بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 328
Pentingnya
Memahami Makna Hakiki Syafaat dan Wasilah Nabi Besar Muhammad Saw. di Akhir Zaman Ini.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai orang-orang yang diberi wewenang untuk menerima baiat (jual-beli), persahabatan, dan memberikan syafaat,
yaitu Rasul Allah -- terutama Nabi Besar Muhammad saw. (QS.48:11)
-- firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ
یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ
لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا
بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ -- sebelum datang hari yang tidak ada jual-beli di dalamnya, tidak ada
persahabatan, dan tidak
pula syafaat, وَ الۡکٰفِرُوۡنَ
ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ -- dan orang-orang
yang kafir mereka itulah orang-orang
zalim. (Al-Baqarah [2]:255).
Orang yang mendapat Izin Allah Swt. Memberikan Syafaat & Makna Wasilah (Perantara) yang benar
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai siapa yang mendapat izin
dari Allah Swt. untuk menjadi washilah
(perantara) sebagai pemberi syafaat:
اَللّٰہُ
لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ
لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ
یَشۡفَعُ عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ۚ وَ لَا
یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ ﴿۲﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Hidup, Yang
Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. لَا
تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ -- kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh
langit dan apa pun yang ada di bumi.
مَنۡ
ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ -- Siapakah
yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ -- Dia
mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang
me-reka, وَ
لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ -- dan mereka
tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki. وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ -- Singgasana
ilmu-Nya meliputi
seluruh langit dan bumi, dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya,
dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:255).
Makna
yang diizinkan sebagai pemberi
syafaat dalam ayat مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ
عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ -- Siapakah
yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya
kecuali dengan izin-Nya?”
mengisyaratkan kepada para rasul Allah,
terutama Nabi Besar Muhammad saw.,
sebab setelah Allah Swt. menurunkan agama terakhir dan tersempurna – yaitu agama
Islam (Al-Quran – QS.5:4) -- maka
hanya dengan beriman dan patuh-taat kepada Allah Swt. dan Nabi Besar
Muhammad saw. sajalah, bukan saja
keagamaan mereka akan diterima Allah Swt. (QS.3:20 & 86), bahkan mereka akan
memperoleh syafaat dari Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.3:32; QS.4:70-71), karena
beliau sajalah satu-satunya washilah
(perantara) yang diizinkan Allah
Swt. untuk memberikan syafaat,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ ابۡتَغُوۡۤا اِلَیۡہِ الۡوَسِیۡلَۃَ وَ
جَاہِدُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِہٖ
لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah. وَ ابۡتَغُوۡۤا اِلَیۡہِ الۡوَسِیۡلَۃَ -- dan carilah
jalan pendekatan diri kepada-Nya, وَ جَاہِدُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِہٖ لَعَلَّکُمۡ
تُفۡلِحُوۡنَ -- dan berjihadlah di jalan-Nya supaya kamu berhasil. (Al-Māidah [5]:36).
Wasilah
artinya satu jalan untuk memperoleh suatu kedudukan terhormat di sisi raja;
martabat, pertalian, ikatan atau perhubungan (Lexicon Lane). Kata itu bukan berarti “penengah antara Tuhan dan
manusia,” sebagaimana banyak yang keliru menafsirkan wasilah
-- sebab arti yang kedua ini bukan hanya tidak-didukung oleh kelaziman
pemakaian bahasa Arab, tetapi juga bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan
hadits-hadits Nabi Besar Muhammad saw..
Nabi Besar Muhammad Saw. Satu-satunya Pemberi Syafaat dan Wasilah yang
Hakiki
Bahwa Nabi Besar Muhammad saw. --
setelah Allah Swt. menurunkan agama
terakhir dan tersempurna yaitu agama
Islam (Al-Quran – QS.5:4) --
beliau saw. merupakan satu-satu pemberi wasilah,
mengebnai hal tersebut Allah Swt. berfirman:
اِنَّ
الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا
الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ
مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾
Sesungguhnya
agama yang benar di sisi Allah adalah Islam, dan sekali-kali
tidaklah berselisih orang-orang yang diberi Kitab melainkan setelah ilmu datang kepada mereka karena
kedengkian di antara mereka. Dan barangsiapa
kafir kepada Tanda-tanda Allah maka sesungguhnya Allāh sangat cepat dalam menghisab. (Ali ‘Imran [3]:20).
Ada pun yang dimaksud dengan ilmu (pengetahuan) dan āyat (Tanda-tanda) dalam ayat tersebut
adalah agama Islam (Al-Quran) atau Nabi Besar Muhammad saw., sebab kedengkian yang diperagakan
golongan Ahlikitab adalah terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan agama Islam (Al-Quran)
Firman-Nya
lagi:
وَ مَنۡ یَّبۡتَغِ غَیۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِیۡنًا فَلَنۡ یُّقۡبَلَ مِنۡہُ ۚ
وَ ہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan barangsiapa
mencari agama yang bukan agama Islam,
maka agama itu tidak akan pernah diterima darinya, dan
di akhirat ia termasuk orang-orang yang
rugi. (Ali ‘Imran [3]:86).
Bahwa Nabi Besar Muhammad saw.
merupakan satu-satunya wasilah
(perantara) yang diizinkan Allah Swt.
memberikan syafaat, mengenai hal
tersebut Allah Swt. berfirman:
قُلۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ
یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾ قُلۡ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ
تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ
الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: ”Jika kamu benar-benar mencintai Allah فَاتَّبِعُوۡنِیۡ -- maka ikuti-lah398 aku, یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ
ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ
رَّحِیۡمٌ -- Allah
pun akan mencintai kamu dan akan
mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
قُلۡ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ
فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ لَا
یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ -- Katakanlah: ”Taatilah Allah dan Rasul ini”, kemudian jika mereka berpaling maka ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir.
(Ali
‘Imran [3]:32-33).
Jadi, kembali kepada makna kata wasilah yang benar: Wasilah artinya satu
jalan untuk memperoleh suatu kedudukan
terhormat di sisi raja; martabat,
pertalian, ikatan atau perhubungan (Lexicon
Lane). Kata itu bukan berarti “penengah
antara Tuhan dan manusia,” sebagaimana banyak
yang keliru menafsirkan wasilah -- sebab arti yang kedua ini bukan hanya tidak-didukung oleh kelaziman pemakaian bahasa
Arab, tetapi juga bertentangan
dengan ajaran Al-Quran dan hadits-hadits Nabi Besar Muhammad saw..
Kemusyrikan Akibat Keliru Memahami Makna Syafaat dan Wasilah & Empat Golongan Martabat
Ruhani di Hadirat Allah Swt.
Sehubungan orang-orang yang keliru
memaknai arti wasilah tersebut, ketika ditanyakan kepada orang-orang yang datang menziarahi kuburan para nabi Allah atau wali Allah atau ditanyakan kepada
mereka yang menyembah berbagai bentuk
berhala
-- yang kepada tempat-tempat atau benda-benda
tersebut mereka menyampaikan permohonan -- maka jawaban mereka adalah bahwa semua
itu hanya sekedar wasilah yang memperantarai
permohoan (doa) mereka dengan Allah Swt.
Berikut jawaban Allah Swt. berkenaan makna
wasilah (perantaraan) yang
hakiki, yaitu Nabi Besar Muhammad saw.,
firman-Nya:
وَ مَنۡ
یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ
عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ
الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ
عَلِیۡمًا﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini
maka mereka akan termasuk di antara اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ -- orang-orang yang Allāh memberi nikmat kepada
mereka, مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ -- yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq,
syahid-syahid, dan orang-orang shalih, وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا -- dan mereka itulah sahabat yang sejati. ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی
بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا -- Itulah karunia
dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā [4]:70-71).
Sesuai dengan makna hakiki wasilah
(perantara) sebelum ini – yakni satu jalan untuk memperoleh suatu kedudukan
terhormat di sisi raja; martabat, pertalian, ikatan atau perhubungan (Lexicon Lane) -- maka maka dalam pandangan Allah
Swt., tidak ada kedudukan atau martabat atau pertalian atau ikatan
atau perhubungan dengan Allah Swt selain orang-orang beriman dan bertakwa yang
karena ketaatannya kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. termasuk ke
dalam salah satu dari keempat martabat
keruhanian di hadirat Allah Swt. tersebut, yakni: مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ
وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ -- yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq,
syahid-syahid, dan orang-orang shalih, وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا -- dan mereka
itulah sahabat yang sejati. ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ
مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا -- Itulah karunia
dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā [4]:70-71).
Mereka yang menolak keempat macam martabat keruhanian yang disediakan Allah Swt. bagi mereka yang benar-benar menginginkan syafaat dan wasilah dari Nabi Besar Muhammad saw. – dengan alasan bahwa semua jenis kenabian dan wahyu Ilahi
telah tertutup rapat dengan
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.
sebagai Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41)
dan diturunkan-Nya agama Islam (Al-Quran)
sebagai agama terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
Turunnya Karunia Allah Swt. Tidak dapat Dihalangi & Berulangnya Sunnatullah Berkenaan Istri-istri
Durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. di Akhir zaman
Pemahaman keliru mereka itu
(QS.10:75; QS.40:35-36; QS.72:8); sama sekali tidak dapat menghalangi Allah Swt. untuk menganugerahkan
turunnya karunia-Nya berupa empat
macam nikmat (martabat) ruhani yang hakiki tersebut kepada
orang-orang yang benar-benar memahami masalah (makna) syafaat
dan wasilah dengan benar:
ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی
بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا -- Itulah karunia dari Allah, dan cukuplah
Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā [4]:70-71).
Sesuai dengan Sunnatullah, mereka yang menolak karunia Allah Swt. melalui syafaat
dan wasilah Nabi Besar Muhammad saw. – termasuk
di Akhir Zaman ini -- mereka, insya
Allah, akan mengalami nasib buruk
seperti istri-istri durhaka Nabi Nuh
a.s. dan Nabi Luth a.s., firman-Nya:
ضَرَبَ
اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ
کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ
امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ
عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا
عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri Luth sebagai misal bagi
orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang
saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka
berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah,
dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api
beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm
[66]:11).
Jadi, betapa sakralnya
kedudukan pernikahan dalam ajaran
Islam (Al-Quran), karena di dalamnya
mengandung berbagai hikmah yang
sangat dalam berkenaan dengan masalah ketakwaan
kepada Allah Swt. dan ketaatan kepada Rasul-Nya, terutama Nabi
Besar Muhammad saw.. demikian juga sakralnya "penikahan ruhani" dengan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. di Akhir Zaman ini.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 8 September
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar