بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 93
Hakikat “Terbelahnya Bulan” & Kembalinya “Pelarian
dari Makkah” (Nabi Besar Muhammad Saw.) Sebagai “Penakluk Kota Makkah” yang Penuh Rahmat
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai makna atau hikmah yang terkandung dalam sabda Nabi Besar Muhammad saw. “Baitiy jannatiy -- rumahku adalah surgaku”, sebab pada
hakikatnya kehidupan surgawi di alam
akhirat merupakan perwujudan dari keberhasilan orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh meraih “kehidupan
surgawi” di dunia ini juga, firman-Nya:
وَ لِمَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّہٖ
جَنَّتٰنِ ﴿ۚ ﴾
Dan bagi orang yang takut akan Keagungan
Rabb-nya (Tuhan-nya) ada dua surga” (Ar-Rahmān [55]:47).
Kata “dua surga” dapat berarti: (1)
ketenteraman pikiran yang merupakan hasil menjalani kehidupan yang baik, dan
(2) kebebasan dari kekhawatiran dan kecemasan yang mencekam hati akibat menjalani hidup mengejar kesenangan dan kebahagiaan
duniawi. Kebun surgawi pertama terdapat di dunia ini dalam hal melepaskan keinginan sendiri karena Allah Swt.
(QS.89:28-31) dan kebun surgawi
lainnya dalam memperoleh berkat dan keridhaan Ilahi di akhirat.
Seorang mukmin sejati selama-lamanya berjemur di
dalam sinar matahari rahmat Ilahi di
dunia ini, yang tidak dapat diusik oleh pikiran-pikiran
susah. Inilah surga dunia, yang
dianugerahkan kepada hamba Allah yang
bertakwa dan di dalamnya ia akan
tinggal selamanya; surga yang
dijanjikan di akhirat hanyalah suatu bayangan surga di dunia ini, yang
merupakan suatu peragaan rahmat ruhani
yang dinikmati orang serupa itu di dunia ini.
Tawaran Para Pemimpin Kafir Quraisy
&
“Matahari dan Bulan”
diletakkan di Tangan Nabi Besar
Muhammad Saw.
Kata “dua surga”
itu mungkin juga mengisyaratkan kepada dua lembah
subur, yang diairi oleh dua aliran sungai – Jaihan dan Saihan serta Efrat
dan Nil, yang menurut sebuah hadits Nabi
Besar Muhammad saw. adalah sungai-sungai
surgawi (Muslim).
Kedua lembah ini jatuh ke tangan orang-orang
Islam di masa Khalifah Umar bin
Khaththab r.a., sehingga dengan demikian umat
Islam yang pada masa Nabi Besar Muhammad saw. dianggap sekumpulan orang yang bodoh dan miskin (QS.
[17]:91-94), kemudian mereka benar-benar menjadi para penguasa duniawi yang sangat kaya raya,
melebihi raja-raja duniawi yang pernah ada sebelumnya
termasuk Dinasti Fir’aun, Kaisar Romawi dan Kisra Iran.
Ada
pun yang sangat menarik adalah, dalam rangka menghentikan da’wah Nabi Besar Muhammad saw. di
Makkah, para pemimpin kafir Quraisy pimpinan Abu Jahal telah menawarkan kepada beliau saw. melalui
paman beliau – Abu Thalib – bahwa mereka bersedia menjadi beliau saw. sebagai raja bangsa
Arab, dan mereka akan memberikan kekayaan duniawi yang berlimpah ruah serta akan memberikan gadis
Arabia yang paling cantik, asalkan saja beliau saw. menghentikan
da’wah beliau saw. mengenai Tauhid
Ilahi dan berhenti menghujat kemusyrikan mereka.
Namun
Nabi Besar Muhammad saw. menjawab tawaran mereka itu dengan menyatakan:
“Wahai pamanku, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan
di tangan kiriku niscaya aku tidak akan meninggalkan dakwah ini
hingga Allah menerangkannya atau aku binasa karenanya. Sekali kali aku tidak akan meninggalkannya.”
Terlepas dari
perdebatan masalah status hadits tersebut, yang pasti
adalah sejarah membuktikan kebenaran sabda Nabi Besar Muhammad saw,
sebab pada akhirnya kenyataan membuktikian bahwa bangsa
Arab -- yang lambang mereka adalah bulan -- dan bangsa Farsi (Iran) kekuasaan kerajaan Iran (Farsi) yang lambang mereka adalah “matahari”,
kedua bangsa tersebut benar-benar telah diletakkan oleh Allah Swt. pada kedua
tangan Nabi Besar Muhammad saw.. Penaklukan kerajaan Iran terjadi pada pada masa Khalifah
Umar bin Khaththab r.a..
“Pelarian dari Mekkah” Kembali Sebagai “Penakluk Makkah”
Bahkan
mengenai jatuhnya kekuasaan bangsa Arab
ke tangan Nabi Besar Muhammad saw.
telah diisyaratkan Allah Swt. dalam Surah Al-Qamar,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اِقۡتَرَبَتِ
السَّاعَۃُ وَ انۡشَقَّ الۡقَمَرُ ﴿﴾ وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ
مُّسۡتَمِرٌّ ﴿﴾ وَ کَذَّبُوۡا وَ
اتَّبَعُوۡۤا اَہۡوَآءَہُمۡ وَ کُلُّ اَمۡرٍ مُّسۡتَقِرٌّ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ
جَآءَہُمۡ مِّنَ الۡاَنۡۢبَآءِ مَا
فِیۡہِ مُزۡدَجَرٌ ۙ﴿﴾ حِکۡمَۃٌۢ بَالِغَۃٌ
فَمَا تُغۡنِ النُّذُرُ ۙ﴿﴾ فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ ۘ یَوۡمَ یَدۡعُ الدَّاعِ اِلٰی شَیۡءٍ
نُّکُرٍ ۙ﴿﴾ خُشَّعًا
اَبۡصَارُہُمۡ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ
کَاَنَّہُمۡ جَرَادٌ مُّنۡتَشِرٌ ۙ﴿﴾ مُّہۡطِعِیۡنَ
اِلَی الدَّاعِ ؕ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ عَسِرٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Telah dekat Saat
itu dan bulan terbelah.
Dan jika mereka melihat suatu Tanda, mereka berpaling dan berkata, “Sihir yang selalu berulang.” Dan mereka
mendustakan kebenaran dan mengikuti
hawa nafsu mereka dan setiap perkara
ada ketetapan waktunya. Dan sungguh benar-benar telah datang kepada
mereka berita-berita yang di dalamnya ada peringatan. Hikmah yang sempurna, tetapi para pemberi peringatan itu sekali-kali tidak berfaedah bagi mereka,
maka berpalinglah engkau dari
mereka pada hari ketika Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada
sesuatu yang tidak menyenangkan. Sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka, mereka itu seperti belalang yang bertebaran, bergegas-gegas
menuju Sang Penyeru itu. Orang-orang kafir itu akan berkata: “Inilah hari yang sangat sulit.” (Al-Qamar
[54]:1-9).
Terlepas dari perdebatan mengenai apa yang sebenarnya
terjadi berkenaan peristiwa “terbelahnya bulan” tersebut, tetapi dua peristiwa berikut ini merupakan
bukti bahwa bulan benar-benar merupakan
lambang kebangsaan dan politik
bangsa Arab -- seperti juga matahari
merupakan lambang kebangsaan dan politik orang-orang Parsi (Iran) -- yakni tatkala Siti Shafiyah r.a. anak
perempuan Huyay ibn Akhthab, pemimpin orang-orang
Yahudi dari Khaibar, menceritakan
kepada ayahnya bahwa ia melihat mimpi bulan telah jatuh ke atas pangkuannya.
Sang ayah, Huyay ibn
Akhthab, menampar muka Siti Shafiyah r.a. seraya berkata: “Rupanya engkau menginginkan menikah dengan pemimpin
bangsa Arab!” Sesudah Khaibar
jatuh, mimpi Siti Shafiyah r.a. menjadi sempurna, ketika beliau dipersunting (dinikahi)
oleh Nabi Besar Muhammad saw.w. (Zurqani & Usud
al-Ghabbah).
Begitu pula Siti ‘Aisyah r.a., pernah melihat dalam mimpi
bahwa tiga buah bulan jatuh ke
dalam kamar pribadi beliau, dan mimpi itu telah menjadi kenyataan ketika
di sana jasad Nabi Besar Muhammad saw., Abu Bakar Shiddiq r.a., dan Umar bin Khtahthab r.a., berturut-turut dikebumikan (Mu’aththa’,
Kitab al-Jana’iz).
Jadi, makna simbolis
bagi kata qamar bulan pada ayat
ini mengandung arti, bahwa saat
kehancuran kekuasaan politik bangsa
Arab -- yang karenanya orang-orang kafir telah diperingatkan
dalam QS.53:58 -- telah tiba.
Ayat 7-9 dapat
mengisyaratkan keterkejutan yang hebat dari penduduk Makkah ketika melihat Nabi Besar
Muhammad Saw. disertai 10.000 orang pengikut beliau saw. telah berada di pintu gerbang Makkah pada waktu peristiwa
Fatah Makkah:
فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ ۘ یَوۡمَ یَدۡعُ
الدَّاعِ اِلٰی شَیۡءٍ نُّکُرٍ ۙ﴿﴾ خُشَّعًا اَبۡصَارُہُمۡ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ
الۡاَجۡدَاثِ کَاَنَّہُمۡ جَرَادٌ
مُّنۡتَشِرٌ ۙ﴿﴾ مُّہۡطِعِیۡنَ اِلَی الدَّاعِ ؕ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا
یَوۡمٌ عَسِرٌ ﴿﴾
maka berpalinglah engkau dari mereka pada hari ketika Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada sesuatu yang tidak menyenangkan. Sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka, mereka itu seperti belalang yang bertebaran, bergegas-gegas
menuju Sang Penyeru itu. Orang-orang kafir itu akan berkata: “Inilah hari yang sangat sulit.” (Al-Qamar
[54]:7-9).
Genapnya Nubuatan dalan Bible
Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa Nabi Besar
Muhammad saw. -- yang sebelumnya telah keluar
dari Mekkah sebagai “pelarian” (QS.8:31), tetapi hanya dalam beberapa tahun saja beliau saw. telah kembali ke Mekkah sebagai seorang Raja yang “Menakluk Makkah” disertai
10.000 orang yang beriman, sehingga
genaplah nubuatan dalam Bible (Taurat) sebagaimana juga disinggung dalam
Al-Quran:
مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ
اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ
فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ
وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ
وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ اَخۡرَجَ
شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ
یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ
بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul
Allah, dan orang-orang besertanya
sangat keras (tegas) terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih-sayang
di antara mereka, engkau
melihat mereka rukuk serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya,
ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud.
Demikianlah perumpamaan mereka dalam
Taurat, dan perumpamaan mereka dalam
Injil adalah laksana tanaman yang
mengeluarkan tunasnya, kemu-dian menjadi
kuat, kemudian menjadi kokoh,
dan berdiri mantap pada batangnya,
menyenangkan penanam-penanamnya
supaya Dia membangkit-kan amarah
orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang ber-iman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:28).
Kalimat
ذٰلِکَ
مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ -- “Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat” merujuk
kepada nubuatan dalam Bible:
“Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya
dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Kades.”
Terjemahan ini dikutip dari “Alkitab”
dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia” tahun 1958). Dalam
bahasa Inggrisnya berbunyi:
“He shined
forth from mount Paran and he came with ten thousands of saints,”
yang artinya:
“Ia
nampak dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang dengan
sepuluh ribu orang kudus” (Deut.
33:2).
Pemberian Amnesti Umum
& Beriman dan Syahidnya Ikrimah bin Abu Jahal
Kembali kepada pokok
pembahasan mengenai hubungan pengamalan keempat Sifat Tasybihiyyah utama Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah -- Rabbubiyyat,
Rahmāniyyat, Rahīmiyyat, dan Malikiyyat
(Māliki yaumid- dīn) -- serta
hubungannya dengan pengamalan sifat adil,
ihsan dan iytā-i-dzil qurba (memberi seperti kepada kerabat – QS.16:91) telah
dilaksanakan secara sempurna oleh Nabi Besar Muhammad saw., baik itu di lingkungan keluarga (ahli bait) beliau saw. dalam kapasitas beliau saw. sebagai kepala
keluarga, mau pun sebagai Kepala
Negara atau Malik (Mālik/Pemilik).
Pada peristiwa Fatah Makkah Nabi Besar
Muhammad saw. hanya menghukum mati beberapa penduduk Makkah -- karena mereka benar-benar layak untuk dijatuhi hukuman mati atas kejahatan
dan kezaliman mereka di masa lalu
terhadap umat Islam -- tetapi beliau saw. memberikan “pengampunan umum” (amnesti umum) terhadap penduduk Makkah yang lainnya,
termasuk terhadap Ikrimah bin Abu Jahal, pada saat
ia akan melarikan diri lewat
laut dari wilayah Arabia, sebagaimana keinginan
mereka ketika Nabi Besar Muhammad saw. menanyakan kepada mereka tindakan apa yang mereka inginkan dari beliau saw.? Mereka menjawab
agar diperlakukan seperti Nabi Yusuf a.s.
memperlakukan saudara-saudaranya yang
bersalah, beliau saw. pun menjawab sebagaimana perkataan Nabi Yusuf a.s. لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡم – “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari
ini“, firman-Nya:
قَالُوۡا تَاللّٰہِ لَقَدۡ اٰثَرَکَ اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ اِنۡ کُنَّا لَخٰطِئِیۡنَ ﴿﴾
Mereka
berkata: “Demi Allah, sungguh Allah
benar-benar telah melebihkan engkau di atas kami dan sesungguhnya kami benar-benar orang-orang yang bersalah.” (Yusuf
[12]:92).
قَالَ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ یَغۡفِرُ اللّٰہُ لَکُمۡ ۫ وَ ہُوَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿﴾
Ia (Yusuf) berkata:
“Tidak ada celaan bagi kamu pada hari
ini, semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia-lah Yang Paling Penyayang dari
semua penyayang. (Yusuf [12]:93).
Nabi Yusuf a.s. tidak
membiarkan saudara-saudaranya dalam kegelisahan,
dan seketika itu juga melenyapkan segala kekhawatiran
dan kecemasan mereka mengenai cara
bagaimanakah beliau akan memperlakukan mereka, dengan segera mengatakan bahwa
beliau akan mengampuni semua kesalahan mereka tanpa batas dan tanpa syarat apa pun.
Pengampunan Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudaranya
dengan kelapangan dan kemurahan hati merupakan persamaan yang paling besar dan menonjol
dengan Nabi Besar Muhammad saw., karena seperti Nabi Yusuf a.s., demikian pula
Nabi Besar Muhammad saw. pun pun
mencapai kemuliaan dan kekuasaan dalam masa hijrah dan pembuangan, dan ketika sesudah bertahun-tahun mengalami pembuangan, beliau saw. memasuki kota
kelahiran beliau saw. sebagai penakluk dengan memimpin 10.000 Sahabat, dan Makkah
bertekuk-lutut dan mencium duli telapak kaki beliau.
Jadi, perlakuan mulia Nabi Besar Muhammad saw.
terhadap musuh-musuh beliau saw. yang
haus darah, yakni kaum Quraisy Mekkah, yang tidak ada suatu kesempatan pun
mereka biarkan untuk membunuh beliau saw. dan membinasakan Islam sampai ke akar-akarnya,
adalah tidak ada bandingannya sepanjang sejarah umat manusia.
Makna “Anggur Untuk Abu Jahal”
Pengampunan Nabi Besar Muhammad saw. atas Ikrimah bin Abu Jahal pun terbukti benar, yakni:
(1) dengan berimannya Ikrimah bin Abu Jahal
maka genaplah kasyaf (penglihatan ruhani) Nabi Besar Muhammad saw. tentang anggur surga untuk Abu
Jahal, karena Ikrimah bukan hanya beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.
tetapi juga memperoleh derajat syahid bersama para syuhada lainnya pada saat
pasukan Muslim pimpinan Khalid bin
Walid r.a. berperang melawan pasukan
kerajaan Romawi yang jumlahnya sangat besar.
(2) Ikrimah bin Abu
Jahal yang selama itu hatinya penuh
dengan kebencian kepada Nabi Besar
Muhammad saw. dan hanya memikirkan
bagaimana caranya dapat membunuh Nabi Besar Muhammad saw., namun
setelah mendapat pengampunan beliau
saw. ia menjadi orang yang sangat
mencintai Nabi Besar Muhammad saw. dan siap mati di jalan Allah untuk
membela beliau saw. dan untuk agama Islam yang beliau saw. ajarkan.
Setelah Nabi Besar Muhammad
saw. wafat pun, Ikrimah bin Abu Jahal
terbukti merupakan “pedang Allah” di
kalangan pasukan
Muslim, termasuk pada saat perang melawan pasukan kerajaan
Romawi di masa Khalifah Abu Bakar Shiddiq r.a. dan
kepemimpinan Khalid bin Walid r.a.,
dan Ikrimah r.a. meraih kematian sebagai syahid bersama para syuhada
hakiki lainnya.
Itulah buah pengampunan yang dilakukan Nabi Besar Muhammad saw. pada
persitiwa Fatah Makkah, sehingga
dengan demikian sempurnalah kebenaran firman Allah Swt. berikut ini:
وَ مَنۡ اَحۡسَنُ قَوۡلًا مِّمَّنۡ دَعَاۤ
اِلَی
اللّٰہِ وَ عَمِلَ صَالِحًا وَّ قَالَ اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَسۡتَوِی
الۡحَسَنَۃُ وَ لَا السَّیِّئَۃُ ؕ
اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ ہِیَ
اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿﴾ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ
اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا
ذُوۡحَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿﴾ وَ اِمَّا
یَنۡزَغَنَّکَ مِنَ الشَّیۡطٰنِ نَزۡغٌ فَاسۡتَعِذۡ بِاللّٰہِ ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya
daripada orang yang mengajak manusia kepada
Allah dan be-ramal saleh serta
berkata: ”Sesungguhnya aku pun termasuk
orang-orang yang berserah diri.” Dan
tidaklah sama kebaikan dengan keburukan. Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya maka
tiba-tiba ia yang di antara engkau dan
dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti
seorang sahabat yang setia. Dan
sekali-kali tidak dianugerahi itu
kecuali orang-orang yang sabar, dan
sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang yang memiliki bagian besar
dalam kebaikan. Dan jika godaan dari syaitan menggoda engkau maka mohonlah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia
Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. (Al-Fushilat – Ha Mim as-Sajdah [41]:34-37).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar