بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
309
”Taqlid Buta” kepada Para Pemuka Agama dan Hubungannya dengan Perpecahan Umat Beragama
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan
mengenai dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang Yahudi
mengenai dugaan wafat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau
pertama-tama dibunuh, kemudian badan
beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya
berpendapat bahwa beliau dibunuh
dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama
tercermin dalam Kisah Rasul-rasul
5:50, kita baca: "Yang sudah
kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
Al-Quran
membantah kedua pendapat ini dengan mengatakan: وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا
صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ --
"mereka tidak membunuhnya,
dan tidak pula mematikannya di atas salib, akan ia disamarkan kepada mereka"
(QS.4:158). Pertama Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam bentuk apapun, dan selanjutnya
menyangkal cara pembunuhan yang khas
dengan jalan menggantungkan pada salib. Al-Quran tidak menolak ide bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. digantung pada tiang salib, Al-Quran hanya menyangkal
wafatnya di atas tiang salib.
Makna Kata Rafa’a (Mengangkat)
Orang-orang Yahudi dengan gembira mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di
atas tiang salib, sehingga dengan
demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan
beliau sebagai nabi Allah tidak
benar. Ayat itu bersama-sama ayat sebelumnya mengandung sangkalan yang keras
terhadap tuduhan dusta tersebut
serta membersihkan beliau dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan di hadirat Allah, firman-Nya:
وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا
الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا
صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ
اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ
بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ
الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا
﴿﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ
ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu
Maryam, Rasul Allah,” وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ -- padahal mereka tidak
membunuhnya secara biasa dan tidak
pula mematikannya melalui penyaliban,
وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ
لَہُم
-- akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di
atas salib. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal ini
niscaya ada dalam keraguan mengenai
ini, مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ
عِلۡمٍ -- mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti mengenai ini, اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ -- melainkan menuruti dugaan belaka وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا -- dan mereka tidak yakin telah membunuhnya. بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ
ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا -- Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisā
[4]: 158-159).
Jadi, dalam ayat بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ
ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا -- Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana
(QS.4:159) itu sama sekali tidak ada
sebutan mengenai kenaikan atau pengangkatan
beliau ke langit dengan tubuh jasmani. Ayat itu hanya mengatakan
bahwa Allah Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal demikian
menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan
ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman
tertentu dapat ditunjukkan bagi Allah Swt..
Demikianlah “rahasia gaib” yang dibukakan
Allah Swt. di Akhir Zaman ini kepada Rasul Akhir Zaman mengenai peristiwa penyaliban
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang bukan saja sangat misterius tetapi juga telah menggelincirkan berbagai fihak yang berhati bengkok, sehingga di Akhir Zaman ini "kiblat" pemahaman yang benar
mengenai peristiwa yang sangat mesterius tersebut telah kembali
kepada kedudukannya yang sebenarnya.
Taqlid Buta
kepada Kepercayaan Warisan Para
“Leluhur”
Menurut Allah Swt. bahwa
sebagaimana halnya “perpindahan
kiblat” yang dialami pada zaman Nabi
Besar Muhammad saw. dirasakan oleh semua pihak yang terlibat dirasakan sangat
berat melakukannya, demikian pula halnya “perpindahan
kiblat” dalam bidang pemahaman dan pengamalan agama tersebut sangat berat, sebab dengan cara itulah Allah Swt. memisahkan orang-orang yang keimanannya kepada Allah
Swt. dan Rasul-Nya benar dari mereka yang pengakuan imannya tidak benar, firman-Nya:
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنٰکُمۡ اُمَّۃً وَّسَطًا لِّتَکُوۡنُوۡا
شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا ؕ وَ مَا
جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ الَّتِیۡ کُنۡتَ عَلَیۡہَاۤ اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ
مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ ؕ وَ اِنۡ کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً اِلَّا عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ
اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِالنَّاسِ لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Dan demikianlah Kami menjadikan kamu اُمَّۃً وَّسَطًا -- satu umat
yang mulia, لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ -- supaya kamu
senantiasa menjadi penjaga manusia, وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا -- dan supaya Rasul itu senantiasa menjadi penjaga kamu. وَ مَا جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ الَّتِیۡ کُنۡتَ
عَلَیۡہَاۤ اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ
یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ -- Dan Kami sekali-kali tidak menjadikan kiblat
yang kepadanya dahulu engkau berkiblat melainkan
supaya Kami mengetahui orang yang
mengikuti Rasul dari orang yang
berpaling di atas kedua tumitnya. وَ اِنۡ کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً اِلَّا عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ -- dan sesungguhnya hal ini benar-benar sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah. وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ بِالنَّاسِ لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ -- dan Allah sekali-kali tidak akan pernah
menyia-nyiakan iman kamu, sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengasih, Maha Penyayang terhadap manusia. (Al-Baqarah
[2]:144).
Ada pun salah satu alasan mengapa “perpindahan kiblat” dalam bidang apa pun
dirasakan sangat berat, sebab pada
umumnya manusia lebih suka mengikuti apa pun yang telah mereka warisi dari para leluhur
mereka -- termasuk berbagai pemahanan keliru mengenai agama mereka. Bahkan mereka beralasan
bawa kemusyrikan
yang mereka lakukan mereka nisbahkan
atas kehendak Allah Swt., firman-Nya:
سَیَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ
اَشۡرَکُوۡا لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ مَاۤ
اَشۡرَکۡنَا وَ لَاۤ اٰبَآؤُنَا وَ لَا
حَرَّمۡنَا مِنۡ شَیۡءٍ ؕ کَذٰلِکَ کَذَّبَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ حَتّٰی
ذَاقُوۡا بَاۡسَنَا ؕ قُلۡ ہَلۡ عِنۡدَکُمۡ مِّنۡ عِلۡمٍ فَتُخۡرِجُوۡہُ لَنَا ؕ اِنۡ
تَتَّبِعُوۡنَ اِلَّا الظَّنَّ وَ
اِنۡ اَنۡتُمۡ اِلَّا
تَخۡرُصُوۡنَ ﴿﴾
Segera
akan berkata orang-orang
yang berbuat syirik:
“Seandainya Allah menghendaki kami
sekali-kali tidak akan berbuat syirik dan tidak pula bapak-bapak kami, dan kami tidak akan mengharamkan
sesuatu pun.” کَذٰلِکَ
کَذَّبَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ حَتّٰی ذَاقُوۡا بَاۡسَنَا ؕ -- Demikian
pula orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan nabi-nabi
Allah hingga mereka merasakan
siksaan Kami. قُلۡ ہَلۡ عِنۡدَکُمۡ مِّنۡ
عِلۡمٍ فَتُخۡرِجُوۡہُ لَنَا -- Katakanlah: “Apakah pada kamu ada pengetahuan lalu kamu dapat
mengemukakannya kepada kami? اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ اِلَّا الظَّنَّ وَ اِنۡ
اَنۡتُمۡ اِلَّا تَخۡرُصُوۡنَ -- Tidak lain yang kamu ikuti kecuali sangkaan
belaka, dan tidak lain kamu
kecuali hanya menduga-duga. (Al-An’ām [6]:149).
Bertentangan Dengan “Kesaksian
Jiwa” Mengenai Tauhid Ilahi
Pernyataan Allah Swt. mengenai kesaksian
setiap jiwa (ruh) mengenai
Tauhid Ilahi justru untuk membantah pengakuan orang-orang
musyrik tersebut, firman-Nya:
وَ اِذۡ اَخَذَ رَبُّکَ مِنۡۢ
بَنِیۡۤ اٰدَمَ مِنۡ ظُہُوۡرِہِمۡ ذُرِّیَّتَہُمۡ وَ اَشۡہَدَہُمۡ عَلٰۤی
اَنۡفُسِہِمۡ ۚ اَلَسۡتُ بِرَبِّکُمۡ ؕ قَالُوۡا بَلٰی ۚۛ شَہِدۡنَا ۚۛ اَنۡ
تَقُوۡلُوۡا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ اِنَّا کُنَّا عَنۡ ہٰذَا غٰفِلِیۡنَ ﴿﴾ۙ اَوۡ تَقُوۡلُوۡۤا
اِنَّمَاۤ اَشۡرَکَ اٰبَآؤُنَا مِنۡ قَبۡلُ وَ کُنَّا ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ
ۚ اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ وَ لَعَلَّہُمۡ
یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau mengambil kesaksian dari bani
Adam yakni dari sulbi keturunan mereka serta menjadikan mereka saksi atas dirinya sendiri sambil berfirman: اَلَسۡتُ بِرَبِّکُمۡ -- ”Bukankah Aku Rabb (Tuhan) kamu?” Mereka berkata:
بَلٰی ۚۛ شَہِدۡنَا -- “Ya benar, kami menjadi saksi.” Hal
itu supaya kamu tidak berkata pada Hari Kiamat: اِنَّا کُنَّا عَنۡ ہٰذَا غٰفِلِیۡنَ -- “Sesungguhnya kami benar-benar lengah dari
hal ini.” Atau kamu mengatakan: اِنَّمَاۤ اَشۡرَکَ
اٰبَآؤُنَا مِنۡ قَبۡلُ وَ کُنَّا
ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ -- ”Sesungguhnya bapak-bapak kami dahulu yang berbuat syirik, sedangkan kami hanyalah keturunan sesudah mereka. اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ
الۡمُبۡطِلُوۡنَ -- Apakah Engkau akan membinasakan kami karena apa yang telah dikerja-kan oleh
orang-orang yang berbuat batil
itu?” Dan demikianlah Kami men-jelaskan Tanda-tanda itu dan supa-ya mereka kembali kepada yang haq. (Al-A’rāf [7]:173-175).
Ayat
173 menunjukkan kepada kesaksian yang tertanam dalam fitrat manusia sendiri mengenai adanya Dzat Mahatinggi yang telah menciptakan seluruh alam serta mengendalikannya (QS.30:31). Atau ayat itu dapat merujuk
kepada kemunculan para nabi Allah
yang menunjuki jalan menuju Allah
Swt. (QS.7:35-37).; dan ungkapan “dari sulbi bani Adam” maksudnya umat dari setiap zaman yang kepada mereka rasul Allah diutus (QS.7:35-37), firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ
اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ
سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ
رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ
فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan
bagi tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila
telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat
pun dan tidak pula dapat mema-jukannya. ٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ
-- Wahai Bani
Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul
dari antara kamu yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula
mereka akan bersedih hati. وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا
بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ
اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- dan
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:35-37).
Misi Utama Para Rasul Allah adalah Memurnikan Kembali “Tauhid Ilahi” dari Kekotoran Kemusyrikan
Jadi, pada hakikatnya keadaan tiap-tiap rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
tersebut itulah yang mendorong
timbulnya pertanyaan Ilahi: اَلَسۡتُ بِرَبِّکُمۡ -- “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Mereka berkata: شَہِدۡنَا --
“Ya benar, kami menjadi saksi.” اَنۡ تَقُوۡلُوۡا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ
اِنَّا کُنَّا عَنۡ ہٰذَا
غٰفِلِیۡنَ -- Hal itu
supaya kamu tidak berkata pada Hari
Kiamat: “Sesungguhnya kami benar-benar lengah dari hal ini.”
“Pertanyaan” itu berarti bahwa jika Allah Swt. telah menyediakan perbekalan untuk keperluan jasmani manusia dan demikian pula untuk kemajuan akhlak dan keruhanian
betapa ia (jiwa/manusia) dapat mengingkari Ketuhanan-Nya.
Sesungguhnya karena menolak nabi
mereka maka manusia menjadi saksi terhadap diri mereka sendiri, sehingga dengan
demikian mereka tidak dapat berlindung di balik dalih bahwa mereka tidak mengetahui Allah atau syariat-Nya atau Hari Pembalasan.
Ayat
175 lebih jauh menjekaskan bahwa kemunculan seorang nabi Allah yang
kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37) juga menghambat
kaumnya dari mengemukakan dalih
seperti dalam ayat 173 di atas, sebab pada saat itulah haq (kebenaran) dibuat nyata berbeda dari kepalsuan, dan kemusyrikan
dengan terang benderang dicela.
Itulah sebabnya di setiap zaman
kenabian, para pelaku kemusyrikan tersebut telah berdiri
paling depan dalam melakukan penentangan
terhadap para rasul Allah yang mengajak mereka untuk meninggalkan kemusyrikan dan kembali
kepada Tauhid Ilahi yang kebenarannya
sesuai dengan kesaksian jiwa mereka
(QS.7:173-175).
Mengenai pendustaan
dan penentangan yang senantiasa berulang tersebut, berikut
firman-Nya ketika Allah Swt. membangkitkan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan
kepada bangsa Arab jahiliyah
(QS.2:128-130) dan kepada para pemeluk agama-agama
sebelum Islam (QS.7:35-37 & 156-159):
وَ عَجِبُوۡۤا اَنۡ جَآءَہُمۡ
مُّنۡذِرٌ مِّنۡہُمۡ ۫ وَ قَالَ
الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا سٰحِرٌ کَذَّابٌ ۖ﴿ۚ﴾ اَجَعَلَ
الۡاٰلِہَۃَ اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚۖ
اِنَّ ہٰذَا لَشَیۡءٌ عُجَابٌ ﴿﴾ وَ انۡطَلَقَ الۡمَلَاُ مِنۡہُمۡ اَنِ امۡشُوۡا وَ اصۡبِرُوۡا عَلٰۤی اٰلِہَتِکُمۡ ۚۖ اِنَّ ہٰذَا لَشَیۡءٌ یُّرَادُ ۖ﴿ۚ﴾ مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی الۡمِلَّۃِ الۡاٰخِرَۃِ ۚۖ اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّا
اخۡتِلَاقٌ ۖ﴿ۚ﴾ ءَ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ الذِّکۡرُ مِنۡۢ بَیۡنِنَا ؕ
بَلۡ ہُمۡ فِیۡ شَکٍّ مِّنۡ ذِکۡرِیۡ ۚ بَلۡ
لَّمَّا یَذُوۡقُوۡا عَذَابِ ؕ﴿﴾
Dan mereka heran
bahwa kepada mereka datang seorang pemberi peringatan dari antara mereka, dan orang-orang kafir itu berkata: ہٰذَا سٰحِرٌ کَذَّابٌ -- “Ini seorang tukang sihir dan seorang pendusta besar. اَجَعَلَ الۡاٰلِہَۃَ
اِلٰـہًا وَّاحِدًا --
“Apakah ia telah membuat
tuhan-tuhan itu satu Tuhan saja? اِنَّ ہٰذَا لَشَیۡءٌ
عُجَابٌ -- Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang ajaib.”
وَ انۡطَلَقَ الۡمَلَاُ مِنۡہُمۡ
-- dan
para pemimpin mereka berjalan sambil
berkata: اَنِ امۡشُوۡا وَ اصۡبِرُوۡا
عَلٰۤی اٰلِہَتِکُمۡ -- “Pergilah dan tetaplah
bersama tuhan-tuhan kamu, اِنَّ ہٰذَا لَشَیۡءٌ یُّرَادُ -- sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang dikehendaki. مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی
الۡمِلَّۃِ الۡاٰخِرَۃِ -- ”Kami
sekali-kali tidak pernah mendengar hal ini dalam agama terdahulu. اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّا
اخۡتِلَاقٌ -- Ini tidak lain melainkan penipuan
belaka. ءَ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ الذِّکۡرُ
مِنۡۢ بَیۡنِنَا -- ”Apakah dari antara kita hanya kepadanya peringatan itu diturunkan?” بَلۡ ہُمۡ فِیۡ شَکٍّ مِّنۡ
ذِکۡرِیۡ ۚ بَلۡ لَّمَّا یَذُوۡقُوۡا
عَذَابِ
-- Bahkan mereka dalam keraguan
mengenai peringatan-Ku. Tidak, bahkan mereka benar-benar belum merasakan azab-Ku. (Shād [38]:5-9).
“Agama terdahulu” dapat
ditujukan kepada agama Kristen atau kepercayaan kaum musyrik Mekkah, atau dapat mengisyaratkan kepada semua agama sebelum Islam, sebab tidak ada agama
sebelum Islam mempunyai kepercayaan
mengenai ke-Esa-an Tuhan yang tetap murni
dan utuh.
Jenis Kemusyrikan Berupa
“Perpecahan Umat Beragama”
Dari Al-Quran diketahui bahwa yang
dimaksud dengan syirik (kemusyrikan)
tidak hanya berarti menyembah
patung-patung, kuburan dan menyembah
segala sesuatu yang dianggap keramat, tetapi
juga bersikap taqlid secara membuta kepada para pemuka agama yang kemudian membuat umat beragama menjadi terpecah-belah
pun termasuk kemusyrikan
(syirk) pula, firman-Nya:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ
اللّٰہِ الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ
اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah
wajah kamu kepada agama yang lurus,
yaitu fitrat Allah, yang atas dasar
itu Dia
menciptakan manusia, tidak ada perubahan
dalam penciptaan Allah, ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ -- itulah agama yang lurus, وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ -- tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ
اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ -- Kembalilah
kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah
shalat, وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا
دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ -- yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi
golongan-golongan, کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ -- tiap-tiap
golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm
[30]:31-33).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 Agustus
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar