بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 308
Pembukaan
Rahasia Gaib Kemisteriusan Peristiwa Penyaliban
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang Menggelincirkan Berbagai Pihak
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan
mengenai beberapa
pemahaman lainnya berkenaan dengan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. yang oleh
kaum Yahudi, kaum Kristen dan Umat Islam sama-sama dipercayai
akan datang lagi untuk mengunggulkan
agama mereka atas agama-agama lainnya
(QS.61:10):
(1) Menurut orang-orang Yahudi bahwa sampai saat
ini Al-Masih (Mesiah/Mesias) belum datang, mereka menentang keras pendakwaan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias) yang mereka tunggu-tunggu
kedatangannya dengan alasan:
(a) Nabi
Elia a.s. belum turun dari dari
langit sebagaimana diisyaratkan dalam Kitab Maleakhi 4:46. Walau pun
menurut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bahwa yang dimaksud dengan kedatangan Nabi Elia a.s. kedua kali dari langit adalah Nabi Yahya a.s. bin Zakaria a.s. atau Yahya
Pembaptis (Matius 11:12-15).
(b)
Untuk membuktikan kebenaran tuduhan
mereka terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias) palsu, mereka mengaku berhasil membunuh
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib
(QS.4:158-159), karena menurut Taurat barangsiapa yang matinya tergantung di tiang salib
merupakan kutuk baginya (Ulangan
21:23).
(2)
Menurut kepercayaan kaum Kristen bahwa walau pun benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus
Kristus) pernah mengalami kematian terkutuk di atas tiang salib -- lalu sesuai janji beliau bangkit dari kuburnya setelah 3 hari sesuai janjinya seperti halnya yang dialami Nabi Yunus a.s. (Matius
12 38-40) -- lalu setelah bertemu dengan murid-muridnya
dan santap malam bersama kemudian beliau
terangkat ke surga dan duduk di sebelah
kanan Tuhan (Markus 16:19).
Menurut kepercayaan Kristen, bahwa kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. (Yesus Kristus) di tiang salib tersebut adalah guna menebus “dosa warisan” pelanggaran Adam dan Hawa di surga,
dan guna membebaskan dari
keburukan yang ditimbulkan oleh
adanya hukum Taurat, sebab menurut Paulus
keberadaan hukum-hukum Taurat
menyebabkan manusia terjerumus
ke dalam dosa (Roma 3:19-26; Galatia
3:11-14).
Mereka pun mempercayai bahwa Yesus
Kristus atau “anak manusia” -- bukan “anak Tuhan” -- akan datang
lagi dari langit (Matius
24:29-26), sebagaimana kepercayaan sesat
kaum Yahudi mengenai kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s.
dari langit, yang terbukti
menjadi batu sandungan bagi mereka sehingga mereka bukan saja tidak beriman kepada pendakwaan
Nabi Isa Ibnu Maryam a..s., bahkan mereka berusaha membunuh beliau melalui penyaliban
(Matius
27:1-66).
(3)
Umumnya umat Islam mempercayai,
bahwa yang ditangkap dan disalibkan oleh para pemuka
kaum Yahudi bukan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. melainkan Yudas Iskariot, murid Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang telah mengkhianati beliau, yang oleh Allah Swt.
wajahnya telah diserupakan dengan wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sedangkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri telah diselamatkan Allah Swt. dengan cara diangkat hidup-hidup ke langit (QS.4:158-159), dan di Akhir Zaman ini beliau akan turun lagi dari langit menjadi rasul Allah di kalangan umat Islam.
Pembukaan Berbagai Rahasia
Gaib Melalui Rasul Allah
Dalam Bab 306 telah dikemukakan bahwa salah
satu hikmah pengutusan rasul Allah, pada hakikatnya
merupakan Sunnatullah untuk memisahkan
atau membedakan antara orang-orang baik daripada orang-orang yang buruk ketika semua golongan di kalangan umat manusia atau umat beragama menyatakan
diri mereka yang benar sedangkan golongan-golongan
lainnya adalah sesat, firman-Nya:
مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی
مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی
یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ
وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ
وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا
فَلَکُمۡ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan
membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada
di dalamnya hingga Dia
memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki, karena itu berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali
‘Imran [3]:180).
Kata-kata وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ
مَنۡ یَّشَآءُ -- “Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki,”
itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan
Allah Swt. sebagai rasul-rasul-Nya,
Allah Swt. memilih yang paling sesuai
untuk zaman tertentu, di zaman rasul Allah itu dibangkitkan guna memberitahukan hal-hal gaib-Nya yang perlu dibukakan
(diberitahukan) pada zaman pengutusan
rasul Allah atau Khalifah Allah yang
kedatangannya dijanjikan tersebut
(QS.72:27-29; QS.2:31-35), termasuk di Akhir
Zaman ini sehingga keunggulan agama Islam atas semua
agama benar-benar akan terwujud
sepenuhnya (QS.61:10; QS.62:3-5), firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا
﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ
مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui
yang gaib, فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا -- maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ --
kecuali kepada Rasul yang Dia
ridhai, فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ
بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ
رَصَدًا
-- maka sesungguhnya barisan
pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ
اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ -- supaya Dia
mengetahui bahwa sungguh mereka
(rasul-rasul) telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا -- dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jinn
[72]:27-29).
Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya, ungkapan, “izhhar ‘ala
al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara
berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib
bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.
Ayat
27 merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Allah dengan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang beriman yang bertakwa
lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati
kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu yang
dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah,
karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi,
keadaannya aman dari pemutar-balikkan
atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat (QS.15:19; QS.37:11),
sedang rahasia-rahasia yang dibukakan
kepada orang-orang bertakwa lainnya
tidak begitu terpelihara.
Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah itu membawa tugas dari Allah Swt. yang harus dipenuhi dan mengemban Amanat
Ilahi yang harus disampaikan oleh mereka.
Perselisihan Pendapat Mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Di Akhir Zaman ini, salah satu contoh rahasia gaib yang dibukakan Allah Swt. di Akhir Zaman ini kepada Rasul Akhir Zaman -- Imam Mahdi a.s. dan juga Al-Masih
Mau’ud a.s. – adalah mengembalikan
berbagai pemahaman agama yang telah berpaling
dari “kiblat” pemahaman yang
sebenarnya, misalnya mengenai masalah Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s., yang menjadi permasalahan yang saling bertentangan di kalangan
para pengikut 3 agama besar di kalangan keturunan
Nabi Ibrahim a.s., yakni (1) Yahudi,
(2) Kristen, (3) Muslim.
(1) Menurut orang-orang Yahudi
bahwa sampai saat ini Al-Masih
(Mesiah/Mesias) belum datang, mereka menentang
keras pendakwaan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias)
yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dengan alasan:
(a) Nabi Elia a.s. belum turun dari dari langit sebagaimana diisyaratkan dalam Kitab Maleakhi
4:46. Walau pun menurut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bahwa yang dimaksud dengan
kedatangan Nabi Elia a.s. kedua kali dari langit adalah Nabi Yahya a.s. bin Zakaria a.s. atau Yahya
Pembaptis (Matius 11:12-15).
(b)
Untuk membuktikan kebenaran tuduhan
mereka terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias) palsu, mereka mengaku berhasil membunuh
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib
(QS.4:158-159), karena menurut Taurat barangsiapa yang matinya tergantung di tiang salib
merupakan kutuk baginya (Ulangan
21:23).
(2)
Menurut kepercayaan kaum Kristen bahwa walau pun benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus
Kristus) pernah mengalami kematian terkutuk di atas tiang salib -- lalu sesuai janji beliau bangkit dari kuburnya setelah 3 hari sesuai janjinya seperti halnya yang dialami Nabi Yunus a.s. (Matius
12 38-40) -- lalu setelah bertemu dengan murid-muridnya
dan santap malam bersama kemudian beliau
terangkat ke surga dan duduk di sebelah
kanan Tuhan (Markus 16:19).
Menurut kepercayaan Kristen, bahwa kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. (Yesus Kristus) di tiang salib tersebut adalah guna menebus “dosa warisan” pelanggaran Adam dan Hawa di surga,
dan guna membebaskan dari
keburukan yang ditimbulkan oleh
adanya hukum Taurat, sebab menurut Paulus
keberadaan hukum-hukum Taurat
menyebabkan manusia terjerumus
ke dalam dosa (Roma 3:19-26; Galatia
3:11-14).
Mereka
pun mempercayai bahwa Yesus Kristus atau “anak manusia” -- bukan “anak Tuhan” -- akan datang lagi dari langit (Matius 24:29-26), sebagaimana kepercayaan sesat kaum Yahudi
mengenai kedatangan kedua kali Nabi Elia
a.s. dari langit, yang terbukti
menjadi batu sandungan bagi mereka sehingga mereka bukan saja tidak beriman kepada pendakwaan
Nabi Isa Ibnu Maryam a..s., bahkan mereka berusaha membunuh beliau melalui penyaliban
(Matius
27:1-66).
(3)
Umumnya umat Islam mempercayai,
bahwa yang ditangkap dan disalibkan oleh para pemuka
kaum Yahudi bukan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. melainkan Yudas Iskariot, murid Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang telah mengkhianati beliau, yang oleh Allah Swt.
wajahnya telah diserupakan dengan wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sedangkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri telah diselamatkan Allah Swt. dengan cara diangkat hidup-hidup ke langit (QS.4:158-159), dan di Akhir Zaman ini beliau akan turun lagi dari langit menjadi rasul Allah di kalangan umat Islam.
“Duel Makar” Melalui “Penyaliban”
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Berikut adalah beberapa rahasia-gaib
Al-Quran yang dibukakan Alah
Swt. melalui Rasul Akhir Zaman sehubungan dengan orang-orang Yahudi dan makar buruk mereka berupa upaya pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. melalui penyaliban.
Allah
Swt. berfirman mengenai berbagai alasan mengapa Dia telah mengazab orang-orang Yahudi dan menjadikan mereka terus
menerus menjadi sasaran berbagai kemurkaan-Nya yang sangat mengerikan (QS.7:168; QS.2:62;
3:113) -- contohnya adalah genosida
(pembantaian besar-besaran secara sistimatis) yang dilakukan pemimpin Nazi
Jerman, Adol Hitler, firman-Nya:
فَبِمَا
نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ وَ کُفۡرِہِمۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ قَتۡلِہِمُ
الۡاَنۡۢبِیَآءَ بِغَیۡرِ حَقٍّ وَّ قَوۡلِہِمۡ قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ طَبَعَ
اللّٰہُ عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ فَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾۪ وَّ بِکُفۡرِہِمۡ
وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ بُہۡتَانًا
عَظِیۡمًا ﴿﴾ۙ
Maka Kami
mengazab mereka disebabkan pelanggaran
mereka atas perjanjian mereka, kekafiran mereka kepada Tanda-tanda Allah, mereka
membunuh nabi-nabi
tanpa hak, dan karena ucapan mereka:”Hati
kami terselubung!” Tidak demi-kian, bahkan Allah telah memeterai hati mereka disebabkan kekafiran mereka, maka tidaklah mereka beriman kecuali sedikit. Dan juga mereka
Kami azab karena kekafiran
mereka dan ucapan mereka
terhadap Maryam berupa tuduhan
palsu yang besar, (An-Nisā [4]: 156-157).
Menurut ayat tersebut beberapa dosa
besar yang dilakukan orang-orang
Yahudi adalah: (1) pelanggaran mereka atas perjanjian mereka dengan Allah Swt. melalui para rasul-Nya, (2) kekafiran
mereka kepada Tanda-tanda Allah, (3) mereka membunuh
nabi-nabi tanpa hak, (4) ucapan mereka: ”Hati kami terselubung!” dan (5) tuduhan
dusta terhadap Maryam binti ‘Imran
sebagai pezina.
Orang-orang Yahudi menuduh
Siti Maryam berbuat zina ("Yewish Life of Yesus" oleh
Panther). Kenyataan bahwa orang-orang Yahudi mengemukakan "tuduhan palsu" terhadap Siti Maryam
merupakan bukti yang terang mengenai lahirnya Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. tanpa ayah. Sebab seandainya Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. mempunyai ayah,
lalu "tuduhan palsu"
apakah yang dikemukakan orang-orang
Yahudi terhadap Siti Maryam?
Hanya semata-mata mencerca Siti Maryam karena
pengakuan-pengakuan yang dikemukakan
oleh putranya -- Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. -- tidak dapat disebut tuduhan palsu. Di lain tempat Al-Quran membantah tuduhan itu dengan mengatakan
bahwa ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. itu seorang perempuan yang bertakwa (QS.3:43;
QS.5:76).
Firman Allah selanjutnya menjelaskan perbuatan
dosa lainnya yang dilakukan oleh para pemuka kaum Yahudi:
وَّ
قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ
ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ
شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ
اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ
کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena
ucapan mereka: “Sesungguhnya kami
telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” وَ مَا قَتَلُوۡہُ
وَ مَا صَلَبُوۡہُ -- padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban, وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُم --
akan tetapi ia disamarkan
kepada mereka seperti telah
mati di atas salib. Dan sesungguhnya
orang-orang yang berselisih dalam
hal ini niscaya ada dalam keraguan
mengenai ini, مَا لَہُمۡ بِہٖ
مِنۡ عِلۡمٍ -- mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti mengenai ini, اِلَّا اتِّبَاعَ
الظَّنِّ --
melainkan menuruti dugaan
belaka وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا -- dan mereka tidak
yakin telah membunuhnya.
بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا -- Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisā
[4]: 158-159).
Pembukaan Rahasia Gaib Mengenai Misteri
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Terjemahan dan makna kalimat mā shalabū hu bukan “mereka tidak menyalibnya” melainkan artinya “mereka
tidak menyebabkan kematian dia pada tiang salib”, sebab shalab itu cara membunuh yang terkenal yang biasa dilakukan
di masa Dinasti Fir’aun di Mesir (QS.7:125-125; QS.20:72; QS.26:50). Orang
berkata Shalaba al-lish-sha, yakni “ia membunuh pencuri itu dengan
memakunya pada tiang salib.” Jadi, ayat 158
tidak
mengingkari kenyataan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pernah dipakukan
ke tiang salib, tetapi menyangkal bahwa beliau mati di atas tiang salib itu,
sebab menurut hukum Taurat orang yang
mati tergantung di tiang salib merupakan kutuk
baginya (Ulangan 21:23).
Kata-kata syubbiha lahum artinya: Nabi
Isa a.s. ditampakkan kepada orang-orang Yahudi seperti orang yang mati disalib; atau hal kematian Nabi Isa a.s. di tiang
salib menjadi samar atau menjadi teka-teki
kepada mereka. Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya “hal itu dibuat
kalang-kabut, samar atau teka-teki kepadanya (Lexicon Lane).
Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan,
artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata atau dengan yakin; (2) mereka tidak mengubah dugaan
mereka jadi keyakinan, yakni pengetahuan mereka mengenai kematian Nabi Isa a.s. pada tiang salib tidak demikian pastinya sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa
mereka benar-benar telah membunuh
beliau.
Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu
menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a
khubran, yakni “ia memperoleh pengetahuan sepenuhnya dan pasti mengenai hal
itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon Lane; Lisan-al-‘Arab, dan Al-Mufradat).
Bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak wafat pada tiang salib tetapi wafat
secara wajar jelas nampak dari Al-Quran (QS.23:51). Menurut Nabi Besar Muhammad saw. usia Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ketika wafat adalah 120 (Ad-Daruqutni).
Fakta-fakta berikut, sebagaimana dikisahkan dalam Injil sendiri, memberi dukungan yang kuat kepada keterangan
Al-Quran itu:
1. Karena Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. itu seorang Nabi Allah, beliau tak mungkin mati
pada kayu salib, sebab menurut Bible: "orang
yang tergantung itu kutuklah bagi Tuhan Allah" (Ulangan 21:23).
2. Beliau di
Taman Getsemani telah berdoa kepada
Tuhan dalam kesakitan yang amat sangat supaya "biarkanlah kiranya cawan
(kematian di atas salib) ini lepas dariku" (Markus 14:36; Matius
26:29; Lukas 22:42);
dan doa beliau telah terkabul (Iberani 5:7).
3. Beliau telah mengabarkan sebelumnya bahwa seperti
Nabi Yunus a.s. yang telah
masuk ke perut ikan paus dan telah
keluar lagi hidup-hidup (Matius
12:40), beliau akan tinggal dalam "perut
bumi" selama tiga hari dan akan keluar lagi hidup-hidup.
4. Beliau telah menubuatkan
pula bahwa beliau akan pergi mencari kesepuluh suku bangsa Israil yang hilang (Yohanes 10:16). Bahkan orang-orang Yahudi di masa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pun
mempercayai bahwa suku-suku bangsa Israil yang hilang itu telah terpencar ke
berbagai negeri (Yohanes 7:34,
35).
5. Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. telah terpancang pada tiang salib hanya selama kira-kira 3 jam
(Yohanes 19:14) dan
sebagai orang yang memiliki kesehatan jasmani yang normal, beliau tidak mungkin wafat dalam waktu yang
sependek itu.
6. Segera sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diturunkan dari tiang salib, pinggang
beliau ditusuk dan darah serta air keluar darinya. Hal demikian
merupakan tanda yang pasti bahwa beliau masih hidup (Yohanes 19:34).
7. Orang-orang Yahudi sendiri merasa tidak yakin mengenai kematian Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ketika diturunkan
dari tiang salib, sebab
mereka telah meminta kepada Pilatus
untuk menempatkan penjaga di
kuburannya "supaya jangan
murid-muridnya datang mencuri Dia, serta mengatakan kepada kaum, bahwa Ia sudah
bangkit dari antara orang mati" (Matius
27:64).
8. Tidak didapatkan dalam semua Injil barang sebuah pun
pernyataan tertulis dari seorang saksi
yang menerangkan bahwa Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. telah wafat ketika beliau diturunkan dari tiang salib atau ketika beliau ditempatkan dalam kuburan. Lagi
pula, tidak seorang pun dari antara murid beliau hadir di tempat kejadian penyaliban, semuanya melarikan diri
tatkala Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dibawa
ke tempat penyaliban.
Kejadian yang sebenarnya nampaknya demikian, boleh
jadi disebabkan oleh impian istrinya agar "Jangan berbuat barang apapun ke atas orang yang benar itu" (Matius 27 : 19), maka
Pilatus telah percaya bahwa Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. tidak
bersalah, dan karenanya telah bersekongkol dengan Yusuf Arimatea -- seorang
tokoh dari perkumpulan Essene, golongan yang Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri pernah menjadi anggotanya,
sebelum beliau diutus sebagai nabi --
untuk menolong jiwa beliau.
Sidang pemeriksaan perkara Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berlangsung
pada hari Jum'at, karena Pilatus
dengan sengaja mengulur waktu dengan perhitungan bahwa esok harinya jatuh Hari Sabat, saat orang-orang terhukum tidak dapat dibiarkan di atas tiang salib sesudah matahari terbenam.
Ketika pada
akhirnya Pilatus merasa terpaksa menghukum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ia memberikan keputusannya hanya 3 jam sebelum
terbenamnya matahari, dengan demikian meyakinkan dirinya bahwa tidak ada orang
yang normal kesehatannya tergantung di atas tiang
salib dalam waktu yang sesingkat itu dapat mati. Orang-orang
yang tergantung di tiang salib dapat bertahap
hidup selama 3 hari, sebab tujuan
dari penyaliban adalah agar si terhukum mengalami penderitaan yang lama di tiang
salib sebelum mengalami kematian.
Selain itu Pilatus telah sudi mengusahakan agar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diberi
anggur atau cuka dicampur dengan rempah-rempah mur (myrrh) untuk
mengurangi perasaan sakitnya. Tatkala sesudah 3 jam lamanya tergantung, beliau
diturunkan dari salib dalam keadaan tidak
sadarkan diri (mungkin karena pengaruh cuka yang diminumkan kepada beliau),
Pilatus dengan senang hati mengabulkan permintaan Yusuf Arimatea dan
menyerahkan tubuh beliau kepadanya.
Lain halnya
dari kedua penjahat yang digantung bersama-sama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., tulang-tulang beliau tidak dipatahkan dan Yusuf Arimatea
telah meletakkan beliau di suatu rongga
yang ruangnya luas, digali di bagian samping
bukit padas. Ketika itu tidak ada ilmu pemeriksaan mayat (medical autopsy),
tidak ada percobaan stethoscopis, tidak diadakan pemeriksaan dari segi hukum
dengan pertolongan kesaksian dari mereka yang terakhir bersama beliau ("Mystical life of Yesus"
oleh H. Spencer Lewis).
9. Marham Isa (salep Isa) yang terkenal itu dibuat dan
dipakai untuk mengobati luka-luka Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s., dan beliau diurus serta dirawat oleh Yusuf
Arimatea dan Nicodemus yang juga seorang yang sangat terpelajar dan anggota
yang amat terhormat dari Ikatan Persaudaraan Essene.
10. Setelah luka-luka beliau cukup sembuh, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. meninggalkan
kuburan itu dan menemui beberapa murid beliau dan bersantap bersama mereka,
lalu menempuh perjalanan jauh dari Yerusalem ke Galilea dengan berjalan kaki (Lukas 24:50) guna
melaksanakan tugasnya sebagai “penggembala” yang mencari “domba-domba”
gembalaannya yang tercerai-berai di
luar Palestina, yakni8 suku-suku Bani Israil. Hal itu selaras dengan arti gelar
“Masih” dari kata masaha yang artinya
“orang yang banyak melakukan perjalanan”.
11. "The
Crucifixion by an Eye Witness," sebuah buku yang untuk pertama
kalinya iterbitkan pada tahun 1873 di Amerika Serikat, merupakan terjemahan
dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah surat dalam bahasa Latin purba yang
ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib
oleh seorang warga Essene di Yerusalem kepada seorang anggota perkum-pulan itu
di Iskandaria, memberi dukungan yang kuat kepada pendapat bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah
diturunkan dari salib dalam keadaan
masih hidup.
Buku itu
menceriterakan secara terinci semua kejadian yang menjurus kepada peristiwa
salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban dan juga
peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian.
Dua pendapat yang berbeda tersebar di
tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan
wafat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau
pertama-tama dibunuh, kemudian badan
beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya
berpendapat bahwa beliau dibunuh
dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama
tercermin dalam Kisah Rasul-rasul
5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia
pada kayu itu."
Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan
mengatakan: وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ -- "mereka
tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib, akan ia
disamarkan kepada mereka" Pertama Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam
bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib.
Al-Quran tidak menolak ide bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. digantung pada tiang salib, Al-Quran hanya menyangkal
wafatnya di atas tiang salib.
Orang-orang Yahudi dengan gembira
mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di atas tiang salib, sehingga dengan demikian
telah membuktikan bahwa pendakwaan
beliau sebagai nabi Allah tidak
benar. Ayat itu bersama-sama ayat sebelumnya mengandung sangkalan yang keras
terhadap tuduhan dusta tersebut
serta membersihkan beliau dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan di hadirat Allāh.
Jadi, dalam dalam
ayat . بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ
کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا
-- Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana
(QS.4:159) itu sama sekali tidak ada
sebutan mengenai kenaikan atau pengangkatan beliau ke langit dengan tubuh jasmani.
Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah Swt. menaikkan
beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal
demikian menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan
ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman
tertentu dapat ditunjukkan bagi Allah Swt..
Demikianlah “rahasia
gaib” yang dibukakan Allah Swt. di Akhir Zaman ini kepada Rasul Akhir Zaman mengenai peristiwa penyaliban
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang bukan saja sangat misterius tetapi juga telah menggelincirkan berbagai fihak yang berhati bengkok, sehingga di Akhir Zaman ini "kiblat" pemahaman yang benar mengenai peristiwa yang sangat mesterius tersebut telah kembali kepada kedudukannya yang sebenarnya.
Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 13 Agustus
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar