بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 100
Kesetaraan Ruhani Kaum Perempuan dengan Kaum Laki-laki,
kecuali Meraih Martabat Kenabian &
Keberhasilan Ratu Saba Memimpin Kerajaan Saba
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai alasan mengapa Allah Swt. telah memperingatkan dengan keras para istri mulia Nabi Besar Muhammad saw. -- bahwa jika mereka melakukan keburukan atau pun kebaikan maka ganjaran
atau pun hukumannya akan dua kali lipat -- karena perbuatan mereka sebagai istri seorang Rasul Allah dan juga Kepala
Negara, yakni Nabi Besar Muhammad saw., pasti memberi dampak yang luas kepada perempuan-perempuan
beriman lainnya, firman-Nya:
یٰنِسَآءَ النَّبِیِّ مَنۡ یَّاۡتِ
مِنۡکُنَّ بِفَاحِشَۃٍ مُّبَیِّنَۃٍ
یُّضٰعَفۡ لَہَا الۡعَذَابُ ضِعۡفَیۡنِ ؕ وَ کَانَ ذٰلِکَ عَلَی اللّٰہِ یَسِیۡرًا ﴿﴾
وَ مَنۡ یَّقۡنُتۡ مِنۡکُنَّ لِلّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تَعۡمَلۡ
صَالِحًا نُّؤۡتِہَاۤ اَجۡرَہَا
مَرَّتَیۡنِ ۙ وَ اَعۡتَدۡنَا لَہَا
رِزۡقًا کَرِیۡمًا ﴿﴾ یٰنِسَآءَ
النَّبِیِّ لَسۡتُنَّ کَاَحَدٍ مِّنَ النِّسَآءِ اِنِ اتَّقَیۡتُنَّ فَلَا تَخۡضَعۡنَ
بِالۡقَوۡلِ فَیَطۡمَعَ الَّذِیۡ فِیۡ قَلۡبِہٖ مَرَضٌ وَّ قُلۡنَ
قَوۡلًا مَّعۡرُوۡفًا ﴿ۚ﴾ وَ قَرۡنَ فِیۡ بُیُوۡتِکُنَّ وَ لَا تَبَرَّجۡنَ
تَبَرُّجَ الۡجَاہِلِیَّۃِ الۡاُوۡلٰی وَ
اَقِمۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ اٰتِیۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ اَطِعۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ ؕ اِنَّمَا یُرِیۡدُ اللّٰہُ
لِیُذۡہِبَ عَنۡکُمُ الرِّجۡسَ اَہۡلَ الۡبَیۡتِ وَ یُطَہِّرَکُمۡ تَطۡہِیۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ اذۡکُرۡنَ مَا یُتۡلٰی فِیۡ بُیُوۡتِکُنَّ
مِنۡ اٰیٰتِ اللّٰہِ وَ
الۡحِکۡمَۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ
لَطِیۡفًا خَبِیۡرًا ﴿٪﴾
Wahai istri-istri Nabi, barangsiapa di antara kamu berbuat kekejian yang nyata,
baginya azab akan dilipatgandakan dua kali lipat, dan yang demikian itu mudah
bagi Allah. Tetapi barangsiapa di antara kamu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya serta beramal saleh, Kami akan memberi kepadanya
ganjarannya dua kali lipat, dan Kami
telah menyediakan baginya rezeki yang mulia. Wahai istri-istri
Nabi, jika kamu bertakwa kamu tidak
sama dengan salah seorang dari perempuan-perempuan lain, karena
itu janganlah
kamu lembut dalam berbicara, sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit akan tergoda, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan tinggallah
di rumah-rumah kamu dan janganlah kamu me-mamerkan kecantikan kamu
seperti cara pamer kecantikan zaman Jahiliah da-hulu, dirikanlah shalat, bayarlah zakat,
serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah meng-hendaki agar dia menghilangkan kekotoran dari diri kamu, hai ahlulbait, dan Dia mensucikan kamu sesuci-sucinya. Dan ingatlah
akan apa yang dibacakan dalam rumah-rumah kamu dari Ayat-ayat Allah dan hikmah, sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Memaklumi. (Al-Ahzāb [33]:29-35).
Jadi, melalui ayat ini Allah Swt. memberi peringatan kepada mereka yang mendapat amanat Allah Swt. sebagai
para pemimpin keluarga mau pun
sebagai pemimpin masyarakat, mereka hendaknya berhati-hati dalam bertingkah-laku,
sebab apa pun -- baik
atau buruk -- yang mereka lakukan
akan memberikan dampak yang luar
biasa kepada orang-orang atau masyarakat
yang dipimpinnya, dan mereka harus mempertanggungjawabkannya di hadapan
Allah Swt..
Kesetaraan Kedudukan Kaum Perempuan
dengan Kaum Laki-laki
Dalam
firman-Nya tersebut dikemukakan bahwa walau pun benar para istri mulia Nabi Besar Muhammad saw.
memiliki kedudukan khusus di bandingkan dengan kaum perempuan beriman lainnya, tetapi kelebihan tersebut hanya apabila mereka itu patuh-taat
kepada Allah Swt. dan Rasul Allah serta beramal shaleh dan terus menerus meningkatkan ketakwaan mereka kepada
Allah Swt. serta tetap berada di jalur “orbit” (jalan tempuhan) yang telah
ditetapkan Allah Swt. bagi kaum perempuan beriman, firman-Nya:
وَ مَنۡ یَّقۡنُتۡ مِنۡکُنَّ
لِلّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تَعۡمَلۡ صَالِحًا نُّؤۡتِہَاۤ اَجۡرَہَا مَرَّتَیۡنِ ۙ وَ اَعۡتَدۡنَا
لَہَا رِزۡقًا کَرِیۡمًا ﴿﴾
یٰنِسَآءَ النَّبِیِّ لَسۡتُنَّ کَاَحَدٍ
مِّنَ النِّسَآءِ اِنِ اتَّقَیۡتُنَّ
فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِالۡقَوۡلِ فَیَطۡمَعَ
الَّذِیۡ فِیۡ قَلۡبِہٖ مَرَضٌ
وَّ قُلۡنَ قَوۡلًا
مَّعۡرُوۡفًا ﴿ۚ﴾ وَ قَرۡنَ فِیۡ بُیُوۡتِکُنَّ وَ لَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ
الۡجَاہِلِیَّۃِ الۡاُوۡلٰی وَ اَقِمۡنَ
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتِیۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ اَطِعۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ ؕ اِنَّمَا یُرِیۡدُ اللّٰہُ
لِیُذۡہِبَ عَنۡکُمُ الرِّجۡسَ اَہۡلَ الۡبَیۡتِ وَ یُطَہِّرَکُمۡ تَطۡہِیۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ اذۡکُرۡنَ مَا یُتۡلٰی فِیۡ بُیُوۡتِکُنَّ
مِنۡ اٰیٰتِ اللّٰہِ وَ
الۡحِکۡمَۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ
لَطِیۡفًا خَبِیۡرًا ﴿٪﴾
Tetapi barangsiapa di antara kamu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya serta beramal saleh, Kami akan memberi kepadanya
ganjarannya dua kali lipat, dan Kami
telah menyediakan baginya rezeki yang mulia. Wahai istri-istri
Nabi, jika kamu bertakwa kamu tidak
sama dengan salah seorang dari perempuan-perempuan lain, karena
itu janganlah
kamu lembut dalam berbicara, sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit akan tergoda, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan tinggallah
di rumah-rumah kamu dan janganlah kamu memamerkan kecantikan kamu
seperti cara pamer kecantikan zaman Jahiliah dahulu, dirikanlah shalat, bayarlah zakat,
serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah meng-hendaki agar dia menghilangkan kekotoran dari diri kamu, hai ahlulbait, dan Dia mensucikan kamu sesuci-sucinya. Dan ingatlah
akan apa yang dibacakan dalam rumah-rumah kamu dari Ayat-ayat Allah dan hikmah, sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Memaklumi. (Al-Ahzāb [33]:29-35).
Itulah sebab menurut Allah Swt. dalam
Al-Quran -- kecuali meraih derajat kenabian (QS.4:70-71) -- semua derajat
ruhani yang dapat dicapai oleh kaum laki-laki
beriman dapat pula diraih oleh mereka, firman-Nya:
اِنَّ الۡمُسۡلِمِیۡنَ وَ الۡمُسۡلِمٰتِ وَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ وَ الۡقٰنِتِیۡنَ وَ الۡقٰنِتٰتِ وَ
الصّٰدِقِیۡنَ وَ الصّٰدِقٰتِ وَ الصّٰبِرِیۡنَ وَ الصّٰبِرٰتِ وَ الۡخٰشِعِیۡنَ
وَ الۡخٰشِعٰتِ وَ الۡمُتَصَدِّقِیۡنَ وَ الۡمُتَصَدِّقٰتِ وَ الصَّآئِمِیۡنَ وَ
الصّٰٓئِمٰتِ وَ الۡحٰفِظِیۡنَ فُرُوۡجَہُمۡ وَ الۡحٰفِظٰتِ وَ الذّٰکِرِیۡنَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا وَّ الذّٰکِرٰتِ ۙ اَعَدَّ
اللّٰہُ لَہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang berserah diri, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perempuan
yang patuh, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki
dan perempuan yang meren-dahkan
diri, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kesucian mereka, laki-laki
dan perempuan yang banyak mengingat
Dia, Allah telah menyediakan
bagi mereka itu ampunan dan ganjaran yang
besar. (Al-Ahzāb [33]:36).
Ayat ini mengandung sangkalan yang paling jitu terhadap tuduhan, bahwa Islam
(Al-Quran) memberi kedudukan yang rendah
terhadap kaum perempuan. Menurut
Al-Quran, kaum perempuan berdiri sejajar
dengan kaum laki-laki dan mereka
dapat mencapai ketinggian-ketinggian
ruhani yang dapat dicapai kaum laki-laki serta menikmati semua hak politik
dan sosial yang dinikmati kaum laki-laki.
Hanya saja karena lapangan kegiatan mereka berbeda
maka kewajiban-kewajiban mereka pun
lain. Perbedaan dalam tugas kedua golongan jenis kelamin
inilah yang dengan keliru, atau
mungkin dengan sengaja telah disalahartikan oleh pengecam-pengecam yang tidak bersahabat
terhadap Islam, seolah-olah ajaran Islam (Al-Quran) memberikan kedudukan lebih rendah kepada kaum perempuan.
Keberhasilan Ratu Saba Memimpin Kaum
Saba &
Sifat Rabbubiyyat dan Rahmāniyyat Allah Swt.
Berkenaan dengan kesetaraan kaum perempuan
dengan kaum laki-laki dalam hak politik mau pun hak sosial, Allah Swt. dalam Al-Quran telah menampil Ratu
Saba sebagai contoh mengenai hal tersebut (QS.27:16-45 & QS.34:16-22).
Uraian penjang lebar mengenai kisah Nabi
Sulaiman a.s. dan Ratu Saba telah dikemukakan dalam Bab 35 s/d Bab 40.
Dalam kisah kedua pemimpin kaum atau pemimpin
kerajaan besar dapat
diketahui bahwa dari segi keberhasilan
duniawi antara Nabi Sulaiman a.s. dengan Ratu Saba memiliki banyak persamaan karena pada
hakikatnya kedua pemimpin kaum (raja
dan ratu) tersebut dalam mengelola kerajaannya
(pemerintahannya) -- sampai batas
tertentu – kedua Kepala Negara
(Malik) tersebut telah mengamalkan keempat Sifat utama Tasybihiyyah Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah, yakni Rabbubiyyat, Rahmāniyyat,
Rahīmiyyat, dan Māliki yaumid-dīn.
Berikut firman Allah Swt.
mengenai keberhasilan Ratu Saba
dalam mengelola SDA (Sumber daya alam) dan SDM (sumber daya manusia) -- walau pun ia dan kaumnya adalah
orang-orang musyrik -- sesuai dengan Sifat Rabbubiyyat dan Rahmāniyyat
(Maha Pemurah) Allah Swt. (QS.1:3), yang berlaku secara umum bagi semua makhluk
hidup, firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لِسَبَاٍ فِیۡ مَسۡکَنِہِمۡ اٰیَۃٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ
یَّمِیۡنٍ وَّ شِمَالٍ ۬ؕ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لَہٗ ؕ
بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ وَّ رَبٌّ غَفُوۡرٌ ﴿﴾ فَاَعۡرَضُوۡا فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ وَ بَدَّلۡنٰہُمۡ
بِجَنَّتَیۡہِمۡ جَنَّتَیۡنِ ذَوَاتَیۡ
اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ اَثۡلٍ وَّ شَیۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ ﴿﴾ ذٰلِکَ جَزَیۡنٰہُمۡ بِمَا کَفَرُوۡا ؕ وَ ہَلۡ نُجٰزِیۡۤ اِلَّا الۡکَفُوۡرَ ﴿﴾
Sungguh bagi kaum
Saba benar-benar terdapat satu Tanda besar di negeri
mereka, yaitu dua
kebun di sebelah kanan dan di kiri
sungai. Kami berfirman: “Makanlah rezeki dari Rabb (Tuhan) kamu dan bersyukurlah
(berterimakasihlah) kepada-Nya. Negeri yang indah dan Rabb
(Tuhan) Maha Pengampun.” (Saba [34]:16).
Saba', sebagaimana tersebut dalam
QS.27:23, adalah sebuah kota di negeri Yaman,
terletak kira-kira tiga hari perjalanan dari Shan’a yang disebut juga Ma’arib.
Kota ini sering disebut-sebut dalam kitab Taurat
dan dalam kepustakaan Yunani, Romawi, dan Arab; lebih-lebih pula dalam
prasasti-prasasti yang terdapat di Arabia Selatan.
Bangsa (kaum) Saba' adalah bangsa yang sangat makmur lagi berkebudayaan
tinggi, dan kepadanya Allah Swt.
-- sesuai dengan Sifat Rahmāniyyat
(Maha Pemurah) Allah Swt. (QS.1:3) --
telah menganugerahkan berlimpah-limpah kehidupan
yang serba senang dan sentausa. Seluruh negeri dijadikan subur
sekali tanahnya dengan pembuatan bendungan-bendungan
dan bangunan-bangunan irigasi lainnya
serta sarat dengan kebun-kebun dan sungai-sungai. Dari antara bangunan-bangunan umum yang didirikan
guna membantu pertanian, seperti pengempang-pengempang dan bendungan-bendungan yang paling
tersohor, ialah Bendungan Ma’ārib (Encyclopaedia of Islam, Jilid
IV, hlm. 16).
Tirmidzi menyebut sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Farwah bin Malik, bahwa tatkala ditanya, adakah Saba' itu
sebuah negeri ataukah seorang perempuan, konon Nabi Besar Muhammad
saw.: “Itu bukan nama sebuah negeri
atau pun nama seorang perempuan
melainkan nama seorang laki-laki asal Yaman yang mempunyai 10orang anak
laki-laki, 6 di antaranya menetap terus di Yaman, sedang 4 orang selebihnya
pergi ke Siria dan bermukim di sana.” (Taj-ul
’Arus).
Akibat Bersyukur Kepada Allah Swt.
Keberhasilan Ratu Saba dan kaumnya memanfaatkan SDM (sumber daya manusia) dan
SDA (sumber daya alam) yang mereka miliki tersebut -- sampai
batas tertentu -- sesuai dengan firman
Allah Swt.:
وَ اِذۡ
تَاَذَّنَ رَبُّکُمۡ لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau
mengumumkan: ”Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya
akan Ku-limpahkan lebih banyak
karunia kepada kamu, tetapi jika
kamu benar-benar tidak bersyukur
sesungguhnya azab-Ku sangat
keras.” (Ibrahim [14]:8).
Syukr (syukur) itu tiga macam: (1)
Dengan hati atau pikiran, yaitu dengan satu pengertian yang tepat dalam hati
mengenai manfaat yang diperolehnya; (2) Dengan lidah, yaitu dengan
memuji-muji, menyanjung atau memuliakan orang yang berbuat kebaikan; dan (3)
Dengan anggota-anggota badan, yaitu dengan membalas kebaikan yang diterima
setimpal dengan jasa itu.
Syukr bersitumpu pada lima dasar: (a)
kerendahan hati dari orang yang menyatakan syukur
itu kepada dia yang kepadanya syukur itu dinyatakan, (b) kecintaan
terhadapnya; (c) pengakuan mengenai jasa yang dia berikan, (d)
sanjungan terhadapnya untuk itu; (e) tidak mempergunakan jasa itu dengan
cara yang ia (orang yang telah memberikannya) tidak akan menyukainya. Itulah syukr
dari pihak manusia.
Syukr dari pihak Allah Swt. ialah dengan mengampuni seseorang atau memujinya
atau merasa puas terhadapnya, berkemauan
baik untuknya atau senang
kepadanya, dan oleh karena itu merasa perlu memberi imbalan atau mengganjarnya (Lexicon
Lane). Manusia hanya dapat benar-benar bersyukur kepada Allah Swt. bila manusia
mempergunakan segala pemberian-Nya
dengan tepat.
Jadi, karena Ratu Saba dan kaumnya --
secara tidak mereka sadari – dalam
mengelola SDM dan SDA yang mereka miliki sesuai
dengan Sifat Rabbubiyyah (Maha
Pencipta dan Pemelihara) dan Sifat Rahmāniyyat
(Maha Pemurah) Allah Swt. itulah sebabnya
dengan membangun bendungan Al-Ma’arib maka
mereka mampu mengubah padang pasir
yang berada di sebelah kanan dan sungai di wilayah mereka berubah menjadi
kebun-kebun yang sangat subur, sebagaimana firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لِسَبَاٍ فِیۡ مَسۡکَنِہِمۡ اٰیَۃٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ
یَّمِیۡنٍ وَّ شِمَالٍ ۬ؕ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لَہٗ ؕ
بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ وَّ رَبٌّ غَفُوۡرٌ ﴿﴾ فَاَعۡرَضُوۡا فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ وَ بَدَّلۡنٰہُمۡ
بِجَنَّتَیۡہِمۡ جَنَّتَیۡنِ ذَوَاتَیۡ
اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ اَثۡلٍ وَّ شَیۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ ﴿﴾ ذٰلِکَ جَزَیۡنٰہُمۡ بِمَا کَفَرُوۡا ؕ وَ ہَلۡ نُجٰزِیۡۤ اِلَّا الۡکَفُوۡرَ ﴿﴾
Sungguh bagi kaum
Saba benar-benar terdapat satu Tanda besar di negeri
mereka, yaitu dua
kebun di sebelah kanan dan di kiri
sungai. Kami berfirman: “Makanlah rezeki dari Rabb (Tuhan) kamu dan bersyukurlah
(berterimakasihlah) kepada-Nya. Negeri yang indah dan Rabb
(Tuhan) Maha Pengampun.” (Saba [34]:16).
Keberhasilan duniawi Ratu Saba dan kaum Saba tersebut terjadi di masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., dan
bahkan kaum tersebut sempat melakukan penyerangan
ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman
a.s. tetapi Nabi Sulaiman a.s. dan
pasukan tempur beliau mampu mengatasinya, bahkan Ratu Saba pun akhirnya bertaubat
dari kemusyrikannya (QS.27:16-45). Masalah ini telah dibahas dalam
Bab 33 s/d Bab 40.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 28 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar