Minggu, 22 Desember 2013

Terulangnya Kerusakan di "Daratan" dan di "Lautan" di Akhir Zaman



   بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  106

Terulangnya Kerusakan di “Daratan” dan  di “Lautan” di Akhir Zaman
  

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan    mengenai   peringatan Allah Swt. kepada umat Islam   dalam Surah   Ali ‘Imran [3]:103-104,  mengenai pentingnya beriman dan berpegang-teguh para “tali Allah”, yakni Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37; QS.61:2-10; QS.62:3-4), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri.  Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali  Allah, dan janganlah kamu berpecah-belah,  dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:103-104). 

Masa “Jahiliyah” di Akhir Zaman

      Ayat  وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ -- “dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri  berarti bahwa  karena kedatangan saat kematian tidak diketahui,   maka orang-orang beriman dapat berkeyakinan akan mati dalam keadaan berserah  diri kepada Allah Swt.  sebagai Muslim hakiki ((Muslimūn),  hanya jika  keadaan umat Islam  senantiasa tetap dalam keadaan menyerahkan diri kepada-Nya. Jadi ungkapan itu mengandung arti bahwa orang-orang Islam harus senantiasa tetap patuh kepada Allah Swt. dan Sunnah serta uswah hasanah (suri-teladan terbaik) Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.33:22).
       Habl  dalam ayat   وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا  -- “Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali  Allah”,   berarti: seutas tali atau pengikat yang dengan itu sebuah benda diikat atau dikencangkan; suatu ikatan, suatu perjanjian atau permufakatan; suatu kewajiban yang karenanya kita menjadi bertanggung jawab untuk keselamatan seseorang atau suatu barang; persekutuan dan perlindungan (Lexicon Lane). Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan telah bersabda:  Kitab Allah itu tali Allah yang telah diulurkan dari langit ke bumi” (Tafsir Ibnu Jarir, IV, 30).
      Makna ayat   وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا  — “dan janganlah kamu berpecah-belah”,  sangat sukar kita mendapatkan suatu kaum yang terpecah-belah lebih daripada orang-orang Arab sebelum kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.  di tengah mereka, tetapi dalam pada itu sejarah umat manusia tidak dapat mengemukakan satu contoh pun ikatan persaudaraan penuh cinta yang menjadikan orang-orang Arab telah bersatu-padu, berkat ajaran dan teladan luhur lagi mulia Junjungan Agung mereka Nabi Besar Muhammad saw..
      Mengingatkan umumnya  umat Islam di Akhir Zaman ini  kepada kenyataan itulah dalam ayat selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا
“...dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara.”
      Selanjutnya Allah Swt. mengingatkan mengenai keadaan bangsa Arab sebelum mereka beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.    Tali Allah yang diulurkan dari langit --  وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا  --  “dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya.”  Kata-kata “di tepi jurang Api” berarti peperangan, saling membinasakan yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan menghabiskan kaum pria mereka.

Dua Masa  Zaman Jahiliyah &
Dua Kali pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.

      Apa yang diperingatkan Allah Swt. dalam Surah Ali ‘Imran ayat 103-104 tersebut  kembali terjadi di Akhir Zaman ini,   sehingga apa   yang saat ini terjadi di kawasan orang-orang Muslim – baik itu di  Afrika Utara, di Jazirah Arabia,  di Iran, di Afghanistan mau pun di Pakistan   -- seakan-akan merupakan “reinkarnasi” dari keadaan  zaman jahiliyah” di masa Nabi Besar Muhammad saw., hanya bedanya keadaan bangsa Arab, Iran,   Afghanistan dan  Pakistan    belum beragama Islam, tetapi  di Akhir Zaman  ini mereka semua umumnya telah menganut agama Islam dan semuanya mengaku sebagai Muslim,  hanya saja berbeda sekte dan firqah atau mazhab.
        Oleh karena itu tidak keliru jika ada yang berpendapat,  bahwa  “kejahiliyah” yang melanda umat Islam di Akhir Zaman ini  jauh lebih buruk daripada kejahiliyah di masa sebelum pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.30:42-QS.62:3-4), sebab pihak yang membunuh dan pihak yang dibunuh  di Akhir Zaman ini adalah sesama Muslim, sambil kedua belah pihak dengan penuh semangat kebencian mengumandangkan ALLAHU AKBAR!
     Mengisyaratkan kepada adanya dua masa kejahilan itulah  firman Allah Swt. berikut ingin mengenai dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yaitu di masa awal dan di masa akhir  atau di Akhir Zaman  ini melalui pengutusan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  atau Rasul Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,  Pendiri Jemaat Ahmadiyah:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یُسَبِّحُ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾    ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾   وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Menyanjung kesucian  Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah [62]:1-3). 
      Dengan diawali dengan huruf wau athaf,  ­­ ayat selanjutnya mengisyaratkan kepada  pengulangan keadaan yang dikemukakan ayat sebelumnya akan terulang kembali, firman-Nya:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾
Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:4). 
  Karena Nabi Besar Muhammad saw. adalah Rasul Allah yang diutus untuk seluruh  umat manusia (QS.7:159; QS,21:108; QS.25:2; QS.34:29). Dengan demikian ajaran Nabi Besar Muhammad saw. (Islam/Al-Quran)  ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw. dibangkitkan (QS.62:3), melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada keturunan (generasi) demi keturunan (generasi) manusia yang akan datang hingga kiamat.
  Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa  Nabi Besar Muhammad saw.  akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan  Nabi Besar Muhammad saw. untuk kedua kali dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s  atau  misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  di Akhir Zaman ini.
 Sehubungan dengan diwahyukan-Nya Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 tersebut,  Abu Hurairah r.a.  berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw.,  ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” – Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.
  Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).

Rasul Akhir Zaman

 Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi.  Mirza Ghulam Ahmad a.s., pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi. Hadits Nabi Besar Muhammad saw. lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih pada saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi). Jadi, Al-Quran  (QS.25:31) dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali  Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s..
   Menurut Allah Swt. semua itu terjadi semata-mata karunia Allah Swt. kepada para pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ
Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan    Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:5). 
        Hal itu adalah untuk menyempurnakan janji Allah Swt. mengenai kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat,  bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.  Pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut adalah guna memisahkan orang-orang yang keimanannya kepada Allah Swt. dan rasulnya benar-benar tulus-ikhlas dari orang-orang yang tidak demikian, firman-Nya:
مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang ber-iman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya  hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah ka-mu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar.(Ali ‘Imran [3]:180).
     Walau pun benar Rasul Akhir Zaman tersebut  merupakan perwujudan kedatangan para Rasul Allah yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama yang berlainan, akan tetapi Rasul Akhir Zaman tersebut berasal dari kalangan umat Islam, karena  keadaan umat Islam yang keadaannya telah terpecah-belah  tidak mungkin menyeru para pengikut agama-agama lainnya untuk masuk agama Islam sedangkan umat Islam  sendiri tepecah-belah  berupa berbagai firqah (sekte) yang saling bertentangan dan saling mengkafirkan, seperti  halnya keaadaan umat-umat beragama sebelumnya.

Hati yang semakin Keras &
Kerusakan di Daratan dan di Lautan

           Pendek kata,  kedengkian  yang terjadi di kalangan umat agama di Akhir Zaman benar-benar telah membuat semua umat beragama terpecah-belah, termasuk di kalangan umat Islam  sehingga  persaudaraan Muslim” yang hakiki telah hilang,  dan yang ada adalah   hati  yang keras  disertai  rasa dengki dan dendam.    Benarlah firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?  Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Firman-Nya lagi:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia,  supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya. Katakanlah: Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.”   Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44). 
      Dalam ayat-ayat   ini  dikemukakan, bahwa bila kegelapan menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang  rasul Allah untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat keharibaan Majikan-nya, yakni Allah Swt..
“Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s.  di dalam aliran darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).

Makna “Daratan” dan “Lautan

      Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu Nabi Besar Muhammad saw.  -- Guru umat manusia terbesar --  muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran, sebab  syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan, teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan  menampakkan diri telah menjadi mapan.
    Kata-kata “daratan dan lautan” dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau.
       Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki. Keadaan tersebut kembali berdasarkan QS.62:3-4 sebelum ini terulang di Akhir Zaman berupa masa munculnya kembali  masa  jahiliyah” yang pernah terjadi  menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. 1400 tahun yang lalu.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***
Pajajaran Anyar,  5  Desember       2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar