Rabu, 03 September 2014

Pembukaan "Rahasia Gaib" Kemisteriusan Peristiwa "Penyaliban" Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang Menggelincirkan Berbagai Pihak



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   308

   Pembukaan Rahasia Gaib    Kemisteriusan Peristiwa  Penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang Menggelincirkan Berbagai Pihak
    

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai beberapa   pemahaman lainnya berkenaan dengan Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s. yang oleh  kaum Yahudi, kaum Kristen dan Umat Islam sama-sama dipercayai akan datang lagi untuk mengunggulkan agama mereka atas agama-agama lainnya (QS.61:10):
      (1) Menurut orang-orang Yahudi bahwa  sampai saat ini Al-Masih  (Mesiah/Mesias) belum datang, mereka menentang keras pendakwaan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih  (Mesiah/Mesias) yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dengan alasan:
(a) Nabi Elia a.s. belum turun dari dari langit sebagaimana diisyaratkan dalam Kitab Maleakhi 4:46. Walau pun menurut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bahwa yang dimaksud dengan kedatangan Nabi Elia a.s.  kedua kali dari langit adalah Nabi Yahya a.s. bin Zakaria  a.s. atau Yahya Pembaptis (Matius 11:12-15).
(b)  Untuk membuktikan kebenaran tuduhan mereka terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai  Al-Masih  (Mesiah/Mesias) palsu, mereka mengaku berhasil membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib (QS.4:158-159),  karena menurut Taurat barangsiapa yang matinya tergantung di tiang salib merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23).
 (2) Menurut kepercayaan kaum Kristen bahwa walau pun benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pernah mengalami kematian  terkutuk di atas tiang salib -- lalu sesuai janji beliau bangkit dari kuburnya setelah 3 hari   sesuai janjinya  seperti halnya yang dialami Nabi Yunus a.s. (Matius 12 38-40)     --  lalu setelah bertemu dengan murid-muridnya dan santap malam bersama  kemudian beliau terangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Tuhan (Markus 16:19).
 Menurut kepercayaan Kristen, bahwa kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) di tiang salib  tersebut adalah guna menebus  dosa warisan  pelanggaran Adam dan Hawa di surga, dan guna membebaskan dari keburukan  yang ditimbulkan oleh adanya   hukum Taurat, sebab menurut Paulus keberadaan hukum-hukum  Taurat   menyebabkan manusia terjerumus ke dalam dosa (Roma 3:19-26; Galatia 3:11-14).
    Mereka  pun mempercayai  bahwa Yesus Kristus atau “anak manusia    -- bukan “anak Tuhan  -- akan datang lagi dari langit (Matius 24:29-26), sebagaimana kepercayaan sesat kaum Yahudi mengenai kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. dari langit,   yang terbukti  menjadi batu sandungan  bagi mereka sehingga mereka  bukan saja tidak beriman kepada pendakwaan Nabi Isa Ibnu Maryam a..s., bahkan mereka berusaha membunuh beliau melalui penyaliban (Matius 27:1-66).
 (3) Umumnya umat Islam mempercayai,  bahwa yang ditangkap dan disalibkan oleh  para pemuka kaum Yahudi bukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  melainkan Yudas Iskariot, murid  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang telah mengkhianati beliau, yang oleh  Allah Swt.    wajahnya telah diserupakan dengan wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sedangkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri telah diselamatkan Allah Swt. dengan cara diangkat hidup-hidup ke langit (QS.4:158-159), dan di Akhir Zaman ini beliau akan turun lagi dari langit menjadi rasul Allah di kalangan umat Islam.

Pembukaan Berbagai  Rahasia Gaib Melalui Rasul Allah

   Dalam Bab 306 telah dikemukakan bahwa salah satu hikmah  pengutusan rasul Allah,  pada hakikatnya merupakan Sunnatullah  untuk memisahkan  atau membedakan  antara orang-orang baik daripada orang-orang yang buruk ketika semua golongan di kalangan umat manusia atau umat beragama  menyatakan diri mereka yang benar sedangkan  golongan-golongan lainnya  adalah sesat, firman-Nya:
  مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya   hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imran [3]:180).        
         Kata-kata  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ   -- “Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki,” itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan Allah Swt. sebagai rasul-rasul-Nya, Allah Swt.  memilih yang paling sesuai untuk zaman tertentu, di zaman rasul Allah itu dibangkitkan guna memberitahukan hal-hal gaib-Nya  yang perlu dibukakan (diberitahukan) pada zaman pengutusan rasul Allah atau Khalifah Allah  yang kedatangannya dijanjikan tersebut (QS.72:27-29; QS.2:31-35), termasuk di Akhir Zaman ini  sehingga keunggulan agama Islam  atas semua agama benar-benar akan terwujud  sepenuhnya (QS.61:10; QS.62:3-5), firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾  لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾ 
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا  -- maka Dia tidak menzahirkan  rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ  --  kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai,  فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا  -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ --  supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka (rasul-rasul) telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا  --    dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jinn [72]:27-29).
     Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,  ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting. 
    Ayat 27    merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Allah dengan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang   beriman  yang bertakwa lainnya.
  Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati kehormatan serupa itu.
   Tambahan pula wahyu yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat (QS.15:19; QS.37:11), sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
 Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah  itu membawa tugas dari Allah Swt. yang harus dipenuhi dan mengemban Amanat Ilahi yang harus disampaikan oleh mereka.

Perselisihan Pendapat  Mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

    Di  Akhir Zaman ini, salah satu contoh rahasia gaib  yang dibukakan Allah Swt. di Akhir Zaman ini kepada Rasul Akhir Zaman   -- Imam Mahdi a.s. dan juga Al-Masih Mau’ud a.s.  – adalah  mengembalikan  berbagai  pemahaman agama yang telah berpaling dari “kiblat” pemahaman yang sebenarnya, misalnya mengenai masalah    Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yang menjadi  permasalahan  yang saling bertentangan  di kalangan para pengikut  3 agama besar di kalangan keturunan Nabi Ibrahim a.s., yakni (1) Yahudi, (2) Kristen, (3) Muslim.
(1) Menurut orang-orang Yahudi bahwa  sampai saat ini Al-Masih  (Mesiah/Mesias) belum datang, mereka menentang keras pendakwaan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih  (Mesiah/Mesias) yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dengan alasan:
(a) Nabi Elia a.s. belum turun dari dari langit sebagaimana diisyaratkan dalam Kitab Maleakhi 4:46. Walau pun menurut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bahwa yang dimaksud dengan kedatangan Nabi Elia a.s.  kedua kali dari langit adalah Nabi Yahya a.s. bin Zakaria  a.s. atau Yahya Pembaptis (Matius 11:12-15).
(b)  Untuk membuktikan kebenaran tuduhan mereka terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai  Al-Masih  (Mesiah/Mesias) palsu, mereka mengaku berhasil membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib (QS.4:158-159),  karena menurut Taurat barangsiapa yang matinya tergantung di tiang salib merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23).
 (2) Menurut kepercayaan kaum Kristen bahwa walau pun benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pernah mengalami kematian  terkutuk di atas tiang salib -- lalu sesuai janji beliau bangkit dari kuburnya setelah 3 hari   sesuai janjinya  seperti halnya yang dialami Nabi Yunus a.s. (Matius 12 38-40)     --  lalu setelah bertemu dengan murid-muridnya dan santap malam bersama  kemudian beliau terangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Tuhan (Markus 16:19).
 Menurut kepercayaan Kristen, bahwa kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) di tiang salib  tersebut adalah guna menebus  dosa warisan  pelanggaran Adam dan Hawa di surga, dan guna membebaskan dari keburukan  yang ditimbulkan oleh adanya   hukum Taurat, sebab menurut Paulus keberadaan hukum-hukum  Taurat   menyebabkan manusia terjerumus ke dalam dosa (Roma 3:19-26; Galatia 3:11-14).
Mereka  pun mempercayai  bahwa Yesus Kristus atau “anak manusia    -- bukan “anak Tuhan  -- akan datang lagi dari langit (Matius 24:29-26), sebagaimana kepercayaan sesat kaum Yahudi mengenai kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. dari langit,   yang terbukti  menjadi batu sandungan  bagi mereka sehingga mereka  bukan saja tidak beriman kepada pendakwaan Nabi Isa Ibnu Maryam a..s., bahkan mereka berusaha membunuh beliau melalui penyaliban (Matius 27:1-66).
 (3) Umumnya umat Islam mempercayai,  bahwa yang ditangkap dan disalibkan oleh  para pemuka kaum Yahudi bukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  melainkan Yudas Iskariot, murid  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang telah mengkhianati beliau, yang oleh  Allah Swt.    wajahnya telah diserupakan dengan wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sedangkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri telah diselamatkan Allah Swt. dengan cara diangkat hidup-hidup ke langit (QS.4:158-159), dan di Akhir Zaman ini beliau akan turun lagi dari langit menjadi rasul Allah di kalangan umat Islam.

Duel Makar” Melalui “Penyaliban” Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

         Berikut adalah beberapa  rahasia-gaib  Al-Quran yang dibukakan Alah Swt.  melalui Rasul Akhir Zaman sehubungan dengan orang-orang Yahudi  dan makar buruk mereka berupa upaya pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban.
       Allah Swt.  berfirman mengenai berbagai alasan mengapa Dia telah mengazab orang-orang Yahudi dan menjadikan mereka terus menerus menjadi sasaran berbagai kemurkaan-Nya yang sangat mengerikan (QS.7:168; QS.2:62; 3:113)  -- contohnya  adalah genosida (pembantaian besar-besaran secara sistimatis) yang dilakukan pemimpin Nazi Jerman, Adol Hitler, firman-Nya:       
فَبِمَا نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ وَ کُفۡرِہِمۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ قَتۡلِہِمُ الۡاَنۡۢبِیَآءَ بِغَیۡرِ حَقٍّ وَّ قَوۡلِہِمۡ قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ طَبَعَ اللّٰہُ عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ فَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾۪ وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿﴾ۙ
Maka Kami mengazab mereka disebabkan pelanggaran mereka atas perjanjian mereka, kekafiran  mereka kepada Tanda-tanda Allah,  mereka  membunuh nabi-nabi tanpa hak, dan karena ucapan mereka:”Hati kami terselubung!” Tidak demi-kian, bahkan Allah telah memeterai hati mereka disebabkan kekafiran mereka, maka tidaklah mereka beriman kecuali sedikit. Dan juga  mereka  Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan palsu yang besar, (An-Nisā [4]: 156-157).
       Menurut ayat tersebut   beberapa dosa besar yang dilakukan orang-orang Yahudi adalah: (1) pelanggaran mereka atas perjanjian mereka dengan Allah Swt. melalui para rasul-Nya, (2)  kekafiran  mereka kepada Tanda-tanda Allah,  (3) mereka  membunuh nabi-nabi tanpa hak,   (4)   ucapan mereka: ”Hati kami terselubung!” dan (5) tuduhan dusta terhadap  Maryam binti ‘Imran sebagai pezina.
         Orang-orang Yahudi menuduh Siti Maryam berbuat zina ("Yewish Life of Yesus" oleh Panther). Kenyataan bahwa orang-orang Yahudi mengemukakan "tuduhan palsu" terhadap Siti Maryam merupakan bukti yang terang  mengenai lahirnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    tanpa ayah. Sebab seandainya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   mempunyai ayah,   lalu "tuduhan palsu" apakah yang dikemukakan orang-orang Yahudi terhadap Siti Maryam?
         Hanya semata-mata mencerca Siti Maryam   karena pengakuan-pengakuan yang dikemukakan oleh putranya --  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. --   tidak dapat disebut tuduhan palsu. Di lain tempat Al-Quran membantah tuduhan itu dengan mengatakan bahwa ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   itu seorang perempuan yang bertakwa (QS.3:43; QS.5:76).
        Firman Allah selanjutnya menjelaskan perbuatan dosa lainnya yang dilakukan oleh para pemuka kaum Yahudi:
وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ   بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ -- padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban, وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُم    --      akan tetapi ia disamarkan  kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ    --  mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini, اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ --  melainkan menuruti dugaan belaka وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا  -- dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya.  بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا   -- Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya  dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisā [4]: 158-159).

Pembukaan Rahasia Gaib  Mengenai Misteri Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

  Terjemahan dan makna kalimat  mā shalabū hu bukan “mereka tidak menyalibnya” melainkan artinya  mereka tidak menyebabkan kematian dia pada tiang salib”, sebab shalab itu cara membunuh yang terkenal yang biasa dilakukan di masa Dinasti Fir’aun di Mesir (QS.7:125-125; QS.20:72; QS.26:50). Orang berkata Shalaba al-lish-sha, yakni “ia membunuh pencuri itu dengan memakunya pada tiang salib.”  Jadi, ayat 158  tidak mengingkari kenyataan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pernah  dipakukan ke tiang salib, tetapi menyangkal  bahwa beliau mati di atas tiang salib itu, sebab menurut hukum Taurat orang yang mati  tergantung di tiang salib merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23).
   Kata-kata syubbiha lahum artinya: Nabi Isa a.s. ditampakkan kepada orang-orang Yahudi seperti orang yang mati disalib; atau hal kematian Nabi Isa a.s. di tiang salib  menjadi samar atau menjadi teka-teki kepada mereka. Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya “hal itu dibuat kalang-kabut, samar atau teka-teki kepadanya (Lexicon Lane).
   Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan, artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata atau dengan yakin; (2) mereka tidak mengubah  dugaan mereka  jadi keyakinan, yakni  pengetahuan mereka mengenai kematian Nabi Isa a.s. pada tiang salib tidak demikian pastinya sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa mereka benar-benar telah membunuh beliau.
  Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a khubran, yakni “ia memperoleh pengetahuan sepenuhnya dan pasti mengenai hal itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon Lane; Lisan-al-‘Arab, dan Al-Mufradat).
Bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   tidak wafat pada tiang salib tetapi wafat secara wajar  jelas nampak dari Al-Quran (QS.23:51).  Menurut Nabi Besar Muhammad saw. usia Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ketika wafat adalah 120 (Ad-Daruqutni). Fakta-fakta berikut, sebagaimana dikisahkan dalam Injil sendiri, memberi dukungan yang kuat kepada keterangan Al-Quran itu:
1. Karena Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   itu seorang Nabi Allah, beliau tak mungkin mati pada kayu salib, sebab menurut Bible: "orang yang tergantung itu kutuklah bagi Tuhan Allah" (Ulangan 21:23).
2. Beliau  di Taman Getsemani telah berdoa kepada Tuhan dalam kesakitan yang amat sangat supaya "biarkanlah kiranya cawan (kematian di atas salib) ini lepas dariku" (Markus 14:36; Matius 26:29; Lukas 22:42); dan doa beliau telah terkabul (Iberani 5:7).
3. Beliau telah mengabarkan sebelumnya bahwa seperti Nabi Yunus a.s.  yang telah masuk ke perut ikan paus dan telah keluar lagi hidup-hidup (Matius 12:40), beliau akan tinggal dalam "perut bumi" selama tiga hari dan akan keluar lagi hidup-hidup.
4. Beliau telah menubuatkan pula bahwa beliau akan pergi mencari kesepuluh suku bangsa Israil yang hilang (Yohanes  10:16). Bahkan orang-orang Yahudi di masa    Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    pun mempercayai bahwa suku-suku bangsa Israil yang hilang itu telah terpencar ke berbagai negeri (Yohanes 7:34, 35).
5.  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     telah terpancang pada tiang salib hanya selama kira-kira 3 jam (Yohanes 19:14) dan sebagai orang yang memiliki kesehatan jasmani yang normal, beliau tidak mungkin wafat dalam waktu yang sependek itu.
6. Segera sesudah  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   diturunkan dari tiang salib, pinggang beliau ditusuk dan darah serta air keluar darinya. Hal demikian merupakan tanda yang pasti bahwa beliau masih hidup (Yohanes 19:34).
7. Orang-orang Yahudi sendiri merasa tidak yakin mengenai kematian  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ketika diturunkan dari tiang salib,     sebab mereka telah meminta kepada Pilatus untuk menempatkan penjaga di kuburannya "supaya jangan murid-muridnya datang mencuri Dia, serta mengatakan kepada kaum, bahwa Ia sudah bangkit dari antara orang mati" (Matius 27:64).
8. Tidak didapatkan dalam semua Injil barang sebuah pun pernyataan tertulis dari seorang saksi yang menerangkan bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     telah wafat ketika beliau diturunkan dari tiang salib atau ketika beliau ditempatkan dalam kuburan. Lagi pula, tidak seorang pun dari antara murid beliau hadir di tempat kejadian penyaliban, semuanya melarikan diri tatkala  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     dibawa ke tempat penyaliban.
  Kejadian yang sebenarnya nampaknya demikian, boleh jadi disebabkan oleh impian istrinya agar "Jangan berbuat barang apapun ke atas orang yang benar itu" (Matius 27 : 19), maka Pilatus telah percaya bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     tidak bersalah, dan karenanya telah bersekongkol dengan Yusuf Arimatea -- seorang tokoh dari perkumpulan Essene,  golongan yang   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     sendiri pernah menjadi anggotanya, sebelum beliau diutus sebagai nabi --  untuk menolong jiwa beliau.
    Sidang pemeriksaan perkara  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     berlangsung pada hari Jum'at, karena Pilatus dengan sengaja mengulur waktu dengan perhitungan bahwa esok harinya jatuh Hari Sabat, saat orang-orang terhukum tidak dapat dibiarkan di atas tiang salib sesudah matahari terbenam.
   Ketika pada akhirnya Pilatus merasa terpaksa menghukum  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  ia memberikan keputusannya hanya 3 jam sebelum terbenamnya matahari, dengan demikian meyakinkan dirinya bahwa tidak ada orang yang normal kesehatannya  tergantung  di atas tiang salib dalam waktu yang sesingkat itu dapat mati.     Orang-orang  yang tergantung di tiang salib  dapat bertahap hidup selama 3 hari, sebab tujuan dari penyaliban adalah agar si terhukum mengalami penderitaan yang lama di tiang salib sebelum  mengalami kematian.
Selain itu Pilatus telah sudi mengusahakan agar  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    diberi anggur atau cuka dicampur dengan rempah-rempah mur (myrrh) untuk mengurangi perasaan sakitnya. Tatkala sesudah 3 jam lamanya tergantung, beliau diturunkan dari salib dalam keadaan tidak sadarkan diri (mungkin karena pengaruh cuka yang diminumkan kepada beliau), Pilatus dengan senang hati mengabulkan permintaan Yusuf Arimatea dan menyerahkan tubuh  beliau kepadanya.
   Lain halnya dari kedua penjahat yang digantung bersama-sama  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,     tulang-tulang beliau tidak dipatahkan dan Yusuf Arimatea telah meletakkan beliau di suatu rongga    yang ruangnya luas, digali di bagian samping bukit padas. Ketika itu tidak ada ilmu pemeriksaan mayat (medical autopsy), tidak ada percobaan stethoscopis, tidak diadakan pemeriksaan dari segi hukum dengan pertolongan kesaksian dari mereka yang terakhir bersama beliau ("Mystical life of Yesus" oleh H. Spencer Lewis).
9. Marham Isa (salep Isa) yang terkenal itu dibuat dan dipakai untuk mengobati luka-luka  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,     dan beliau diurus serta dirawat oleh Yusuf Arimatea dan Nicodemus yang juga seorang yang sangat terpelajar dan anggota yang amat terhormat dari Ikatan Persaudaraan Essene.
10. Setelah luka-luka beliau cukup sembuh,  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     meninggalkan kuburan itu dan menemui beberapa murid beliau dan bersantap bersama mereka, lalu menempuh perjalanan jauh dari Yerusalem ke Galilea dengan berjalan kaki (Lukas 24:50) guna melaksanakan tugasnya sebagai “penggembala” yang mencari “domba-domba” gembalaannya yang tercerai-berai di luar Palestina, yakni8 suku-suku Bani Israil. Hal itu selaras dengan arti gelar “Masih” dari kata masaha   yang artinya “orang yang banyak melakukan perjalanan”.
11. "The Crucifixion by an Eye Witness," sebuah buku yang untuk pertama kalinya iterbitkan pada tahun 1873 di Amerika Serikat, merupakan terjemahan dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah surat dalam bahasa Latin purba yang ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib oleh seorang warga Essene di Yerusalem kepada seorang anggota perkum-pulan itu di Iskandaria, memberi dukungan yang kuat kepada pendapat bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    telah diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup.
 Buku itu menceriterakan secara terinci semua kejadian yang menjurus kepada peristiwa salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban dan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian.  
      Dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan wafat  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau pertama-tama dibunuh, kemudian badan beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan mengatakan: وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ    --  "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib, akan ia disamarkan kepada mereka" Pertama Al-Quran menolak pembunuhan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib. Al-Quran  tidak menolak ide bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    digantung pada tiang salib, Al-Quran hanya menyangkal wafatnya di atas tiang salib.
    Orang-orang Yahudi dengan gembira mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di atas tiang salib, sehingga dengan demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan beliau sebagai nabi Allah tidak benar. Ayat itu bersama-sama ayat sebelumnya mengandung sangkalan yang keras  terhadap tuduhan dusta tersebut serta membersihkan beliau dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan di hadirat Allāh.
   Jadi, dalam dalam ayat  .  بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا   --   Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya  dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana (QS.4:159)   itu sama sekali tidak ada sebutan  mengenai kenaikan atau pengangkatan beliau ke langit dengan tubuh jasmani. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal demikian menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman tertentu dapat ditunjukkan bagi Allah Swt..
   Demikianlah “rahasia gaib” yang dibukakan Allah Swt. di Akhir Zaman ini kepada Rasul Akhir Zaman mengenai  peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang bukan saja sangat misterius  tetapi juga telah menggelincirkan  berbagai fihak yang berhati bengkok, sehingga  di Akhir Zaman ini "kiblat" pemahaman yang benar mengenai peristiwa  yang sangat mesterius tersebut telah kembali kepada kedudukannya yang sebenarnya.

Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  13 Agustus     2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar