Senin, 22 September 2014

Perempuan (Istri) Termasuk Golongan "Maal" (Harta Kekayaan) Suami & Pentingnya Mewaspadai "Musuh" Dalam Keluarga



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   323

Perempuan (Istri) Termasuk Golongan “Maal” (Harta Kekayaan) Suami &  Pentingnya Mewaspadai “Musuh” Dalam Keluarga   

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai pentingnya  adanya kesamaan iman atau agama pada pasangan suami istri  sangat mutlak diperlukan bagi terkabulnya doa  ibādu- rahmān (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah -  QS.25:64-74) berikut ini, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾
Dan orang-orang yang mengatakan: “Ya Rabb (Tuhan) kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqān [25]:75).
     Mengenai  ibādu- rahmān (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اُولٰٓئِکَ یُجۡزَوۡنَ الۡغُرۡفَۃَ  بِمَا صَبَرُوۡا وَ یُلَقَّوۡنَ فِیۡہَا تَحِیَّۃً  وَّ  سَلٰمًا ﴿ۙ﴾  خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ حَسُنَتۡ مُسۡتَقَرًّا وَّ مُقَامًا ﴿﴾  قُلۡ  مَا یَعۡبَؤُا بِکُمۡ  رَبِّیۡ  لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ کَذَّبۡتُمۡ  فَسَوۡفَ  یَکُوۡنُ  لِزَامًا﴿٪﴾
Mereka itulah yang akan dianugerahi  kamar-kamar tinggi di surga karena mereka bersabar, dan mereka akan disambut di dalamnya denggan penghormatan dan doa selamat.   Mereka akan  kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. قُلۡ  مَا یَعۡبَؤُا بِکُمۡ  رَبِّیۡ  لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ کَذَّبۡتُمۡ  فَسَوۡفَ  یَکُوۡنُ  لِزَامًا --  Katakanlah: Rabb-ku (Tuhan-ku) tidak akan mempedulikan kamu jika tidak karena doa kamu, maka sungguh kamu telah mendustakan maka segera   azab  menimpa kamu.” (Al-Furqān [25]:75).
          ‘aba ‘ubihi berarti:  aku tidak peduli, pikirkan, hiraukan atau pandangan baik akan dia, atau aku tidak menganggap dia berarti atau berharga apa pun; atau aku tidak menghargainya (Lexicon Lane & Al-Mufradat). 
       Jadi, Allah Swt.  di setiap  zaman    -- termasuk di Akhir Zaman ini -- tidak pernah mempedulikan  para penentang rasul Allah,   bagaimana pun banyaknya jumlah mereka, kaya-rayanya mereka, serta bagaimana pun hebatnya kekuasaan mereka, jika dalam kenyataannya mereka berlaku khianat  terhadap rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.7:35-37), seperti nasib buruk  yang menimpa  istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s..
   Tetapi sebaliknya, orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka    -- sekali pun mereka akan mengalami perlakukan   zalim dari  para penentang Rasul Allah – akan tetapi  pada akhirnya mereka akan menikmati    kebenaran janji  Allah Swt. yang dikemukakan Bibel sebelum ini dalam  Wahyu Yohanes 21:1-4:
1. Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. 2. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. 3. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. 4. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

Kedurhakaan Bani Israil Sebagai “Istri Ruhani  Nabi Musa a.s.

     Kembali kepada firman Allah Swt. mengenai pentingnya ketakwaan dan berkata yang jujur (benar), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اٰذَوۡا مُوۡسٰی فَبَرَّاَہُ  اللّٰہُ مِمَّا قَالُوۡا ؕ وَ کَانَ عِنۡدَ اللّٰہِ  وَجِیۡہًا  ﴿ؕ﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ قُوۡلُوۡا  قَوۡلًا  سَدِیۡدًا  ﴿ۙ﴾ یُّصۡلِحۡ  لَکُمۡ  اَعۡمَالَکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ  فَقَدۡ  فَازَ  فَوۡزًا عَظِیۡمًا ﴿﴾  اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا ﴿ۙ﴾  لِّیُعَذِّبَ اللّٰہُ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ وَ الۡمُنٰفِقٰتِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ وَ الۡمُشۡرِکٰتِ وَ یَتُوۡبَ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ  الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿٪﴾ 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti   orang-orang yang telah menyusahkan  Musa, tetapi Allah membersihkannya dari apa yang mereka katakan. Dan ia di sisi Allah adalah orang yang terhormat.   Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang jujur.   Dia akan memperbaiki  bagi kamu amal-amalmu dan akan meng-ampuni bagimu dosa-dosa kamu.  Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia akan meraih kemenangan besar.  اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا  ---  Sesungguhnya Kami telah  menawarkan amanat syariat kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan memikulnya dan mereka takut terhadapnya, akan sedangkan insan memikulnya, sesungguhnya ia sanggup berbuat zalim dan  abai  terhadap dirinya.   لِّیُعَذِّبَ اللّٰہُ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ وَ الۡمُنٰفِقٰتِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ وَ الۡمُشۡرِکٰتِ وَ یَتُوۡبَ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ  الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا   -- supaya Allah akan menghukum orang-orang munafik lelaki dan orang-orang munafik perempuan, dan  orang-orang musyrik lelaki dan orang-orang musyrik perempuan,  dan Allah senantiasa kembali dengan kasih sayang kepada orang-orang lelaki   dan   perempuan-perempuan yang beriman, dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:70-74).
       Baik dari Bible mau pun dari Al-Quran diketahui,  bahwa Bani Israil     --  dalam kedudukannya sebagai “istri” Nabi Musa a.s.   – bagaikan seorang istri yang tidak setia  terhadap “suaminya”, mereka bukan saja sering berkata tidak jujur, misalnya mereka berkata “Kami dengar,  tetapi kami durhakai” (QS.4:47) -- tetapi juga berkali-kali  “berselingkuh” yakni melakukan kemusyrikan.
        Contohnya,    ketika Nabi Musa a.s.  meninggalkan Bani Israil  untuk “bertemu dengan Allah Swt.” selama 40 malam,  mereka mengikuti perbuatan  syirik menyembah patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri,  padahal bersama mereka ada Nabi Harun a.s. yang   berusaha keras  mencegah mereka melakukan pengkhianatan  ruhani  tersebut (QS.7:143-152;  QS.20:84-99).

Makna Keluarga yang Sakinah,  Mawaddah dan Rahmah

       Sehubungan  dengan  hal tersebut, dalam  hubungan suami-istri   pun ketakwaan  kepada Allah Swt. dan kejujuran  sangat penting bagi terbinanya suatu rumah-tangga yang sakinah, mawaddah   dan   rahmah. Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti: tenang, terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih-sayang, mantap dan memperoleh pembelaan.
        Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari Al-Quran Surah 30:22, ayat litaskunu ilaiha, yang artinya bahwa Allah Swt. telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain. Jadi keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta-kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah Swt.
      Di dalam keluarga sakinah itu pasti akan muncul mawaddah dan rahmah (QS.30:22). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya).
         Karena itu  setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah adalah cinta yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi (tubuh) yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih-sayang
        Ada pun makna  rahmah   yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki.   Jadi, rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada yang dicintai.
   Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang terimplementasikan pada wujud kasih-sayang, seperti cinta tulus, kasih-sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan pertama saat melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah Swt. dan sunnah Nabi Besar Muhammad saw. serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah Swt.

Makna “Perempuan Dijadikan dari Tulang Rusuk

        Sehubungan dengan hal tersebut,  ada satu hal penting yang perlu mendapat perhatian suami (kepala keluarga) mengenai istrinya, yaitu sabda Nabi Besar Muhammad saw. yang mengandung falsafah dan hikmah yang sangat dalam, yaitu  bahwa “perempuan  (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk laki-laki (Adam)”, yang erat dengan ayat Al-Quran lainnya yang sering disampaikan Nabi Besar Muhammad saw. dalam khutbah nikah,  firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّکُمُ الَّذِیۡ خَلَقَکُمۡ مِّنۡ نَّفۡسٍ وَّاحِدَۃٍ    وَّ خَلَقَ مِنۡہَا زَوۡجَہَا وَ بَثَّ مِنۡہُمَا رِجَالًا کَثِیۡرًا وَّ نِسَآءً ۚ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ الَّذِیۡ تَسَآءَلُوۡنَ بِہٖ وَ الۡاَرۡحَامَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ عَلَیۡکُمۡ  رَقِیۡبًا ﴿﴾
Hai manusia,  bertakwalah kepada Allah  Rabb (Tuhan) kamu  Yang menciptakan kamu dari satu jiwa  dan darinya Dia menciptakan jodohnya  sebagai pasangan serta  mengembang-biakkan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,  dan bertakwalah mengenai hubungan kekerabatan,  sesungguhnya Allah senantiasa menjaga dan mengawasi kamu. (An-Nisā [4]:2).
      “Satu jiwa” dapat diartikan: (1) Adam, (2) laki-laki dan perempuan bersama-sama, sebab bila dua wujud melakukan satu pekerjaan bersama-sama, mereka dapat dianggap sebagai satu; (3) laki-laki atau perempuan secara mandiri sebab umat manusia dapat dikatakan telah diciptakan dari “satu jiwa” dalam arti kata bahwa tiap-tiap dan masing-masing perseorangan (individu) diciptakan dari benih laki-laki yang merupakan “satu jiwa” dan juga dilahirkan oleh perempuan yang merupakan pula “satu jiwa.”
      Kata-kata  وَّ خَلَقَ مِنۡہَا زَوۡجَہَا  --  “dan darinya Dia menciptakan jodohnya  itu tidak berarti bahwa perempuan diciptakan dari bagian tubuh laki-laki, tetapi bahwa perempuan termasuk jenis yang sama dengan laki-laki yaitu mempunyai pembawaan-pembawaan  alami dan kecenderungan-kecenderungan yang serupa.            Anggapan bahwa Siti Hawa telah diciptakan dari tulang rusuk Adam nampaknya timbul dari sabda Nabi Besar Muhammad saw. yakni: “Kaum perempuan  telah diciptakan dari tulang rusuk, dan tentu saja bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk itu bagian yang paling atas. Jika kamu memaksa meluruskannya, kamu akan membuatnya patah” (Bukhari, Kitab-un-Nikah).
      Sabda beliau saw. tersebut sebenarnya merupakan satu dalil yang bertentangan dengan anggapan keliru di atas, dan bukan mendukungnya, sebab di sini sekali-kali tidak disebut nama Siti Hawa, melainkan hanya menerangkan ihwal keadaan umum perempuan. Jelas bagi siapa pun bahwa setiap perempuan tidak diciptakan dari tulang rusuk. Kata dhil’ yang digunakan dalam hadits  Nabi Besar Muhammad saw.  di atas, menunjuk kepada suatu pembawaan bengkok, kata itu sendiri berarti kebengkokan (Bihar-al-Anwar & Al-Bahrul-Muhith).
      Sebenarnya kata itu menunjuk kepada satu sifat khas perempuan,  yaitu mempunyai kebiasaan berbuat pura-pura tidak senang dan bertingkah manja demi menarik hati orang. “Kebengkokan” itu disebut dalam hadits ini sebagai sifat khas yang paling tinggi atau paling baik di dalam wataknya sebagai perempuan.
         Barangsiapa menganggap marah-semu (pura-pura marah) perempuan sebagai  kemarahan yang sungguh-sungguh, lalu suami  berlaku kasar terhadapnya karena alasan itu   -- sehingga terjadi tindakan KDRT    (kekerasan dalam rumah tangga) --sebenarnya  laki-laki  (suami) yang “jahil” tersebut telah memusnahkan segi paling menarik dan menawan hati dalam kepribadiannya sebagai perempuan.

Perempuan Termasuk Golongan “Maal” (Kekayaan)

       Itulah sebabnya Allah Swt.  dan Nabi Besar Muhammad saw. telah memasukkan perempuan ke dalam golongan “maal” (kekayaan), yaitu sesuatu yang manusia – terutama laki-laki – condong (cenderung) kepadanya, firman-Nya:
زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَ الۡبَنِیۡنَ وَ الۡقَنَاطِیۡرِ الۡمُقَنۡطَرَۃِ مِنَ الذَّہَبِ وَ الۡفِضَّۃِ وَ الۡخَیۡلِ الۡمُسَوَّمَۃِ وَ الۡاَنۡعَامِ وَ الۡحَرۡثِ ؕ ذٰلِکَ مَتَاعُ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ ﴿﴾
Ditampakkan indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini yaitu:  مِنَ النِّسَآءِ -- perempuan-perempuan,  anak-anak, kekayaan yang berlimpah berupa emas dan perak,  kuda pilihan,  binatang ternak dan sawah ladang.  Yang demikian itu adalah perlengkapan hidup  di dunia, dan Allah, di sisi-Nya-lah  sebaik-baik tempat kembali.  (Ali-Imran [3]:15). 
        Dari Abu Hurairah, Nabi Besar Muhammad saw. bersabda, “Perempuan dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, ambillah perempuan yang memiliki agama (perempuan shalihah), kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim).
        Nabi Besar Muhammad saw. selanjutnya menegaskan, “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang paling baik adalah perempuan yang shalihah.” (Muslim, Ibnu Majah, dan Nasa’i).
       Jadi, kembali menyinggung  pro-kontra  masalah pernikahan dengan Non-Muslim, bahwa hanya orang-orang  yang  tidak memahami sakralnya pernikahan   menurut ajaran  Islam (Al-Quran) sajalah yang akan mencari pasangan hidup yang tidak seiman atau tidak seagama.
       Mengapa demikian? Sebab dengan langkah awal yang keliru tersebut pada hakikatnya suami atau istri yang melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah Swt. tersebut (QS.2:222) dengan sengaja telah menyimpan “bara api” yang sewaktu-waktu akan berubah menjadi “kobaran api” yang akan menghanguskan tatanan rumahtangga mereka, sebab keridhaan Allah Swt. tidak bersama mereka.
      Mengisyaratkan kepadanya kenyataan itulah Allah Swt.  dalam firman-Nya berikut ini telah memperingatkan para suami mengenai keberadaan “musuh” dalam lingkungan keluarganya (rumahtangganya),  sekali pun sama-sama sebagai “orang-orang yang beriman”, Dia berfirman:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡۤا اِنَّ مِنۡ اَزۡوَاجِکُمۡ وَ اَوۡلَادِکُمۡ عَدُوًّا  لَّکُمۡ فَاحۡذَرُوۡہُمۡ ۚ  وَ  اِنۡ  تَعۡفُوۡا وَ تَصۡفَحُوۡا وَ تَغۡفِرُوۡا  فَاِنَّ اللّٰہَ  غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿۱۴﴾  اِنَّمَاۤ  اَمۡوَالُکُمۡ وَ اَوۡلَادُکُمۡ  فِتۡنَۃٌ ؕ وَ اللّٰہُ  عِنۡدَہٗۤ   اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾  فَاتَّقُوا اللّٰہَ  مَا  اسۡتَطَعۡتُمۡ وَ اسۡمَعُوۡا وَ اَطِیۡعُوۡا وَ اَنۡفِقُوۡا خَیۡرًا  لِّاَنۡفُسِکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ  تُقۡرِضُوا اللّٰہَ  قَرۡضًا حَسَنًا یُّضٰعِفۡہُ لَکُمۡ  وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  شَکُوۡرٌ  حَلِیۡمٌ ﴿ۙ۱۷﴾  عٰلِمُ  الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ  الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿٪﴾  
Hai, orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri kamu dan anak-anak kamu adalah musuh bagimu, maka waspadalah terhadap mereka, وَ  اِنۡ  تَعۡفُوۡا وَ تَصۡفَحُوۡا وَ تَغۡفِرُوۡا  فَاِنَّ اللّٰہَ  غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ  -- dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi dan mengampuni, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.  اِنَّمَاۤ  اَمۡوَالُکُمۡ وَ اَوۡلَادُکُمۡ  فِتۡنَۃٌ ؕ وَ اللّٰہُ  عِنۡدَہٗۤ   اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ --  Sesungguhnya  harta kamu dan  anak-anakmu adalah fitnah (ujian), dan Allah di sisi-Nya ganjaran yang besar. فَاتَّقُوا اللّٰہَ  مَا  اسۡتَطَعۡتُمۡ وَ اسۡمَعُوۡا وَ اَطِیۡعُوۡا وَ اَنۡفِقُوۡا خَیۡرًا  لِّاَنۡفُسِکُمۡ   --  maka bertakwalah kepada Allah sejauh kesanggupan kamu, dan dengarlah serta taatlah, dan belanjakanlah harta kamu di jalan-Nya, hal itu baik bagi diri kamu.  وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ --   Dan barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang berhasil. اِنۡ  تُقۡرِضُوا اللّٰہَ  قَرۡضًا حَسَنًا یُّضٰعِفۡہُ لَکُمۡ  وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  شَکُوۡرٌ  حَلِیۡمٌ  --  Jika kamu meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang baik, niscaya Dia akan melipat-gandakan bagimu dan akan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Menghargai, Maha Penyantun,   عٰلِمُ  الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ  الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ --  Dia Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (At-Taghābun [64]:15-19).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  1 September     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar