بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 11
Berbagai
Ancaman dan Makar
Buruk yang Dilakukan Para Penentang Rasul Allah Swt. di Setiap Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
firman Allah Swt.:
یَوۡمَ یُکۡشَفُ عَنۡ سَاقٍ
وَّ یُدۡعَوۡنَ اِلَی السُّجُوۡدِ فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ ﴿ۙ﴾ خَاشِعَۃً اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ ذِلَّۃٌ ؕ وَ قَدۡ
کَانُوۡا یُدۡعَوۡنَ اِلَی
السُّجُوۡدِ وَ ہُمۡ سٰلِمُوۡنَ ﴿﴾ فَذَرۡنِیۡ وَ مَنۡ یُّکَذِّبُ بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ ؕ
سَنَسۡتَدۡرِجُہُمۡ مِّنۡ حَیۡثُ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ اُمۡلِیۡ لَہُمۡ ؕ اِنَّ کَیۡدِیۡ
مَتِیۡنٌ﴿﴾
Pada hari ketika timbul
malapetaka yang dahsyat dan mereka
dipanggil untuk sujud maka mereka
tidak mampu, akan merunduk pandangan
mereka, kehinaan meliputi mereka.
Dan sungguh dahulu
mereka diseru untuk sujud, sedangkan mereka
dalam keadaan sejahtera. Maka biarkanlah Aku dan yang mendustakan perkataan Al-Quran ini,
Kami
segera akan menghela mereka selangkah
demi selangkah dari arah mana yang mereka tidak mengetahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka, sesungguhnya rencana-Ku sangat kokoh. (Al-Qalam
[68]:43--46).
Ayat یَوۡمَ
یُکۡشَفُ عَنۡ سَاقٍ وَّ
یُدۡعَوۡنَ اِلَی السُّجُوۡدِ فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ -- “Pada hari ketika timbul malapetaka yang dahsyat dan
mereka dipanggil untuk sujud maka mereka tidak mampu” (QS.68:43), ayat ini
mungkin mengisyaratkan kepada kekerasan
dan kehebatan Hari Kebangkitan atau kepada penyingkapan
tirai segala rahasia dan menjadi
zahirnya segala yang gaib pada Hari Pembalasan.
Pertanyaannya adalah: mengapa orang-orang
kafir tersebut pada hari itu
tidak mampu sujud ketika diperintahkan Allah Swt. untuk sujud? Berikut beberapa alasan mengenai hal tersebut:
1.
Karena
ketika di dunia mereka bersikap takabbur
kepada Allah Swt. dan para Rasul Allah, seperti sikap takabbur Iblis terhadap Adam
-- Khalifah Allah (QS.2:31-35) -- ia
menolak “sujud” kepada Adam ketika Allah Swt. memerintahkan hal itu kepada para malaikat
(QS.7:12-14; QS.15:33-34; QS.38:76-77). Padahal setiap Rasul Allah ajaran utamanya adalah mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan memurnikan
keikhlasan dengan lurus
dalam menyembah Allah Swt., sebab itulah
makna dari “sujud” kepada Allah Swt.
yakni patuh taat sepenuhnya (QS.2:131-135; QS.6:162-164; QS.10:105-106;
QS.16:37; QS.30:31-33 & 44-46; QS.98:1-9).
2.
Karena
ketika di dunia mereka menolak beribadah (sujud) kepada Allah
Swt., Tuhan yang menciptakan seluruh langit dan bumi, Tuhan di dunia dan di
akhirat, sebab mereka tidak mempercayai
adanya Allah Swt. (atheis – QS. 45:24-27).
Akibatnya, ketika
orang-orang yang takabbur
tersebut menghadapi bahaya, mereka bukannya merunduk
mencari perlindungan -- seakan-akan tulang belakangnya menjadi kaku --
tetapi
karena panik mereka seperti orang
yang hilang kesadaran dan akal sehat, mereka malah menyongsong
azab Ilahi tersebut, firman-Nya:
اَفَمَنۡ یَّتَّقِیۡ
بِوَجۡہِہٖ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ ؕ وَ قِیۡلَ لِلظّٰلِمِیۡنَ
ذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ تَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ کَذَّبَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَاَتٰىہُمُ الۡعَذَابُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ فَاَذَاقَہُمُ اللّٰہُ
الۡخِزۡیَ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَکۡبَرُ ۘ لَوۡ کَانُوۡا
یَعۡلَمُوۡنَ﴿﴾ وَ لَقَدۡ
ضَرَبۡنَا لِلنَّاسِ فِیۡ ہٰذَا
الۡقُرۡاٰنِ مِنۡ کُلِّ مَثَلٍ لَّعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿ۚ﴾
قُرۡاٰنًا
عَرَبِیًّا غَیۡرَ ذِیۡ عِوَجٍ لَّعَلَّہُمۡ یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah orang yang menjadikan wajahnya sebagai
pelindung diri dari keburukan azab
pada Hari Kiamat sama dengan orang yang selamat? Dan akan dikatakan
kepada orang-orang yang zalim: “Rasakanlah
olehmu balasan apa yang
selalu kamu usahakan.”
Orang-orang yang sebelum mereka pun
telah mendustakan rasul-rasul Kami, lalu datang kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka
sadari. Maka Allah telah membuat mereka merasakan kehinaan dalam kehidupan dunia ini
dan niscaya azab di akhirat lebih besar lagi, seandainya mereka mengetahui. Dan sungguh Kami benar-benar telah memberi penjelasan kepada
manusia di dalam Al-Quran ini dengan berbagai
perumpamaan supaya mereka dapat nasihat.
Kami telah mewahyukan Al-Quran dalam
bahasa Arab, di dalamnya tidak
ada kebengkokan supaya mereka bertakwa.
(Al-Jatsiyah
[39]:25-29).
Cara Burung Unta Menghindari Bahaya
Kembali kepada firman Allah Swt.
sebelumnya mengenai keadaan orang-orang kafir ketika azab Ilahi yang diperingatkan Rasul Allah kepada mereka benar-benar datang dengan tiba-tiba:
یَوۡمَ یُکۡشَفُ عَنۡ سَاقٍ
وَّ یُدۡعَوۡنَ اِلَی السُّجُوۡدِ فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ ﴿ۙ﴾ خَاشِعَۃً اَبۡصَارُہُمۡ تَرۡہَقُہُمۡ ذِلَّۃٌ ؕ وَ قَدۡ
کَانُوۡا یُدۡعَوۡنَ اِلَی
السُّجُوۡدِ وَ ہُمۡ سٰلِمُوۡنَ ﴿﴾ فَذَرۡنِیۡ وَ مَنۡ یُّکَذِّبُ بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ ؕ
سَنَسۡتَدۡرِجُہُمۡ مِّنۡ حَیۡثُ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ اُمۡلِیۡ لَہُمۡ ؕ اِنَّ کَیۡدِیۡ
مَتِیۡنٌ﴿﴾
Pada hari ketika timbul
malapetaka yang dahsyat dan mereka
dipanggil untuk sujud maka mereka
tidak mampu, akan merunduk pandangan
mereka, kehinaan meliputi mereka.
Dan sungguh dahulu
mereka diseru untuk sujud, sedangkan mereka
dalam keadaan sejahtera. Maka biarkanlah Aku dan yang mendustakan perkataan Al-Quran ini,
Kami
segera akan menghela mereka selangkah
demi selangkah dari arah mana yang mereka tidak mengetahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka, sesungguhnya rencana-Ku sangat kokoh. (Al-Qalam
[68]:43-46).
Makna ayat :
اَفَمَنۡ یَّتَّقِیۡ
بِوَجۡہِہٖ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ ؕ وَ قِیۡلَ لِلظّٰلِمِیۡنَ
ذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ تَکۡسِبُوۡنَ
“Maka apakah
orang yang menjadikan wajahnya sebagai pelindung diri dari keburukan azab pada Hari Kiamat sama
dengan orang yang selamat?” Hal itu berarti bahwa kehebatan
siksaan, yang akan diterima orang-orang
kafir pada Hari Pembalasan.
Mereka akan begitu bingung dan kacau-balau pikirannya oleh siksaan yang
dahsyat itu sehingga daripada melindungi
muka mereka -- yang adalah bagian tubuh yang paling peka -- malahan mereka mendongakkan wajah mereka ke depan.
Mereka tidak bisa melakukan seperti yang
dilakukan burung unta sekali pun, yang konon burung berkepala kecil dan berwajah
kekanak-kanakan -- tetapi memiliki badan sangat besar -- ia merasa aman dari bahaya asalkan saja bisa menyembunyikan
kepalanya, walau pun tubuhnya yang besar tidak dapat mereka sembunyikan.
Yakni, burung unta jika menghadapi bahaya -- misalnya dikejar oleh hewan
predator atau pemburu -- dia akan lari
kencang memanfaatkan kakinya yang panjang dan kokoh, kemudian dia bersembunyi, dengan menyurukkan
kepalanya ke dalam pasir atau ke dalam semak-semak. Burung unta berpikir, bahwa dengan menyembunyikan
kepalanya, dia menganggap sudah aman
dalam persembunyiannya. Dia lupa,
badan besarnya dengan mudah terlihat oleh predator atau pemburu yang
mengejarnya.
Selanjutnya mengenai makna ayat سَنَسۡتَدۡرِجُہُمۡ
مِّنۡ حَیۡثُ لَا یَعۡلَمُوۡنَ -- “Kami
segera akan menghela mereka selangkah demi selangkah dari arah mana yang mereka tidak mengetahui, ”
azab Ilahi akan menimpa orang-orang kafir dengan berangsur dan
setahap demi setahap, dan dengan demikian mereka mendapat kesempatan
seluas-luasnya untuk bertobat dan
mengadakan perubahan dengan menerima Amanat Al-Quran.
“Sindiran” Allah Swt. & Kisah Nabi Yunus a.s.
Selanjutnya dengan nada “sindiran” Allah Swt. menyindir orang-orang yang mendustakan dan menentang
Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
اَمۡ تَسۡـَٔلُہُمۡ اَجۡرًا فَہُمۡ
مِّنۡ مَّغۡرَمٍ مُّثۡقَلُوۡنَ ﴿ۚ﴾ اَمۡ عِنۡدَہُمُ
الۡغَیۡبُ فَہُمۡ یَکۡتُبُوۡنَ ﴿﴾
Ataukah engkau meminta
upah kepada mereka sehingga mereka dibebani dengan utang? Ataukah pada mereka ada ilmu gaib, lalu mereka menuliskan-nya? (Al-Qalam [68]:47-48).
Selanjutnya Allah
Swt. menyinggung masalah kisah Nabi Yunus a.s. yang marah – atau kurang sabar
-- karena kaumnya memperolok-olok peringatan yang beliau sampaikan kepada mereka tentang azab Ilahi, yang akan menimpa mereka
jika mereka terus menerus berada dalam kemusyrikan,
firman-Nya:
فَاصۡبِرۡ لِحُکۡمِ رَبِّکَ وَ لَا
تَکُنۡ کَصَاحِبِ الۡحُوۡتِ ۘ اِذۡ نَادٰی
وَ ہُوَ مَکۡظُوۡمٌ﴿ؕ﴾ لَوۡ لَاۤ
اَنۡ تَدٰرَکَہٗ نِعۡمَۃٌ
مِّنۡ رَّبِّہٖ لَنُبِذَ بِالۡعَرَآءِ
وَ ہُوَ مَذۡمُوۡمٌ ﴿﴾ فَاجۡتَبٰہُ رَبُّہٗ
فَجَعَلَہٗ مِنَ الصّٰلِحِیۡنَ
﴿﴾ وَ اِنۡ یَّکَادُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَیُزۡلِقُوۡنَکَ
بِاَبۡصَارِہِمۡ لَمَّا سَمِعُوا
الذِّکۡرَ وَ یَقُوۡلُوۡنَ اِنَّہٗ لَمَجۡنُوۡنٌ﴿ۘ﴾ وَ مَا ہُوَ
اِلَّا ذِکۡرٌ لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka bersabarlah
terhadap keputusan Tuhan engkau dan janganlah
engkau menjadi seperti sahabat ikan, Yunus, ketika ia berseru kepada Tuhan-nya dalam
keadaan penuh duka. Seandainya nikmat dari Tuhan-nya tidak segera datang kepadanya niscaya akan
dicampakkan di tanah yang tandus dan dia dalam keadaan tercela. Lalu
Tuhan-nya telah memilihnya dan
menjadikannya termasuk orang-orang saleh. (Al-Qalam [68]:49-51).
Lihat pula QS.21:88-89; QS.37:140-149.
Ayat
لَوۡ لَاۤ اَنۡ تَدٰرَکَہٗ
نِعۡمَۃٌ مِّنۡ رَّبِّہٖ لَنُبِذَ
بِالۡعَرَآءِ وَ ہُوَ
مَذۡمُوۡمٌ
-- “Seandainya nikmat dari Tuhan-nya tidak segera datang
kepadanya niscaya akan dicampakkan di tanah yang tandus dan
dia dalam keadaan tercela.” Sebagai nubuatan, ayat ini dapat juga mengandung
isyarat kepada hijrah Nabi Besar
Muhammad saw. saw. dari Mekkah ke Medinah,
yang terbukti merupakan “tanah yang sangat subur” bagi perkembangan dan
penyebaran ajaran Islam
(Al-Quran).
Berbagai
Macam Ancaman Mengerikan Abu Jahal
dkk
kepada Nabi
Besar Muhammad Saw.
Dalam ayat
selanjutnya dikemukakan mengenai berbagai macam ancaman mengerikan terhadap Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ اِنۡ یَّکَادُ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا لَیُزۡلِقُوۡنَکَ بِاَبۡصَارِہِمۡ
لَمَّا سَمِعُوا الذِّکۡرَ وَ یَقُوۡلُوۡنَ اِنَّہٗ
لَمَجۡنُوۡنٌ﴿ۘ﴾ وَ مَا ہُوَ اِلَّا ذِکۡرٌ
لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan hampir-hampir orang-orang
kafir benar-benar menggelincirkan engkau dengan pandangan mereka yang bengis, ketika mereka mendengar Al-Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya dia benar-benar
orang gila!” Dan Al-Quran itu tidak lain melainkan peringatan bagi seluruh alam. (Al-Qalam
[68]:52-53).
Ketika Nabi Besar Muhammad
saw. menyampaikan wahyu Al-Quran
kepada mereka, maka orang-orang kafir Mekkah
karena sangat benci
melontarkan pandangan bengis kepada Nabi
Besar Muhammad saw. -- suatu pandangan
mata yang dapat mengejutkan orang berkaliber
rendah hingga melepaskan tugasnya
-- namun Nabi Besar Muhammad saw. mengemban
Amanat
Tuhan yang harus disampaikan, dan oleh karena itu beliau saw. tidak mungkin
dapat ditakut-takuti, dibujuk atau disuap, supaya takluk kepada siasat
paksa serupa itu.
Senada dengan ayat tersebut, dalam Surah lain Allah Swt.
berfirman mengenai ketidak-mungkinan Nabi Besar Muhammad saw. mengkhianati amanat Ilahi yang beliau saw. pikul dengan penuh rasa tanggungjawab (QS.33:73), bagaimana pun hebatnya intimidasi atau ancaman yang kemukakan oleh Abu
Jahal dan kawan-kawannya terhadap beliau saw., firman-Nya:
وَ اِنۡ کَادُوۡا لَیَفۡتِنُوۡنَکَ عَنِ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ لِتَفۡتَرِیَ عَلَیۡنَا غَیۡرَہٗ ٭ۖ
وَ اِذًا
لَّاتَّخَذُوۡکَ خَلِیۡلًا ﴿﴾
Dan nyaris mereka benar-benar menimpakan penderitaan kepada engkau
karena apa yang telah Kami wahyukan
kepada engkau, supaya engkau mengada-adakan terhadap Kami yang
bukan itu, dan jika
demikian niscaya mereka akan menjadikan engkau teman yang setia. (Bani Israil [17]:74).
Orang-orang kafir telah bertekad mendatangkan kesengsaraan
besar kepada Nabi Besar Muhammad
saw. disebabkan oleh ajaran Al-Quran yang telah diwahyukan Allah
Swt. kepada beliau saw., agar mereka dapat memaksa
beliau saw. mengubahnya -- sesuai dengan keinginan hawa-nafsu mereka -- serta dan mendatangkan ajaran yang lain yang berbeda
dengan Al-Quran.
Rencana-rencana buruk orang kafir serta kegagalan mereka yang mutlak dalam
melaksanakan rencana-rencana itulah
yang diisyaratkan ayat ini. Mengenai hal
tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیَاتُنَا بَیِّنٰتٍ ۙ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا
یَرۡجُوۡنَ لِقَآءَنَا ائۡتِ بِقُرۡاٰنٍ غَیۡرِ
ہٰذَاۤ اَوۡ بَدِّلۡہُ ؕ قُلۡ مَا
یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ اُبَدِّلَہٗ مِنۡ تِلۡقَآیِٔ نَفۡسِیۡ ۚ اِنۡ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا یُوۡحٰۤی اِلَیَّ ۚ
اِنِّیۡۤ اَخَافُ اِنۡ عَصَیۡتُ رَبِّیۡ عَذَابَ
یَوۡمٍ عَظِیۡمٍ ﴿﴾
Dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat Kami yang
nyata, maka orang-orang
yang tidak mengharapkan pertemuan dengan
Kami berkata: ”Datangkanlah yang bukan Al-Quran ini,
atau ubahlah dia.” Katakanlah:
“Sekali-kali tidak patut bagiku untuk
mengubahnya dari pihak diriku, tidaklah
aku kecuali hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, sesungguhnya aku takut pada azab Hari yang besar jika aku
mendur-hakai Tuhan-ku.” (Yunus [10]:16).
Ada pun yang ditakuti oleh Nabi Besar
Muhammad saw. adalah ancaman keras
Allah Swt. berikut ini bagi siapa pun
yang mengada-ada dusta atas nama Allah, baik itu mengenai kenabian mau pun mengenai wahyu Ilahi, firman-Nya:
اِنَّہٗ
لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ۚۙ﴾ وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ
قَلِیۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا بِقَوۡلِ
کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ تَقَوَّلَ
عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾
لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ بِالۡیَمِیۡنِ
﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ
مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Al-Quran itu
benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia, dan bukanlah Al-Quran itu
perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah Al-Quran ini perkataan ahlinujum, sedikit
sekali kamu mengambil nasihat. Ini adalah wahyu yang ditu-runkan dari Tuhan seluruh alam. Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan
atas nama Kami, niscaya
Kami akan menangkap dia dengan tangan
kanan, kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat
mencegah itu darinya. (Al-Hāqqah [69]:41-48).
Jaminan Kejujuran
Nabi Besar Muhammad Saw. sebagai Al-Amin
Dalam ayat 45-48 dan dalam tiga ayat sebelumnya
keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw. itu pendusta,
maka tangan perkasa Allah Swt. pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau saw. dan pasti beliau saw. telah menemui kematian yang pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau
saw. pasti telah hancur berantakan,
sebab memang demikianlah nasib seorang
nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini,
agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan
18:20.
Kembali kepada firman
Allah Swt. dalam Surah Yunus,
selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. untuk menjawab
tuntutan orang-orang kafir yang
disertai ancaman tersebut:
قُلۡ لَّوۡ شَآءَ اللّٰہُ مَا تَلَوۡتُہٗ عَلَیۡکُمۡ وَ لَاۤ اَدۡرٰىکُمۡ بِہٖ ۫ۖ فَقَدۡ لَبِثۡتُ
فِیۡکُمۡ عُمُرًا مِّنۡ قَبۡلِہٖ ؕ
اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ فَمَنۡ اَظۡلَمُ
مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ
کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ ؕ اِنَّہٗ لَا یُفۡلِحُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:
“Seandainya Allah menghendaki, aku sama sekali tidak akan membacakannya kepada kamu dan tidak pula Dia akan memberitahukan
mengenainya kepada kamu. Maka sungguh sebelum
ini aku telah tinggal bersama kamu dalam masa yang panjang, tidakkah kamu
mempergunakan akal?” Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang meng-ada-adakan
suatu dusta terhadap Allah atau mendustakan
Tanda-tanda-Nya? Sesungguhnya orang-orang
berdosa tidak akan berhasil.” (Yunus [10]:17-18).
Ayat 17
ini mengandung batu ujian yang amat jitu
untuk menguji kebenaran seseorang
yang mengaku dirinya seorang nabi. Bila kehidupan seorang
nabi sebelum dakwa kenabiannya menampakkan kejujuran dan ketulusan hati yang bertaraf luar biasa tingginya -- dan di antara masa itu dengan dakwa kenabiannya tidak ada masa-antara yang dapat memberikan
kesan bahwa beliau telah jatuh dari keutamaan akhlak yang tinggi tarafnya itu -- maka dakwa
kenabiannya harus diterima sebagai dakwa
orang yang tinggi akhlaknya, orang jujur, dan benar.
Mengapa demikian? Sebab tentu saja seseorang yang terbiasa kepada suatu sikap atau tingkah-laku tertentu disebabkan adat-kebiasaannya atau tabiatnya, akan memerlukan waktu yang lama untuk mengadakan perubahan besar dalam dirinya untuk
menjadi orang baik atau orang buruk, karena itu bagaimanakah Nabi Besar Muhammad saw. tiba-tiba dapat berubah menjadi seorang penipu,
padahal sepanjang kehidupan beliau saw. sebelum dakwa kenabian, beliau saw. adalah orang yang tidak ada taranya
dalam hal kejujuran dan kelurusan,
dan bahkan kaum Quraisy Mekkah sendiri
yang memberi beliau saw. gelar Al-Amin
(orang yang sangat jujur)?
Ayat 18 فَمَنۡ
اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی
اللّٰہِ کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ
ؕ اِنَّہٗ لَا یُفۡلِحُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ -- “Maka siapakah
yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan suatu dusta terhadap
Allah atau mendustakan Tanda-tanda-Nya?
Sesungguhnya orang-orang berdosa tidak akan berhasil.” Ayat ini menjelaskan dua kebenaran yang kekal: (a) Orang-orang yang mengada-adakan dusta mengenai Allah Swt.
dan orang-orang yang menolak dan menentang rasul-rasul-Nya sama sekali tidak akan
luput dari hukuman Tuhan; (b) Pendusta-pendusta
dan nabi-nabi palsu tidak dapat
berhasil dalam tujuannya.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar