بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 322
Sakralnya “Penikahan” dan Hubungannya dengan “Pengantin Perempuan” yang Berhias Untuk “Suaminya”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
pentingnya berkata dan berperilaku jujur
pasangan suami istri -- sebagai salah satu buah ketakwaan
kepada Allah Swt. dan ketaatan kepada Rasul-Nya -- merupakan modal dasar bagi pasangan suami-istri untuk meraih kesuksesan dalam upaya mempersiapkan keturunan yang akan menjadi “penyejuk mata” (QS.25:75), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا
اللّٰہَ وَ لۡتَنۡظُرۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ ۚ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ خَبِیۡرٌۢ
بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا
کَالَّذِیۡنَ نَسُوا اللّٰہَ فَاَنۡسٰہُمۡ
اَنۡفُسَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ لَا یَسۡتَوِیۡۤ
اَصۡحٰبُ النَّارِ وَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ؕ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ہُمُ
الۡفَآئِزُوۡنَ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, اتَّقُوا
اللّٰہَ وَ لۡتَنۡظُرۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ -- bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah setiap
jiwa memperhatikan apa yang didahulukan untuk esok hari, وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ خَبِیۡرٌۢ
بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ -- dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. وَ لَا تَکُوۡنُوۡا
کَالَّذِیۡنَ نَسُوا اللّٰہَ فَاَنۡسٰہُمۡ
اَنۡفُسَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ
-- Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang telah me-lupakan Allah maka Dia pun menjadikan mereka lupa terhadap
diri mereka sendiri, mereka itulah orang-orang
yang fasik. لَا یَسۡتَوِیۡۤ اَصۡحٰبُ النَّارِ
وَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ؕ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ہُمُ الۡفَآئِزُوۡنَ -- Tidak
sama penghuni neraka dengan penghuni
surga, penghuni surga yang akan memperoleh
kemenangan. (Al-Hasyr [59]:19-21).
Salah satu tanda dari sekian banyak tanda-tanda
orang yang melupakan Allah Swt. adalah orang-orang yang melakukan pernikahan bertentangan dengan ketentuan Allah Swt. berikut ini:
وَ لَا
تَنۡکِحُوا الۡمُشۡرِکٰتِ حَتّٰی یُؤۡمِنَّ ؕ وَ لَاَمَۃٌ مُّؤۡمِنَۃٌ خَیۡرٌ مِّنۡ مُّشۡرِکَۃٍ وَّ لَوۡ اَعۡجَبَتۡکُمۡ
ۚ وَ لَا تُنۡکِحُوا الۡمُشۡرِکِیۡنَ حَتّٰی یُؤۡمِنُوۡا ؕ وَ لَعَبۡدٌ مُّؤۡمِنٌ
خَیۡرٌ مِّنۡ مُّشۡرِکٍ وَّ لَوۡ اَعۡجَبَکُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ یَدۡعُوۡنَ اِلَی النَّارِ ۚۖ وَ اللّٰہُ یَدۡعُوۡۤا اِلَی الۡجَنَّۃِ وَ
الۡمَغۡفِرَۃِ بِاِذۡنِہٖ ۚ وَ
یُبَیِّنُ اٰیٰتِہٖ لِلنَّاسِ
لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾٪
Dan
janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan musyrik حَتّٰی یُؤۡمِنَّ -- hingga
mereka terlebih dulu beriman, لَوۡ اَعۡجَبَتۡکُمۡ
وَ لَاَمَۃٌ مُّؤۡمِنَۃٌ خَیۡرٌ مِّنۡ مُّشۡرِکَۃٍ وَّ -- dan niscaya
hamba-sahaya perempuan yang beriman itu lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun ia mempesona hati kamu. Dan janganlah kamu menikahkan perempuan
yang beriman dengan laki-laki
musyrik حَتّٰی یُؤۡمِنُوۡا -- hingga
mereka terlebih dulu beriman,
وَ لَعَبۡدٌ مُّؤۡمِنٌ خَیۡرٌ مِّنۡ
مُّشۡرِکٍ وَّ لَوۡ اَعۡجَبَکُمۡ
-- dan niscaya hamba-sahaya laki-laki yang beriman lebih
baik daripada laki-laki musyrik,
meskipun ia mempesona hati kamu. اُولٰٓئِکَ یَدۡعُوۡنَ اِلَی النَّارِ
-- mereka mengajak
ke dalam Api, وَ اللّٰہُ یَدۡعُوۡۤا اِلَی الۡجَنَّۃِ وَ
الۡمَغۡفِرَۃِ بِاِذۡنِہٖ -- sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. وَ یُبَیِّنُ اٰیٰتِہٖ لِلنَّاسِ
لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ -- Dan Dia menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada manusia supaya mereka mendapat nasihat. (Al-Baqarah
[2]:222).
Tidak Mendahulukan Keinginan dan Pilihan
Sendiri
Orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.,
mereka dalam mencari pasangan hidup tidak akan mendahulukan keinginan mereka sendiri daripada mendahulukan keputusan Allah Swt. dan Rasul-Nya
tersebut, firman-Nya:
وَ مَا
کَانَ لِمُؤۡمِنٍ وَّ لَا مُؤۡمِنَۃٍ اِذَا قَضَی اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗۤ اَمۡرًا اَنۡ یَّکُوۡنَ
لَہُمُ الۡخِیَرَۃُ مِنۡ
اَمۡرِہِمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّعۡصِ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ فَقَدۡ
ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِیۡنًا ﴿ؕ﴾
Dan
sekali-kali tidak layak bagi
laki-laki yang beriman dan tidak
pula perempuan yang beriman, اِذَا قَضَی اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗۤ اَمۡرًا -- apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan sesuatu urusan, اَنۡ یَّکُوۡنَ لَہُمُ الۡخِیَرَۃُ مِنۡ اَمۡرِہِمۡ -- bahwa mereka
menjadikan pilihan sendiri dalam urusan dirinya. وَ مَنۡ یَّعۡصِ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ فَقَدۡ ضَلَّ
ضَلٰلًا مُّبِیۡنًا -- Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh ia telah sesat suatu kesesatan yang nyata. (Al-Ahzab [33]:37).
Kejadian yang langsung berkaitan dengan
turunnya ayat ini mungkin terjadi karena keraguan Sitti Zainab r.a.. menuruti
keinginan yang sangat diidam-idamkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. agar
Sitti Zainab r.a. menikah dengan Zaid, budak
beliau saw. yang telah dimerdekakan.
Kepatuh-taatan yang diamalkan Sitti
Zainab r.a. layak mendapat pujian, karena
menghormati kehendak Nabi Besar Muhammad saw.
beliau setuju menikah dengan Zaid bin Haritsah r.a., walau bertentangan dengan kecenderungan hati beliau pribadi. Nabi Besar Muhammad saw. tidak memaksa Sitti Zainab r.a. menerima
Zaid bin Haritsah r.a. sebagai suami.
Sitti Zainab r.a. hanyalah menghormati
keinginan Nabi Besar Muhammad saw..
Pendek kata, demikian sakralnya lembaga pernikahan dalam Islam,
sehingga Allah Swt. telah menjadikan baik-buruknya hubungan pasangan suami-istri sebagai misal (perumpamaan) baik-buruknya hubungan
suatu kaum dengan rasul Allah yang dibangkitkan di
kalangan mereka, contohnya adalah istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan
Nabi Luth a.s., firman-Nya:
ضَرَبَ
اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ
کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ
امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ
عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا
عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ﴿۱۰﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri
Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami
yang saleh, tetapi keduanya berbuat
khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela
kedua istri mere-ka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka:
“Masuklah kamu berdua ke dalam Api
beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm
[66]:11).
Orang-orang kafir oleh Allah Swt. diumpamakan seperti istri
Nabi Nuh a.s. dan istri Nabi
Luth a.s., untuk menunjukkan
bahwa persahabatan dengan orang bertakwa -- malahan dengan nabi Allah sekalipun -- tidak
berfaedah bagi orang yang mempunyai kecenderungan
buruk menolak kebenaran.
“Pengantin
Perempuan” yang Berhias untuk “Suaminya”
Sehubungan dengan misal (perumpamaan) mengenai
sakralnya
pernikahan atau hubungan
suami-istri tersebut, hal yang sama
terdapat pula dalam Bible
– Wahyu
Yohanes 21:1-4:
1. Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi
yang baru, sebab langit yang pertama
dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan lautpun tidak ada lagi. 2. Dan
aku melihat kota yang kudus, Yerusalem
yang baru, turun dari sorga, dari Allah,
yang berhias bagaikan pengantin
perempuan yang berdandan untuk suaminya. 3. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata:
"Lihatlah, kemah Allah ada di
tengah-tengah manusia dan Ia akan
diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia
akan menjadi Allah mereka. 4. Dan Ia
akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak
akan ada lagi perkabungan, atau ratap
tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Sebutan “Yerusalem yang baru” merupakan kiasan
yang mengisyaratkan kepada kaum Yahudi yang
terus menerus melakukan kedurhakaan
kepada Allah Swt. dan para rasul Allah
yang dibangkitkan di kalangan mereka. Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah pernyataan Allah Swt. melalui ucapan Yesus
Kristus – yakni Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. -- dalam (Matius 23:37-39) berikut ini:
37."Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang
diutus kepadamu! Berkali-kali
Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. 38. Lihatlah rumahmu ini akan
ditinggalkan dan menjadi sunyi.
39. Dan
Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang
kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan!”
Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah firman Allah Swt. berikut
ini mengenai kedurhakaan Bani Israil
kepada Allah Swt. dan para Rasul
Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka serta mengenai kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. dan wahyu Al-Quran:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا
مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا
عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ
اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ
عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ
۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan
rasul-rasul di belakangnya, Kami
berikan kepada Isa Ibnu Maryam
Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ -- Maka apakah patut
setiap datang kepada kamu seorang rasul
dengan membawa apa yang tidak disukai
oleh dirimu, kamu berlaku takabur, lalu sebagian
kamu dustakan dan sebagian lainnya
kamu bunuh? وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ -- Dan
mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” بَلۡ
لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ
فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidak,
bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka maka sedikit sekali apa yang mereka imani. وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا
مَعَہُمۡ -- Dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab yakni Al-Quran dari Allah menggenapi
apa yang ada pada mereka, وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا -- sedangkan sebelum itu
mereka senantiasa memohon kemenangan atas orang-orang
kafir, فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ -- tetapi tatkala datang kepada mereka capa
yang mereka kenali itu lalu mereka kafir kepadanya
فَلَعۡنَۃُ
اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- maka laknat
Allah atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah
[2]:88-90).
Makna “Diberkatilah Dia yang Datang dalam Nama Tuhan” & Doa ‘ibādu- rahmān (Hamba-hamba Tuhan Yang
Maha Pemurah)
Dengan demikian terjawablah sambungan cerita penglihatan
ruhani Yohanes dalam Kitab Wahyu mengenai siapa orang yang berada di atas tahta
itu -- yakni Alfa dan Omega, atau Yang Awal dan Yang Akhir atau “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,” --
yaitu Nabi Besar Muhammad saw. karena wahyu
Ilahi berupa Surah-surah
Al-Quran dimulai dengan ayat بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ -- “Dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang,
” kecuali Surah At-Taubah :
5. Ia yang duduk di atas takhta itu berkata:
"Lihatlah, Aku menjadikan segala
sesuatu baru!" Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala
perkataan ini adalah tepat dan benar." 6. Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang
Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. 7. Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang;
inilah kematian yang kedua." (Wahyu 21:5-7):
Jadi, nasib buruk yang menimpa “orang-orang
penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang;
inilah kematian yang kedua" sama dengan nasib buruk yang meneimpa para penentang
Rasul Allah di
setiap zaman yakni seperti nasib buruk
yang menimpa istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s., firman-Nya:
ضَرَبَ
اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ
کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ
امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ
عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا
عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri
Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami
yang saleh, tetapi keduanya berbuat
khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela
kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka:
“Masuklah kamu berdua ke dalam Api
beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm
[66]:11).
Dengan demikian jelaslah bahwa adanya kesamaan iman atau agama pada pasangan suami
istri sangat mutlak diperlukan bagi terkabulnya doa ‘ibādu-
rahmān (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah - QS.25:64-74) berikut ini, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَ
ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾
Dan
orang-orang yang mengatakan: “Ya Rabb
(Tuhan) kami, anugerahkanlah kepada kami
istri-istri kami dan keturunan kami
menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqān
[25]:75).
Mengenai
‘ibādu- rahmān (hamba-hamba
Tuhan Yang Maha Pemurah selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اُولٰٓئِکَ
یُجۡزَوۡنَ الۡغُرۡفَۃَ بِمَا صَبَرُوۡا وَ
یُلَقَّوۡنَ فِیۡہَا تَحِیَّۃً وَّ سَلٰمًا ﴿ۙ﴾ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ حَسُنَتۡ مُسۡتَقَرًّا وَّ
مُقَامًا ﴿﴾ قُلۡ مَا
یَعۡبَؤُا بِکُمۡ رَبِّیۡ لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ
کَذَّبۡتُمۡ فَسَوۡفَ یَکُوۡنُ
لِزَامًا﴿٪﴾
Mereka
itulah yang akan dianugerahi kamar-kamar tinggi di surga karena
mereka bersabar, dan mereka akan disambut di dalamnya denggan penghormatan dan doa selamat. Mereka akan
kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. قُلۡ مَا یَعۡبَؤُا بِکُمۡ رَبِّیۡ
لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ کَذَّبۡتُمۡ فَسَوۡفَ
یَکُوۡنُ لِزَامًا -- Katakanlah: “Rabb-ku (Tuhan-ku) tidak akan mempedulikan kamu jika tidak karena doa kamu, maka sungguh kamu telah mendustakan maka segera
azab menimpa kamu.” (Al-Furqān [25]:75).
Kabar Gembira Bagi Para “Pengantin Perempuan”
yang Berhias untuk “Suaminya”
Mā ‘aba ‘ubihi berarti: aku tidak peduli, pikirkan, hiraukan atau
pandangan baik akan dia, atau aku tidak menganggap dia berarti atau berharga
apa pun; atau aku tidak menghargainya (Lexicon
Lane & Al-Mufradat).
Jadi, Allah Swt. di setiap zaman
-- termasuk di Akhir Zaman ini -- tidak pernah mempedulikan
para penentang rasul Allah, bagaimana pun banyaknya jumlah mereka, kaya-rayanya mereka, serta bagaimana pun
hebatnya kekuasaan mereka, jika dalam kenyataannya mereka berlaku khianat terhadap rasul
Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.7”35-37), seperti nasib buruk yang menimpa istri-istri
durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s..
Tetapi sebaliknya, orang-orang yang
beriman kepada Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan kepada mereka -- sekali pun mereka akan mengalami perlakukan
zalim dari para penentang Rasul Allah – akan tetapi pada akhirnya mereka akan menikmati kebenaran
janji Allah Swt. yang dikemukakan Bibel sebelum ini dalam Wahyu
Yohanes 21:1-4:
1. Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi
yang baru, sebab langit yang pertama
dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan lautpun tidak ada lagi. 2. Dan
aku melihat kota yang kudus, Yerusalem
yang baru, turun dari sorga, dari Allah,
yang berhias bagaikan pengantin
perempuan yang berdandan untuk suaminya. 3. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata:
"Lihatlah, kemah Allah ada di
tengah-tengah manusia dan Ia akan
diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia
akan menjadi Allah mereka. 4. Dan Ia
akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak
akan ada lagi perkabungan, atau ratap
tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 Agustus
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar