بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
106
Terulangnya Kerusakan di “Daratan” dan di “Lautan” di Akhir Zaman
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai peringatan Allah Swt. kepada umat Islam dalam
Surah Ali ‘Imran [3]:103-104,
mengenai pentingnya beriman dan berpegang-teguh para “tali
Allah”, yakni Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37; QS.61:2-10; QS.62:3-4), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ
مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ
اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا
تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ کُنۡتُمۡ
اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ
بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ
النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan janganlah
sekali-kali kamu mati kecuali kamu
dalam keadaan berserah diri. Dan berpegangteguhlah kamu sekalian pada
tali Allah, dan janganlah kamu berpecah-belah, dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia menyatukan hati kamu dengan
kecintaan antara satu sama
lain maka dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara,
dan kamu dahulu berada di tepi jurang
Api lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah
Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada
kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
(Ali
‘Imran [3]:103-104).
Masa “Jahiliyah” di Akhir Zaman
Ayat
وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ
مُّسۡلِمُوۡنَ -- “dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri” berarti bahwa
karena kedatangan saat kematian
tidak diketahui, maka orang-orang beriman dapat berkeyakinan
akan mati dalam keadaan berserah
diri kepada Allah
Swt. sebagai Muslim hakiki ((Muslimūn), hanya jika
keadaan umat Islam senantiasa tetap dalam keadaan menyerahkan diri kepada-Nya. Jadi
ungkapan itu mengandung arti bahwa orang-orang Islam harus senantiasa tetap
patuh kepada Allah Swt. dan Sunnah serta uswah hasanah
(suri-teladan terbaik) Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.33:22).
Habl dalam ayat وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا -- “Dan
berpegangteguhlah kamu
sekalian pada tali Allah”, berarti: seutas
tali atau pengikat yang dengan
itu sebuah benda diikat atau dikencangkan; suatu ikatan, suatu
perjanjian atau permufakatan; suatu kewajiban yang karenanya kita menjadi
bertanggung jawab untuk keselamatan seseorang atau suatu barang; persekutuan
dan perlindungan (Lexicon Lane).
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan
telah bersabda: “Kitab Allah itu tali Allah yang telah diulurkan dari langit ke bumi”
(Tafsir
Ibnu Jarir, IV, 30).
Makna ayat وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا — “dan janganlah
kamu berpecah-belah”, sangat sukar
kita mendapatkan suatu kaum yang terpecah-belah lebih daripada orang-orang Arab sebelum kedatangan Nabi
Besar Muhammad saw. di tengah
mereka, tetapi dalam pada itu sejarah
umat manusia tidak dapat mengemukakan satu contoh pun ikatan
persaudaraan penuh cinta yang menjadikan orang-orang Arab telah bersatu-padu,
berkat ajaran dan teladan luhur lagi mulia Junjungan Agung mereka Nabi Besar Muhammad saw..
Mengingatkan umumnya umat
Islam di Akhir Zaman ini kepada kenyataan itulah dalam ayat
selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ اِذۡ کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ
فَاَصۡبَحۡتُمۡ
بِنِعۡمَتِہٖۤ
اِخۡوَانًا
“...dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia menyatukan hati kamu dengan
kecintaan antara satu sama
lain maka dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara.”
Selanjutnya Allah Swt. mengingatkan
mengenai keadaan bangsa Arab sebelum mereka beriman kepada Nabi Besar Muhammad
saw. – Tali Allah yang diulurkan dari langit -- وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا
-- “dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api lalu Dia
menyelamatkan kamu darinya.”
Kata-kata “di tepi jurang Api” berarti peperangan, saling membinasakan
yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan menghabiskan kaum pria mereka.
Dua Masa Zaman
Jahiliyah &
Dua Kali pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.
Apa yang diperingatkan Allah Swt. dalam Surah Ali ‘Imran ayat 103-104
tersebut kembali terjadi di Akhir Zaman ini, sehingga apa yang saat ini terjadi di kawasan orang-orang Muslim – baik itu di Afrika Utara, di Jazirah Arabia, di Iran, di Afghanistan mau pun di
Pakistan -- seakan-akan merupakan “reinkarnasi” dari keadaan
zaman jahiliyah” di masa Nabi
Besar Muhammad saw., hanya bedanya keadaan bangsa
Arab, Iran, Afghanistan dan Pakistan
belum beragama Islam,
tetapi di Akhir Zaman ini mereka semua
umumnya telah menganut agama Islam dan semuanya mengaku sebagai Muslim,
hanya saja berbeda sekte dan firqah atau mazhab.
Oleh karena itu tidak keliru jika ada yang berpendapat, bahwa
“kejahiliyah” yang melanda umat
Islam di Akhir Zaman ini jauh lebih
buruk daripada kejahiliyah di
masa sebelum pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.30:42-QS.62:3-4), sebab pihak yang membunuh dan pihak yang dibunuh di Akhir
Zaman ini adalah sesama Muslim, sambil
kedua belah pihak dengan penuh semangat kebencian mengumandangkan ALLAHU AKBAR!
Mengisyaratkan kepada adanya dua masa kejahilan itulah firman Allah Swt. berikut ingin mengenai dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. yaitu di masa awal dan di masa akhir atau di Akhir
Zaman ini melalui pengutusan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau Rasul
Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad
a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
یُسَبِّحُ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ
مَا فِی الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Menyanjung
kesucian Allah apa pun yang ada di
seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha
Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata, (Al-Jumu’ah [62]:1-3).
Dengan diawali dengan huruf wau athaf, ayat selanjutnya mengisyaratkan
kepada pengulangan keadaan yang dikemukakan ayat sebelumnya akan terulang
kembali, firman-Nya:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا
یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾
Dan juga
akan membangkitkannya pada kaum lain
dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan
Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:4).
Karena Nabi Besar Muhammad saw. adalah Rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia (QS.7:159; QS,21:108; QS.25:2;
QS.34:29). Dengan demikian ajaran Nabi Besar Muhammad saw. (Islam/Al-Quran) ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka -- yang di
tengah-tengah bangsa itu beliau saw. dibangkitkan (QS.62:3), melainkan kepada
seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan
bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada keturunan (generasi) demi keturunan (generasi)
manusia yang akan datang hingga kiamat.
Atau ayat ini dapat juga
berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw. akan dibangkitkan
di antara kaum yang belum pernah
tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau saw.. Isyarat di dalam
ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. untuk kedua kali dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) di Akhir Zaman
ini.
Sehubungan dengan diwahyukan-Nya
Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 tersebut, Abu
Hurairah r.a. berkata: “Pada
suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw., ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta
keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh
kata-kata Dan Dia akan
membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan
mereka?” – Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.
Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah
saw. meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman
telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan
menemukannya.” (Bukhari).
Rasul Akhir Zaman
Hadits Nabi Besar Muhammad
saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki
dari keturunan Parsi. Mirza Ghulam Ahmad a.s., pendiri Jemaat
Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi. Hadits Nabi Besar Muhammad saw. lainnya
menyebutkan kedatangan Al-Masih pada
saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di
dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi). Jadi, Al-Quran (QS.25:31) dan hadits kedua-duanya sepakat
bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud Al-Masih
Mau’ud a.s..
Menurut Allah Swt. semua
itu terjadi semata-mata karunia Allah Swt. kepada para pengikut sejati Nabi
Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman
ini, firman-Nya:
ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ
Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:5).
Hal itu adalah untuk menyempurnakan janji Allah Swt. mengenai kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
Kebanyakan ahli
tafsir Al-Quran sepakat, bahwa ayat ini
kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) sebab di zaman
beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian. Pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut adalah
guna memisahkan orang-orang yang keimanannya
kepada Allah Swt. dan rasulnya benar-benar tulus-ikhlas dari orang-orang yang tidak
demikian, firman-Nya:
مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ اَنۡتُمۡ
عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ
مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ
لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا
بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ اِنۡ
تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ
اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang ber-iman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya hingga
Dia memisahkan yang buruk dari
yang baik. Dan Allah sekali-kali
tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara
rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah ka-mu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar.(Ali
‘Imran [3]:180).
Walau pun benar Rasul Akhir Zaman tersebut
merupakan perwujudan kedatangan para Rasul
Allah yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama
yang berlainan, akan tetapi Rasul Akhir
Zaman tersebut berasal dari kalangan umat
Islam, karena keadaan umat Islam yang keadaannya telah terpecah-belah tidak mungkin menyeru para pengikut agama-agama lainnya untuk masuk
agama Islam sedangkan umat Islam sendiri tepecah-belah berupa berbagai firqah (sekte) yang saling bertentangan
dan saling mengkafirkan, seperti halnya keaadaan umat-umat beragama
sebelumnya.
Hati yang semakin Keras &
Kerusakan di Daratan dan di
Lautan
Pendek kata, kedengkian yang terjadi di kalangan umat agama di Akhir
Zaman benar-benar telah membuat semua umat beragama terpecah-belah, termasuk di
kalangan umat Islam sehingga “persaudaraan
Muslim” yang hakiki telah hilang, dan yang ada adalah hati yang keras disertai
rasa dengki dan dendam. Benarlah firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ
فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ
الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang
beriman, bahwa hati mereka tunduk
untuk mengingat Allah dan mengingat
kebenaran yang telah turun kepada
mereka, dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab
sebelumnya, maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya.
Sungguh Kami telah menjelaskan
Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu
mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Firman-Nya
lagi:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ
لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا
مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ
یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat sebagian
perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali dari kedurhakaannya. Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat
bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat
dihindarkan, pada hari itu orang-orang beriman dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44).
Dalam ayat-ayat ini dikemukakan, bahwa bila kegelapan menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. dan menaklukkan
diri sendiri kepada penyembahan
tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan
oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang rasul
Allah untuk mengembalikan gembalaan
yang tersesat keharibaan Majikan-nya, yakni Allah Swt..
“Permulaan abad ketujuh adalah
masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah
lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat
belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada
kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan
Isa a.m.s. di dalam aliran
darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada
di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu
empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi
jurang........ Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi
dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian,
keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan
mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya”
(“Emotion as the Basis of
Civilization” dan “Spirit of
Islam”).
Makna “Daratan” dan “Lautan”
Demikianlah keadaan umat manusia
pada waktu Nabi Besar Muhammad saw. -- Guru umat manusia terbesar -- muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir
diturunkan dalam bentuk Al-Quran,
sebab syariat yang sempurna hanya dapat
diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan, teristimewa yang dikenal
sebagai akar keburukan menampakkan diri telah menjadi mapan.
Kata-kata “daratan dan lautan”
dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya
hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan
bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b)
orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau.
Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara
politis, sosial maupun akhlaki.
Keadaan tersebut kembali berdasarkan QS.62:3-4 sebelum ini terulang di Akhir Zaman berupa masa munculnya kembali
masa
“jahiliyah” yang pernah
terjadi menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. 1400 tahun yang lalu.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar