Sabtu, 07 September 2013

Berbagai Keberkatan Ilahi di Akhir zaman Sebagai Buah Hijrahnya Dua Orang Khalifatul Masih Jemaat Ahmadiyah


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād 


Bab 12

  Berbagai Keberkatan Ilahi    di Akhir Zaman Sebagai Buah       Hijrah  Dua Orang Khalifatul Masih Jemaat Ahmadiyah     

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  berbagai kemajuan yang diraih oleh Nabi Besar Muhammad saw. setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah, dan  itulah  yang dimaksud dengan ayat    اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ  لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡبَصِیۡرُ -- “ke Masjidil-Aqsha, yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat”, dalam firman-Nya:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ  اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ  اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ  لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡبَصِیۡرُ ﴿﴾
Maha Suci Dia  Yang telah memperjalankan beliau saw. pada waktu malam dari Masjidilharam ke Masjidil-Aqsha, yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat” (Bani Israil [17]:2).
    Dalam ayat tersebut Medinah diisyaratkan sebagai masjidil-aqsha (mesjid yang jauh) yang kemudian Nabi Besar Muhammad saw., mendirikan mesjid Nabawi, yang merupakan mesjid pertama yang dibangun umat Islam setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Nubuatan Dalam  Peristiwa Isra & Kesuksesan  Nabi Besar  Muhammad Saw. Setelah Hijrah ke Medinah

     Ada pun  makna yang terkandung dalam peristiwa Isra bahwa Nabi Besar Muhammad saw. menjadi imam shalat berjama’ah di Masjidil Aqsha merupakan nubuatan berupa kabar gembira salah satu keberkatan hijrah  Nabi Besar Muhammad saw. itu adalah:
     (1) Setelah peristiwa hijrah tersebut hampir seluruh peperangan yang dilakukan umat Islam melawan agresi pasukan kaum kafir Quraisy Mekkah – Perang  Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq – semuanya dimenangkan oleh  Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam.
      (2)  Allah Swt. telah menyebut  Perjanjian Hudaybiyah  antara pihak Nabi Besar Muhammad saw. dengan kaum kafir Quraisy Mekkah – yang menjurus kepada terjadinya Fatah (Penaklukan) Mekkah – sebagai “Kemenangan yang nyata” (QS.48:1-11).
      (3) Agama Islam tidak hanya terkurung di jazirah Arabia saja, tetapi akan meluas ke berbagai daerah di luar jazirah Arabia dan akan banyak mendirikan mesjid di wilayah-wilayah tersebut.
      (4) Banyak dari para pengikut para Rasul Allah yang diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw. yang akan menggabungkan diri ke dalam agama Islam dan menjadi  pengikut Nabi Besar Muhammad saw. atau menjadi Muslim.
      (5) Setelah hijrah ke Medinah, umat Islam yang sebelumnya menjadi  obyek kezaliman Abu Jahal dan kawan-kawannya di Mekkah berubah posisi menjadi pihak yang terus  menerus meraih keunggulan  atas mereka dalam berbagai peperangan.
      (6) Puncak dari keberkatan  peristiwa hijrah  tersebut adalah ketika Nabi Besar Muhammad saw. yang beberapa tahun sebelumnya merupakan  “seorang pelarian” dari Mekkah yang ditemani oleh Abu Bakar Shiddiq r.a. (QS.9:40), tetapi beberapa tahun kemudian beliau saw. dengan diiringi 10.000 orang Islam (10.000 orang-orang suci)   memasuki Mekkah,  sebagai satu-satunya   Penakluk Agung” yang dapat memasuki kota Mekkah dengan  selamat, berbeda dengan nasib tragis yang menimpa Abrahah  bersama “tentara gajahnya” yang binasa ketika bermaksud hendak menghancurkan Baitullah (Ka’bah) di masa kelahiran Nabi Besar Muahmmad saw. (QS.105-6).
       Pendek kata, peristiwa Isra dan Mikraj  yang dikalangan umumnya umat Islam selalu diperingati setiap tahun  secara meriah  dengan hanya menekankan masalah hal-hal yang bersifat “spektakuler”,  terbukti di dalamnya mengandung berbagai  nubuatan berisi kabar gembira  mengenai berbagai kemajuan besar yang akan diraih oleh Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam,  setelah  beliau saw. hijrah dari Mekkah ke Madinah akibat “makar buruk” yang dirancang Abu Jahal dan kawan-kawannya di Mekkah untuk menghabisi Nabi Besar Muhammad saw. dan missi suci beliau saw., firman-Nya:
وَ  اِنۡ  کَادُوۡا  لَیَسۡتَفِزُّوۡنَکَ مِنَ  الۡاَرۡضِ لِیُخۡرِجُوۡکَ مِنۡہَا وَ اِذًا  لَّا یَلۡبَثُوۡنَ خِلٰفَکَ   اِلَّا   قَلِیۡلًا﴿﴾  سُنَّۃَ مَنۡ قَدۡ اَرۡسَلۡنَا قَبۡلَکَ مِنۡ رُّسُلِنَا وَ لَا تَجِدُ  لِسُنَّتِنَا تَحۡوِیۡلًا ﴿﴾
Dan nyaris mereka benar-benar menakut-nakuti untuk mengusir engkau dari negeri ini,  supaya  mereka dapat mengeluarkan  engkau darinya, dan jika demikian mereka niscaya tidak akan tinggal sepeninggal engkau melainkan hanya sebentar.   Demikianlah cara perlakuan Kami terhadap rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, dan engkau tidak akan mendapatkan perubahan dalam cara perlakuan Kami. (Bani Israil [17]:77-78). 
Firman-Nya lagi:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau.    Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan, dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:31). 
     Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ  اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ  اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ  لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡبَصِیۡرُ ﴿﴾
Maha Suci Dia  Yang telah memperjalankan beliau saw. pada waktu malam dari Masjidilharam ke Masjidil-Aqsha, yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat” (Bani Israil [17]:2).

Sunnatullah  dan Keberkatan Hijrah yang Berulang Di Akhir Zaman &
Hijrah Khalifatul Masih II dari Qadian (Hindustan) ke Rabwah (Pakistan)

     Keberkatan yang dianugerahkan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam setelah peristiwa hijrah tersebut terulang kembali di Akhir Zaman ini pada Jemaat Ahmadiyah,  dan sampai saat ini ada dua kali hijrah yang dialami oleh Khalifatul-Masih  Jemaat Ahmadiyah, pertama adalah pada zaman Khalifatul Masih  II, Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad r.a. atau Al-Mushlih Mau’ud  pada tahun 1947, ketika  umat Islam Hindustan memisahkan diri dan membentuk Negara Pakistan, pimpinan Presiden Muhammad Ali Jinnah.
       Perlu diketahui bahwa kembalinya Muhammad Ali Jinnah dari  London (Inggris)  ke Hindustan untuk meneruskan perjuangan umat Islam Hindustan adalah berkat nasihat serta berbagai motivasi  yang dikemukakan oleh Khalifatul Masih II Jemaat Ahmadiyah, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad a.s. – padahal Pemimpin Pakistan tersebut sempat kembali ke London karena kecewa berat terhadap ulah para politisi dan pemuka Muslim di Hindustan.
       Karena letak Qadian -- Pusat Jemaat Ahmadiyah --  terletak di wilayah Hindustan (India), dan sebagai umat Islam yang  harus mencintai sesama umat Islam dan negaranya yang baru terbentuk, maka  Khalifatul Masih II r.a. pun  memerintahkan para anggota Jemaat Ahmadiyah yang ada di wilayah Hindustan untuk hijrah ke wilayah Pakistan, termasuk beliau.
       Namun walau pun demikian, Khalifah Jemaat Ahmadiyah ke  II tersebut sama sekali tidak membiarkan Qadian jatuh ke pihak lawan, yakni beliau telah menempatkan sebanyak 313 orang Ahmadi yang dipimpin putra beliau sendiri, Mirza Wasim Ahmad, untuk tetap mempertahankan   markaz Jemaat Ahmadiyah tersebut. Jumlah tersebut   jumlah yang sama dengan jumlah para sahabah yang menyertai Nabi Besar Muhammad saw. dalam Perang Badar. Dan dengan karunia Allah Swt. hingga saat ini  Markaz Jemaat Ahmadiyah tersebut sampai saat ini tetap berada dalam kepemilikan Jemaat Ahmadiyah.
       Sejak hijrahnya Khalifatul Masih II Jemaat Ahmadiyah dari  Qadian ke markasnya yang baru di Rabwah  yang terletak di wilayah Pakistan, perkembangan Jemaat Ahmadiyah maju dengan sangat pesat ke seluruh dunia, terutama di benua Afrika dan Eropa dan Amerika, demikian juga di wilayah Asia, termasuk di wilayah Nusantara (NKRI).
        Namun Sunnatullah  setelah hijrah lainnya  yang menimpa Nabi Besar Muhammad saw.,  kembali harus dialami oleh  Jemaat Ahmadiyah yakni Sebagaimana  Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah harus berhadapan dengan dua qabilah kaum Yahudi (Banu Qainuqa dan Banu Nadhir) dan orang-orang munafik Madinah pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul, demikian juga Imam Jemaat Ahmadiyah (Khalifatul Masih II) Jemaat Ahmadiyah pun harus menghadapi tekanan dari para pemuka umat Islam garis keras – seperti Maulana Maududi  dkk.
     Maulana Maududi  adalah pemimpin golongan Ahrar (Jamaat Islami)  di Hindustan yang selalu   “menyerang keras”  Jemaat Ahmadiyah, golongan Syi’ah, dan golongan Nasionalis pimpinan Muhammad Ali Jinnah. Maulana Maududi dan beberapa tokoh Muslim Hindustan  sangat menentang pembentukan Negara Islam Pakistan.
      Bahkan ketika para pemimpin Muslim Hindustan yang sepakat memisahkan diri dari Hindustan memberikan nama PAKISTAN   (tanah yang suci dan bersih) kepada negara baru tersebut, Maulana Mazhar Ali Azhar (1946)   -- rekan Maulana Maududi, pemimpin golongan Ahrar – mengkritik keras bahwa negara baru tersbeut bukan PAKISTAN (tanah yang suci dan bersih) melainkan PALIDISTAN (negeri orang-orang najis).
        Namun apa yang terjadi kemudian? Ternyata para pemimpin  Muslim yang tidak menyetujui pembentukan negara baru PAKISTAN tersebut akhirnya ikut hijrah ke Pakistan dan berusaha mendominasi masyarakat luas dengan berbagai bentuk intimidasi, terutama kepada pihak-pihak yang tidak mereka sukai, khususnya terhadap Jemaat Ahmadiyah,  karena Pemimpin Pakistan, Muhammad Ali Jinnah – sebagai penghargaan terhadap peran Imam (Khalifah) Jemaat Ahmadiyah atas berbagai prakarsa dan petunjuk beliau guna terbentuknya negara baru Pakistan --  telah menjadi  beberapa tokoh Ahmadiyah sebagai anggota kabinet  nagara baru Pakistan, di antaranya mengangkat Sir Muhammad Zafrullah Khan sebagai Menteri Luar Negari Pakistan, dan mengangkat Mirza Muzaffar Ahmad sebagai Menteri Keuangan.
       Demikian juga dalam bidang militer, beberapa orang Perwira Tinggi militer Pakistan yang berasal dari kalangan Jemaat Ahmadiyah,  telah mempersembahkan jasa-besarnya, salah satu contohnya Jenderal Athar Malik, yang berkat kepemimpinannya maka pasukan tentara Pakistan telah  berhasil mengalahkan pasukan India (Hindustan) di wilayah Kasymir.

Hijrah Khalifatul Masih IV, Mirza Tahir Ahmad,
dari   Rabwah (Pakistan) ke London (Inggris

       Kezaliman yang dilakukan oleh kelompok mullah garis keras (golongan Ahrar/Jemaat Islami) di Pakistan pimpinan Maulana Maududi terhadap pihak jemaat Ahmadiyah  tersebut    semakin menjadi-jadi, baik di masa Khalifatul Masih III rh, Mirza Nasir Ahmad mau pun di masa Khalifatul Masih IV rh,  Mirza Tahir Ahmad, terutama pada masa pemerintahan Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto   dan pemerintahan Presiden  Jenderal Zia-ul Haq.
        Pada masa pemerintahan  Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto,  pemerintah Pakistan atas dukungan para mullah garis keras  dan dukungan negara-negara di Timur Tengah -- termasuk Kerajaan Saudi Arabia pimpinan Raja Faisal,  Raja Faruq dari Mesir, Presiden Idi Amin dari Uganda dll --  telah mengeluarkan Ordonansi  tentang penetapan Jemaat  Ahmadiyah sebagai golongan  Non-Muslim   yang tidak berhak untuk melaksanakan berbagai kewajibannya sebagai  Muslim  serta dilarang keras memasang dan mengenakan berbagai atribut ke-Islam-an,   termasuk mengumandangkan adzan dan menulis 2 Kalimah Syahadat, yang jika dilanggar maka mereka dapat dihukum penjara selama 3 tahun.
       Mengenai kezaliman  terhadap Jemaat Ahmadiyah  tersebut – dan dampak positif yang ditimbulkannya bagi penyebaran da’wah Islam melalui Jemaat Ahmadiyah ke seluruh dunia,  setelah  Khalifatul Masih IV, Mirza Tahir Ahmad , hijrah  dari Rabwah ke London untuk menghindari upaya penangkapan yang dilakukan aparat atas perintah Presiden Jenderal Zia-ul Haq --   berikut saya tampilkan tulisan berikut ini yang penulis  copas  dari Internet:
Ahmadiyah - The Most Loved and Hated Muslim
 
       Pagi itu saya mendapatkan kiriman gambar di whatapp, sebuah gambar headline situs CNN yang memuat seorang Muslim sedang berceramah dan tertulis disana “The Most Love and Hate Muslims“, penasaran, saya search di google ternyata dapatlah saya pada artikel aslinya yang berjudul “Islamic sect has appealing message for U.S. politicians but has global enemies” yang dimuat oleh CNN pada tanggal 7 Juli, 2012. Sebuah artikel yang meliput tentang Khalifah rohaniah Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad yang memberikan pidato Islam di Capitol Hill, Amerika Serikat.
      Tetapi saya tidak akan membahas apa yang ada dalam liputan tersebut, melainkan akan membahas judul headline di CNN tersebut, The Most Love and Hate Muslims. Yang menggelitik dari judul tersebut adalah realitas Ahmadiyah yang terjebak di dua dunia. Di satu sisi Ahmadiyah telah menjadi bulan-bulanan penentangan dan penganiayaan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dan disisi lain dari hal itu Ahmadiyah bukannya menjadi kelompok ‘pendendam’ yang membalas kekerasan dengan kekerasan serupa, atau minimal menjadikan mereka sebagai kelompok yang keras dan kaku - sebaliknya dari sekian banyak penentangan dan penganiayaan tersebut justru mereka bergerak menjadi kelompok “pembela Islam”, yang menampilkan Islam damai dan berjuang mengkonter semua tuduhan-tuduhan terhadap Islam yang menyamakan Islam dengan kekerasan dan terorisme. Untuk itulah di negara-negara Islam mereka dibenci tetapi di negara-negara barat sana mereka dicintai.
     Satu keunikan dari Ahmadiyah adalah di negara-negara Islam, mereka harus berhadapan dengan Islam intoleran dan ekstrem, mereka berjuang untuk menegaskan bahwa mereka adalah bagian dari Islam. Di Barat mereka harus berhadapan dengan Islamophobia, mereka berjuang untuk menegaskan bahwa esensi Islam adalah damai, perbuatan oknum Muslim tidak bisa disamakan dengan esensi ajaran Islam sebenarnya. Dan di sebagian besar negara-negara Afrika mereka berhadapan dengan masyarakat tertinggal, dan mereka berjuang menawarkan Islam yang solutif, mereka tawarkan nilai-nilai kemanusiaan Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam.

Penentangan Terhadap Ahmadiyah

      Berbicara tentang Ahmadiyah, kita akan dihadapkan kepada fatwa-fatwa yang berderet banyak, baik itu di negeri asalnya, Pakistan sampai di Indonesia. Di Pakistan selama beberapa dekade Ahmadiyah telah menghadapi berbagai penganiayaan di tangan ekstremisme dan kekuatan sayap kanan. 1 Mei 1949 Majelis Ahrar Islam telah terlibat dalam agitasi anti-ahmadi. Mereka menuntut Ahmadiyah dinyatakan sebagai minoritas non-Muslim. Mereka mendesak pengikut Ahmadiyah supaya dicopot jabatannya di instansi-instansi publik.
      Begitu juga Jemaat Islami di bawah pemimpinnya Maulana Maududi yang berupaya menciptakan sistem teokrasi di Pakistan juga mendesak supaya Ahmadiyah dinyatakan non-Muslim, puncaknya terjadi demonstrasi kekerasan pada tahun 1953 di Punjab yang mengarahkan pada penetapan darurat militer di propinsi itu.
       Pada tanggal 6 September 1974 atas desakan kekuatan sayap kanan, Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto melalui Parlemen Pakistan melakukan amandemen konstitusi yaitu Pasal 260 (3) (a) dan (b) yang secara eksplisit menyatakan Ahmadiyah sebagai non-Muslim.
      Setelah itu Ahmadiyah mendapatkan banyak penentangan dan penganiayaan. Situasi semakin memburuk di tahun 1984 di bawah Jendral Mohammad Zia-ul-Haq dengan Ordonansi XX yang melemahkan kegiatan keagamaan minoritas khususnya Ahmadiyah. Berdasarkan Ordonansi XX itu Ahmadiyah tidak bisa lagi menyatakan keimanan mereka sebagai Islam baik lisan maupun tertulis.
       Polisi Pakistan merusak terjemahan Al-Quran Ahmadiyah, melarang publikasi Ahmadiyah, melarang penggunaan istilah-istilah Islam apapun pada undangan pernikahan Ahmadi, doa-doa ketika pemakaman, dan membaca Kalimah Syahadat di nisan orang Ahmadiyah. Selain itu Ordonansi XX ini melarang Ahmadiyah menyatakan keimanan mereka secara terbuka, menyebarkan iman mereka, membangun masjid atau mengumandangkan azan.
        Dengan diberlakukanya UU tindak pidana 1986, Parlemen mengamandemen Pasal C KUHP Pakistan dengan meningkatkan hukuman terhadap penghujatan dari denda sampai dengan penjara seumur hidup. Karena keyakinan Ahmadiyah terhadap Mirza Ghulam Ahmad dianggap menghujat karena dianggap mencemarkan Rasulullah saw, Zia-ul-Haq dan Pemerintah Pakistan melegalkan penganiayaan terhadap Ahmadiyah dengan pasal 295-c. Keberadaan Ahmadiyah dapat dianggap menghujat dan dapat  dihukum mati.
        Pada 28 Mei 2010, militan Islam garis keras menyerang dua masjid Ahmadiyah di Lahore, Pakistan dengan senapan, granat, dan bom bunuh diri dan menewaskan 94 orang dan melukai ratusan orang. Penentangan dan penganiayaan di Indonesia tidak kalah gencar. Pada tahun 1953, Ahmadiyah mendapatkan legalistas menjadi Organisasi keormasan di Indonesia dengan dikeluarkannya Badan Hukum oleh Kementerian Kehakiman RI No. JA. 5/23/12 tertanggal 13-3-1953. Tetapi pada tahun 1980 MUI mengeluarkan keputusan no 05/kep/Munas/MUI/1980 tentang fatwa yang menetapkan Ahmadiyah sebagai “jemaah diluar Islam, sesat dan menyesatkan.”
       Dalam hal penentangan Ahmadiyah di Indonesia,  Setara Institute mencatat, pada kurun 2008-2010 saja ada 276 kali aksi kekerasan atas Ahmadiyah. Terbanyak pada 2008, 193 kasus, atau 73 persen total kekerasan atas kaum minoritas di tahun itu. Pada 2009 dan 2010, Ahmadiyah diganyang  sebanyak 33 dan 50 kali.
       Sejak penyerangan terhadap pusat kegiatan Ahmadiyah di Parung, Bogor, pada 2005, gerakan anti-Ahmadiyah menjalar ke berbagai wilayah, di antaranya Lombok Timur, Manis Lor (Kuningan), Tasikmalaya, Parung, Garut, Ciaruteun, Sadasari, Cisalada, terakhir di Bekasi dan Cianjur (2013)
      Yang paling mencolok adalah pada tanggal 6 februari 2011 sebanyak 1500 orang menyerbu rumah Mubaligh Ahmadiyah, Suparman di Cikeusik, Pandeglang, Banten, tiga orang anggota Jemaah Ahmadiyah tewas. Ironisnya, solusi yang muncul sesudah peristiwa pembunuhan itu adalah pemerintah seakan membiarkan pemerintah daerah ramai-ramai menerbitkan surat keputusan anti-Ahmadiyah.
      Hal ini berkebalikan dengan semangat penegakan hak asasi manusia dan demokrasi. Tak kurang ada 12 surat keputusan anti-Ahmadiyah sejak penyerangan Cikeusik. Sumatera Selatan, Kampar (Riau), Pandeglang, Palu, Samarinda, Jawa Timur, Banjarmasin, Banten, Bogor, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Depok. Sebelumnya 2011 pelarangan juga telah terjadi, yakni Pekanbaru (2010), Sukabumi (2006), Cianjur (2005), Garut (2005), Kuningan (2002), dan Lombok Timur (1983).
      SK pelarangan itu mengacu SK No. 3 Tahun 2008 Tiga Menteri, dikeluarkan 9 Juni 2008, yang ditandatangani Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Menteri Agama Maftuh Basyuni dan Jaksa Agung Hendarman Supandji. Isinya melarang kegiatan Ahmadiyah di depan umum yang dianggap menyimpang. Ancaman maksimal lima tahun penjara bagi pelanggar SK tersebut. Surat ini makin melegalkan tindakan anti-Ahmadiyah, yang sebelumnya ditopang fatwa MUI Juli 2005, menilai Ahmadiyah di luar Islam, sesat dan menyesatkan.

Dakwah Ahmadiyah

       Keluar dari berbagai penentangan-penentangan terhadap Ahmadiyah di atas, seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa bukannya mereka menjadi golongan yang balas dendam akibat penentangan-penentangan yang mereka terima, melainkan sebaliknya justru mereka tampil sebagai pembawa Islam damai di dunia khususnya di negara-negara Eropa dimana Islamophobia sangat tinggi.
      Moto Ahmadiyah - Love For All Hatred for None - adalah dasar dakwah mereka. Moto yang diciptakan oleh Khalifah Ahmadiyah yang ketiga yang diserap berdasarkan esensi Islam damai itu sendiri, Mirza Nasir Ahmad, pada kesempatan pembukaan masjid Bashrat, Pedro Abad, Spanyol. Motto yang keluar dari seorang sosok yang pada saat itu menjadi orang yang paling pesakitan di zaman Zulfikar Ali Bhutto yang mengeluarkan Undang-undang pelarangan Ahmadiyah dan implikasi-implikasi penganiayaan yang parah setelahnya.
       Dengan semangat Love for All Hatred for None inilah mereka bisa diterima di Gedung Capitol Hill (Gedung Kongres Amerika), dengan moto inilah mereka bisa diterima di Parlemen Eropa, Brussel, mereka juga diterima di Canada dan Jerman dan negara-negara Eropa dan sebagian besar Afrika. Setiap kali peresmian masjid Ahmadiyah di negara-negara Eropa selalu dihadiri oleh pejabat-pejabat setempat, para anggota parlemen, tokoh-tokoh lintas agama dan para cendikawan.
      Apa yang membuat mereka begitu respect terhadap Ahmadiyah, sedangkan mereka sangat kuat menerapkan pemisahan antara urusan negara dengan agama? Tidak lain adalah karena Ahmadiyah menampilkan Islam yang akomodatif dan damai. Islam yang jauh dari kekerasan dan ekstremisme.
 
      Sudah saatnya, kami, Jamaah Ahmadiyah, memberikan gambaran nyata dan benar tentang Islam. Saya akan selalu berbicara tentang perdamaian. Perdamaian itu bukan dari pendapat pribadi saya atau berupa ajaran baru, melainkan perdamaian sejati yang saya kumpulkan dan dapatkan dari Al-Quran”.
      Itu adalah petikan perkataan Khalifah Ahmadiyah V, Mirza Masroor Ahmad yang di wawancarai oleh CNN  di Masjid Silver Spring, Amerika.
      Terakhir, dalam kunjungan Khalifah Ahmadiyah ke Amerika, beliau menyampaikan pidato di hotel Montage, Beverly Hills, LA 11 May 2013. Lebih dari 300 politisi, akademisi dan tokoh masyarakat hadir, termasuk beberapa anggota Kongres Amerika Serikat.
        Dari Laporan mereka banyak sekali media-media Amerika yang meliput seperti Wall Street Journal, Los Angelos Times dan Chicago Times dan banyak lagi surat Kabar. Diperkirakan dakwah oleh Ahmadiyah dari berbagai media cetak telah sampai kepada 5.500.000 orang. Melalui saluran online diperkirakan 5.000.000 orang. Dan 1.500.000 orang melalui saluran Radio dan TV, keseluruhan pesan Islam mereka sampai kepada hampir 12 juta orang. Selang beberapa hari lawatan dilanjutkan ke Kanada. Liputan peresmian Masjid dan hasil interview suratkabar sekurang-kurangnya telah sampai kepada 8.500.000 orang. Satu indikasi bahwa mereka dicintai dengan pesan Islam damainya.
      Tidak sekedar ucapan retoris semata yang selalu mereka gembar-gemborkan dalam pertemuan-pertemuan ataupun seminar perdamaian Islam, merekapun giat dalam upaya nyata dalam mendakwakan Islam damai ke seluruh dunia, baik media cetak, media televisi, seminar-seminar, pameran-pameran, brosur-brosur maupun cara-cara turun ke jalan dari pintu ke pintu menjelaskan Islam sebenarnya yang damai.
      Beberapa waktu yang lalu ketika dunia Islam digoncang dengan adanya film the Innocence of Muslim, Ahmadiyah telah membuat suatu upaya massal di seluruh dunia untuk mengkonter semua hal negatif tentang Rasulullah saw di dalam film tersebut. Berikut saya cantumkan dari laporan mereka di Reviewofreligions.org:
      “Di Kanada Lebih dari 40 kegiatan edukasional, seperti simposium Islam, seminar lintas agama, konferensi tentang sejarah Rasulullah saw dan pameran-pameran Al-Quran dan kehidupan Rasulullah saw telah digelar di seluruh Kanada, dimana diterangkan kepada mereka tentang status sebenarnya Rasulullah saw. Ribuan Ahmadi, pria, wanita mendatangi rumah-rumah (door-to-door) di 114 kota Kanada.   Lebih dari 300.000 ribu pamflet yang dibuat khusus telah dibagikan. Lebih dari 20 media, termasuk televisi dan surat kabar telah meliput upaya ini.
       Di Inggris, klarifikasi Khalifah Ahmadiyah tentang penjelasan kedudukan sejati Rasulullah saw telah diliput oleh media-media terkenal Sky News, Sky Arabic, BBC News, BBC Newsnight, New Zealand TV, French TV, Reuters, Getty Images, London News Pictures, Press Association, Wimbledon Guardian, The Guardian (nasional), BBC Radio. 55.000 salinan Khutbah Jumat (yang memuat tentang tanggapan terhadap film Innocence of Muslim, terj.) telah dicetak dan dikirim ke semua anggota parlemen dan pejabat lainnya dan berbagai kontak lainnya. Lebih dari 30.000 eksemplar selebaran “Nabi Muhammad saw” saat ini sedang didistribusikan.
      Sebuah kampanye dengan bus telah mereka lakukan juga dimana 50 bus telah diluncurkan di pusat kota London pada tanggal 29 Oktober yang membawa pesan ISLAM: Freedom of Speech with Respect. 20.000 eksemplar selebaran telah didistribusikan.
       Di Jerman mereka melakukan ‘Open Mosque Day’, Kegiatan ini dilakukan di 80 cabang Jamaah Ahmadiyah Jerman. Lebih dari 6000 tamu telah berkunjung ke Masjid Ahmadiyah. Umpan balik yang penting dari program ini adalah menjadi cara yang tepat untuk memberikan reaksi terhadap film tersebut. 23.000 eksemplar Khutbah Jumat yang memuat tentang tanggapan terhadap film Innocence of Muslim telah dibagikan.
      Di Ghana, Maulvi Wahab Bin Adam, Amir Jamaah Muslim Ahmadiyah Ghana dan juga sebagai anggota Dewan Perdamaian Nasional Gana, telah menulis artikel untuk menggambarkan teladan hidup Rasulullah telah diterbitkan di Daily Graphic, the Chronicle, the Ghanaian Times dan the Daily Guide. Secara keseluruhan artikel dan siaran pers mencapai pembaca sekitar 145 000 orang.
      Siaran pers dari Khutbah Jumat dan artikel oleh Maulwi W. Adam telah disiarkan melalui televisi di Ghana dan Radio GBC. Untuk jangkauan secara nasional, jaringan televisi dan stasiun radio saja bisa mencakup penonton sebanyak 10 juta orang. Stasiun radion Peace FM juga menyiarkan release yang mencakup 50 persen Ghana. 20.000 salinan Khutbah Jumat 21 September 2012 telah disiapkan untuk disebarkan. Simposium telah diselenggarakan di Accra dan 10 daerah lain di Ghana untuk menyajikan aspek kehidupan Rasulullah saw kepada orang-orang dari semua lapisan masyarakat.
       Suatu pemandangan yang kontras dengan tuduhan yang selalu ditujukan kepada mereka, Ahmadiyah tidak mengakui Rasulullah saw sebagai Nabi Terakhir. Nampaknya mereka lebih memilih menjawab dengan bukti nyata.
       Untuk memantapkan dakwah Islam yang damai ini mereka memanfaatkan kecanggihan teknologi satelit dengan stasiun televisi mereka Muslim Television Ahmadiyya (MTA), sebuah televisi Muslim pertama di dunia. MTA1, melakukan siaran pada Eropa, Amerika Utara, Amerika Timur serta Asia. MTA1 juga dapat diakses melalui streaming internet pada situs http://www.mta.tv dengan mudah.
       Program yang ditayangkan dari berbagai macam bahasa, diantaranya adalah bahasa Inggris, Arab, Bengali, Indonesia, Perancis, Swahili dan Hausa. MTA2 mengudara dan dapat diakses di seluruh Eropa dan Afrika di kawasan Sahel. MTA3, dikenal juga sebagai MTA Arab. Mengudara pada 23 Maret 2007 menembus negara-negara Timur Tengah, Afrika Utara dan Amerika Utara. Pendanaannya dari ini semua adalah dari seluruh anggota Jemaat Ahmadiyah melalui sistem iuran yang mereka sebut dengan Candah.Televisi tanpa sponsor di dalamnya mengudara selama 24 jam x 7, berisi tayangan yang berfokus pada keislaman dan sikap Ahmadiyah mengenai isu-isu tertentu.
        Ketika dunia digemparkan oleh Pendeta Terry Jones di Florida pada musim semi 2011 yang menyeru untuk membakar Al-Quran yang dianggap sebagai kitab yang mengajarkan terorisme, dan ketika orang-orang Muslim umumnya tersulut dengan melakukan demo besar-besaran dengan mengakibatkan korban jiwa dari perwakilan PBB, Ahmadiyah datang dengan cara yang elegan yaitu mengadakan Kampanye Qur’an Open House.
      Sebuah acara pameran tentang Al-Quran yang dilakukan di perpustakaan-perpustakaan ternama di berbagai kota Amerika dan Kanada dengan menyajikan fakta sebenarnya dari ajaran Al-Qur’an, di Kanada saja mereka telah mengunjungi sekitar 100 kota dan mengadakan open house di 500 lokasi di seluruh daerah pada 2012. Mereka juga sibuk dengan program penterjemahan Al-Qur’an kedalam 100 bahasa, saat ini telah mencapai 68 bahasa. Suatu pemandangan yang kontras dengan tuduhan yang selalu ditujukan kepada mereka, Ahmadiyah kitab sucinya bukan Al-Quran melainkan Tadzkirah. Nampaknya mereka lebih memilih menjawab dengan bukti nyata.
      Dakwah yang dilakukan Ahmadiyah di benua Afrika pun menunjukkan peranan yang sangat signifikan. Ahmadiyah di Afrika lebih menitikberatkan untuk ikut memajukan sektor pendidikan, sosial, pertanian dan kesehatan masyarakat dengan banyak mendirikan sekolah-sekolah serta rumah sakit-rumah sakit untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
       Jemaat Ahmadiyah juga berhasil mengembangkan pertanian gandum di Afrika. Dalam rangkaian kunjungan Imam Jemaat Ahmadiyah ke negara-negara Afrika tahun ini, ia juga mendapat kesempatan berjumpa dengan presiden Ghana, John Agyekum Kufour di Istana Negara Ossuin Accra (16/4). Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai masalah pendidikan dan pertanian di Ghana. Presiden Kufour juga memuji sumbangsih Ahmadiyah atas keberhasilannya mencapai swasembada gandum dan tingginya taraf pendidikan di Ghana. Atas kontribusinya tersebut maka tak heran apabila Jemaat Ahmadiyah menyelenggarakan pertemuan tahunannya di beberapa negara Afrika, selalu dihadiri oleh para perdana menteri, anggota perlemen dan pejabat-pejabat negara yang lain.
      Secara keseluruhan mereka telah membangun lebih dari 15 ribu masjid, 500 sekolah, lebih dari 30 rumah sakit di dunia, serta menterjemahkan Al-Qur’an kedalam lebih dari 70 bahasa di dunia.
      Semua metode dakwah damai yang telah mereka lakukan ini tidaklah mengherankan sama sekali jika kita melihat apa yang telah menjadi komitmen pendiri mereka, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad bahwa untuk zaman sekarang ini, jihad dengan pedang tidaklah relevan lagi, melainkan yang harus diutamakan adalah jihad dengan pena yaitu mengedepankan argumentasi, dalil-dalil dan bukti nyata, bukan dengan kekerasan.
       Dari posisi Ahmadiyah yang berada di dunia dunia ini, timbul pemikiran di dalam diri saya bahwa terlepas dari begitu banyaknya penentangan dan tuduhan yang ditujukan kepada mereka, ada hal yang dapat saya petik, yaitu dari kerja besar yang telah mereka lakukan untuk Islam terlihat bahwa mereka pun sama-sama mencintai Allah, mereka mencintai Al-Quran dan mereka juga mencintai Rasulullah saw dengan sepenuh hati.
      Perbuatan mereka setidaknya telah menunjukkan apa yang ada dalam benak mereka, keyakinan mereka. Atau jangan-jangan masih ada hal yang belum sinkron dari penilaian kita selama ini terhadap mereka. Marilah saling berdialog dan marilah lebih saling berlomba dalam kebaikan untuk hal yang lebih konstruktif!

Salam Damai!

Pengulangan “Duel Makar” Di Akhir Zaman

    Pendek kata, firman Allah Swt.  berikut ini yang telah terjadi terhadap Nabi Besar Muhammad saw., ternyata di Akhir  zaman ini  makar buruk” tersebut kembali terulang juga terhadap para pecinta sejati Nabi Besar Muhammad saw. dari kalangan Jemaat Ahmadiyah, hanya karena mereka telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman, Mirza Ghulam Ahmad a.s., yang pada hakikatnya merupakan perwujudan  kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir zaman ini (QS.62:3-4), guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kalin (QS.61:10), firman-Nya:

وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾

Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau.    Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan, dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:31). 

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 4 September  2013










Tidak ada komentar:

Posting Komentar