Selasa, 02 September 2014

Pembelokan "Kiblat" Pemahaman Keagamaan di Kalangan Umat Islam






  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   307

   Pembelokan “Kiblat” Pemahaman Keagamaan  di Kalangan Umat Islam
    

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai makna ayat وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ  -- “Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki  (QS.3:180).
         Kata-kata itu tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul Allah adalah terpilih dan sebagian lagi tidak. Kata-kata itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan Allah Swt. sebagai rasul-rasul-Nya, Allah Swt.  memilih yang paling sesuai untuk zaman tertentu, di zaman rasul Allah itu dibangkitkan guna memberitahukan hal-hal gaib-Nya yang perlu dibukakan (diberitahukan) pada zaman pengutusan rasul Allah atau Khalifah Allah  yang kedatangannya dijanjikan tersebut (QS.72:27-29; QS.2:31-35), termasuk di Akhir Zaman ini  sehingga keunggulan agama Islam  atas semua agama benar-benar akan terwujud  sepenuhnya (QS.61:10; QS.62:3-5), firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾  لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾ 
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا  -- maka Dia tidak menzahirkan  rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ  --  kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai,  فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا  -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ -- supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka (rasul-rasul) telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا  --    dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jinn [72]:27-29).

Pembukaan Rahasia Gaib di Akhir Zaman & Empat Golongan Manusia

    Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.  Ayat 27    merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Allah dengan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang   beriman  yang bertakwa lainnya.
  Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati kehormatan serupa itu.
   Tambahan pula wahyu yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat (QS.15:19; QS.37:11), sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
 Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah  itu membawa tugas dari Allah Swt. yang harus dipenuhi dan mengemban Amanat Ilahi yang harus disampaikan oleh mereka.
   Perlu diketahui bahwa menjelang diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan bangsa Arab (QS.62:3), ketika itu   ada 4 kelompok besar umat  manusia, yang masing-masing mendakwakan sebagai “golongan yang benar,”   yaitu (1) Kaum Yahudi, (2) kaum Kristen; (3) kaum Majusi (bangsa Iran), dan (4) bangsa Arab jahiliyah.
         Menurut  Allah Swt.  pada zaman itu berbagai bentuk kerusakan   telah melanda seluruh segi kehidupan umat manusia   -- baik jasmani mau pun ruhani – telah mencapai puncaknya, firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya.  فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ   --  Katakanlah:  ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini.  کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ  -- Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” (Ar-Rūm [30]:42-43).
       Dalam ayat  ini kita diberi tahu, bahwa bila kegelapan menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang nabi Allah untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat keharibaan Majikan-nya.
      Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s.  di dalam aliran darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).
      Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu  Nabi Besar Muhammad saw.,  Guru umat manusia terbesar, muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4; Yohanes 16:12-13), sebab  syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan  --  teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan --menampakkan diri telah menjadi mapan.

Diketahui Bagaikan Mengenal “Anak-anak Mereka Sendiri

        Kata-kata “daratan dan lautan” dalam ayat  ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ  (Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan) dapat diartikan:
      (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi;
       (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau.
        Ayat ini berarti, bahwa menjelang diutusnya Nabi Besar Muhammad saw.  semua bangsa di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki. Dan menurut  Allah Swt. dalam Al-Quran  keadaan tersebut akan kembali terjadi di Akhir Zaman ini secara meluas, firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾   اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ   --  maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka   lalu   hati mereka menjadi keras,  وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ  -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?   Ketahuilah, bahwasanya  Allāh menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti.  (Al-Hadīd [57] :17-18). 
       Sesuai dengan Sunnatullah-Nya dalam QS.3:180 sebelum ini lalu Allah Swt. mengutus Nabi Besar Muhammad saw.  menggenapi berbagai kabar gaib (nubuatan) yang dipercayai oleh keempat golongan tersebut mengenai kedatangan seorang Rasul Allah yang mengemban amanat syariat terakhir dan tersempurna yakni agama Islam (QS.5:4; Injil Yohanes 16:12-13).
        Itulah sebabnya mengenai kebenaran pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan bangsa Arab jaliliyah (QS.62:3; 2:125-130) dan juga mengenai “perpindahan kiblat  tersebut   telah diketahui mereka dengan sangat baik, bagaikan mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, firman-Nya:
اَلَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡرِفُوۡنَہٗ کَمَا یَعۡرِفُوۡنَ اَبۡنَآءَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ فَرِیۡقًا مِّنۡہُمۡ لَیَکۡتُمُوۡنَ الۡحَقَّ وَ ہُمۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ؔ اَلۡحَقُّ  مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾٪
Orang-orang yang telah Kami beri kitab, mereka mengenalnya  sebagaimana mereka mengenal    anak-anaknya, dan sesungguhnya segolongan dari mereka benar-benar  menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui.  اَلۡحَقُّ  مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ  --   Kebenaran ini dari Rabb (Tuhan) engkau, maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah [2]:147-148).
        Kata ganti “nya” (atau dia) dalam ayat اَلَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡرِفُوۡنَہٗ   -- “Orang-orang yang telah Kami beri kitab, mereka mengenalnya   dapat dianggap menunjuk kepada perubahan kiblat yang dikemukakan ayat-ayat sebelumnya, atau kepada Nabi Besar Muhammad saw. . Anak kalimat itu berarti bahwa para Ahlul Kitab mengetahui atas dasar nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam Kitab-kitab suci mereka bahwa seorang nabi Allah  akan muncul di tengah-tengah orang Arab yang akan mempunyai hubungan istimewa dengan Ka’bah.
         Ya’rifuna-hu berasal dari ‘arafa yang berarti ia mengetahui atau mengenal atau melihat sesuatu. Meskipun kata itu dipakai pula mengenai ilmu yang diperoleh melalui pancaindra jasmani, kata itu terutama dipakai mengenai ilmu yang diperoleh lewat renungan dan tafakur (Al-Mufradat).

Pembukaan Rahasia Gaib di Akhir Zaman

       Sehubungan dengan   makna ayat وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ  -- “Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki  (QS.3:180),  kata-kata itu tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul Allah adalah terpilih dan sebagian lagi tidak.
        Kata-kata itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan Allah Swt. sebagai rasul-rasul-Nya, Allah Swt.  memilih yang paling sesuai untuk zaman tertentu, di zaman rasul Allah itu dibangkitkan guna memberitahukan hal-hal gaib-Nya  yang perlu dibukakan (diberitahukan) pada zaman pengutusan rasul Allah atau Khalifah Allah  yang kedatangannya dijanjikan tersebut (QS.72:27-29; QS.2:31-35), termasuk di Akhir Zaman ini  sehingga keunggulan agama Islam  atas semua agama benar-benar akan terwujud  sepenuhnya (QS.61:10; QS.62:3-5), firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾  لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾ 
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا  -- maka Dia tidak menzahirkan  rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ  --  kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai,  فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا  -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ --  supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka (rasul-rasul) telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا  --    dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jinn [72]:27-29).
     Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,  ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.  Ayat 27    merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Allah dengan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang   beriman  yang bertakwa lainnya.
  Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati kehormatan serupa itu.
   Tambahan pula wahyu yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat (QS.15:19; QS.37:11), sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
 Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah  itu membawa tugas dari Allah Swt. yang harus dipenuhi dan mengemban Amanat Ilahi yang harus disampaikan oleh mereka.

Makna Lain “Perpindahan Kiblat

   Di  Akhir Zaman ini, salah satu contoh rahasia gaib  yang dibukakan Allah Swt. di Akhir Zaman ini kepada Rasul Akhir Zaman   -- Imam Mahdi a.s. dan juga Al-Masih Mau’ud a.s.  – adalah  mengembalikan  berbagai  pemahaman agama yang telah berpaling dari “kiblat” pemahaman yang sebenarnya, misalnya mengenai masalah    Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yang menjadi  permasalahan  yang saling bertentangan  di kalangan para pengikut  3 agama besar di kalangan keturunan Nabi Ibrahim a.s., yakni (1) Yahudi, (2) Kristen, (3) Muslim.
   Mengenai akan terjadi pergeserankiblat” dalam bidang pemahaman dan pengamalan keagamaan di kalangan umat Islam tersebut, hal itu  telah dinubuatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. mengenai akan terjadinya persamaan antara umat Islam dengan kaum Yahudi dan Kristen    seperti persamaan sepasang sepatu.    
       Berikut ini adalah  terjemahan sabda (hadits) Nabi Besar Muhammad saw. mengenai keadaan umat Islam  sepeninggal beliau saw. dan para Khalifah Rasyidin    – terutama  di masa kemunduran selama 1000 tahun (QS.32:6), setelah mengalami masa kejayaan Islam yang pertama selama 3 abad: 
Abdullah ibnu Umar r.a. berkata: "Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Pasti akan datang pada umatku sebagaimana yang telah terjadi pada   umat  Bani Israil, seperti sepasang sepatu, hingga kalau umat Bani Israel berzina dengan ibunya secara terang-terangan maka umatku juga akan berbuat demikian. Ketahuilah bahwa umat Bani Israel akan pecah belah hingga 72 firqah dan umatku akan berpecah belah hingga 73 firqahKesemuanya akan menjadi bahan api neraka terkecuali satu golongan”. Sahabat-sahabat bertanya: “Golongan yang manakah itu wahai Rasulullah?' Beliau menjawab dengan bersabda:  “Yang  mengamalkan apa yang aku dan sahabat-sahabatku amalkan".........(Tirmidzi, Kitabul Iman).
      Sehubungan sabda Nabi Besar Muhammad saw.  tersebut, berikut beberapa contoh  pergeseran “kiblat” pemahaman keagamaan yang terjadi di kalangan umat Islam:
1.      Al-Quran dengan jelas mengatakan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah wafat (QS.3:56; QS.5:117-119) tetapi menurut umumnya  para pemuka umat Islam di Akhir Zaman ini beliau masih hidup di langit dengan tubuh jasmaninya.
2.      Al-Quran menyatakan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah Rasul Allah hanya untuk Bani Israil (QS.3:51-57; QS.61:7) tetapi menurut umumnya para pemuka umat Islam akan diutus kembali menjadi Rasul  Allah untuk   umat Islam.
3.      Al-Quran menyatakan bahwa Nabi Isa Akhir Zaman adalah misal Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), tetapi umumnya para pemuka  Islam “keukeuh” (ngotot)  bahwa beliau adalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili.
4.      Sebagaimana halnya kaum Yahudi telah mendustakan dan menolak  — bahkan berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. melalui penyaliban (QS.4:148-149) – demikian pula halnya ketika Allah Ta’ala mengutus  misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kalangan umat Islam maka beliau pun mengalami perlakuan buruk yang sama  seperti Nabi Isa Ibnu Maryan a.s. Israili (QS.43:58-60), padahal Allah Ta’ala telah memerintahkan orang-orang beriman (umat Islam) untuk menyambut seruan misal Isa Ibnu  Maryam a.s. Israili tersebut,  firman-Nya:
ۤیٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam berkata kepada hawariyyin (murid-muridnya): “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?”  قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ --   Hawariyyin berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.”  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ   -- Maka segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lainnya ingkar,  فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ  -- lalu Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka maka mereka menjadi orang-orang yang menang. (Al-Shaf [61]:15).

Beberapa Pemahaman Keliru Mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

        Berikut adalah beberapa   pemahaman lainnya berkenaan dengan Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s. yang oleh  kaum Yahudi, kaum Kristen dan Umat Islam sama-sama dipercayai akan datang lagi untuk mengunggulkan agama mereka atas agama-agama lainnya (QS.61:10):
    (1)  Menurut orang-orang Yahudi bahwa  sampai saat ini Al-Masih  (Mesiah/Mesias) belum datang, mereka menentang keras pendakwaan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih  (Mesiah/Mesias) yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dengan alasan:
(a) Nabi Elia a.s. belum turun dari dari langit sebagaimana diisyaratkan dalam Kitab Maleakhi 4:46. Walau pun menurut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bahwa yang dimaksud dengan kedatangan Nabi Elia a.s.  kedua kali dari langit adalah Nabi Yahya a.s. bin Zakaria  a.s. atau Yahya Pembaptis (Matius 11:12-15).
(b)  Untuk membuktikan kebenaran tuduhan mereka terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai  Al-Masih  (Mesiah/Mesias) palsu, mereka mengaku berhasil membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib (QS.4:158-159),  karena menurut Taurat barangsiapa yang matinya tergantung di tiang salib merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23).
 (2) Menurut kepercayaan kaum Kristen bahwa walau pun benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pernah mengalami kematian  terkutuk di atas tiang salib -- lalu sesuai janji beliau bangkit dari kuburnya setelah 3 hari   sesuai janjinya  seperti halnya yang dialami Nabi Yunus a.s. (Matius 12 38-40)     --  lalu setelah bertemu dengan murid-muridnya dan santap malam bersama  kemudian beliau terangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Tuhan (Markus 16:19).
 Menurut kepercayaan Kristen, bahwa kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) di tiang salib  tersebut adalah guna menebus  dosa warisan  pelanggaran Adam dan Hawa di surga, dan guna membebaskan dari keburukan  yang ditimbulkan oleh adanya   hukum Taurat, sebab menurut Paulus keberadaan hukum-hukum  Taurat   menyebabkan manusia terjerumus ke dalam dosa (Roma 3:19-26; Galatia 3:11-14).
    Mereka  pun mempercayai  bahwa Yesus Kristus atau “anak manusia    -- bukan “anak Tuhan  -- akan datang lagi dari langit (Matius 24:29-26), sebagaimana kepercayaan sesat kaum Yahudi mengenai kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. dari langit,   yang terbukti  menjadi batu sandungan  bagi mereka sehingga mereka  bukan saja tidak beriman kepada pendakwaan Nabi Isa Ibnu Maryam a..s., bahkan mereka berusaha membunuh beliau melalui penyaliban (Matius 27:1-66).
 (3) Umumnya umat Islam mempercayai,  bahwa yang ditangkap dan disalibkan oleh  para pemuka kaum Yahudi bukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  melainkan Yudas Iskariot, murid  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang telah mengkhianati beliau, yang oleh  Allah Swt.    wajahnya telah diserupakan dengan wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sedangkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri telah diselamatkan Allah Swt. dengan cara diangkat hidup-hidup ke langit (QS.4:158-159), dan di Akhir Zaman ini beliau akan turun lagi dari langit menjadi rasul Allah di kalangan umat Islam.

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***
Pajajaran Anyar,  12 Agustus     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar