بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 307
Pembelokan “Kiblat” Pemahaman Keagamaan di Kalangan Umat Islam
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan
mengenai makna ayat وَ مَا کَانَ
اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ
رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ -- “Dan
Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki” (QS.3:180).
Kata-kata
itu tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul
Allah adalah terpilih dan
sebagian lagi tidak. Kata-kata itu
berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan
Allah Swt. sebagai rasul-rasul-Nya,
Allah Swt. memilih yang paling sesuai
untuk zaman tertentu, di zaman rasul Allah itu dibangkitkan guna memberitahukan hal-hal gaib-Nya yang perlu dibukakan (diberitahukan) pada zaman
pengutusan rasul Allah atau Khalifah Allah yang kedatangannya dijanjikan tersebut (QS.72:27-29; QS.2:31-35), termasuk di Akhir Zaman ini sehingga keunggulan agama Islam atas semua agama benar-benar akan
terwujud sepenuhnya (QS.61:10;
QS.62:3-5), firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا
﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ
مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui
yang gaib, فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا -- maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ --
kecuali kepada Rasul yang Dia
ridhai, فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ
بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ
رَصَدًا
-- maka sesungguhnya barisan
pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ
اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ -- supaya Dia mengetahui bahwa
sungguh mereka (rasul-rasul) telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan)
mereka, وَ اَحَاطَ
بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ
عَدَدًا
-- dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka
dan Dia membuat perhitungan mengenai
segala sesuatu. (Al-Jinn [72]:27-29).
Pembukaan Rahasia Gaib di Akhir Zaman & Empat
Golongan Manusia
Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan
dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian
yang sangat penting. Ayat 27 merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Allah dengan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang beriman yang bertakwa
lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati
kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu yang
dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah,
karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi,
keadaannya aman dari pemutar-balikkan
atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat (QS.15:19; QS.37:11),
sedang rahasia-rahasia yang dibukakan
kepada orang-orang bertakwa lainnya
tidak begitu terpelihara.
Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah itu membawa tugas dari Allah Swt. yang harus dipenuhi dan mengemban Amanat
Ilahi yang harus disampaikan oleh mereka.
Perlu diketahui
bahwa menjelang diutusnya Nabi Besar
Muhammad saw. di kalangan bangsa Arab
(QS.62:3), ketika itu ada 4 kelompok
besar umat manusia, yang masing-masing mendakwakan sebagai “golongan yang benar,” yaitu (1) Kaum Yahudi, (2) kaum Kristen;
(3) kaum Majusi (bangsa Iran), dan
(4) bangsa Arab jahiliyah.
Menurut Allah Swt. pada zaman
itu berbagai bentuk kerusakan telah melanda seluruh segi kehidupan umat manusia -- baik jasmani
mau pun ruhani – telah mencapai
puncaknya, firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا
کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ
سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ
اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di
daratan dan
di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari
kedurhakaannya. فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ --
Katakanlah: ”Berjalanlah
di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu
ini. کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ
مُّشۡرِکِیۡنَ -- Kebanyakan
mereka itu orang-orang musyrik.” (Ar-Rūm
[30]:42-43).
Dalam ayat ini kita diberi
tahu, bahwa bila kegelapan
menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan
Allah Swt. dan menaklukkan diri
sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan
yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka
Allah Swt. membangkitkan seorang nabi
Allah untuk mengembalikan gembalaan
yang tersesat keharibaan Majikan-nya.
“Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan
nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah
jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan
agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan
para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s. di dalam aliran darah manusia telah
padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang
kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun
lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban
laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya
telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan,
sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan
pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).
Demikianlah keadaan
umat manusia pada waktu Nabi Besar
Muhammad saw., Guru umat manusia terbesar, muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan
terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran
(QS.5:4; Yohanes 16:12-13), sebab
syariat yang sempurna hanya
dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan --
teristimewa yang dikenal sebagai akar
keburukan --menampakkan diri telah menjadi mapan.
Diketahui Bagaikan Mengenal
“Anak-anak Mereka Sendiri”
Kata-kata “daratan
dan lautan” dalam ayat ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ (Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan) dapat diartikan:
(a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman
manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya
serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi;
(b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup
di pulau-pulau.
Ayat ini
berarti, bahwa menjelang diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. semua
bangsa di dunia telah menjadi rusak
sampai kepada intinya, baik secara politis,
sosial maupun akhlaki. Dan menurut Allah
Swt. dalam Al-Quran keadaan tersebut akan kembali terjadi di Akhir Zaman ini secara meluas, firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ
لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا
نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا
الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ
الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ
اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ
لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu
bagi orang-orang yang beriman, bahwa
hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat kebenaran yang
telah turun kepada mereka, dan mereka
tidak menjadi seperti orang-orang yang
diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ --
maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ
مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka?
Ketahuilah, bahwasanya Allāh menghidupkan bumi
sesudah matinya. Sungguh Kami telah
menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57] :17-18).
Sesuai dengan Sunnatullah-Nya dalam QS.3:180 sebelum ini lalu Allah Swt. mengutus
Nabi
Besar Muhammad saw. menggenapi berbagai kabar gaib (nubuatan) yang dipercayai
oleh keempat golongan tersebut
mengenai kedatangan seorang Rasul Allah
yang mengemban amanat syariat terakhir
dan tersempurna yakni agama Islam (QS.5:4; Injil Yohanes 16:12-13).
Itulah
sebabnya mengenai kebenaran
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di
kalangan bangsa Arab jaliliyah
(QS.62:3; 2:125-130) dan juga mengenai “perpindahan
kiblat” tersebut telah diketahui
mereka dengan sangat baik, bagaikan mereka mengenal
anak-anak mereka sendiri, firman-Nya:
اَلَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡرِفُوۡنَہٗ کَمَا
یَعۡرِفُوۡنَ اَبۡنَآءَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ فَرِیۡقًا مِّنۡہُمۡ لَیَکۡتُمُوۡنَ
الۡحَقَّ وَ ہُمۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ؔ اَلۡحَقُّ
مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾٪
Orang-orang yang telah Kami beri kitab, mereka mengenalnya
sebagaimana mereka mengenal anak-anaknya, dan sesungguhnya segolongan dari mereka benar-benar menyembunyikan kebenaran padahal
mereka mengetahui. اَلۡحَقُّ مِنۡ
رَّبِّکَ فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ -- Kebenaran
ini dari Rabb (Tuhan) engkau, maka
janganlah engkau termasuk orang-orang
yang ragu. (Al-Baqarah [2]:147-148).
Kata ganti “nya” (atau dia)
dalam ayat اَلَّذِیۡنَ
اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡرِفُوۡنَہٗ -- “Orang-orang yang telah Kami beri kitab, mereka mengenalnya” dapat dianggap menunjuk kepada perubahan kiblat yang dikemukakan
ayat-ayat sebelumnya, atau kepada Nabi
Besar Muhammad saw. . Anak kalimat itu berarti bahwa para Ahlul
Kitab mengetahui atas dasar nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam Kitab-kitab suci mereka bahwa seorang nabi Allah akan muncul di tengah-tengah orang Arab yang akan mempunyai hubungan
istimewa dengan Ka’bah.
Ya’rifuna-hu
berasal dari ‘arafa yang berarti ia mengetahui
atau mengenal atau melihat sesuatu. Meskipun kata itu
dipakai pula mengenai ilmu yang
diperoleh melalui pancaindra jasmani,
kata itu terutama dipakai mengenai ilmu
yang diperoleh lewat renungan dan tafakur (Al-Mufradat).
Pembukaan Rahasia Gaib di Akhir Zaman
Sehubungan
dengan makna ayat وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ
لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ -- “Dan
Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki” (QS.3:180), kata-kata itu tidaklah berarti bahwa sebagian
rasul-rasul Allah adalah terpilih dan sebagian lagi tidak.
Kata-kata
itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan
Allah Swt. sebagai rasul-rasul-Nya,
Allah Swt. memilih yang paling sesuai
untuk zaman tertentu, di zaman rasul Allah itu dibangkitkan guna memberitahukan hal-hal gaib-Nya yang perlu dibukakan
(diberitahukan) pada zaman pengutusan
rasul Allah atau Khalifah Allah yang
kedatangannya dijanjikan tersebut
(QS.72:27-29; QS.2:31-35), termasuk di Akhir
Zaman ini sehingga keunggulan agama Islam atas semua
agama benar-benar akan terwujud sepenuhnya
(QS.61:10; QS.62:3-5), firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا
﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ
مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui
yang gaib, فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا -- maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ --
kecuali kepada Rasul yang Dia
ridhai, فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ
بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ
رَصَدًا
-- maka sesungguhnya barisan
pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ
اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ -- supaya Dia
mengetahui bahwa sungguh mereka
(rasul-rasul) telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا -- dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jinn
[72]:27-29).
Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya, ungkapan, “izhhar ‘ala
al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara
berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib
bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting. Ayat 27
merupakan ukuran yang tiada
tara bandingannya guna membedakan
antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia
gaib yang dibukakan kepada seorang rasul
Allah dengan rahasia-rahasia gaib
yang dibukakan kepada orang-orang beriman
yang bertakwa lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati
kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu yang
dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah,
karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi,
keadaannya aman dari pemutar-balikkan
atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat (QS.15:19;
QS.37:11), sedang rahasia-rahasia
yang dibukakan kepada orang-orang
bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah itu membawa tugas dari Allah Swt. yang harus dipenuhi dan mengemban Amanat
Ilahi yang harus disampaikan oleh mereka.
Makna Lain “Perpindahan Kiblat”
Di Akhir
Zaman ini, salah satu contoh rahasia
gaib yang dibukakan Allah Swt. di Akhir Zaman ini kepada Rasul Akhir Zaman -- Imam Mahdi a.s. dan juga Al-Masih
Mau’ud a.s. – adalah mengembalikan
berbagai pemahaman agama yang telah berpaling
dari “kiblat” pemahaman yang
sebenarnya, misalnya mengenai masalah Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s., yang menjadi permasalahan yang saling bertentangan di kalangan
para pengikut 3 agama besar di kalangan keturunan
Nabi Ibrahim a.s., yakni (1) Yahudi,
(2) Kristen, (3) Muslim.
Mengenai akan terjadi pergeseran “kiblat” dalam bidang pemahaman
dan pengamalan keagamaan di kalangan umat
Islam tersebut, hal itu telah dinubuatkan oleh Nabi Besar Muhammad
saw. mengenai akan terjadinya persamaan
antara umat Islam dengan kaum Yahudi dan Kristen seperti persamaan
sepasang sepatu.
Berikut ini
adalah terjemahan sabda (hadits) Nabi
Besar Muhammad saw. mengenai keadaan umat
Islam sepeninggal beliau saw. dan
para Khalifah Rasyidin – terutama
di masa kemunduran selama 1000 tahun (QS.32:6), setelah mengalami
masa kejayaan Islam yang pertama
selama 3 abad:
Abdullah ibnu Umar r.a.
berkata: "Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Pasti akan datang pada umatku sebagaimana yang telah terjadi
pada umat Bani Israil, seperti sepasang sepatu, hingga kalau umat Bani Israel berzina dengan
ibunya secara terang-terangan maka umatku
juga akan berbuat demikian. Ketahuilah bahwa umat Bani Israel akan pecah belah hingga 72 firqah dan umatku akan berpecah belah hingga 73 firqah. Kesemuanya akan menjadi bahan
api neraka terkecuali satu golongan”.
Sahabat-sahabat bertanya: “Golongan yang
manakah itu wahai Rasulullah?' Beliau menjawab dengan bersabda: “Yang mengamalkan apa yang aku dan
sahabat-sahabatku amalkan".........(Tirmidzi, Kitabul Iman).
Sehubungan
sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut,
berikut beberapa contoh pergeseran “kiblat” pemahaman keagamaan yang terjadi di kalangan umat Islam:
1. Al-Quran dengan jelas
mengatakan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah wafat (QS.3:56;
QS.5:117-119) tetapi menurut umumnya para pemuka umat Islam di Akhir Zaman ini beliau masih hidup di
langit dengan tubuh jasmaninya.
2. Al-Quran menyatakan bahwa
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah Rasul Allah hanya untuk Bani Israil
(QS.3:51-57; QS.61:7) tetapi menurut umumnya para pemuka umat Islam akan
diutus kembali menjadi Rasul Allah untuk umat Islam.
3. Al-Quran menyatakan bahwa Nabi
Isa Akhir Zaman adalah misal Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58), tetapi umumnya para pemuka Islam “keukeuh” (ngotot)
bahwa beliau adalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili.
4. Sebagaimana halnya kaum Yahudi telah mendustakan dan menolak
— bahkan berusaha membunuh Nabi Isa
Ibnu Maryam Israili a.s. melalui penyaliban (QS.4:148-149) –
demikian pula halnya ketika Allah Ta’ala mengutus misal Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. dari kalangan umat Islam
maka beliau pun mengalami perlakuan buruk yang sama seperti Nabi Isa Ibnu Maryan a.s. Israili (QS.43:58-60),
padahal Allah Ta’ala telah memerintahkan orang-orang beriman (umat
Islam) untuk menyambut seruan misal Isa Ibnu Maryam a.s. Israili tersebut, firman-Nya:
ۤیٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ
اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ
مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ
قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ
اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong
Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam berkata kepada hawariyyin (murid-muridnya):
“Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ
-- Hawariyyin berkata: “Kamilah
penolong-penolong Allah.” فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ
مِّنۡۢ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ -- Maka segolongan
dari Bani Israil beriman dan segolongan lainnya ingkar, فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ -- lalu Kami membantu
orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka maka mereka menjadi
orang-orang yang menang. (Al-Shaf [61]:15).
Beberapa Pemahaman Keliru Mengenai Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s.
Berikut
adalah beberapa pemahaman lainnya berkenaan dengan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. yang oleh
kaum Yahudi, kaum Kristen dan Umat Islam sama-sama dipercayai
akan datang lagi untuk mengunggulkan
agama mereka atas agama-agama lainnya
(QS.61:10):
(1) Menurut orang-orang
Yahudi bahwa sampai saat ini Al-Masih (Mesiah/Mesias)
belum datang, mereka menentang keras
pendakwaan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias)
yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dengan alasan:
(a) Nabi
Elia a.s. belum turun dari dari
langit sebagaimana diisyaratkan dalam Kitab Maleakhi 4:46. Walau pun
menurut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bahwa yang dimaksud dengan kedatangan Nabi Elia a.s. kedua kali dari langit adalah Nabi Yahya a.s. bin Zakaria a.s. atau Yahya
Pembaptis (Matius 11:12-15).
(b)
Untuk membuktikan kebenaran tuduhan
mereka terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias) palsu, mereka mengaku berhasil membunuh
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib
(QS.4:158-159), karena menurut Taurat barangsiapa yang matinya tergantung di tiang salib
merupakan kutuk baginya (Ulangan
21:23).
(2)
Menurut kepercayaan kaum Kristen bahwa walau pun benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus
Kristus) pernah mengalami kematian terkutuk di atas tiang salib -- lalu sesuai janji beliau bangkit dari kuburnya setelah 3 hari sesuai janjinya seperti halnya yang dialami Nabi Yunus a.s. (Matius
12 38-40) -- lalu setelah bertemu dengan murid-muridnya
dan santap malam bersama kemudian beliau
terangkat ke surga dan duduk di sebelah
kanan Tuhan (Markus 16:19).
Menurut kepercayaan Kristen, bahwa kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. (Yesus Kristus) di tiang salib tersebut adalah guna menebus “dosa warisan” pelanggaran Adam dan Hawa di surga,
dan guna membebaskan dari
keburukan yang ditimbulkan oleh
adanya hukum Taurat, sebab menurut Paulus
keberadaan hukum-hukum Taurat
menyebabkan manusia terjerumus
ke dalam dosa (Roma 3:19-26; Galatia
3:11-14).
Mereka pun mempercayai bahwa Yesus
Kristus atau “anak manusia” -- bukan “anak Tuhan” -- akan datang
lagi dari langit (Matius
24:29-26), sebagaimana kepercayaan sesat
kaum Yahudi mengenai kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s.
dari langit, yang terbukti
menjadi batu sandungan bagi mereka sehingga mereka bukan saja tidak beriman kepada pendakwaan
Nabi Isa Ibnu Maryam a..s., bahkan mereka berusaha membunuh beliau melalui penyaliban
(Matius
27:1-66).
(3)
Umumnya umat Islam mempercayai,
bahwa yang ditangkap dan disalibkan oleh para pemuka
kaum Yahudi bukan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. melainkan Yudas Iskariot, murid Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang telah mengkhianati beliau, yang oleh Allah Swt.
wajahnya telah diserupakan dengan wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sedangkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri telah diselamatkan Allah Swt. dengan cara diangkat hidup-hidup ke langit (QS.4:158-159), dan di Akhir Zaman ini beliau akan turun lagi dari langit menjadi rasul Allah di kalangan umat Islam.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12 Agustus
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar