Rabu, 10 September 2014

Makna Penggunaan Kata "Nazala" (Turun) oleh Nabi Besar Muhammad Saw. Berkenaan Pengutusan "Al-Masih Mau'ud a.s". atau "Mesio Darbahmi" di Akhir Zaman



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   313

   Makna Penggunaan Kata Nazala (Turun) oleh Nabi Besar Muhammad saw.  Berkenaan  Pengutusan Al-Masih Mau’ud a.s.  atau  Mesio Darbahmi” di Akhir Zaman

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai  beberapa ciri misi suci Saoshyant (Nabi Besar Muhammad Saw.)  dan para sahabatnya, sehubungan  dengan  ayat:     وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”  (Al-Jumu’ah ayat 4)   menunjuk kepada kedatangan kedua kali  Nabi Besar Muhammad   saw.  dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio Darbahmi.
      Berikut adalah beberapa ciri khas dari  Nabi Besar Muhammad saw. atau Saoshyant dan para pengikut sejati beliau saw. dalam nubuatan-nubuatan    Kitab suci orang-orang Majusitersebut:
1.     Para sahabat dari Saoshyant yang suci diajak untuk datang.
2.     Fikiran, semangat dan iman para sahabat tidak pernah bertambah tua atau mati.
3.  Pada kedatangannya secara spiritual bangsa-bangsa yang mati akan bangkit kembali.
4.     Para musuhnya akan jatuh. Usaha dan perangnya adalah untuk segala kejahatan.
5. Dia akan menjadi sumber mata air evolusi serta perkembangan dari bangsa-bangsa.
6.     Dia akan menjadi akhir dari para nabi. Di masanya dunia akan direnovasi.
7.     Dia akan menaklukkan dan memerintah setan.
8.     Dia akan menegakkan agama yang murni. Akan menyingkirkan kegelapan dari dunia.
9.     Cahayanya yang besar adalah busana ketulusan.
10. Para sahabat Saoshyant tidak akan disebut pelayan melainkan kawan-kawannya. Agamanya adalah jalan tertinggi kepada kebijaksanaan.
11. Mereka akan mengalunkan doa dengan pujian kepada Tuhan Yang-esa semata.
12. Fikiran mereka adalah fikiran yang baik, kata-katanya baik, dan amal perbuatannya juga baik. Kedudukan mereka akan maju menurut tatanan yang tulus.
13.   Dia yang suci akan segera tiba. Saoshyant adalah pemberi atau dermawan yang besar.
14.      Dan penyelamat dengan wahyu yang luhur.
15, Saoshyant itu seperti Engkau wahai Tuhan Mazda (dicelup dalam warna Tuhan).
16.Dia kelak adalah lelaki ideal yang akan mengusir rancangan para pendeta palsu.
17. Bagaimana saya akan melengkapi pujian kepadanya? Dia akan mengusir dari tanah ini para pemburu kesenangan yang bermabuk-mabukan.
18. Kami (bangsa Iran) mengundang Saoshyant yang dermawan, abadi, dan salih untuk menolong kami.
19.     Mereka yang paling tepat dan benar dalam pembicaraan mereka.
20.   Dia yang paling tekun, yang paling mulia dalam pemikirannya, yang paling agung dan perkasa.
21. Engkau (wahai Tuhan) yang dalam kekuasaan-Mu kuletakkan kesusahan dan keraguanku.
22.   Semoga kelak nabi yang Engkau simpan menemukan dan memperoleh haknya demi kebahagiaanku.
23. PemikirMu yang baik dan yang Kau anugerahi rahmat mukjizat, semoga Saoshyant-Mu (Muhammad) menyaksikan betapa hadiah ganjaran-Mu kelak bagi dirinya. Kapan, wahai Mazda! Datang lelaki dengan pemikiran sempurna?…Saya datang kepadamu, wahai engkau dermawan abadi, sebagai seorang pendeta yang memuji, dan mohon pertolongan, sebagai seorang pengingat, membacakan doamu, dan sebagai yang bersenandung demi pengorbanan dan kehormatanmu. Kehendak baikmu, dan doamu. Wahai, engkau Saoshyant yang suci (Muhammad dan para sahabatnya) dan demi salatmu yang tepat waktu,  demi rahmat dan pembebasan dosa darimu.Wahai engkau dermawan abadi, yang memerintah dengan benar dan yang mengungkap (semuanya) dengan benar!
24. Saya serahkan kepadamu daging jasadku ini sendiri, dan begitu pula semua rahmat kehidupanku.
25. Dalam Dasatir dikatakan: “Ketika kaum Zoroastrian meninggalkan agama mereka, seorang laki-laki akan muncul di Arabia, yang para pengikutnya akan menaklukkan Persia.”
26. Sebagai ganti menyembah api mereka akan menghadapkan wajahnya ke rumah Tuhan yang dibangun oleh Mahabad (Ibrahim) dalam doanya, yang akan dibersihkan dari semua berhala. Mereka (para pengikut Nabi itu) akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
27.  Mereka akan menjadi tuan dari Persia, Madain, Tus dan Balkh, tempat-tempat suci dari kaum Majusi.
28.  Nabi mereka kelak adalah seorang lelaki elok yang mengungkapkan perkara-perkara yang ajaib.
29.   Orang-orang bijak dari Iran dan lain-lain akan bergabung dengan mereka.

Kepercayaan Mengenai Imam Mahdi a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. yang berbeda-beda

         Jadi, dengan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio Darbahmi  dari kalangan umat Islam sendiri   -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai misal Nabi Isa Inu Maryam a.s. (QS.43:58)  --  maka “kiblat” pemahaman sesat mengenai masih hidupnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli di langit  dan akan turun lagi  dari sebagai  rasul Allah yang akan menjadi guru spiritual umat Islam telah dikembalikan kepada “kiblat” pemahaman yang sejati, karena  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli, selain sebagai rasul Allah untuk Bani Israil (QS.3:46-50; QS.61:7) juga beliau telah wafat sebagaimana halnya para rasul Allah yang lainnya telah wafat (QS.3:56 & 145;  QS.5:117-119; QS.21:35-36).
        Kepercayaan mengenai kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. di kalangan umat beragama – terutama di kalangan Bani Israil dan umat Islam   -- adalah suatu keniscayaan  yang kebenarannya tidak dapat dibantah. Namun demikian sudah merupakan Sunnatullah  bahwa  nubuatan  berkenaan dengan kedatangan rasul-rasul Allah yang dijanjikan (QS.7:35-37) tidak pernah dalam bentuk ungkapan yang  jelas, melainkan selalu  dalam ungkapan atau kata-kata yang  mengandung multi tafsir  yakni sering kali menggunakan kata-kata  (ungkapan) kiasan  dan  kata-kata  (ungkapan) yang mutasyabihat, sehingga dapat menggelincirkan orang-orang yang berhati bengkok, seperti yang dikemukakan Allah Swt.  mengenai Al-Quran,  firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ  الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ؃ وَ مَا یَعۡلَمُ  تَاۡوِیۡلَہٗۤ  اِلَّا اللّٰہُ  ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾  رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ﴿﴾
Dia-lah Yang menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran  kepada engkau, مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ  الۡکِتٰبِ  --   di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,  itulah pokok-pokok  Al-Kitab,  وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ  -- sedangkan  yang lain  ayat-ayat mutasyābihāt. فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ --  Adapun   orang-orang yang di dalam hatinya ada kebengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt  karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang salah, وَ مَا یَعۡلَمُ  تَاۡوِیۡلَہٗۤ  اِلَّا اللّٰہُ  ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِ --padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya   kecuali Allah,   dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata:  اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ --  “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Rabb (Tuhan) kami.”  وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ  -- Dan  tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal.    رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ  --   Ya (Rabb) Tuhan kami, janganlah Eng-kau menyimpangkan hati kami  setelah  Engkau  memberi kami petunjuk, dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Eng-kau benar-benar Maha Pemberi anugerah. (Ali  ‘Imran [3]:8-9).

Sabda-sabda Nabi Besar Muhammad saw. Berkenaan dengan Al-Masih Mau’ud a.s.

     Sehubungan dengan nubuatan  Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kedatangan    Al-Masih Mau’ud a.s.   dalam hadits banyak sekali ragamnya, sehingga  di kalangan umat Islam timbul berbagai macam penafsiran atau kepercayaan  yang  berbeda serta keliru mengenai wujud  Rasul Akhir Zaman tersebut.
          Contohnya mengenai kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s.  di Akhir Zaman,   Nabi Besar Muhammad saw. menyebutnya sebagai kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., padahal yang sebenarnya adalah misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), sebagaimana dalam Taurat kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. dikatakan sebagai kedatangan “nabi yang seperti Musa” (Ulangan 18-18), demikian juga sebutan   misal  Nabi Musa a.s.  (nabi yang seperti Musa) tersebut dicantumkan lagi  dalam Al-Quran (QS.11:18; QS.46:11; QS.73:16-17; QS.26:193-198).
        Demikian pula dalam Kitab Maleakhi  terdapat nubuatan mengenai kedatangan Nabi Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis), yang akan mendahului kedatangan Mesias (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  tetapi  dalam nubuatan tersebut  dikatakan sebagai kedatangan kedua kali  Nabi Elia a.s.   dari langit (Maleakhi 4:4-6).
        Nubuatan  yang mutasyabihat tersebut dimengerti maknanya oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Matius    11:11-15), tetapi telah diartikan secara harfiyah atau telah disalahtafsirkan oleh para pemuka agama Yahudi,  sehingga mereka tetap mendustakan dan menentang Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., bahkan berusaha membunuh beliau melalui penyaliban (QS4:148-159).
         Berikut adalah  nubuatan-nubuatan Nabi  Besar Muhammad saw. mengenai kedatangan  Al-Masih Mau’ud a.s.  dan Imam Mahdi a.s. di Akhir Zaman dalam warna mutasyābihāt, yakni beliau saw. menggunakan kata nazala (turun) berkenaan kedatangan   kedua kali Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s. atau kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.4358):
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  Kayfa antum idzā nazala- bnu maryama fīkum, wa imamukum minkum    --  “Bagaimana keadaan kalian apabila Isa putera Maryam turun di kalangan    kalian dan menjadi  imam  kalian dari   kalian?”  (HR. Muslim no. 155).
         Dalam hadits tersebut penggunaan kata nazala (turun) sama sekali tidak ada hubungannya dengan langit  -- yang secara sengaja telah disalah-tafsirkan  --  demikian pula penggunaan kata nazala  (turun) dalam hadits-hadits lainnya berkenaan kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.. 
Rasulullah saw. bersabda: “Demi yang berada ditangannya, sungguh ‘Isa Ibn Maryam hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin yang adil, maka ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menolak upeti, melimpahkan harta sehingga tidak seorang pun yang mau menerima pemberian,  dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’i dan Ibn Majah dari Abi Hurairah).
Kemudian dalam hadits lain Rasulullah saw. bersabda:
“Ketika ia (dajjal) berbuat seperti itu, maka Allah pun mengutus ‘Isa Ibn Maryam. Ia akan turun di menara putih yang terletak di Timur Damsyik dengan memakai dua pakaian kuning yang dicelup dengan wangi-wangian, sambil meletakkan dua telapak tangannya di atas sayap-sayap dua malaikat, apabila ia mengangguk-anggukkan kepalanya, maka jatuhlah tetesan air dan apabila ia mengangkat kepalanya maka jatuhlah darinya butir-butir seperti mutiara.” (Sebagian dari teks hadist riwayat Muslim pada kitab Al Fitan dari an Nawwas bin Sam’an).
Dalam Hadist lainnya lagi Rasulullah saw. bersabda:
Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada seorang nabi pun antara aku dengan ‘Isa dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun, apabila kamu telah melihatnya, maka ketahuilah: bahwa ia adalah seorang laki-laki yang berpostur tubuh sedang (tidak tinggi dan tidak pendek), berkulit putih kemerah-merahan, dia akan turun dengan memakai dua helai kain  yang berwarna    kuning, kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah.” (Hadist shahih riwayat Abu Dawud dari Abi Hurairah. Dalam kitab Ash Shahihah Al Albaani, nomor 2182).
        Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
“(Saat aku diisra’kan), aku melihat ‘Isa dan Musa serta Ibrahim ‘alahimis salam. Adapun ‘Isa, dia adalah laki-laki yang kulitnya kemerahan, tegap dan dadanya bidang sedangkan Musa adalah orang yang kurus (tinggi) seperti kebanyakan laki-laki dari Sudan (Afrika)“. (HR. Bukhari no. 3438).
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada nabi   antara masaku dan ‘Isa. Sungguh, kelak ia akan turun, jika kalian melihatnya maka kenalilah. Ia adalah seorang laki-laki yang sedang (tidak tinggi dan tidak terlalu pendek), berkulit merah keputih-putihan, beliau memakai di antara dua kain berwarna sedikit kuning. Seakan rambut kepala beliau menetes meski tidak basah. Beliau akan memerangi manusia hingga mereka masuk ke dalam Islam, beliau akan menghancurkan salib, membunuh babi dan menghapus jizyah (upeti). Pada masa beliau, Allah akan membinasakan semua agama selain Islam, Isa akan membunuh Dajjal, dan beliau akan tinggal di muka bumi selama empat puluh tahun. Setelah itu ia meninggal dan kaum Muslimin menshalatinya.” (HR. Abu Daud no. 4324 dan Ahmad 2/437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
 Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ditampakkan kepadaku para nabi, ternyata Musa adalah salah satu jenis laki-laki seperti laki-laki bani Syanu’ah. Aku melihat Isa bin Maryam ‘alaihis salam, ternyata beliau mirip dengan orang yang telah aku lihat memiliki kemiripan dengannya, yaitu ‘Urwah bin Mas’ud. Aku pun melihat Ibrahim ‘alaihis salam, ternyata dia mirip dengan orang yang aku lihat memiliki kemiripan dengannya, yaitu sahabat kalian (maksudnya beliau sendiri). Dan aku melihat Jibril Alaihissalam, ternyata dia mirip dengan orang yang pernah aku lihat memiliki kemiripan dengannya, yaitu Dihyah.”  (HR. Muslim no. 167).

Makna Penggunaan Kata Nazala (Turun)  dalam Al-Quran

       Dari  berbagai gambaran   berbeda yang diterangkan Nabi Besar Muhammad saw. mengenai ciri-ciri fisik (jasmani)   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., dapat disimpulkan bahwa  Al-Masih Mau’ud a.s. yang akan datang di Akhir Zaman dari kalangan umat Islam, bukanlah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili  yang  dijumpai oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam peristiwa mi’raj   di langit kedua bersama dengan Nabi Yahya a.s., yang   telah wafat,   seperti juga para Rasul Allah lainnya yang dijumpai  Nabi Besar Muhammad saw. pada  berbagai tingkatan langit lainnya yang lebih tinggi, yakni  Nabi Harun a.s., Nabi Musa a.s., dan Nabi Ibrahim a.s., yang kesemuanya telah wafat. Karena itu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang telah wafat tersebut (QS.3:56 & 145; QS.5:117-119; QS.21:35-36) tidak mungkin datang lagi dari langit  dengan tubuh jasmaninya.
        Di dalam Al-Quran pun penggunaan kata anzala atau nazala  tidak mutlak harus di artikan turun  dari langit  atau turun dari suatu ketinggian, tetapi  mengisyaratkan kepada sangat pentingnya  dan sangat bermanfaatnya  obyek yang kedatangannya (keberadaannya) menggunakan kata nazala atau anzala  (turun), contohnya Al-Quran (QS.4:106; QS.97:2) besi (QS.57:26); pakaian (QS.7:27), manna dan salwa (QS.2:58); binatang ternak (QS.39:7).
        Ada pun salah satu maksud penggunaan    kata nazala  (turun) oleh Nabi Besar Muhammad  saw. berkenaan Al-Masih Mau’ud a.s.  atau misal Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) di Akhir Zaman  adalah sehubungan dengan  pengambilan kembali  ruh  Al-Quran  (QS.17:86-88; QS.32:6) atau keimanan  umat Islam yang telah “terbang” ke bintang Tsurayya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. ketika menjawab pertanyaan Abu Hurairah r.a.  mengenai makna ayat  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”  (Al-Jumu’ah ayat 4)   menunjuk kepada kedatangan kedua kali  Nabi Besar Muhammad   saw.  dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio Darbahmi, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata;  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62:3-4).
  Ayat 3 menjelaskan bahwa pada hakikatnya tidak ada Pembaharu dapat benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya), suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu,  kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain.
      Didikan yang  Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para pengikut beliau  saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan filsafat ajaran beliau saw. me-imbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini:  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ  -- “yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

Kedatangan Laki-laki dari Farsi (Iran) sebagai Mesio Darbahmi  (Al-Masih Mau’ud a.s.)

    Ayat  selanjutnya:     وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”    Ajaran Nabi Besar Muhammad saw.  ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka   --  yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw.  dibangkitkan  --  melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga (QS.7:159; QS.21:108-109;  QS.25:2; QS.34:29), dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada keturunan demi keturunan manusia yang akan datang hingga Hari Kiamat.
     Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa  Nabi Besar Muhammad saw. akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan beliau saw.  untuk kedua kali dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio Darbahmi    di Akhir Zaman.  
        Abu Hurairah r.a.  berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw.   ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ  --  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?”
         Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.  Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu,  Rasulullah saw.  sambil   meletakkan tangan beliau saw. pada Salman al-Farsi   bersabda:
 Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki atau beberapa orang laki-laki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari,  Tafsir  Surah Al-Jumu’ah).
    Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi (bangsa Iran).   Al-Masih Mau’ud a.s. , pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi.
   Hadits Nabi Besar Muhammad  saw.  lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. pada saat ketika tidak ada yang tertinggal  dari Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu  jiwa (ruh) ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi). Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut sesuai dengan  firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung (As-Sajdah [32]:6).
Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya.
   Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat). Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan yang tiada henti-hentinya.
       Peristiwa kemunduran dan kemerosotan  yang dialami umat Islam  tersebut berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ   -- “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.”
        Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,  dalam hadits lain  mengenai Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4, Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan pernah bersabda bahwa iman akan terbang ke Bintang Tsuraya dan seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir).
         Dengan kedatangan       Masih Mau’ud  a.s. atau Mesio Darbahmi   --  yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah -- dalam abad ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan tersebut telah terhenti dan kebangkitan Islam yang kedua kali di Aklhir Zaman kembali mulai berlaku, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿۹﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
     Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk  Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  20 Agustus     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar