkau dan minuman engkau, itu sekali-kali tidak membusuk, dan lihat pulalah keledai engkau,  dan Kami melakukan demikian itu supaya Kami menjadikan eng-kau sebagai Tanda bagi manusia. Dan lihatlah tulang-belulang itu bagaimana Kami menatanya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala kenyataan ini menjadi jelas baginya ia berkata: “Aku mengetahui bahwa sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”  (Al-Baqarah [2]:260).

Sebagai Pengabulan Doa Nabi Yehezkiel a.s.

      Oleh karena itu  kekanak-kanakan sekali  jika  ayat tersebut dimaknai bahwa Allah Swt.    sungguh-sungguh mematikan dan membiarkan Nabi Yehezkel a.s. mati selama 100 tahun  kemudian menghidupkan beliau kembali, sebab hal itu niscaya tidak akan merupakan jawaban atas doanya,  yang bukan mengenai kematian dan kebangkitan kembali seseorang tertentu,  melainkan mengenai sebuah kota yang menampilkan suatu kaum (Bani Israil) seutuhnya, yaitu kota Yerusalem.
      Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah Allah Swt. melalui lidah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah mengumpamakan orang-orang Yahudi - yang selalu mendurhakai Allah Swt dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-94) – dengan sebutan Yerusalem  pula:       
Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi  dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarng kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!  (Matius 23:37-39).
       Begitu juga Yahya (Yohanes) pun menyebut hal yang sama  mengenai “kaum lain  yang akan menggantikan kedudukan  orang-orang Yahudi” --  yang senantiasa mendurhakai Allah Swt. dan  para rasul Allah di kalangan mereka – dengan sebutan “Yerusalem yang baru” yang “turun dari  surge”:
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari tahta itu itu berkata: “Lihatlah kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umatNya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka , dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau duka cita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Wahyu 21:1-4).
        Jadi, kembali kepada  pertanyaan Allah Swt. kepada Nabi Yehezkiel a.s. mengenai pengalaman “kematian” yang beliau alami dalam mimpi beliau setelah memanjatkan doa kepada Allah Swt mengenai kapan  “kota Yerusalem” atau  Bani Israil  akan pulih  lagi dari kehancurannya akibat kedurhakaan mereka قَالَ کَمۡ لَبِثۡتَ  -- ““Berapa lamakah engkau tinggal dalam keadaan seperti ini?”  Dijawab oleh Nabi Yehezkiel a.s.  لَبِثۡتُ یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ  --    Aku tinggal sehari atau sebagian hari”, kata yaum (hari) itu dimaksudkan untuk menyatakan keadaan waktu yang tidak terbatas (QS.18:20 dan QS.23:114),  dan menurut kebiasaan Al-Quran berarti bahwa Nabi Yehezkiel a.s. tidak tahu berapa lamanya beliau tinggal dalam keadaan itu. Yaum di sini bukan berarti satu hari yang terdiri atas 24 jam, melainkan hanya menunjukkan suatu waktu tertentu (lihat QS.1:4).
      Kata-kata    "Aku tinggal sehari atau sebagian hari," dapat pula menunjuk kepada waktu Nabi Yehezkiel a.s.   tidur atau waktu beliau melihat kasyaf itu ketika bekerja di ladang,  bersama orang-orang Yahudi buangan lainnya di Babil. Rupa-rupanya Nabi Yehezkiel a.s.   menyangka bahwa beliau ditanya mengenai lama berlangsungnya waktu melihat kasyaf itu.
     Penegasan Allah Swt. menggunakan kata bal, kata tersebut itu merupakan  kata penyimpangan yang artinya: (a) pembatalan apa-apa yang terdahulu, seperti pada QS.21:27,  atau (b) peralihan dari satu pokok pembicaraan kepada yang lain, seperti dalam QS.87:17.
     Di sini bal telah dipakai dalam arti terakhir. Dengan demikian anak kalimat: Tidak, bahkan  engkau pun telah tinggal 100 tahun lamanya dalam keadaan seperti ini, menunjukkan bahwa meskipun dalam satu pengertian Nabi Yehezkiel a.s.  telah tinggal dalam keadaan seperti itu 100 tahun  -- sebab beliau mimpi bahwa beliau mati selama 100 tahun --  tetapi pernyataan bahwa beliau tinggal sehari atau sebagian hari pun tepat; sebab waktu yang sebenarnya berlangsung dalam melihat kasyaf itu   sangat singkat.
       Untuk membuat kenyataan ini jelas kepada pikiran Nabi Yehezkiel a.s.,   Allah Swt.  mengarahkan perhatian beliau kepada makanan dan minuman dan keledainya, bahwa makanan dan minuman beliau  pada hari itu tidak menjadi busuk  demikian juga dengan keledai beliau pun masih hidup, menunjukkan bahwa beliau sebenarnya hanya tinggal sehari atau sebagian hari.
      Kata-kata “lihatlah keledai engkau“ pun menunjukkan bahwa Nabi Yehezkiel a.s.  melihat kasyaf ketika tidur (tertidur) di ladang dengan keledai beliau ada di sisinya, sebab  selama  itu orang Bani Israil  di babilonia dipekerjakan di ladang sebagai buruh tani.  Jadi,  Nabi Yehezkiel a.s. dalam mimpi (kasyaf) tersebut seakan-akan menampilkan dalam diri beliau seluruh bangsa Yahudi
     Wafat beliau  secara simbolis 100 tahun dalam mimpi beliau melukiskan keruntuhan nasional mereka dan kesedihan selama dalam tawanan, sebab itulah masa yang sesudahnya mereka bangkit kembali. Itulah sebabnya, mengapa Nabi Yehezkiel a.s.   disebut “menjadi suatu Tanda  وَ لِنَجۡعَلَکَ اٰیَۃً لِّلنَّاسِ  --  “dan Kami melakukan demikian itu supaya Kami menjadikan engkau sebagai Tanda bagi manusia.” Lihat pula Kitab Yehezkiel, fasal 37.
     
Makna   “Syaitan-syaitan” yang Mengajar “Sihir” &
Dua “Malaikat” Harut dan Marut

     Perlu diketahui, bahwa selain Nabi Yehezkiel a.s., yang  berada dalam  dalam peristiwa  pembuangan bersama orang-orang Yahudi lainnya di Babilonia, setelah Nabi Yehezkiel a.s. wafat di Babilonia, Allah Swt. pun  guna membimbing orang-orang  Yahudi di Babilonia,  telah membangkitkan    dua orang suci di masa pembuangan tersebut,  yaitu Nabi Hijai a.s. dan Zakaria bin Ido – yang dalam QS.2:103 Allah Swt. menyebutnya disebut “dua malaikat”, yakni Harut dan Marut – yang  dengan bimbingan kedua orang suci tersebut orang-orang Yahudi mendirikan sebuah “perkumpulan rahasia” yang anggotanya hanya  khusus “kaum laki-laki.
   “Perkumpulan rahasia”  yang dipimpin oleh “dua orang suci” atau “dua malaikatHarut dan Marut  inilah yang mengadakan kerjasama rahasia dengan Cyrus   (Koresy atau  Dzulqarnain) --    raja Media dan Persia – sehingga kerajaan Babilonia akhirnya dapat dikalahkan, dan orang-orang Yahudi buangan pun akhirnya dapat pulang lagi ke Palestina, firman-Nya:
وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ  رَسُوۡلٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ نَبَذَ فَرِیۡقٌ مِّنَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ ٭ۙ کِتٰبَ اللّٰہِ وَرَآءَ  ظُہُوۡرِہِمۡ کَاَنَّہُمۡ لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾۫وَ اتَّبَعُوۡا مَا تَتۡلُوا الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ سُلَیۡمٰنُ وَ لٰکِنَّ الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ ٭ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ  وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ  وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ مَا ہُمۡ  بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ  اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ مَا یَضُرُّہُمۡ  وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ  ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ  اَنۡفُسَہُمۡ  ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  tatkala datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah,  menggenapi apa yang ada pada mereka, segolongan dari orang-orang yang diberi Alkitab membuang Kitab Allah ke belakang punggungnya, seolah-olah mereka tidak mengetahui.   Dan mereka mengikuti apa yang diikuti oleh syaithan-syaitan yakni para pemberontak di masa  kerajaan Sulaiman, dan bukan Sulaiman yang kafir melainkan syaitan-syaitan  itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir  kepada manusia. Tetapi mereka itu mengaku  mengikuti apa yang telah diturunkan kepada dua  malaikat, Harut dan Marut, di Babil. Dan keduanya tidaklah mengajar seorang pun hingga  mereka mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan dari Tuhan, karena itu janganlah kamu kafir.”  Lalu  orang-orang belajar dari keduanya hal yang dengan itu mereka membuat pemisahan di antara laki-laki dan istrinya, dan mereka sekali-kali tidak mendatangkan mudarat kepada seorang pun dengan itu kecuali dengan seizin Allah, sedangkan  mereka ini  belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada diri mereka dan tidak bermanfaat   baginya. Dan sungguh mereka benar-benar mengetahui bahwa barangsiapa berniaga dengan cara ini niscaya tidak ada baginya suatu bagian keuntungan di akhirat, dan benar-benar sangat buruk hal yang untuk itu mereka menjual dirinya, sean-dainya mereka mengetahui. (Al-Baqarah [2]:102-103).
      Ayat 103 merupakan penjelasan dari perumpamaan mengenai para pemberontak (pendurhaka) di zaman pemerintahan  Nabi Daud a.s. yang selalu merongsong pemerintahan beliau, bahkan berusaha untuk membunuh beliau (QS.38:22-27). Upaya para pemberontak tersebut terus berlanjut pada masa pemerintahan  Nabi Sulaiman a.s.  dan mereka pun selain terus menerus menyebar berbagai  fitnah keji mengenai beliau, juga mereka itu selalu merongsong pemerintahan  Nabi Sulaiman a.s., dan Allah Swt. menyebut para perusuh tersebut sebagai “rayap yang memakan tongkat” Nabi Sulaiman a.s.  (QS.34:15).
      Dalam QS.2:103 tersebut Allah Swt. telah menyebut  para “pemberontak” pada masa  pemerintahan  Nabi Sulaiman a.s.    sebagai “syaitan”, yang berarti juga “orang-orang kafir” (QS.2:15; QS.22:53), dan  makar-makar buruk  yang dilakukan mereka  disebut sihir.
     Sihr berarti: akal licik, dursila; sihir; mengadakan apa-apa yang palsu dalam bentuk kebenaran; setiap kejadian yang sebab-sebabnya tersembunyi, dan disangka lain dari kenyataannya (Lexicon Lane). Jadi setiap kepalsuan, penipuan atau akal licik yang dimaksudkan untuk menyembunyikan tujuan sebenarnya yang buruk dari penglihatan orang, adalah termasuk sihir juga.
    Ada pun berbeda dengan makna “syaitan dalam ayat tersebut  maksudnya  adalah "orang-orang kafir" (QS.2:15; QS.6:112-114; QS.22:53) yaitu para pemberontak di zaman Nabi Sulaiman a.s., sedangkan  makna "dua malaikat"   adalah dua orang suci, sebagaimana halnya Nabi Yusuf a.s pun telah disebut malaikat pula (QS.12:32), sebab kedua malaikat itu di sini diterangkan sebagai mengajar sesuatu kepada orang banyak, padahal malaikat itu tidak pernah tinggal bersama manusia dan tidak bergaul bebas dengan mereka (QS.17:95; QS.21:8).
     Harūt dan Marūt itu keduanya nama sifat, yang pertama berasal dari harata (yakni merobek — Aqrab) berarti  “orang merobek”, dan yang kedua berasal dari marata (artinya: ia memecahkan) berarti orang yang memecahkan. Nama-nama itu mengandung arti bahwa tujuan munculnya orang-orang suci itu di Babilonia adalah  untuk “merobek” dan “memecahkan” kemegahan dan kekuasaan kerajaan musuh-musuh kaum Bani Israil, yakni kerajaan Babilonia  pimpinan raja Nebukadnezar yang telah menghancur-luluhkan kota Yerusalem (QS.2:260).

Dua “Perkumpulan Rahasia” yang Berbeda Tujuannya & “Makar Buruk” Orang-orang Yahudi Madinah  Terhadap Nabi Besar Muhammad Saw.

     Dua orang suci (dua malaikat)   tersebut  pada waktu upacara pelantikan anggota “organisasi  rahasia” yang dipimpinnya,   menerangkan kepada anggota-anggota baru  bahwa mereka itu semacam percobaan dari Allah Swt.  untuk maksud memisahkan antara yang baik dan yang buruk.
    Mereka membatasi keanggotaan perkumpulan mereka hanya pada kaum priainilah makna kalimat “mereka membuat pemisahan di antara laki-laki dan istrinya”, sebab kaum wanita pada umumnya tidak dapat memegang rahasia dan bersifat lemah. Jadi sungguh sangat keliru orang-orang yang menafsirkan ayat QS. 2:103, bahwa malaikat Harut dan Marut  itulah yang telah mengajarkan sihir  kepada para  muridnya  yang membuat pasangan suami-istri menjadi bercerai, padahal yang dimaksud ayat tersebut yang mengajarkan sihir adalah syaitan-syaitan itulah.
      Pendek kata,  maksud firman Allah Swt dalam QS.2:103  tersebut  berarti,  bahwa orang-orang Yahudi pada masa  Nabi Besar Muhammad saw.  ikut-ikutan dalam rencana dan perbuatan jahat yang sama kepada beliau saw.,  seperti halnya yang menjadi ciri nenek-moyang mereka di zaman Nabi Sulaiman a.s. yang disebut “syaitan yang mengajarkan sihir,”  atau “rayap bumi” yang “memakan tongkat” Nabi Sulaimana a.s.”  (QS.34:15) yang juga telah ditafsirkan secara harfiah  oleh orang-orang yang  berhati bengkok,  yang tidak memahami makna ayat-ayat Al-Quran yang mutasyabihat  (QS.3:8-10).
      Dikatakan selanjutnya dalam ayat tersebut  bahwa perusuh-perusuh (syaitan)  di zaman Nabi Sulaiman a.s. adalah pemberontak-pemberontak yang menuduh beliau sebagai orang kafir. Ayat ini membersihkan Nabi Sulaiman a.s.  dari tuduhan kafir, melainkan  syaitan-syaitan” itulah yang kafir kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
       Ditambahkannya bahwa pemberontak-pemberontak di zaman Nabi Sulaiman a.s. itu mengajarkan kepada rekan-rekan mereka sandi-sandi (lambang-lambang rahasia) yang mengandung  arti yang sama sekali berbeda dari arti yang umumnya dipahami, dengan tujuan menipu orang dan menyembunyikan maksud sebenarnya, seperti halnya sandi-sandi rahasia golongan Fremansory  kaum Yahudi di Akhir Zaman ini.
     Jadi, ayat 2:103  ini mengisyaratkan kepada sekongkol rahasia yang dilancarkan para penentang Nabi Sulaiman a.s. terhadap beliau. Dengan jalan itu mereka berusaha menghancurkan kerajaannya. Hal itu mengandung arti bahwa orang-orang Yahudi Medinah pun mempergunakan pula siasat kotor yang sama terhadap Nabi Besar Muhammad saw., tetapi mereka tidak akan berhasil dalam rencana-rencana jahatnya itu sebagaimana kegagalan makar buruk  para pendahulu mereka terhadap Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., bahkan kemudian mereka itulah yang menjdi “orang-orang yang diusir” oleh Allah Swt. secara hina dari negeri   mereka (QS.59:3-5; QS.5:33-35).
     Ketika orang-orang Yahudi menyaksikan kekuasaan Islam terus-menerus meluas dan perlawanan terhadap Islam di tanah Arab telah dihancurkan sepenuhnya, lagi mereka tidak dapat menghentikan atau memperlambat kemajuannya, oranhg-orang Yahudi mulai menghasut orang-orang luar melawan Islam. Dan karena ditindas dan dizalimi  oleh penguasa-penguasa kerajaan Kristen, mereka mencari perlindungan di Persia serta memindahkan pusat agama mereka dari Yehuda ke Babil (Hutchison’s of Nation’s, halaman 550). Berangsur-angsur mereka mulai memasukkan pengaruh besarnya ke dalam istana raja-raja Persia dan mulai membuat komplotan terhadap Islam.
      Ketika Khusru II menerima surat dakwah Islam dari  Nabi Besar Muhammad saw. mengajaknya agar menerima Islam, mereka berhasil menghasutnya supaya mengirimkan perintah kepada Badhan, Gubernur Yaman, yang pada masa itu merupakan propinsi Persia, agar menangkap dan mengirimkan  Nabi Besar Muhammad saw. sebagai tawanan dengan dirantai ke istana Persia. Kepada komplotan-komplotan dan sekongkol orang-orang Yahudi di zaman Nabi Besar Muhammad saw. itulah ayat ini menunjuk.

Kerjasama dengan Raja Cyrus (Koresy)
Mengalahkan kerajaan Babilonia

      Jadi, kembali kepada QS.2:260, perhatian mereka ditarik kepada kenyataan bahwa pertama nenek-moyang mereka pun  telah melancarkan komplotan  terhadap Nabi Sulaiman a.s.  ketika beberapa anggota masyarakatnya telah mendirikan perkumpulan-perkumpulan rahasia melawan beliau. Di dalam perkumpulan-perkumpulan rahasia itu diajarkan lambang-lambang dan sandi-sandi  (I Raja-raja 11:29-32; I  Raja-raja 11:14, 23, 26; II Tawarikh 10:2-4).
    Kejadian kedua,  ketika mereka menghidupkan kembali perkumpulan-perkumpulan rahasia ialah pada waktu mereka masih dalam tawanan di Babil pada zaman Raja Nebukadnezar. Di bawah pimpinan dua orang suci (dua malaikat) -- Harut dan Marut.   
       Orang-orang suci yang disinggung dalam ayat ini ialah Nabi Hijai, dan Zakaria bin Ido (Ezra 5:1). Orang-orang suci itu membatasi keanggotaan perkumpulan rahasia tersebut pada kaum pria, dan menerangkan kepada para anggota baru pada waktu upacara pelantikan bahwa mereka itu semacam cobaan dari Tuhan, dan bahwa oleh karena itu kaum Bani Israil  di Babilonia hendaknya jangan mengingkari apa-apa yang dikatakan mereka.
      Ketika kekuasaan Cyrus — raja Media dan Persia — bangkit, orang-orang Bani Israil mengadakan perjanjian rahasia dengan beliau. Hal demikian sangat mempermudah untuk mengalahkan Babil. Sebagai imbalan atas jasa itu, Cyrus bukan saja mengizinkan mereka kembali ke Yeruzalem, tetapi membantu mereka pula dalam pembangunan kembali Rumah Peribadatan Nabi Sulaiman a.s. (Historians’ History of the World, ii 126). 
     Ayat 103 ini mengisyaratkan bahwa upaya-upaya kaum Yahudi pada dua peristiwa yang telah lewat itu telah membawa hasil-hasil berlainan. Pada peristiwa pertama, komplotan mereka  -- yakni “syaitan-syaitan” -- bertujuan untuk melawan Nabi Sulaiman a.s. dan disudahi dengan kehilangan seluruh kewibawaan dan akhirnya mereka dibuang ke Babil, sebagai akibat  dari kutukan Nabi Daud a.s. (QS.5:79-81).
     Pada peristiwa kedua, mereka mengambil cara-cara yang sama, di bawah pimpinan dua wujud suci (Harut dan Marut) yang mendapat bimbingan wahyu Ilahi,  dan mereka berhasil gilang-gemilang, berupa kembalinya suku-suku Yahudi  dari tempat pembuangan mereka di Babilonia ke Palestina atas bantuan Cyrus (Dzulqarnain).
       Untuk menegaskan bahwa  apakah kegiatan kaum Yahudi terhadap Nabi Besar Muhammad saw. akan menemui kegagalan seperti dialami mereka di masa Nabi Sulaiman a.s. ataukah akan berhasil seperti di Babil, maka Al-Quran menyatakan: Mereka ini (musuh-musuh Rasulullah saw..) belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada mereka dan tidak bermanfaat bagi mereka, mengisyaratkan bahwa mereka yang belajar “sihir” dari “syaitan-syaitan” (para perusuh)    tidak akan berhasil seperti keberhasilan nenek-moyang mereka di Babil, yang belajar dari “dua malaikat” (dua orang suci)   -- Harut dan Marut -- yang mendapat bimbingan wahyu Ilahi.

Hukuman Ilahi yang Kedua

      Namun nampaknya orang-orang Yahudi kembali melakukan kedurhakaan besar kepada Allah Swt. dan para rasul Allah  yang dibangkitkan di kalangan mereka, terutama ketika mereka berusaha melakukan pembunuhan terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban, maka  janji hukuman Allah Swt. yang kedua pun kembali mempa mereka, firman-Nya:
  فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ  لِیَسُوۡٓءٗا  وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ  لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾
Lalu bila datang saat sempurnanya janji yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada pe-mimpin-pemimpin kamu   dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama, dan supaya mereka meng-hancurluluhkan segala yang telah mereka kuasai. (Bani Israil [17]:8).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,  19  September   2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar