بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 12
Berbagai
Keberkatan Ilahi di Akhir Zaman Sebagai Buah Hijrah Dua Orang Khalifatul Masih Jemaat Ahmadiyah
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai
berbagai kemajuan yang diraih
oleh Nabi Besar Muhammad saw. setelah hijrah
dari Mekkah ke Madinah, dan itulah yang dimaksud dengan ayat اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ -- “ke Masjidil-Aqsha, yang sekelilingnya
telah Kami berkati, supaya Kami
memperlihatkan kepadanya Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat”, dalam firman-Nya:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا
الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿﴾
“Maha Suci Dia Yang telah
memperjalankan beliau saw. pada waktu malam dari Masjidilharam ke Masjidil-Aqsha,
yang sekelilingnya telah Kami berkati,
supaya Kami memperlihatkan kepadanya
Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Mendengar, Maha Melihat”
(Bani
Israil [17]:2).
Dalam ayat tersebut Medinah
diisyaratkan sebagai masjidil-aqsha
(mesjid yang jauh) yang kemudian Nabi Besar Muhammad saw., mendirikan mesjid Nabawi, yang merupakan mesjid pertama yang dibangun umat Islam
setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Nubuatan
Dalam Peristiwa Isra & Kesuksesan Nabi
Besar Muhammad Saw. Setelah Hijrah ke Medinah
Ada pun makna yang terkandung dalam peristiwa Isra bahwa Nabi Besar Muhammad saw.
menjadi imam shalat berjama’ah di Masjidil
Aqsha merupakan nubuatan berupa kabar gembira salah satu keberkatan hijrah Nabi Besar Muhammad saw. itu adalah:
(1) Setelah peristiwa hijrah tersebut hampir seluruh
peperangan yang dilakukan umat Islam melawan agresi pasukan kaum kafir Quraisy Mekkah – Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq – semuanya
dimenangkan oleh Nabi Besar Muhammad
saw. dan umat Islam.
(2) Allah Swt. telah menyebut Perjanjian
Hudaybiyah antara pihak Nabi Besar
Muhammad saw. dengan kaum kafir Quraisy Mekkah – yang menjurus kepada
terjadinya Fatah (Penaklukan) Mekkah – sebagai “Kemenangan yang nyata”
(QS.48:1-11).
(3) Agama Islam tidak hanya terkurung di jazirah
Arabia saja, tetapi akan meluas ke berbagai daerah di luar jazirah Arabia
dan akan banyak mendirikan mesjid di
wilayah-wilayah tersebut.
(4) Banyak dari para pengikut para Rasul Allah yang diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw. yang akan menggabungkan diri ke dalam agama Islam
dan menjadi pengikut Nabi Besar Muhammad saw. atau menjadi Muslim.
(5) Setelah hijrah ke Medinah, umat Islam yang sebelumnya menjadi obyek kezaliman
Abu Jahal dan kawan-kawannya di Mekkah berubah posisi menjadi pihak yang
terus menerus meraih keunggulan atas mereka dalam berbagai peperangan.
(6) Puncak dari keberkatan peristiwa hijrah tersebut adalah ketika Nabi Besar Muhammad
saw. yang beberapa tahun sebelumnya merupakan
“seorang pelarian” dari Mekkah yang ditemani oleh Abu Bakar Shiddiq r.a.
(QS.9:40), tetapi beberapa tahun kemudian beliau saw. dengan diiringi 10.000
orang Islam (10.000 orang-orang suci) memasuki Mekkah, sebagai satu-satunya “Penakluk
Agung” yang dapat memasuki kota Mekkah
dengan selamat, berbeda dengan nasib tragis yang menimpa Abrahah
bersama “tentara gajahnya” yang binasa ketika bermaksud hendak
menghancurkan Baitullah (Ka’bah) di
masa kelahiran Nabi Besar Muahmmad
saw. (QS.105-6).
Pendek kata, peristiwa Isra dan Mikraj yang dikalangan
umumnya umat Islam selalu diperingati setiap tahun secara meriah dengan hanya menekankan masalah hal-hal yang
bersifat “spektakuler”, terbukti di dalamnya mengandung berbagai nubuatan
berisi kabar gembira mengenai berbagai kemajuan besar yang akan diraih oleh Nabi Besar Muhammad saw. dan
umat Islam, setelah beliau saw. hijrah dari Mekkah ke Madinah akibat “makar buruk” yang dirancang Abu
Jahal dan kawan-kawannya di Mekkah untuk menghabisi Nabi Besar Muhammad saw. dan missi suci beliau saw., firman-Nya:
وَ اِنۡ
کَادُوۡا لَیَسۡتَفِزُّوۡنَکَ
مِنَ الۡاَرۡضِ لِیُخۡرِجُوۡکَ مِنۡہَا وَ
اِذًا لَّا یَلۡبَثُوۡنَ خِلٰفَکَ اِلَّا
قَلِیۡلًا﴿﴾ سُنَّۃَ مَنۡ قَدۡ اَرۡسَلۡنَا
قَبۡلَکَ مِنۡ رُّسُلِنَا وَ لَا تَجِدُ
لِسُنَّتِنَا تَحۡوِیۡلًا ﴿﴾
Dan nyaris mereka
benar-benar menakut-nakuti untuk mengusir engkau dari negeri ini, supaya
mereka dapat mengeluarkan engkau darinya, dan jika demikian mereka niscaya tidak akan tinggal
sepeninggal engkau melainkan hanya sebentar. Demikianlah cara perlakuan Kami terhadap rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, dan engkau tidak akan mendapatkan perubahan
dalam cara perlakuan Kami. (Bani Israil [17]:77-78).
Firman-Nya lagi:
وَ
اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ
یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ
اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ
الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar
terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh
engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar
tandingan, dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfāl
[8]:31).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا
الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿﴾
“Maha Suci Dia Yang telah
memperjalankan beliau saw. pada waktu malam dari Masjidilharam ke
Masjidil-Aqsha, yang sekelilingnya
telah Kami berkati, supaya Kami
memperlihatkan kepadanya Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat” (Bani Israil [17]:2).
Sunnatullah dan Keberkatan
Hijrah yang Berulang Di Akhir Zaman
&
Hijrah
Khalifatul Masih II dari Qadian
(Hindustan) ke Rabwah (Pakistan)
Keberkatan
yang dianugerahkan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam setelah peristiwa hijrah tersebut terulang kembali di Akhir Zaman ini pada Jemaat
Ahmadiyah, dan sampai saat ini ada dua
kali hijrah yang dialami oleh Khalifatul-Masih Jemaat Ahmadiyah, pertama adalah pada zaman
Khalifatul Masih II, Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad r.a. atau Al-Mushlih Mau’ud pada tahun 1947, ketika umat
Islam Hindustan memisahkan diri dan membentuk Negara Pakistan, pimpinan Presiden Muhammad Ali Jinnah.
Perlu
diketahui bahwa kembalinya Muhammad Ali
Jinnah dari London (Inggris) ke Hindustan untuk meneruskan perjuangan umat
Islam Hindustan adalah berkat nasihat
serta berbagai motivasi yang dikemukakan oleh Khalifatul Masih II Jemaat Ahmadiyah, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad a.s. – padahal Pemimpin Pakistan
tersebut sempat kembali ke London karena kecewa
berat terhadap ulah para politisi
dan pemuka Muslim di Hindustan.
Karena letak
Qadian -- Pusat Jemaat Ahmadiyah
-- terletak di wilayah Hindustan
(India), dan sebagai umat Islam
yang harus mencintai sesama umat Islam dan negaranya yang baru
terbentuk, maka Khalifatul Masih II r.a.
pun memerintahkan para anggota Jemaat
Ahmadiyah yang ada di wilayah Hindustan
untuk hijrah ke wilayah Pakistan,
termasuk beliau.
Namun walau
pun demikian, Khalifah Jemaat Ahmadiyah
ke II tersebut sama sekali tidak
membiarkan Qadian jatuh ke pihak
lawan, yakni beliau telah menempatkan sebanyak 313 orang Ahmadi yang dipimpin putra beliau sendiri, Mirza Wasim Ahmad, untuk tetap
mempertahankan markaz Jemaat Ahmadiyah tersebut. Jumlah tersebut jumlah yang sama dengan jumlah para sahabah yang menyertai Nabi Besar
Muhammad saw. dalam Perang Badar. Dan
dengan karunia Allah Swt. hingga saat
ini Markaz
Jemaat Ahmadiyah tersebut sampai saat ini tetap berada dalam kepemilikan Jemaat Ahmadiyah.
Sejak hijrahnya Khalifatul Masih II Jemaat
Ahmadiyah dari Qadian ke markasnya yang baru di Rabwah yang terletak di
wilayah Pakistan, perkembangan Jemaat
Ahmadiyah maju dengan sangat pesat ke seluruh dunia, terutama di benua
Afrika dan Eropa dan Amerika, demikian juga di wilayah Asia, termasuk di
wilayah Nusantara (NKRI).
Namun Sunnatullah setelah hijrah
lainnya yang menimpa Nabi Besar Muhammad
saw., kembali harus dialami oleh Jemaat Ahmadiyah yakni Sebagaimana Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah harus
berhadapan dengan dua qabilah kaum Yahudi
(Banu Qainuqa dan Banu Nadhir) dan orang-orang
munafik Madinah pimpinan Abdullah bin
Ubay bin Salul, demikian juga Imam
Jemaat Ahmadiyah (Khalifatul Masih II) Jemaat Ahmadiyah pun harus menghadapi
tekanan dari para pemuka umat Islam garis
keras – seperti Maulana Maududi dkk.
Maulana
Maududi adalah pemimpin golongan Ahrar (Jamaat Islami) di
Hindustan yang selalu “menyerang
keras” Jemaat Ahmadiyah, golongan
Syi’ah, dan golongan Nasionalis pimpinan Muhammad Ali Jinnah. Maulana Maududi dan beberapa tokoh
Muslim Hindustan sangat menentang
pembentukan Negara Islam Pakistan.
Bahkan ketika
para pemimpin Muslim Hindustan yang
sepakat memisahkan diri dari Hindustan memberikan nama PAKISTAN (tanah yang suci dan bersih) kepada negara baru tersebut, Maulana Mazhar Ali
Azhar (1946) -- rekan Maulana Maududi,
pemimpin golongan Ahrar – mengkritik
keras bahwa negara baru tersbeut
bukan PAKISTAN (tanah yang suci dan
bersih) melainkan PALIDISTAN (negeri
orang-orang najis).
Namun apa
yang terjadi kemudian? Ternyata para pemimpin
Muslim yang tidak menyetujui
pembentukan negara baru PAKISTAN
tersebut akhirnya ikut hijrah ke Pakistan dan berusaha mendominasi masyarakat luas dengan berbagai
bentuk intimidasi, terutama kepada pihak-pihak yang tidak mereka sukai,
khususnya terhadap Jemaat Ahmadiyah, karena Pemimpin Pakistan, Muhammad Ali Jinnah – sebagai penghargaan terhadap peran Imam (Khalifah) Jemaat Ahmadiyah atas
berbagai prakarsa dan petunjuk beliau guna terbentuknya negara
baru Pakistan -- telah menjadi
beberapa tokoh Ahmadiyah sebagai anggota kabinet nagara baru Pakistan, di antaranya mengangkat
Sir Muhammad Zafrullah Khan sebagai Menteri Luar Negari Pakistan, dan
mengangkat Mirza Muzaffar Ahmad sebagai Menteri
Keuangan.
Demikian
juga dalam bidang militer, beberapa orang Perwira Tinggi militer Pakistan yang
berasal dari kalangan Jemaat Ahmadiyah,
telah mempersembahkan jasa-besarnya, salah satu contohnya Jenderal Athar Malik, yang berkat
kepemimpinannya maka pasukan tentara Pakistan telah berhasil mengalahkan pasukan India
(Hindustan) di wilayah Kasymir.
Hijrah
Khalifatul Masih IV, Mirza Tahir
Ahmad,
dari Rabwah
(Pakistan) ke London (Inggris
Kezaliman yang dilakukan oleh kelompok
mullah garis keras (golongan
Ahrar/Jemaat Islami) di Pakistan pimpinan Maulana
Maududi terhadap pihak jemaat Ahmadiyah
tersebut semakin menjadi-jadi,
baik di masa Khalifatul Masih III rh,
Mirza Nasir Ahmad mau pun di masa Khalifatul
Masih IV rh, Mirza Tahir Ahmad,
terutama pada masa pemerintahan Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto dan pemerintahan Presiden Jenderal
Zia-ul Haq.
Pada masa
pemerintahan Perdana Menteri Zulfikar
Ali Bhutto, pemerintah Pakistan atas dukungan
para mullah garis keras dan dukungan negara-negara di Timur Tengah -- termasuk Kerajaan Saudi Arabia pimpinan Raja Faisal, Raja Faruq dari Mesir, Presiden Idi Amin dari
Uganda dll -- telah mengeluarkan Ordonansi tentang penetapan
Jemaat Ahmadiyah sebagai golongan Non-Muslim yang tidak
berhak untuk melaksanakan berbagai kewajibannya
sebagai Muslim serta dilarang keras memasang dan mengenakan
berbagai atribut ke-Islam-an, termasuk mengumandangkan adzan dan menulis 2 Kalimah Syahadat, yang jika dilanggar maka mereka dapat dihukum
penjara selama 3 tahun.
Mengenai kezaliman terhadap Jemaat Ahmadiyah tersebut – dan dampak positif yang ditimbulkannya bagi penyebaran da’wah Islam melalui Jemaat Ahmadiyah ke
seluruh dunia, setelah Khalifatul Masih IV, Mirza Tahir Ahmad , hijrah dari Rabwah
ke London untuk menghindari upaya penangkapan yang dilakukan aparat atas perintah Presiden Jenderal Zia-ul Haq
-- berikut saya tampilkan tulisan berikut ini yang penulis copas dari Internet:
Ahmadiyah - The Most Loved and Hated Muslim
Pagi itu saya mendapatkan kiriman gambar
di whatapp, sebuah gambar headline situs CNN yang memuat seorang Muslim sedang
berceramah dan tertulis disana “The Most Love and Hate Muslims“,
penasaran, saya search di google ternyata dapatlah saya pada artikel
aslinya yang berjudul “Islamic sect has appealing message for U.S.
politicians but has global enemies” yang dimuat oleh CNN pada tanggal 7
Juli, 2012. Sebuah artikel yang meliput tentang Khalifah rohaniah Ahmadiyah,
Hadhrat Mirza Masroor Ahmad yang memberikan pidato Islam di Capitol Hill,
Amerika Serikat.
Tetapi saya tidak akan membahas apa yang
ada dalam liputan tersebut, melainkan akan membahas judul headline di CNN
tersebut, The Most Love and Hate Muslims. Yang menggelitik dari judul
tersebut adalah realitas Ahmadiyah yang terjebak di dua dunia. Di satu sisi
Ahmadiyah telah menjadi bulan-bulanan penentangan
dan penganiayaan di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Dan disisi lain dari hal itu Ahmadiyah bukannya menjadi
kelompok ‘pendendam’ yang membalas kekerasan dengan kekerasan serupa, atau minimal menjadikan mereka sebagai kelompok
yang keras dan kaku - sebaliknya dari sekian banyak penentangan dan penganiayaan
tersebut justru mereka bergerak menjadi kelompok “pembela Islam”, yang menampilkan Islam damai dan berjuang mengkonter semua tuduhan-tuduhan terhadap Islam yang menyamakan Islam dengan kekerasan
dan terorisme. Untuk itulah di negara-negara Islam mereka dibenci tetapi di negara-negara barat sana mereka dicintai.
Satu keunikan dari Ahmadiyah adalah di negara-negara
Islam, mereka harus berhadapan dengan Islam
intoleran dan ekstrem, mereka
berjuang untuk menegaskan bahwa mereka adalah bagian dari Islam. Di Barat mereka
harus berhadapan dengan Islamophobia,
mereka berjuang untuk menegaskan bahwa esensi Islam adalah damai,
perbuatan oknum Muslim tidak bisa
disamakan dengan esensi ajaran Islam
sebenarnya. Dan di sebagian besar negara-negara
Afrika mereka berhadapan dengan masyarakat tertinggal, dan mereka berjuang
menawarkan Islam yang solutif, mereka
tawarkan nilai-nilai kemanusiaan Islam
sebagai rahmat bagi sekalian alam.
Penentangan
Terhadap Ahmadiyah
Berbicara tentang Ahmadiyah, kita akan dihadapkan kepada fatwa-fatwa yang berderet banyak, baik itu di negeri asalnya, Pakistan sampai di Indonesia. Di Pakistan selama beberapa dekade Ahmadiyah telah
menghadapi berbagai penganiayaan di
tangan ekstremisme dan kekuatan sayap
kanan. 1 Mei 1949 Majelis Ahrar Islam telah terlibat dalam agitasi anti-ahmadi. Mereka menuntut
Ahmadiyah dinyatakan sebagai minoritas
non-Muslim. Mereka mendesak pengikut Ahmadiyah supaya dicopot jabatannya di
instansi-instansi publik.
Begitu juga Jemaat Islami di bawah pemimpinnya Maulana Maududi yang berupaya menciptakan sistem teokrasi di Pakistan juga mendesak supaya Ahmadiyah
dinyatakan non-Muslim, puncaknya
terjadi demonstrasi kekerasan pada
tahun 1953 di Punjab yang mengarahkan pada penetapan darurat militer di propinsi itu.
Pada tanggal 6 September 1974 atas
desakan kekuatan sayap kanan, Perdana
Menteri Zulfikar Ali Bhutto melalui Parlemen Pakistan melakukan amandemen
konstitusi yaitu Pasal 260 (3) (a) dan (b) yang secara eksplisit menyatakan Ahmadiyah sebagai non-Muslim.
Setelah itu Ahmadiyah mendapatkan banyak penentangan dan penganiayaan. Situasi semakin memburuk di tahun 1984 di bawah Jendral Mohammad Zia-ul-Haq dengan Ordonansi
XX yang melemahkan kegiatan keagamaan minoritas khususnya Ahmadiyah. Berdasarkan Ordonansi XX
itu Ahmadiyah tidak bisa lagi menyatakan keimanan
mereka sebagai Islam baik lisan
maupun tertulis.
Polisi Pakistan merusak terjemahan
Al-Quran Ahmadiyah, melarang publikasi Ahmadiyah, melarang penggunaan
istilah-istilah Islam apapun pada
undangan pernikahan Ahmadi, doa-doa ketika pemakaman, dan membaca Kalimah Syahadat di nisan orang
Ahmadiyah. Selain itu Ordonansi XX ini melarang Ahmadiyah menyatakan keimanan mereka secara terbuka,
menyebarkan iman mereka, membangun masjid atau mengumandangkan azan.
Dengan diberlakukanya UU tindak pidana
1986, Parlemen mengamandemen Pasal C KUHP Pakistan dengan meningkatkan hukuman terhadap penghujatan dari denda
sampai dengan penjara seumur hidup. Karena
keyakinan Ahmadiyah terhadap Mirza Ghulam
Ahmad dianggap menghujat karena
dianggap mencemarkan Rasulullah saw,
Zia-ul-Haq dan Pemerintah Pakistan melegalkan
penganiayaan terhadap Ahmadiyah
dengan pasal 295-c. Keberadaan Ahmadiyah dapat dianggap menghujat dan dapat dihukum mati.
Pada 28 Mei 2010, militan Islam garis keras menyerang dua masjid
Ahmadiyah di Lahore, Pakistan dengan senapan, granat, dan bom bunuh diri dan
menewaskan 94 orang dan melukai ratusan orang. Penentangan dan penganiayaan di
Indonesia tidak kalah gencar. Pada tahun 1953, Ahmadiyah mendapatkan legalistas
menjadi Organisasi keormasan di
Indonesia dengan dikeluarkannya Badan
Hukum oleh Kementerian Kehakiman RI
No. JA. 5/23/12 tertanggal 13-3-1953. Tetapi pada tahun 1980 MUI mengeluarkan
keputusan no 05/kep/Munas/MUI/1980 tentang fatwa
yang menetapkan Ahmadiyah sebagai “jemaah diluar Islam, sesat dan menyesatkan.”
Dalam hal penentangan Ahmadiyah di
Indonesia, Setara Institute mencatat, pada kurun 2008-2010 saja ada 276 kali
aksi kekerasan atas Ahmadiyah. Terbanyak pada 2008, 193 kasus, atau 73 persen
total kekerasan atas kaum minoritas di tahun itu. Pada 2009 dan 2010, Ahmadiyah
diganyang sebanyak 33 dan 50 kali.
Sejak penyerangan terhadap pusat
kegiatan Ahmadiyah di Parung, Bogor, pada 2005, gerakan anti-Ahmadiyah menjalar ke berbagai wilayah, di antaranya Lombok
Timur, Manis Lor (Kuningan), Tasikmalaya, Parung, Garut, Ciaruteun, Sadasari,
Cisalada, terakhir di Bekasi dan Cianjur (2013)
Yang paling mencolok adalah pada tanggal
6 februari 2011 sebanyak 1500 orang menyerbu rumah Mubaligh Ahmadiyah, Suparman
di Cikeusik, Pandeglang, Banten, tiga orang anggota Jemaah Ahmadiyah tewas. Ironisnya, solusi yang muncul
sesudah peristiwa pembunuhan itu
adalah pemerintah seakan membiarkan pemerintah
daerah ramai-ramai menerbitkan surat
keputusan anti-Ahmadiyah.
Hal ini berkebalikan dengan semangat penegakan hak asasi manusia dan
demokrasi. Tak kurang ada 12 surat
keputusan anti-Ahmadiyah sejak
penyerangan Cikeusik. Sumatera Selatan, Kampar (Riau), Pandeglang, Palu,
Samarinda, Jawa Timur, Banjarmasin, Banten, Bogor, Jawa Barat, Sulawesi
Selatan, dan Depok. Sebelumnya 2011 pelarangan juga telah terjadi, yakni
Pekanbaru (2010), Sukabumi (2006), Cianjur (2005), Garut (2005), Kuningan
(2002), dan Lombok Timur (1983).
SK pelarangan itu mengacu SK No. 3 Tahun 2008 Tiga Menteri,
dikeluarkan 9 Juni 2008, yang ditandatangani Menteri Dalam Negeri Mardiyanto,
Menteri Agama Maftuh Basyuni dan Jaksa Agung Hendarman Supandji. Isinya melarang kegiatan Ahmadiyah di depan
umum yang dianggap menyimpang. Ancaman maksimal lima tahun penjara bagi
pelanggar SK tersebut. Surat ini makin melegalkan
tindakan anti-Ahmadiyah, yang
sebelumnya ditopang fatwa MUI Juli
2005, menilai Ahmadiyah di luar Islam, sesat
dan menyesatkan.
Dakwah Ahmadiyah
Keluar dari berbagai
penentangan-penentangan terhadap Ahmadiyah di atas, seperti yang sudah
dijelaskan di awal bahwa bukannya mereka menjadi golongan yang balas dendam
akibat penentangan-penentangan yang mereka terima, melainkan sebaliknya justru
mereka tampil sebagai pembawa Islam damai
di dunia khususnya di negara-negara Eropa dimana Islamophobia sangat
tinggi.
Moto Ahmadiyah - Love For All Hatred
for None - adalah dasar dakwah mereka. Moto yang diciptakan oleh Khalifah Ahmadiyah yang ketiga yang
diserap berdasarkan esensi Islam damai itu sendiri, Mirza Nasir Ahmad, pada
kesempatan pembukaan masjid Bashrat, Pedro Abad, Spanyol. Motto yang keluar
dari seorang sosok yang pada saat itu menjadi orang yang paling pesakitan di zaman Zulfikar
Ali Bhutto yang mengeluarkan Undang-undang
pelarangan Ahmadiyah dan
implikasi-implikasi penganiayaan yang
parah setelahnya.
Dengan semangat Love for All Hatred
for None inilah mereka bisa diterima di Gedung Capitol Hill (Gedung
Kongres Amerika), dengan moto inilah mereka bisa diterima di Parlemen Eropa, Brussel, mereka juga
diterima di Canada dan Jerman dan negara-negara Eropa dan sebagian besar
Afrika. Setiap kali peresmian masjid Ahmadiyah di negara-negara Eropa selalu
dihadiri oleh pejabat-pejabat setempat, para anggota parlemen, tokoh-tokoh
lintas agama dan para cendikawan.
Apa yang membuat mereka begitu respect
terhadap Ahmadiyah, sedangkan mereka sangat kuat menerapkan pemisahan antara
urusan negara dengan agama? Tidak lain adalah karena Ahmadiyah menampilkan Islam yang akomodatif dan damai. Islam yang jauh dari kekerasan dan ekstremisme.
“Sudah
saatnya, kami, Jamaah Ahmadiyah, memberikan gambaran nyata dan benar tentang
Islam. Saya akan selalu berbicara tentang perdamaian. Perdamaian itu bukan dari
pendapat pribadi saya atau berupa ajaran baru, melainkan perdamaian sejati yang
saya kumpulkan dan dapatkan dari Al-Quran”.
Itu adalah petikan perkataan Khalifah
Ahmadiyah V, Mirza Masroor Ahmad yang di wawancarai oleh CNN di Masjid
Silver Spring, Amerika.
Terakhir, dalam kunjungan Khalifah
Ahmadiyah ke Amerika, beliau menyampaikan pidato di hotel Montage, Beverly
Hills, LA 11 May 2013. Lebih dari 300 politisi, akademisi dan tokoh masyarakat
hadir, termasuk beberapa anggota Kongres Amerika Serikat.
Dari Laporan mereka banyak sekali media-media Amerika yang meliput seperti
Wall Street Journal, Los Angelos Times dan Chicago Times dan banyak lagi surat
Kabar. Diperkirakan dakwah oleh Ahmadiyah dari berbagai media cetak telah
sampai kepada 5.500.000 orang. Melalui saluran online diperkirakan 5.000.000
orang. Dan 1.500.000 orang melalui saluran Radio dan TV, keseluruhan pesan Islam mereka sampai kepada hampir
12 juta orang. Selang beberapa hari lawatan dilanjutkan ke Kanada. Liputan
peresmian Masjid dan hasil interview suratkabar sekurang-kurangnya telah sampai
kepada 8.500.000 orang. Satu indikasi bahwa mereka dicintai dengan pesan Islam
damainya.
Tidak sekedar ucapan retoris semata yang
selalu mereka gembar-gemborkan dalam pertemuan-pertemuan ataupun seminar perdamaian Islam, merekapun giat dalam
upaya nyata dalam mendakwakan Islam damai
ke seluruh dunia, baik media cetak, media televisi, seminar-seminar,
pameran-pameran, brosur-brosur maupun cara-cara turun ke jalan dari pintu ke
pintu menjelaskan Islam sebenarnya
yang damai.
Beberapa waktu yang lalu ketika dunia
Islam digoncang dengan adanya film the Innocence of Muslim, Ahmadiyah
telah membuat suatu upaya massal di seluruh dunia untuk mengkonter semua hal
negatif tentang Rasulullah saw di dalam film tersebut. Berikut saya cantumkan
dari laporan mereka di Reviewofreligions.org:
“Di Kanada Lebih dari 40 kegiatan
edukasional, seperti simposium Islam, seminar lintas agama, konferensi tentang
sejarah Rasulullah saw dan pameran-pameran Al-Quran dan kehidupan Rasulullah
saw telah digelar di seluruh Kanada, dimana diterangkan kepada mereka tentang
status sebenarnya Rasulullah saw. Ribuan Ahmadi, pria, wanita mendatangi
rumah-rumah (door-to-door) di 114 kota Kanada.
Lebih dari 300.000 ribu pamflet yang dibuat khusus telah dibagikan.
Lebih dari 20 media, termasuk televisi dan surat kabar telah meliput upaya ini.
Di Inggris, klarifikasi Khalifah Ahmadiyah tentang penjelasan
kedudukan sejati Rasulullah saw telah diliput oleh media-media terkenal Sky
News, Sky Arabic, BBC News, BBC Newsnight, New Zealand TV, French TV, Reuters,
Getty Images, London News Pictures, Press Association, Wimbledon Guardian, The
Guardian (nasional), BBC Radio. 55.000 salinan Khutbah Jumat (yang memuat
tentang tanggapan terhadap film Innocence of Muslim, terj.) telah dicetak dan
dikirim ke semua anggota parlemen dan pejabat lainnya dan berbagai kontak
lainnya. Lebih dari 30.000 eksemplar selebaran “Nabi Muhammad saw” saat ini
sedang didistribusikan.
Sebuah kampanye dengan bus telah mereka
lakukan juga dimana 50 bus telah diluncurkan di pusat kota London pada tanggal
29 Oktober yang membawa pesan ISLAM: Freedom of Speech with Respect. 20.000
eksemplar selebaran telah didistribusikan.
Di Jerman mereka melakukan ‘Open Mosque
Day’, Kegiatan ini dilakukan di 80 cabang Jamaah Ahmadiyah Jerman. Lebih dari
6000 tamu telah berkunjung ke Masjid Ahmadiyah. Umpan balik yang penting dari
program ini adalah menjadi cara yang tepat untuk memberikan reaksi terhadap
film tersebut. 23.000 eksemplar Khutbah Jumat yang memuat tentang tanggapan
terhadap film Innocence of Muslim telah dibagikan.
Di Ghana, Maulvi Wahab Bin Adam, Amir
Jamaah Muslim Ahmadiyah Ghana dan juga sebagai anggota Dewan Perdamaian Nasional Gana, telah menulis artikel untuk
menggambarkan teladan hidup Rasulullah telah diterbitkan di Daily Graphic, the
Chronicle, the Ghanaian Times dan the Daily Guide. Secara keseluruhan artikel
dan siaran pers mencapai pembaca sekitar 145 000 orang.
Siaran pers dari Khutbah Jumat dan
artikel oleh Maulwi W. Adam telah disiarkan melalui televisi di Ghana dan Radio
GBC. Untuk jangkauan secara nasional, jaringan televisi dan stasiun radio saja
bisa mencakup penonton sebanyak 10 juta orang. Stasiun radion Peace FM juga
menyiarkan release yang mencakup 50 persen Ghana. 20.000 salinan Khutbah Jumat
21 September 2012 telah disiapkan untuk disebarkan. Simposium telah
diselenggarakan di Accra dan 10 daerah lain di Ghana untuk menyajikan aspek
kehidupan Rasulullah saw kepada orang-orang dari semua lapisan masyarakat.
Suatu pemandangan yang kontras dengan
tuduhan yang selalu ditujukan kepada mereka, Ahmadiyah tidak mengakui
Rasulullah saw sebagai Nabi Terakhir. Nampaknya mereka lebih memilih menjawab
dengan bukti nyata.
Untuk memantapkan dakwah Islam yang
damai ini mereka memanfaatkan kecanggihan teknologi
satelit dengan stasiun televisi mereka Muslim
Television Ahmadiyya (MTA), sebuah televisi Muslim pertama di dunia. MTA1,
melakukan siaran pada Eropa, Amerika Utara, Amerika Timur serta Asia. MTA1 juga
dapat diakses melalui streaming internet pada situs http://www.mta.tv dengan mudah.
Program yang ditayangkan dari berbagai
macam bahasa, diantaranya adalah bahasa Inggris, Arab, Bengali, Indonesia,
Perancis, Swahili dan Hausa. MTA2 mengudara dan dapat diakses di seluruh Eropa
dan Afrika di kawasan Sahel. MTA3, dikenal juga sebagai MTA Arab. Mengudara
pada 23 Maret 2007 menembus negara-negara Timur Tengah, Afrika Utara dan
Amerika Utara. Pendanaannya dari ini semua adalah dari seluruh anggota Jemaat
Ahmadiyah melalui sistem iuran yang
mereka sebut dengan Candah.Televisi
tanpa sponsor di dalamnya mengudara selama 24 jam x 7, berisi tayangan yang
berfokus pada keislaman dan sikap Ahmadiyah mengenai isu-isu tertentu.
Ketika dunia digemparkan oleh Pendeta Terry
Jones di Florida pada musim semi 2011 yang menyeru untuk membakar Al-Quran yang
dianggap sebagai kitab yang mengajarkan terorisme, dan ketika orang-orang
Muslim umumnya tersulut dengan melakukan demo besar-besaran dengan
mengakibatkan korban jiwa dari perwakilan PBB, Ahmadiyah datang dengan cara
yang elegan yaitu mengadakan Kampanye Qur’an Open House.
Sebuah acara pameran tentang Al-Quran
yang dilakukan di perpustakaan-perpustakaan ternama di berbagai kota Amerika
dan Kanada dengan menyajikan fakta sebenarnya dari ajaran Al-Qur’an, di Kanada
saja mereka telah mengunjungi sekitar 100 kota dan mengadakan open house di 500
lokasi di seluruh daerah pada 2012. Mereka juga sibuk dengan program
penterjemahan Al-Qur’an kedalam 100 bahasa, saat ini telah mencapai 68 bahasa.
Suatu pemandangan yang kontras dengan tuduhan
yang selalu ditujukan kepada mereka, Ahmadiyah kitab sucinya bukan Al-Quran melainkan Tadzkirah. Nampaknya mereka lebih memilih menjawab dengan bukti nyata.
Dakwah yang dilakukan Ahmadiyah di benua
Afrika pun menunjukkan peranan yang sangat signifikan. Ahmadiyah di Afrika
lebih menitikberatkan untuk ikut memajukan sektor pendidikan, sosial, pertanian
dan kesehatan masyarakat dengan banyak mendirikan sekolah-sekolah serta rumah
sakit-rumah sakit untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Jemaat Ahmadiyah juga berhasil
mengembangkan pertanian gandum di Afrika. Dalam rangkaian kunjungan Imam Jemaat
Ahmadiyah ke negara-negara Afrika tahun ini, ia juga mendapat kesempatan
berjumpa dengan presiden Ghana, John Agyekum Kufour di Istana Negara Ossuin
Accra (16/4). Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai masalah pendidikan dan
pertanian di Ghana. Presiden Kufour juga memuji sumbangsih Ahmadiyah atas
keberhasilannya mencapai swasembada gandum dan tingginya taraf pendidikan di
Ghana. Atas kontribusinya tersebut maka tak heran apabila Jemaat Ahmadiyah
menyelenggarakan pertemuan tahunannya di beberapa negara Afrika, selalu
dihadiri oleh para perdana menteri, anggota perlemen dan pejabat-pejabat negara
yang lain.
Secara keseluruhan mereka telah membangun
lebih dari 15 ribu masjid, 500 sekolah, lebih dari 30 rumah sakit di dunia,
serta menterjemahkan Al-Qur’an kedalam lebih dari 70 bahasa di dunia.
Semua metode dakwah damai yang telah mereka lakukan ini tidaklah mengherankan
sama sekali jika kita melihat apa yang telah menjadi komitmen pendiri mereka,
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad bahwa untuk zaman sekarang ini, jihad dengan pedang
tidaklah relevan lagi, melainkan yang harus diutamakan adalah jihad dengan pena
yaitu mengedepankan argumentasi, dalil-dalil dan bukti nyata, bukan dengan
kekerasan.
Dari posisi Ahmadiyah yang berada di
dunia dunia ini, timbul pemikiran di dalam diri saya bahwa terlepas dari begitu
banyaknya penentangan dan tuduhan yang ditujukan kepada mereka,
ada hal yang dapat saya petik, yaitu dari kerja
besar yang telah mereka lakukan untuk Islam
terlihat bahwa mereka pun sama-sama mencintai
Allah, mereka mencintai Al-Quran
dan mereka juga mencintai Rasulullah saw
dengan sepenuh hati.
Perbuatan mereka setidaknya telah
menunjukkan apa yang ada dalam benak mereka, keyakinan mereka. Atau
jangan-jangan masih ada hal yang belum sinkron dari penilaian kita selama ini
terhadap mereka. Marilah saling berdialog dan marilah lebih saling berlomba
dalam kebaikan untuk hal yang lebih konstruktif!
Salam Damai!
Pengulangan
“Duel Makar” Di Akhir Zaman
Pendek kata, firman Allah
Swt. berikut ini yang telah terjadi
terhadap Nabi Besar Muhammad saw., ternyata di Akhir zaman ini “makar
buruk” tersebut kembali terulang juga terhadap para pecinta sejati Nabi Besar Muhammad saw. dari kalangan Jemaat Ahmadiyah, hanya karena mereka
telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman, Mirza Ghulam Ahmad
a.s., yang pada hakikatnya merupakan perwujudan
kedatangan kedua kali Nabi Besar
Muhammad saw. secara ruhani di
Akhir zaman ini (QS.62:3-4), guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kalin (QS.61:10), firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ
یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ اللّٰہُ
ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika orang-orang kafir merancang
makar terhadap engkau, supaya mereka
dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar
tandingan, dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfāl
[8]:31).
(Bersambung)
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar