بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 313
Makna Penggunaan Kata Nazala (Turun) oleh Nabi Besar Muhammad
saw. Berkenaan Pengutusan Al-Masih Mau’ud a.s. atau “Mesio
Darbahmi” di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan
mengenai beberapa ciri misi suci Saoshyant (Nabi Besar Muhammad
Saw.) dan para sahabatnya, sehubungan
dengan ayat: وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- dan
juga akan membangkitkannya pada kaum
lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Jumu’ah
ayat 4) menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi
Besar Muhammad saw. dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio
Darbahmi.
Berikut
adalah beberapa ciri khas dari Nabi
Besar Muhammad saw. atau Saoshyant dan para pengikut sejati beliau saw. dalam nubuatan-nubuatan Kitab suci orang-orang Majusitersebut:
1. Para sahabat dari Saoshyant yang suci diajak untuk datang.
2. Fikiran, semangat dan iman
para sahabat tidak pernah bertambah
tua atau mati.
3. Pada kedatangannya secara
spiritual bangsa-bangsa yang mati
akan bangkit kembali.
4. Para musuhnya akan jatuh.
Usaha dan perangnya adalah untuk segala kejahatan.
5. Dia akan menjadi sumber mata air evolusi serta
perkembangan dari bangsa-bangsa.
6. Dia akan menjadi akhir dari para nabi. Di masanya dunia akan direnovasi.
7. Dia akan menaklukkan dan
memerintah setan.
8. Dia akan menegakkan agama yang murni. Akan menyingkirkan kegelapan dari dunia.
9. Cahayanya yang besar adalah busana ketulusan.
10. Para sahabat Saoshyant
tidak akan disebut pelayan melainkan kawan-kawannya. Agamanya adalah jalan tertinggi kepada kebijaksanaan.
11. Mereka akan mengalunkan doa dengan pujian kepada Tuhan Yang-esa semata.
12. Fikiran mereka
adalah fikiran yang baik, kata-katanya baik, dan amal perbuatannya juga baik. Kedudukan
mereka akan maju menurut tatanan yang tulus.
13. Dia yang suci akan
segera tiba. Saoshyant adalah pemberi
atau dermawan yang besar.
14. Dan penyelamat dengan wahyu yang luhur.
15, Saoshyant
itu seperti Engkau wahai Tuhan Mazda (dicelup dalam warna
Tuhan).
16.Dia kelak adalah lelaki ideal yang akan mengusir rancangan para pendeta palsu.
17. Bagaimana saya
akan melengkapi pujian kepadanya? Dia
akan mengusir dari tanah ini para pemburu
kesenangan yang bermabuk-mabukan.
18. Kami (bangsa Iran) mengundang Saoshyant yang dermawan,
abadi, dan salih untuk menolong kami.
19. Mereka yang paling
tepat dan benar dalam pembicaraan mereka.
20. Dia yang paling
tekun, yang paling mulia dalam pemikirannya, yang paling agung dan perkasa.
21. Engkau (wahai
Tuhan) yang dalam kekuasaan-Mu kuletakkan kesusahan dan keraguanku.
22. Semoga kelak nabi
yang Engkau simpan menemukan dan memperoleh haknya demi kebahagiaanku.
23. PemikirMu yang
baik dan yang Kau anugerahi rahmat mukjizat, semoga Saoshyant-Mu (Muhammad)
menyaksikan betapa hadiah ganjaran-Mu
kelak bagi dirinya. Kapan, wahai Mazda!
Datang lelaki dengan pemikiran sempurna?…Saya datang kepadamu, wahai engkau dermawan abadi, sebagai seorang pendeta yang memuji, dan mohon pertolongan, sebagai
seorang pengingat, membacakan doamu,
dan sebagai yang bersenandung demi pengorbanan dan kehormatanmu. Kehendak
baikmu, dan doamu. Wahai, engkau Saoshyant yang suci (Muhammad dan para sahabatnya) dan demi salatmu yang tepat waktu,
demi rahmat dan pembebasan dosa darimu.Wahai engkau dermawan abadi, yang memerintah dengan benar dan yang mengungkap
(semuanya) dengan benar!
24.
Saya serahkan
kepadamu daging jasadku ini sendiri, dan begitu pula semua rahmat kehidupanku.
25.
Dalam Dasatir dikatakan: “Ketika kaum Zoroastrian meninggalkan agama mereka, seorang laki-laki akan
muncul di Arabia, yang para
pengikutnya akan menaklukkan Persia.”
26. Sebagai ganti menyembah api mereka akan menghadapkan
wajahnya ke rumah Tuhan yang dibangun
oleh Mahabad (Ibrahim) dalam doanya,
yang akan dibersihkan dari semua berhala.
Mereka (para pengikut Nabi itu) akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
27. Mereka akan
menjadi tuan dari Persia,
Madain, Tus dan Balkh, tempat-tempat suci dari kaum Majusi.
28. Nabi mereka kelak adalah seorang lelaki elok yang mengungkapkan perkara-perkara yang ajaib.
29.
Orang-orang
bijak dari Iran dan lain-lain akan bergabung
dengan mereka.
Kepercayaan Mengenai Imam Mahdi a.s. atau Al-Masih Mau’ud
a.s. yang berbeda-beda
Jadi,
dengan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio Darbahmi dari kalangan umat Islam sendiri -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.
sebagai misal Nabi Isa Inu Maryam a.s. (QS.43:58) --
maka “kiblat” pemahaman sesat
mengenai masih hidupnya Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. Israli di langit dan akan
turun lagi dari sebagai rasul
Allah yang akan menjadi guru spiritual
umat Islam telah dikembalikan kepada “kiblat” pemahaman
yang sejati, karena Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. Israli, selain sebagai rasul Allah untuk Bani Israil (QS.3:46-50; QS.61:7) juga beliau telah wafat sebagaimana halnya para rasul Allah yang lainnya telah wafat
(QS.3:56 & 145; QS.5:117-119;
QS.21:35-36).
Kepercayaan mengenai kedatangan
Al-Masih Mau’ud a.s. di kalangan umat
beragama – terutama di kalangan Bani
Israil dan umat Islam -- adalah suatu keniscayaan yang kebenarannya tidak dapat dibantah. Namun
demikian sudah merupakan Sunnatullah bahwa nubuatan berkenaan dengan kedatangan rasul-rasul Allah yang dijanjikan
(QS.7:35-37) tidak pernah dalam bentuk ungkapan
yang jelas, melainkan selalu dalam ungkapan atau kata-kata yang mengandung multi
tafsir yakni sering kali menggunakan
kata-kata (ungkapan) kiasan dan kata-kata
(ungkapan) yang mutasyabihat,
sehingga dapat menggelincirkan orang-orang
yang berhati bengkok, seperti yang
dikemukakan Allah Swt. mengenai Al-Quran, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ
اُمُّ الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ
فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ
مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ
اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ
الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
﴿﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ
رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ﴿﴾
Dia-lah Yang
menurunkan Al-Kitab yakni
Al-Quran kepada engkau, مِنۡہُ اٰیٰتٌ
مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ الۡکِتٰبِ -- di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok
Al-Kitab, وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ -- sedangkan yang
lain ayat-ayat mutasyābihāt. فَاَمَّا الَّذِیۡنَ
فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ
الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ -- Adapun
orang-orang yang di dalam hatinya
ada kebengkokan maka mereka mengikuti
darinya apa yang mutasyābihāt karena
ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang salah,
وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ
یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِ --padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ -- “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari
sisi Rabb (Tuhan) kami.” وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ -- Dan tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang
yang mempergunakan akal. رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا
بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا
مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ -- Ya
(Rabb) Tuhan kami, janganlah Eng-kau
menyimpangkan hati kami setelah Engkau
memberi kami petunjuk, dan
anugerahilah kami rahmat dari sisi
Engkau, sesungguhnya Eng-kau
benar-benar Maha Pemberi anugerah. (Ali ‘Imran [3]:8-9).
Sabda-sabda Nabi Besar Muhammad
saw. Berkenaan dengan Al-Masih Mau’ud
a.s.
Sehubungan dengan nubuatan Nabi Besar Muhammad
saw. mengenai kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. dalam hadits banyak sekali ragamnya,
sehingga di kalangan umat Islam timbul
berbagai macam penafsiran atau kepercayaan yang
berbeda serta keliru mengenai wujud
Rasul
Akhir Zaman tersebut.
Contohnya mengenai kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir
Zaman, Nabi Besar Muhammad saw.
menyebutnya sebagai kedatangan kedua kali Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s., padahal yang sebenarnya adalah misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), sebagaimana dalam Taurat kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. dikatakan sebagai kedatangan “nabi yang seperti Musa” (Ulangan
18-18), demikian juga sebutan misal Nabi Musa a.s. (nabi yang seperti Musa) tersebut dicantumkan
lagi dalam Al-Quran (QS.11:18; QS.46:11;
QS.73:16-17; QS.26:193-198).
Demikian pula dalam Kitab Maleakhi terdapat nubuatan
mengenai kedatangan Nabi Yahya a.s.
(Yohanes Pembaptis), yang akan mendahului kedatangan Mesias (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
tetapi dalam nubuatan tersebut dikatakan
sebagai kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. dari langit (Maleakhi 4:4-6).
Nubuatan yang mutasyabihat
tersebut dimengerti maknanya oleh
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Matius 11:11-15), tetapi telah diartikan secara harfiyah atau telah disalahtafsirkan
oleh para pemuka agama Yahudi, sehingga mereka tetap mendustakan dan menentang
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., bahkan berusaha membunuh
beliau melalui penyaliban
(QS4:148-159).
Berikut adalah nubuatan-nubuatan
Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. dan Imam Mahdi a.s. di Akhir Zaman dalam warna mutasyābihāt, yakni beliau saw.
menggunakan kata nazala (turun)
berkenaan kedatangan kedua kali Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. atau kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.4358):
Dari Abu
Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Kayfa antum idzā nazala- bnu maryama fīkum,
wa imamukum minkum -- “Bagaimana keadaan kalian apabila Isa putera
Maryam turun di kalangan kalian dan menjadi imam kalian dari
kalian?” (HR. Muslim no. 155).
Dalam
hadits tersebut penggunaan kata nazala
(turun) sama sekali tidak ada hubungannya
dengan langit -- yang secara sengaja telah disalah-tafsirkan -- demikian pula penggunaan kata nazala (turun) dalam hadits-hadits lainnya berkenaan kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s..
Rasulullah saw. bersabda: “Demi yang berada ditangannya, sungguh ‘Isa Ibn Maryam hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin
yang adil, maka ia akan
menghancurkan salib, membunuh babi,
menolak upeti, melimpahkan harta sehingga tidak
seorang pun yang mau menerima pemberian, dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (Hadis Riwayat Bukhari,
Muslim,
Ahmad,
Nasa’i dan Ibn Majah
dari Abi Hurairah).
Kemudian dalam hadits lain Rasulullah
saw. bersabda:
“Ketika ia (dajjal) berbuat seperti itu, maka Allah
pun mengutus ‘Isa Ibn Maryam. Ia
akan turun di menara putih yang terletak di Timur
Damsyik dengan memakai dua pakaian
kuning yang dicelup dengan wangi-wangian, sambil meletakkan dua telapak
tangannya di atas sayap-sayap dua
malaikat, apabila ia mengangguk-anggukkan kepalanya, maka jatuhlah tetesan air dan apabila ia mengangkat
kepalanya maka jatuhlah darinya
butir-butir seperti mutiara.” (Sebagian dari teks hadist riwayat Muslim pada kitab Al Fitan dari
an Nawwas bin Sam’an).
Dalam Hadist
lainnya lagi Rasulullah saw. bersabda:
Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada seorang nabi pun antara aku dengan ‘Isa
dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun,
apabila kamu telah melihatnya, maka ketahuilah: bahwa ia adalah seorang laki-laki yang berpostur tubuh sedang (tidak tinggi dan tidak pendek), berkulit putih kemerah-merahan, dia
akan turun dengan memakai dua helai kain yang berwarna
kuning,
kepalanya seakan-akan meneteskan air
walaupun ia tidak basah.” (Hadist
shahih riwayat Abu Dawud dari
Abi Hurairah. Dalam kitab Ash
Shahihah Al Albaani, nomor 2182).
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“(Saat aku diisra’kan), aku melihat ‘Isa dan Musa serta Ibrahim ‘alahimis salam. Adapun ‘Isa, dia adalah laki-laki yang kulitnya kemerahan, tegap dan dadanya bidang sedangkan
Musa adalah orang yang kurus (tinggi) seperti kebanyakan laki-laki
dari Sudan (Afrika)“. (HR. Bukhari
no. 3438).
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada nabi antara
masaku dan ‘Isa. Sungguh, kelak ia
akan turun, jika kalian melihatnya
maka kenalilah. Ia adalah seorang laki-laki yang sedang (tidak
tinggi dan tidak terlalu pendek), berkulit
merah keputih-putihan, beliau memakai di antara dua kain berwarna sedikit kuning. Seakan rambut kepala beliau
menetes meski tidak basah. Beliau akan memerangi manusia hingga mereka masuk ke
dalam Islam, beliau akan menghancurkan salib, membunuh babi dan menghapus jizyah (upeti). Pada masa beliau, Allah akan membinasakan semua agama selain Islam, Isa akan membunuh Dajjal, dan beliau akan
tinggal di muka bumi selama empat puluh
tahun. Setelah itu ia meninggal dan
kaum Muslimin menshalatinya.” (HR.
Abu Daud
no. 4324 dan Ahmad
2/437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ditampakkan kepadaku para nabi, ternyata Musa adalah salah satu jenis laki-laki seperti laki-laki bani Syanu’ah.
Aku melihat Isa bin Maryam ‘alaihis
salam, ternyata beliau mirip dengan
orang yang telah aku lihat memiliki kemiripan dengannya, yaitu ‘Urwah bin Mas’ud. Aku pun melihat Ibrahim ‘alaihis salam, ternyata dia mirip dengan orang yang aku lihat
memiliki kemiripan dengannya, yaitu sahabat
kalian (maksudnya beliau sendiri). Dan aku melihat Jibril Alaihissalam, ternyata dia mirip dengan orang yang pernah aku lihat memiliki kemiripan dengannya,
yaitu Dihyah.” (HR.
Muslim
no. 167).
Makna Penggunaan Kata Nazala (Turun) dalam Al-Quran
Dari berbagai gambaran berbeda yang diterangkan Nabi Besar
Muhammad saw. mengenai ciri-ciri fisik
(jasmani) Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s., dapat disimpulkan bahwa
Al-Masih Mau’ud a.s. yang akan
datang di Akhir Zaman dari kalangan umat Islam, bukanlah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili yang dijumpai
oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam peristiwa mi’raj di langit
kedua bersama dengan Nabi Yahya a.s.,
yang telah wafat,
seperti juga para Rasul Allah lainnya yang dijumpai Nabi Besar Muhammad saw. pada berbagai tingkatan
langit lainnya yang lebih tinggi, yakni Nabi Harun a.s., Nabi Musa a.s., dan Nabi
Ibrahim a.s., yang kesemuanya telah wafat.
Karena itu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang telah wafat tersebut (QS.3:56 & 145; QS.5:117-119; QS.21:35-36) tidak
mungkin datang lagi dari langit dengan tubuh
jasmaninya.
Di dalam Al-Quran pun penggunaan kata anzala atau nazala tidak mutlak harus di
artikan turun dari langit
atau turun dari suatu ketinggian,
tetapi mengisyaratkan kepada sangat pentingnya dan sangat bermanfaatnya
obyek
yang kedatangannya (keberadaannya) menggunakan kata nazala atau anzala (turun), contohnya Al-Quran (QS.4:106; QS.97:2) besi
(QS.57:26); pakaian (QS.7:27), manna
dan salwa (QS.2:58); binatang ternak (QS.39:7).
Ada
pun salah satu maksud penggunaan kata nazala (turun) oleh Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) di Akhir Zaman adalah sehubungan dengan pengambilan
kembali ruh Al-Quran (QS.17:86-88; QS.32:6)
atau keimanan umat
Islam yang telah “terbang” ke bintang
Tsurayya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. ketika
menjawab pertanyaan Abu Hurairah r.a. mengenai makna ayat وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan
Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
(Al-Jumu’ah ayat 4)
menunjuk kepada kedatangan kedua
kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. atau Mesio
Darbahmi, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ
بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan
di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata; وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا
یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan
Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62:3-4).
Ayat 3 menjelaskan bahwa pada
hakikatnya tidak ada Pembaharu dapat
benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya), suatu jemaat yang
pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa,
yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya
serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas
ajarannya itu, kemudian mengirimkan
pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan
ajaran itu kepada bangsa lain.
Didikan yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para
pengikut beliau saw. memperluas dan
mempertajam kecerdasan mereka, dan
filsafat ajaran beliau saw. me-imbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau menciptakan di dalam diri
mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar
agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini:
یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- “yang
membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata.”
Kedatangan Laki-laki dari Farsi (Iran) sebagai Mesio Darbahmi (Al-Masih
Mau’ud a.s.)
Ayat selanjutnya:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- dan
juga akan membangkitkannya pada kaum
lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
Ajaran Nabi Besar Muhammad saw. ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw. dibangkitkan
-- melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga
(QS.7:159; QS.21:108-109; QS.25:2;
QS.34:29), dan bukan hanya kepada orang-orang
sezaman beliau saw., melainkan juga kepada keturunan demi keturunan
manusia yang akan datang hingga Hari
Kiamat.
Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw. akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam
para pengikut semasa hidup beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur,
tertuju kepada pengutusan beliau saw.
untuk kedua kali dalam wujud Al-Masih
Mau’ud a.s. atau Mesio Darbahmi di Akhir
Zaman.
Abu Hurairah r.a. berkata: “Pada suatu hari kami sedang
duduk-duduk bersama Rasulullah saw. ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan
oleh kata-kata وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ -- Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum
lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?”
Salman al-Farsi (Salman asal Parsi)
sedang duduk di antara kami. Setelah
saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. sambil meletakkan tangan beliau saw. pada Salman al-Farsi bersabda:
“Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki atau beberapa orang laki-laki dari mereka
ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari,
Tafsir Surah Al-Jumu’ah).
Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini
menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi (bangsa Iran). Al-Masih
Mau’ud a.s. , pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari
keturunan Parsi.
Hadits Nabi Besar
Muhammad saw. lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih
Mau’ud
a.s. pada saat ketika tidak ada yang tertinggal dari Al-Quran
kecuali kata-katanya, dan tidak ada
yang tertinggal di dalam Islam selain
namanya, yaitu jiwa
(ruh) ajaran Islam yang sejati akan
lenyap (Baihaqi). Sabda Nabi
Besar Muhammad saw. tersebut sesuai dengan
firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ
اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia
mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah
itu akan naik kepada-Nya dalam satu
hari, yang hitungan lamanya seribu
tahun dari apa yang kamu hitung (As-Sajdah [32]:6).
Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan
akan menimpa Islam dalam
perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya.
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan
pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup,
kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari,
Kitab-usy-Syahadat). Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan
dan kemenangan yang tiada
henti-hentinya.
Peristiwa kemunduran dan kemerosotan yang dialami umat Islam tersebut berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah
diisyaratkan dengan kata-kata: ثُمَّ یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ
فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ -- “Kemudian perintah itu akan naik
kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.”
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam hadits lain mengenai Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4, Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda bahwa iman akan terbang ke Bintang Tsuraya dan
seseorang dari keturunan Parsi akan
mengembalikannya ke bumi (Bukhari,
Kitab-ut-Tafsir).
Dengan
kedatangan Masih Mau’ud
a.s. atau Mesio
Darbahmi -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat
Muslim Ahmadiyah -- dalam abad
ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan tersebut
telah terhenti dan kebangkitan Islam yang
kedua kali di Aklhir Zaman kembali mulai
berlaku, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿۹﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Kebanyakan ahli
tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih
Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 20 Agustus
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar