Jumat, 06 Desember 2013

Hakikat "Terbelahnya Bulan" & Kembalinya "Pelarian dari Makkah" (Nabi Besar Muhammad Saw.) Sebagai "Penakluk Kota Makkah" yang Penuh Rahmat



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  93

Hakikat “Terbelahnya Bulan” & Kembalinya  Pelarian dari Makkah   (Nabi Besar Muhammad Saw.) Sebagai “Penakluk Kota Makkah” yang Penuh Rahmat   

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai  makna  atau  hikmah yang terkandung dalam sabda Nabi Besar Muhammad saw. “Baitiy jannatiy   -- rumahku adalah surgaku”, sebab pada hakikatnya kehidupan surgawi di alam akhirat merupakan perwujudan dari keberhasilan  orang-orang yang beriman dan beramal shaleh meraih “kehidupan surgawi” di dunia ini juga, firman-Nya:
وَ  لِمَنۡ خَافَ مَقَامَ  رَبِّہٖ  جَنَّتٰنِ ﴿ۚ ﴾
Dan bagi orang yang takut akan   Keagungan Rabb-nya (Tuhan-nya) ada dua surga” (Ar-Rahmān [55]:47).
     Kata “dua surga” dapat berarti: (1) ketenteraman pikiran yang merupakan hasil menjalani kehidupan yang baik, dan (2) kebebasan dari kekhawatiran dan kecemasan yang mencekam hati akibat menjalani hidup mengejar kesenangan dan kebahagiaan duniawi. Kebun surgawi pertama terdapat di dunia ini dalam hal melepaskan keinginan sendiri karena Allah Swt. (QS.89:28-31) dan kebun surgawi lainnya dalam memperoleh berkat dan keridhaan Ilahi di akhirat.
 Seorang mukmin sejati selama-lamanya berjemur di dalam sinar matahari rahmat Ilahi di dunia ini, yang tidak dapat diusik oleh pikiran-pikiran susah. Inilah surga dunia, yang dianugerahkan kepada hamba Allah yang bertakwa dan di dalamnya ia akan tinggal selamanya; surga yang dijanjikan di akhirat hanyalah suatu bayangan surga di dunia ini, yang merupakan suatu peragaan rahmat ruhani yang dinikmati orang serupa itu di dunia ini.

Tawaran Para Pemimpin Kafir Quraisy &
Matahari dan Bulan” diletakkan di Tangan Nabi Besar Muhammad Saw.

  Kata “dua surga” itu mungkin juga mengisyaratkan kepada dua lembah subur, yang diairi oleh dua aliran sungai – Jaihan dan Saihan  serta Efrat dan Nil, yang menurut sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw. adalah sungai-sungai surgawi (Muslim).
 Kedua lembah ini jatuh ke tangan orang-orang Islam di masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a., sehingga dengan demikian umat Islam yang pada masa Nabi Besar Muhammad saw. dianggap sekumpulan orang yang bodoh dan miskin  (QS.     [17]:91-94), kemudian mereka benar-benar menjadi para penguasa duniawi yang sangat kaya raya, melebihi raja-raja duniawi yang pernah ada sebelumnya termasuk Dinasti Fir’aun, Kaisar Romawi dan Kisra  Iran.
     Ada   pun yang sangat menarik adalah,  dalam rangka menghentikan da’wah Nabi Besar Muhammad saw. di Makkah, para pemimpin kafir Quraisy pimpinan Abu Jahal telah menawarkan kepada beliau saw. melalui paman beliau – Abu Thalib – bahwa mereka bersedia  menjadi beliau saw. sebagai raja  bangsa Arab, dan mereka  akan memberikan kekayaan duniawi yang berlimpah ruah serta akan memberikan gadis  Arabia yang paling cantik, asalkan saja beliau saw.  menghentikan da’wah beliau saw.  mengenai Tauhid Ilahi dan  berhenti menghujat kemusyrikan mereka.
     Namun Nabi Besar Muhammad saw. menjawab  tawaran mereka itu dengan menyatakan:
“Wahai pamanku, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku niscaya aku tidak akan meninggalkan dakwah ini hingga Allah menerangkannya atau aku binasa karenanya. Sekali kali aku tidak akan meninggalkannya.”  
    Terlepas dari perdebatan masalah status hadits tersebut, yang pasti adalah sejarah membuktikan kebenaran sabda Nabi Besar Muhammad saw,  sebab pada akhirnya kenyataan membuktikian bahwa bangsa Arab -- yang lambang   mereka adalah bulan  -- dan bangsa Farsi (Iran) kekuasaan kerajaan Iran (Farsi) yang  lambang mereka  adalah “matahari”, kedua bangsa tersebut  benar-benar telah diletakkan oleh Allah Swt. pada kedua tangan Nabi Besar Muhammad saw.. Penaklukan kerajaan Iran terjadi pada  pada masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a..

Pelarian dari Mekkah” Kembali Sebagai “Penakluk Makkah

      Bahkan mengenai jatuhnya kekuasaan bangsa Arab ke tangan Nabi Besar Muhammad saw. telah diisyaratkan Allah Swt. dalam Surah Al-Qamar, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اِقۡتَرَبَتِ السَّاعَۃُ  وَ انۡشَقَّ  الۡقَمَرُ ﴿﴾  وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً  یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ ﴿﴾  وَ کَذَّبُوۡا وَ اتَّبَعُوۡۤا اَہۡوَآءَہُمۡ وَ کُلُّ اَمۡرٍ مُّسۡتَقِرٌّ ﴿﴾  وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ  مِّنَ الۡاَنۡۢبَآءِ مَا فِیۡہِ مُزۡدَجَرٌ ۙ﴿﴾  حِکۡمَۃٌۢ  بَالِغَۃٌ  فَمَا تُغۡنِ النُّذُرُ ۙ﴿﴾  فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ ۘ یَوۡمَ یَدۡعُ الدَّاعِ  اِلٰی شَیۡءٍ  نُّکُرٍ ۙ﴿﴾  خُشَّعًا اَبۡصَارُہُمۡ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ  کَاَنَّہُمۡ  جَرَادٌ   مُّنۡتَشِرٌ ۙ﴿﴾  مُّہۡطِعِیۡنَ  اِلَی الدَّاعِ ؕ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ  عَسِرٌ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Telah dekat  Saat itu dan bulan terbelah.  Dan jika mereka melihat suatu Tanda, mereka berpaling dan berkata, “Sihir yang selalu berulang.”  Dan mereka mendustakan kebenaran dan mengikuti hawa nafsu mereka dan setiap perkara ada ketetapan waktunya. Dan sungguh benar-benar  telah datang kepada mereka berita-berita yang di dalamnya ada peringatan. Hikmah yang sempurna, tetapi  para pemberi peringatan itu sekali-kali tidak berfaedah bagi mereka,  maka berpalinglah engkau dari mereka pada hari ketika Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada sesuatu yang tidak menyenangkan. Sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka,   mereka itu seperti belalang yang bertebaran, bergegas-gegas menuju Sang Penyeru itu. Orang-orang kafir itu akan berkata: “Inilah hari yang sangat sulit.” (Al-Qamar [54]:1-9).
  Terlepas dari perdebatan mengenai apa yang sebenarnya terjadi berkenaan peristiwa “terbelahnya bulan” tersebut,  tetapi dua peristiwa berikut ini merupakan bukti bahwa bulan benar-benar merupakan lambang kebangsaan dan politik bangsa Arab   -- seperti juga   matahari merupakan lambang kebangsaan dan politik orang-orang Parsi (Iran) -- yakni tatkala Siti Shafiyah r.a. anak perempuan Huyay ibn Akhthab, pemimpin orang-orang Yahudi dari Khaibar,  menceritakan kepada ayahnya bahwa ia melihat mimpi  bulan telah jatuh ke atas pangkuannya.
  Sang ayah, Huyay ibn Akhthab,  menampar muka Siti Shafiyah r.a.  seraya berkata:   “Rupanya engkau menginginkan menikah dengan pemimpin bangsa Arab!” Sesudah Khaibar jatuh, mimpi Siti Shafiyah r.a.  menjadi sempurna, ketika beliau dipersunting (dinikahi) oleh Nabi Besar Muhammad saw.w. (Zurqani & Usud al-Ghabbah).
  Begitu pula Siti ‘Aisyah r.a.,  pernah melihat dalam mimpi  bahwa tiga buah bulan jatuh ke dalam kamar pribadi beliau, dan mimpi itu telah menjadi kenyataan ketika di sana jasad Nabi Besar Muhammad saw., Abu Bakar Shiddiq r.a.,  dan Umar bin Khtahthab r.a.,  berturut-turut dikebumikan (Mu’aththa’, Kitab al-Jana’iz).
  Jadi, makna simbolis bagi kata qamar bulan  pada ayat ini mengandung arti, bahwa saat kehancuran kekuasaan politik bangsa Arab  -- yang karenanya orang-orang kafir telah diperingatkan dalam QS.53:58 --  telah tiba.
  Ayat 7-9 dapat mengisyaratkan keterkejutan yang hebat dari  penduduk Makkah ketika melihat Nabi Besar Muhammad Saw. disertai 10.000 orang pengikut beliau saw. telah berada di pintu gerbang Makkah pada waktu peristiwa Fatah Makkah:
فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ ۘ یَوۡمَ یَدۡعُ الدَّاعِ  اِلٰی شَیۡءٍ  نُّکُرٍ ۙ﴿﴾  خُشَّعًا اَبۡصَارُہُمۡ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ  کَاَنَّہُمۡ  جَرَادٌ   مُّنۡتَشِرٌ ۙ﴿﴾  مُّہۡطِعِیۡنَ  اِلَی الدَّاعِ ؕ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ  عَسِرٌ ﴿﴾
maka berpalinglah engkau dari mereka pada hari ketika Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada sesuatu yang tidak  menyenangkan. Sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka,   mereka itu seperti belalang yang bertebaran, bergegas-gegas menuju Sang Penyeru itu. Orang-orang kafir itu akan berkata: “Inilah hari yang sangat sulit.” (Al-Qamar [54]:7-9).

Genapnya Nubuatan dalan Bible

   Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa Nabi Besar Muhammad saw. -- yang sebelumnya telah keluar dari Mekkah sebagai “pelarian” (QS.8:31), tetapi  hanya dalam beberapa tahun  saja beliau saw. telah kembali ke Mekkah sebagai seorang Raja yang “Menakluk Makkah”  disertai 10.000 orang yang beriman,  sehingga genaplah nubuatan dalam Bible  (Taurat) sebagaimana juga disinggung dalam Al-Quran:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat  keras (tegas) terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang  di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemu-dian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkit-kan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang ber-iman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:28).
      Kalimat  ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ  -- “Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat” merujuk kepada nubuatan dalam Bible:
Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Kades.”  
       Terjemahan ini dikutip dari “Alkitab” dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia” tahun 1958). Dalam bahasa Inggrisnya berbunyi:
“He shined forth from mount Paran and he came with ten thousands of saints,”
yang artinya:
 Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus” (Deut. 33:2).

Pemberian Amnesti Umum &  Beriman  dan Syahidnya  Ikrimah bin Abu Jahal

 Kembali  kepada pokok pembahasan mengenai hubungan pengamalan  keempat Sifat Tasybihiyyah utama Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah  -- Rabbubiyyat, Rahmāniyyat, Rahīmiyyat, dan Malikiyyat (Māliki yaumid- dīn) --  serta hubungannya dengan pengamalan sifat adil, ihsan dan iytā-i-dzil qurba (memberi seperti kepada kerabat – QS.16:91) telah dilaksanakan secara sempurna oleh Nabi Besar Muhammad saw.,  baik itu di lingkungan keluarga (ahli bait) beliau saw. dalam kapasitas beliau saw.  sebagai kepala keluarga, mau pun sebagai Kepala Negara atau Malik (Mālik/Pemilik).
       Pada peristiwa Fatah Makkah    Nabi Besar Muhammad saw.  hanya menghukum mati beberapa penduduk Makkah   -- karena mereka benar-benar layak untuk dijatuhi hukuman mati  atas kejahatan dan kezaliman mereka di masa lalu terhadap umat Islam --  tetapi beliau saw.  memberikan “pengampunan umum” (amnesti umum) terhadap penduduk Makkah yang lainnya,  termasuk terhadap Ikrimah bin Abu Jahal,  pada saat  ia akan melarikan diri lewat laut dari  wilayah Arabia, sebagaimana keinginan mereka ketika Nabi Besar Muhammad saw. menanyakan kepada mereka tindakan apa yang mereka inginkan dari beliau saw.? Mereka menjawab agar diperlakukan seperti Nabi Yusuf a.s. memperlakukan saudara-saudaranya yang bersalah, beliau saw. pun menjawab sebagaimana perkataan Nabi Yusuf a.s. لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡم   – “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini“, firman-Nya:
قَالُوۡا تَاللّٰہِ لَقَدۡ اٰثَرَکَ اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ  اِنۡ کُنَّا لَخٰطِئِیۡنَ ﴿﴾
Mereka berkata:  Demi Allah, sungguh Allah benar-benar telah melebihkan engkau di atas kami dan sesungguhnya kami benar-benar  orang-orang yang bersalah.” (Yusuf [12]:92). 
قَالَ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ یَغۡفِرُ اللّٰہُ  لَکُمۡ ۫ وَ ہُوَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿﴾
Ia (Yusuf) berkata: “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini,  semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia-lah Yang Paling Penyayang dari semua penyayang.  (Yusuf [12]:93). 
     Nabi Yusuf a.s. tidak membiarkan saudara-saudaranya dalam kegelisahan, dan seketika itu juga melenyapkan segala kekhawatiran dan kecemasan mereka mengenai cara bagaimanakah beliau akan memperlakukan mereka, dengan segera mengatakan bahwa beliau akan mengampuni semua kesalahan mereka tanpa batas dan tanpa syarat apa pun.
     Pengampunan Nabi Yusuf  a.s. terhadap saudara-saudaranya dengan kelapangan dan kemurahan hati merupakan persamaan yang paling besar dan menonjol dengan Nabi Besar Muhammad saw., karena seperti Nabi Yusuf a.s., demikian pula Nabi Besar Muhammad saw. pun  pun mencapai kemuliaan dan kekuasaan dalam masa hijrah dan pembuangan, dan ketika sesudah bertahun-tahun mengalami pembuangan, beliau saw. memasuki kota kelahiran beliau saw. sebagai penakluk  dengan memimpin 10.000 Sahabat, dan Makkah bertekuk-lutut dan mencium duli telapak kaki beliau.
      Jadi, perlakuan mulia Nabi Besar Muhammad saw. terhadap musuh-musuh beliau saw. yang haus darah, yakni kaum Quraisy Mekkah, yang tidak ada suatu kesempatan pun mereka biarkan untuk membunuh beliau  saw. dan membinasakan Islam sampai ke akar-akarnya, adalah tidak ada bandingannya sepanjang sejarah umat manusia.

Makna “Anggur Untuk Abu Jahal”

  Pengampunan Nabi Besar Muhammad saw. atas Ikrimah bin Abu Jahal pun terbukti benar, yakni:
 (1)  dengan berimannya Ikrimah bin Abu Jahal maka  genaplah kasyaf (penglihatan ruhani) Nabi Besar Muhammad saw. tentang anggur surga untuk  Abu Jahal, karena Ikrimah  bukan hanya beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. tetapi juga memperoleh derajat syahid   bersama para syuhada lainnya pada saat  pasukan Muslim pimpinan Khalid bin Walid r.a. berperang melawan  pasukan kerajaan Romawi yang jumlahnya sangat besar.
(2) Ikrimah bin Abu Jahal yang selama itu hatinya penuh dengan kebencian kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan hanya memikirkan bagaimana caranya    dapat membunuh Nabi Besar Muhammad saw., namun setelah mendapat pengampunan beliau saw. ia menjadi orang yang sangat mencintai Nabi Besar Muhammad saw. dan siap mati di jalan Allah untuk membela beliau saw.  dan untuk agama Islam yang beliau saw. ajarkan.
 Setelah Nabi Besar Muhammad saw. wafat pun, Ikrimah bin Abu Jahal terbukti merupakan “pedang Allah” di kalangan   pasukan Muslim,  termasuk pada saat perang melawan pasukan kerajaan  Romawi  di masa Khalifah Abu Bakar Shiddiq r.a. dan kepemimpinan Khalid bin Walid r.a.,  dan  Ikrimah r.a.  meraih kematian sebagai syahid bersama para syuhada hakiki lainnya.
    Itulah buah  pengampunan  yang dilakukan Nabi Besar Muhammad saw. pada persitiwa Fatah Makkah, sehingga dengan demikian  sempurnalah  kebenaran  firman Allah Swt. berikut ini:
وَ مَنۡ اَحۡسَنُ  قَوۡلًا  مِّمَّنۡ دَعَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  وَ عَمِلَ  صَالِحًا وَّ قَالَ  اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ  وَ لَا السَّیِّئَۃُ ؕ اِدۡفَعۡ  بِالَّتِیۡ  ہِیَ  اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ  عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ  وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿﴾  وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا  ذُوۡحَظٍّ  عَظِیۡمٍ ﴿﴾  وَ اِمَّا یَنۡزَغَنَّکَ مِنَ الشَّیۡطٰنِ نَزۡغٌ فَاسۡتَعِذۡ بِاللّٰہِ ؕ اِنَّہٗ  ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya daripada orang yang mengajak manusia kepada Allah dan be-ramal saleh serta berkata: ”Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan tidaklah sama kebaikan dengan keburukan.  Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya  maka tiba-tiba ia  yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia.  Dan sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang-orang yang sabar, dan sekali-kali tidak dianugerahi   itu kecuali orang yang memiliki  bagian besar dalam kebaikan.   Dan jika godaan dari syaitan menggoda engkau maka mohonlah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia  Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-FushilatHa Mim as-Sajdah [41]:34-37).


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***
Pajajaran Anyar,   23 November    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar