Senin, 08 September 2014

Kedatangan Seorang "Laki-laki dari Farsi (Persia)" Sebagai "Mesio Darbahmi" atau Al-Masih Mau'ud a.s. di Kalangan Umat Islam




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   312

   Kedatangan Seorang “Laki-laki dari  Farsi (Persia)” Sebagai “Mesio Darbahmi” atau Al-Masih Mau’u a.s. di Kalangan Umat Islam

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai  nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   tentang kedatangan Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran atau Ahmad atau Saoshyant yakni Nabi Besar Muhammad saw. lihat Injil Yahya 12:13; 14:16-17; 15:26; 16:17; yang dari situ kesimpulan berikut dengan jelas dapat diambil:
       (a) Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran tidak dapat datang sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   berangkat dari dunia ini   -- yakni wafat (QS.3:56 & 145; QS.5:117-119; QS.21:35-36; QS.23:51-52).
       (b)  Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran akan tinggal di dunia untuk selama-lamanya, akan mengatakan banyak hal yang Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s. sendiri tidak dapat mengatakannya karena dunia belum sanggup  menanggungnya pada waktu itu    -- lihat QS.7:144; QS.33:73:74.
       (c)  Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran akan memimpin umat manusia kepada segala (seluruh) kebenaran.    – lihat QS. 5:4; QS.7:159;  QS.21:108; QS.25:2;  QS.34:29.
        (d)   Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran tidak akan bicara atas kehendak sendiri, tetapi apa pun yang didengar oleh beliau, itu pulalah yang akan diucapkan oleh beliau   -  lihat   Ulangan 18:18-20; QS.53:1-19.
        (e) Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran akan memuliakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  dan memberikan kesaksian atas kebenarannya. – Lihat QS.4:42-43; QS.16:19.

Persamaan Emeth dengan Ahmad

        Lukisan mengenai Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran – atau  Saoshyant  -- itu serasi benar dengan kedudukan dan tugas Nabi Besar Muhammad saw. sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran atau kedatangan  Nabi Besar Muhammad saw. datang sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   meninggalkan dunia ini (wafat), beliau adalah nabi pembawa syariat terakhir dan Al-Quran merupakan syariat suci terakhir, diwahyukan untuk seluruh umat manusia hingga Hari Kiamat  QS. 5:4; QS.7:159;  QS.21:108; QS.25:2;  QS.34:29.
    Nabi Besar Muhammad saw.  tidak berkata atas kehendak sendiri, melainkan apa pun yang didengar beliau saw. dari Tuhan, itu pulalah yang diucapkan beliau (QS.53:4). Beliau saw. memuliakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  (QS.2:254; QS.3:56). Nubuatan dalam Injil Yahya di atas adalah sesuai dengan nubuatan yang disebut dalam ayat yang sedang dibahas kecuali bahwa bukan nama Ahmad yang tercantum di situ melainkan Paraklit (Paraclete).
   Para penulis Kristen menantang ketepatan versi (anggapan) Al-Quran mengenai nubuatan itu, sambil mendasarkan pernyataan-pernyataan mereka pada perbedaan kedua nama itu, dengan tidak memperhatikan kesamaan sifat-sifat yang dituturkan oleh Bible dan Al-Quran.
    Pada hakikatnya, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  memakai bahasa Arami dan Ibrani. Bahasa Arami adalah bahasa ibu beliau dan bahasa Ibrani adalah bahasa agama beliau. Versi Bible sekarang adalah terjemahan dari bahasa Arami dan bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani.
   Suatu terjemahan dengan sendirinya tidak dapat membawakan sepenuh keindahan gubahan aslinya. Bahasa-bahasa mempunyai batas-batasnya masing-masing. Demikian pula mengenai kaum yang mempergunakan bahasa itu. Batas-batas mereka itu nampak pula dalam karya-karya mereka.
   Bahasa Yunani mempunyai penggunaan kata lain, ialah, Periklutos, yang mempunyai persamaan arti dengan Ahmad dalam bahasa Arab. Jack Finegan, seorang ahli ilmu agama Kristen kenamaan, mengatakan di dalam kitabnya bernama  Archaeology of World Religions  berkata, “Kalau dalam bahasa Yunani kata Paracletos (Penghibur) sangat cocok dengan kata Periclutos (termasyhur), maka kata itu berarti nama-nama Ahmad dan Muhammad”.
  Lebih-lebih   The Damascus Document   (Dokumen atau Naskah asal Damaskus), suatu naskah yang ditemukan menjelang akhir abad ke-19 dalam gereja Yahudi di Ezra, Mesir Kuno (halaman 2) melukiskan bahwa Yesus telah menubuatkan kedatangan “Ruh Suci” dengan nama Emeth: Dan dengan Almasih-Nya Dia memberitahukan kepada mereka Rohulkudus-Nya. Sebab dialah Emeth ialah, Al-Amin (Si Jujur), dan sesuai dengan nama-Nya demikian pula  nama mereka ..... Emeth dalam bahasa Ibrani berarti “Kebenaran” atau Si Jujur (Al-Amin) dan orang yang kebaikannya dawam” (Strahan’s Fourth Gospel, 141).
  Kata ini ditafsirkan oleh orang-orang Yahudi, “Cap (meterai) Tuhan.” Dengan sendirinya, meskipun Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   mungkin telah mempergunakan nama Ahmad, persamaan bunyi lafal antara kedua kata (Ahmad dan Emeth) itu telah membuat para penulis di kemudian hari menulis kata Emeth sebagai alih-alih kata “Ahmad” yang adalah persamaan kosa-kata dalam bahasa Ibrani.

Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang Dijanjikan)

       Jadi, nubuatan yang disebut dalam Ash-Shaf ayat 7   mengenai kedatangan “Ahmad ditujukan kepada  Nabi Besar Muhammad saw.,   tetapi sebagai kesimpulan dapat pula dikenakan kepada  Al-Masih Mau’ud a.s.   -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.  - Pendiri Jemaat Ahmadiyah   -- sebab beliau telah dipanggil dengan nama Ahmad di dalam wahyu (Barahin Ahmadiyah), dan karena dalam diri beliau terwujud kedatangan kedua atau diutusnya yang kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. (QS.61:3-4), dan telah pula dinyatakan dengan jelas dalam Injil Barnabas, yang dianggap oleh kaum gerejani tidak sah, tetapi pada pihak lain mereka menganggapnya otentik (dapat dipercaya), seotentik setiap dari keempat Injil lainnya, firman-Nya: 
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata;  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62:3-4).
  Ayat 3 menerangkan bahwa tugas suci Nabi Besar Muhammad saw. meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini yakni یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ --   “yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

Nabi Ibrahim a.s., Siti Hajar, Nabi Ismail a.s., “Air Zam-zam” dan Nabi Besar Muhammad Saw.

   Keempat tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada  Nabi Besar Muhammad saw. atau Ahmad saw. atau Emeth atau Paraklit (Paraclete)  atau Saoshyant,   sebab untuk kedatangan beliau saw. di tengah-tengah orang-orang Arab buta huruf itu leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s.,  telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s.,   beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:130).
     Dalam Bab 310 dan 311 telah dikemukakan nubuatan dalam Kitab suci orang Majusi  pengikut Nabi Zoroaster  a.s. mengenai seorang perempuan yang mandi di danau Kashva atau sumber air. Ada pun yang dimaksud dengan  perempuan yang mandi di danau Kashva atau sumber air itu yakni Siti Hajar yang agung, yang kemudian  sebagai pengabulan doa   Nabi Ibrahim a.s. bersama   putra beliau, Nabi Isma’il a.s.,  lahir Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:128-230) yang dalam nubuatan agama kaum Majusi disebut   Saoshyant atau Astvat-ereta. Nubuatan  tersebut  adalah:
Seorang perempuan akan mandi di danau Kashva dan akan mengandung. Dia akan melahirkan seorang nabi yang dijanjikan”. 
        Menurut kaum Zoroastrian danau Kashva diperkirakan di Sistan, dimana Raja Parsi Xerxes telah menghilang ketika mandi. Mereka menyatakan bahwa sumber air kehidupan yang sama dimana Xerxes yang Majusi dan Khwaja Khidir yang Muslim masih hidup disana, mengajarkan kebijaksanaan kepada umat dan membimbing mereka yang tersesat jalan.
         Dengan demikian   yang dimaksud dengan danau Kashva atau sumber air tersebut merujuk kepada     sumber mata air    zam-zam  yang muncul  dekat  kaki Nabi Ismail a.s.  yang hampir meninggal dunia karena    kehausan,  pada saat  ibu beliau, Siti Hajar,  berlari-lari bolak-balik menaiki bukit Shafa dan Marwah  untuk melihat barangkali ada kafilah yang lewat agar dapat minta air minum.   
   Ada pun  bunyi nubuatan mengenai   Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:128-230), yang dalam nubuatan agama kaum Majusi disebut   Saoshyant atau Astvat-ereta adalah:
Namanya kelak adalah Saoshyant yang jaya dan namanya kelak Astvat-ereta. Dia adalah Saoshyant (Dia yang terpuji) karena dia bermanfaat bagi seluruh dunia fisik. Dia kelak adalah Astvat-ereta (Dia yang suka memuji) karena sebagai ciptaan fisik dan sebagai makhluk hidup dia akan tegak menjalankan penghancuran terhadap makhluk fisik yang mempertahankan berhala dan sejenisnya serta memperbaiki kesalahan dari kaum Majusi”. (Yasht 28:28).
 Selanjutnya dijelaskan mengenai kemakbulan doa-doa Nabi Besar Muhammad saw.:
Dia adalah Astvat-ereta, karena kejahatan yang dilakukan oleh penyembah berhala maupun kaum Majusi terhadapnya tak bisa melukainya  karena doa-doanya. (Yasht 28:29).

Empat  Macam Tugas Suci Nabi  Besar Muhammad Saw. & Nubuatan Mengenai Pengutusan  Al-Masih Mau’ud a.s. di Kalangan Umat Islam

   Jadi, kembali kepada   Surah Al-Jumu’ah ayat 3: یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ --   “yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.
  Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu dapat benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya), suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajaran-nya itu,  kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwah-kan ajaran itu kepada bangsa lain. Didikan yang beliau berikan kepada para pengikut beliau memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan filsafat ajaran beliau me-nimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini.
    Ayat  selanjutnya:     وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”    Ajaran Nabi Besar Muhammad saw.  ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka   --  yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw.  dibangkitkan  --  melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga (QS.7:159; QS.21:108-109;  QS.25:2; QS.34:29), dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada keturunan demi keturunan manusia yang akan datang hingga Hari Kiamat.

Kedatangan Laki-laki dari Farsi (Iran) sebagai Mesio Darbahmi  (Al-Masih Mau’ud a.s.)

     Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa  Nabi Besar Muhammad saw. akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan beliau saw.  untuk kedua kali dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio Darbahmi    di Akhir Zaman.  
        Abu Hurairah r.a.  berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw.   ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada  Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ  --  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?”
         Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.  Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu,  Rasulullah saw.  sambil   meletakkan tangan beliau saw. pada Salman al-Farsi   bersabda:
 Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki atau beberapa orang laki-laki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari,  Tafsir  Surah Al-Jumu’ah).
    Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi (bangsa Iran).   Al-Masih Mau’ud a.s. , pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi.
   Hadits Nabi Besar Muhammad  saw.  lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. pada saat ketika tidak ada yang tertinggal  dari Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu  jiwa (ruh) ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi). Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut sesuai dengan  firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung (As-Sajdah [32]:6).
      Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya.
   Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat). Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan yang tiada henti-hentinya.
      Peristiwa kemunduran dan kemerosotan  yang dialami umat Islam  tersebut berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ   -- “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.”
        Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,  dalam hadits lain  mengenai Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4, Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan pernah bersabda bahwa iman akan terbang ke Bintang Tsuraya dan seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir).
        Dengan kedatangan       Masih Mau’ud  a.s. atau Mesio Darbahmi   --  yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah -- dalam abad ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan tersebut telah terhenti dan kebangkitan Islam yang kedua kali di Aklhir Zaman kembali mulai berlaku, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿۹﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
     Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk  Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.

Beberapa Ciri Misi Suci Saoshyant (Nabi Besar Muhammad Saw.)  dan Para Sahabatnya

   Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat  :     وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”  (Al-Jumu’ah ayat 4)   menunjuk kepada kedatangan kedua kali  Nabi Besar Muhammad   saw.  dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio Darbahmi.
      Berikut adalah beberapa ciri khas dari  Nabi Besar Muhammad saw.  dan para pengikut sejati beliau saw. dalam nubuatan-nubuatan    Kitab suci orang-orang Majusitersebut:
1.     Para sahabat dari Saoshyant yang suci diajak untuk datang.
2.     Fikiran, semangat dan iman para sahabat tidak pernah bertambah tua atau mati.
3.  Pada kedatangannya secara spiritual bangsa-bangsa yang mati akan bangkit kembali.
4.     Para musuhnya akan jatuh. Usaha dan perangnya adalah untuk segala kejahatan.
5.  Dia akan menjadi sumber mata air evolusi serta perkembangan dari bangsa-bangsa.
6.     Dia akan menjadi akhir dari para nabi. Di masanya dunia akan direnovasi.
7.     Dia akan menaklukkan dan memerintah setan.
8.     Dia akan menegakkan agama yang murni. Akan menyingkirkan kegelapan dari dunia.
9.     Cahayanya yang besar adalah busana ketulusan.
10. Para sahabat Saoshyant tidak akan disebut pelayan melainkan kawan-kawannya. Agamanya adalah jalan tertinggi kepada kebijaksanaan.
11. Mereka akan mengalunkan doa dengan pujian kepada Tuhan Yang-esa semata.
12.Fikiran mereka adalah fikiran yang baik, kata-katanya baik, dan amal perbuatannya juga baik. Kedudukan mereka akan maju menurut tatanan yang tulus.
13.    Dia yang suci akan segera tiba. Saoshyant adalah pemberi atau dermawan yang besar.
14.    Dan penyelamat dengan wahyu yang luhur.
15. Saoshyant itu seperti Engkau wahai Tuhan Mazda (dicelup dalam warna Tuhan).
16. Dia kelak adalah lelaki ideal yang akan mengusir rancangan para pendeta palsu.
17.  Bagaimana saya akan melengkapi pujian kepadanya? Dia akan mengusir dari tanah ini para pemburu kesenangan yang bermabuk-mabukan.
18 Kami (bangsa Iran) mengundang Saoshyant yang dermawan, abadi, dan salih untuk menolong kami.
19.  Mereka yang paling tepat dan benar dalam pembicaraan mereka.
20.   Dia yang paling tekun, yang paling mulia dalam pemikirannya, yang paling agung dan perkasa.
21.Engkau (wahai Tuhan) yang dalam kekuasaan-Mu kuletakkan kesusahan dan keraguanku.
22. Semoga kelak nabi yang Engkau simpan menemukan dan memperoleh haknya demi kebahagiaanku.
23. PemikirMu yang baik dan yang Kau anugerahi rahmat mukjizat, semoga Saoshyant-Mu (Muhammad) menyaksikan betapa hadiah ganjaran-Mu kelak bagi dirinya. Kapan, wahai Mazda! Datang lelaki dengan pemikiran sempurna?…Saya datang kepadamu, wahai engkau dermawan abadi, sebagai seorang pendeta yang memuji, dan mohon pertolongan, sebagai seorang pengingat, membacakan doamu, dan sebagai yang bersenandung demi pengorbanan dan kehormatanmu. Kehendak baikmu, dan doamu. Wahai, engkau Saoshyant yang suci (Muhammad dan para sahabatnya) dan demi salatmu yang tepat waktu,  demi rahmat dan pembebasan dosa darimu.Wahai engkau dermawan abadi, yang memerintah dengan benar dan yang mengungkap (semuanya) dengan benar!
24. Saya serahkan kepadamu daging jasadku ini sendiri, dan begitu pula semua rahmat kehidupanku.
25. Dalam Dasatir dikatakan: “Ketika kaum Zoroastrian meninggalkan agama mereka, seorang laki-laki akan muncul di Arabia, yang para pengikutnya akan menaklukkan Persia.”
26.   Sebagai ganti menyembah api mereka akan menghadapkan wajahnya ke rumah Tuhan yang dibangun oleh Mahabad (Ibrahim) dalam doanya, yang akan dibersihkan dari semua berhala. Mereka (para pengikut Nabi itu) akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
27.   Mereka akan menjadi tuan dari Persia, Madain, Tus dan Balkh, tempat-tempat suci dari kaum Majusi.
28. Nabi mereka kelak adalah seorang lelaki elok yang mengungkapkan perkara-perkara yang ajaib.
29.    Orang-orang bijak dari Iran dan lain-lain akan bergabung dengan mereka.
       Jadi, dengan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio Darbahmi  dari kalangan umat Islam sendiri   -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai misal Nabi Isa Inu Maryam a.s. (QS.43:58)  --  maka “kiblat” pemahaman sesat mengenai masih hidupnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli di langit  dan akan turun lagi  dari sebagai  rasul Allah yang akan menjadi guru spiritual umat Islam telah dikembalikan kepada “kiblat” pemahaman yang sejati, karena  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli, selain sebagai rasul Allah untuk Bani Israil (QS.3:46-50; QS.61:7) juga beliau telah wafat sebagaimana halnya para rasul Allah yang lainnya telah wafat (QS.3:56 & 145;  QS.5:117-119; QS.21:35-36).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  19 Agustus     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar