بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 101
Orang-orang yang Dimurkai
Allah Swt. dan Orang-orang yang Sesat karena Menolak Nikmat Kenabian
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai keberhasilan
Ratu Saba dan kaumnya memanfaatkan
SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) yang mereka miliki
tersebut karena -- sampai batas tertentu -- sesuai dengan firman Allah Swt.:
وَ اِذۡ
تَاَذَّنَ رَبُّکُمۡ لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau
mengumumkan: ”Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya
akan Ku-limpahkan lebih banyak
karunia kepada kamu, tetapi jika
kamu benar-benar tidak bersyukur
sesungguhnya azab-Ku sangat
keras.” (Ibrahim [14]:8).
Syukr (syukur) itu tiga macam: (1)
Dengan hati atau pikiran, yaitu dengan satu pengertian yang tepat dalam hati
mengenai manfaat yang diperolehnya; (2) Dengan lidah, yaitu dengan
memuji-muji, menyanjung atau memuliakan orang yang berbuat kebaikan; dan (3)
Dengan anggota-anggota badan, yaitu dengan membalas kebaikan yang diterima
setimpal dengan jasa itu.
Akibat Bersyukur dan Tidak bersyukur Kepada Allah Swt.
Syukr bersitumpu pada lima dasar: (a)
kerendahan hati dari orang yang menyatakan syukur
itu kepada dia yang kepadanya syukur itu dinyatakan, (b) kecintaan
terhadapnya; (c) pengakuan mengenai jasa yang dia berikan, (d)
sanjungan terhadapnya untuk itu; (e) tidak mempergunakan jasa itu dengan
cara yang ia (orang yang telah memberikannya) tidak akan menyukainya. Itulah syukr
dari pihak manusia.
Syukr dari pihak Allah Swt. ialah dengan mengampuni seseorang atau memujinya
atau merasa puas terhadapnya, berkemauan
baik untuknya atau senang
kepadanya, dan oleh karena itu merasa perlu memberi imbalan atau mengganjarnya (Lexicon
Lane). Manusia hanya dapat benar-benar bersyukur kepada Allah Swt. bila manusia
mempergunakan segala pemberian-Nya
dengan tepat.
Jadi, karena Ratu Saba dan kaumnya -- secara tidak mereka sadari – dalam mengelola SDM dan SDA yang mereka miliki sesuai dengan Sifat Rabbubiyyah (Maha Pencipta dan Pemelihara) dan Sifat Rahmāniyyat (Maha Pemurah) Allah Swt.
itulah sebabnya dengan membangun
bendungan Al-Ma’arib maka
mereka mampu mengubah padang pasir
yang berada di sebelah kanan dan sungai di wilayah mereka berubah menjadi
kebun-kebun yang sangat subur, sebagaimana firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لِسَبَاٍ فِیۡ مَسۡکَنِہِمۡ اٰیَۃٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ
یَّمِیۡنٍ وَّ شِمَالٍ ۬ؕ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لَہٗ ؕ
بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ وَّ رَبٌّ غَفُوۡرٌ ﴿﴾ فَاَعۡرَضُوۡا فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ وَ بَدَّلۡنٰہُمۡ
بِجَنَّتَیۡہِمۡ جَنَّتَیۡنِ ذَوَاتَیۡ
اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ اَثۡلٍ وَّ شَیۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ ﴿﴾ ذٰلِکَ جَزَیۡنٰہُمۡ بِمَا
کَفَرُوۡا ؕ وَ ہَلۡ نُجٰزِیۡۤ اِلَّا
الۡکَفُوۡرَ ﴿﴾
Sungguh bagi kaum
Saba benar-benar terdapat satu Tanda besar di negeri
mereka, yaitu dua
kebun di sebelah kanan dan di kiri
sungai. Kami berfirman: “Makanlah rezeki dari Rabb (Tuhan) kamu dan bersyukurlah
(berterimakasihlah) kepada-Nya. Negeri yang indah dan Rabb
(Tuhan) Maha Pengampun.” (Saba [34]:16).
Keberhasilan duniawi Ratu Saba dan kaum Saba tersebut terjadi di masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., dan
bahkan kaum tersebut sempat melakukan penyerangan
ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman
a.s. tetapi Nabi Sulaiman a.s. dan
pasukan tempur beliau mampu mengatasinya, bahkan Ratu Saba pun akhirnya bertaubat
dari kemusyrikannya (QS.27:16-45). Masalah ini telah dibahas dalam
Bab 33 s/d Bab 40.
“Jasad” di atas Singgasana Nabi Sulaiman a.s.
Jadi, nasib
buruk yang kemudian menimpa kaum Saba setelah Ratu
Saba meninggal dunia, penyebabnya sama dengan nasib buruk yang kemudian menimpa Bani Israil setelah Nabi Sulaiman a.s. meninggal dunia, karena
para raja pewariskerajaan Bani Israil sepeninggal Nabi Sulaiman
a.s. tidak berusaha mengamalkan Sifat-sifat Rabbubiyyat,
Rahmāniyyat, Rahīmiyyat dan Māliki yaumid
– Dīn Allah Swt serta tidak
mengamalkan sifat-sifat adil, ihsan dan iyta-I dzil-qurba (memberi seperti keada kerabat – QS.16:91) sebagaimana
yang dilakukan oleh Nabi Daud a.s.
dan Nabi Sulaiman a.s., firman-Nya:
وَ لَقَدۡ فَتَنَّا سُلَیۡمٰنَ وَ اَلۡقَیۡنَا عَلٰی کُرۡسِیِّہٖ جَسَدًا ثُمَّ
اَنَابَ ﴿﴾ قَالَ رَبِّ اغۡفِرۡ
لِیۡ وَ ہَبۡ لِیۡ مُلۡکًا لَّا یَنۡۢبَغِیۡ لِاَحَدٍ مِّنۡۢ بَعۡدِیۡ ۚ اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah menguji
Sulaiman serta Kami menempatkan di
atas singgasananya suatu tubuh belaka,
kemudian ia (Sulaiman) kembali
kepada Tuhan-nya, ia (Sulaiman) berkata: “Wahai Rabb-ku (Tuhan-ku), ampunilah
aku dan anugerahkanlah kepadaku
suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi
oleh seseorang sesudahku. Sesungguhnya
Engkau benar-benar Maha Pemberi
anugerah.” (Shād [38]:35-36).
Dalam QS.34:15 ungkapan yang dipakai ialah, “rayap
bumi,” yang dapat mengisyaratkan kepada putra
dan ahli waris Nabi Sulaiman a.s.
yaitu Rehoboam, seorang-orang yang tidak
berharga, atau kepada Jeroboam,
oknum yang mengibarkan panji
pemberontakan terhadap bangsa Nabi Daud a.s.. (I Raja-raja 12:28).
Nabi Sulaiman a.s. telah menyadari bahwa sesudah beliau wafat, kerajaan beliau tak akan dapat mempertahankan keutuhannya di bawah para penerus
beliau yang tak cakap lagi tanpa berkemampuan -- yang diumpamakan “jasad yang duduk di atas singgasana”.
Oleh karena itu beliau menghadap dan mendoa ke hadirat Allah Swt.:
قَالَ رَبِّ اغۡفِرۡ لِیۡ وَ ہَبۡ لِیۡ مُلۡکًا لَّا یَنۡۢبَغِیۡ لِاَحَدٍ
مِّنۡۢ بَعۡدِیۡ ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ
Ia
(Sulaiman) berkata: “Wahai Rabb-ku (Tuhan-ku),
ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi
oleh seseorang sesudahku. Sesungguhnya
Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah.” (Shād
[38]:35-36).
Seperti nampak dari ayat sebelum ini Nabi Sulaiman a.s telah mempunyai firasat bahwa kerajaan
duniawi beliau akan menjadi terpecah-belah
sesudah beliau wafat, disebabkan oleh kelemahan
mental putra beliau yang tolol
dan tidak berharga itu; maka beliau
mendoa supaya kerajaan ruhani yang
telah dianugerahkan Allah Swt. kepada keturunannya dapat berjalan terus.
“Rayap
Bumi” Pemakan “Tongkat” Nabi
Sulaiman a.s. &
Kutukan Nabi Daud
a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Bila kata-kata “suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi
oleh seseorang sesudahku,” diartikan secara harfiah, maka doa Nabi Sulaiman a.s. akan dipahami sudah terkabul dalam artian bahwa sesudah wafat Nabi Sulaiman a.s.
tidak akan ada raja di antara kaum Bani Israil yang memiliki kekuasaan
dan pamor seperti beliau sendiri.
Mengenai kemunduran dan kehancuran
kerajaan Bani Israil yang dibangun ooeh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. tersebut Allah Swt. berfirman:
فَلَمَّا قَضَیۡنَا عَلَیۡہِ
الۡمَوۡتَ مَا دَلَّہُمۡ عَلٰی مَوۡتِہٖۤ
اِلَّا دَآبَّۃُ الۡاَرۡضِ
تَاۡکُلُ مِنۡسَاَتَہٗ ۚ فَلَمَّا خَرَّ تَبَیَّنَتِ الۡجِنُّ اَنۡ لَّوۡ کَانُوۡا
یَعۡلَمُوۡنَ الۡغَیۡبَ مَا لَبِثُوۡا فِی الۡعَذَابِ الۡمُہِیۡنِ ﴿ؕ﴾
Maka tatkala
Kami menentukan kematiannya,
sekali-kali tidak ada yang menunjukkan kematiannya kepada mereka selain rayap bumi yang memakan
tongkatnya. Lalu tatkala tongkat itu jatuh, jin-jin mengetahui
dengan jelas bahwa seandainya mereka
mengetahui yang gaib, mereka sekali-kali tidak akan tetap dalam azab
yang menghinakan. (Saba
[34]:15).
Kemunduran
kerajaan Bani Israil yang dibangun oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. tersebut mulai berlaku pada
masa pemerintahan Rehoboam -- masalah
ini telah dijelaskan secara terinci dalam Bab 33 s/d Bab 40 -- sebagai akibat ketidakbersyukuran Bani Israil sendiri yang terus menerus
merongrong pemerintahan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. (QS.38:22-27;
QS.2:103), sehingga Nabi Daud
a.s. mengutuk mereka, dan kemudian
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pun mengutuk mereka pula, firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ
وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا
یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ کَانُوۡا لَا
یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang yang kafir dari
kalangan Bani Israil telah dilaknat
oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,
hal demikian itu karena mereka
senantiasa durhaka dan melampaui
batas. Mereka tidak
pernah saling mencegah
dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat
bu-ruk apa yang senantiasa mereka
kerjakan. (Al-Māidah [5]:79-80).
Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
mencapai puncaknya ketika beliau dipakukan pada kayu salib,
dan penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud a.s. dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya
yang sangat merawankan hati. Dari lubuk
hati yang penuh kepedihan Nabi Daud
a.s. dan Nabi Isa Isa Ibnu
Maryam a.s. mengutuk
mereka.
Kutukan Allah Swt. kepada Orang-orang
Yahudi Durhaka
Kutukan Nabi Daud
a.s. mengakibatkan
orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar, yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun
556 sebelum Masehi, sedangkan akibat kutukan
Nabi Isa a.s. mereka ditimpa bencana
dahsyat, karena Titus yang
menaklukkan Yerusalem dalam tahun ±
70 Masehi, membinasakan kota dan menodai
rumah-ibadah dengan jalan menyembelih
babi — binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu. (QS.17:5-11; Ulangan 28:1-46; Matius 23:1-39 & 24:1-22).
Salah
satu di antara dosa-dosa besar yang
membangkitkan kemarahan Allah Swt. atas kaum Yahudi
ialah, mereka tidak melarang satu
sama lain, terhadap kejahatan yang
begitu merajalela di tengah-tengah
mereka, sehingga Allah Swt. telah mengutuk mereka melalui para rasul Allah di kalangan Bani Israil, khususnya Nabi Daud a.s.
dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا
مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا
عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ
اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ
ۚ فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿۸۷﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ
لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ
فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan sungguh Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kamimengikutkan rasul-rasul di
belakangnya, Kami
berikan kepada Isa Ibnu Maryam
Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah
patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu kamu berlaku takabur, lalu sebagian
kamu dustakan dan sebagian lainnya
kamu bunuh? Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran
mereka maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).
Mendustakan “Nabi yang Seperti Musa” (Nabi Besar Muhammad Saw.)
Kedegilan
hati dan kedurhakaan orang-orang kafir di kalangan Bani Israil tersebut berlanjut sampai masa pengutusan Nabi yang seperti Musa (Ulangan 18:15-20) -- yakni Nabi
Besar Muhammad saw. (QS.46:11) --
firman-Nya:
وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ
مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ
ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ
فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی
الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab yakni Al-Quran dari Allah menggenapi apa yang ada pada mereka,
sedangkan sebelum itu mereka senantiasa
memohon kemenangan atas
orang-orang kafir, tetapi tatkala datang
kepada mereka apa yang
mereka kenali itu lalu mereka
kafir
kepadanya maka laknat Allah atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah
[2]:90).
Ayat وَ
کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُو -- “sedangkan sebelum itu mereka senantiasa memohon kemenangan atas orang-orang kafir” berarti bahwa orang-orang Yahudi biasa membukakan (memberitahukan) kepada orang-orang musyrik Arab kenyataan bahwa
ada nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab Suci mereka tentang
kedatangan seorang Nabi yang akan menyebarkan
kebenaran ke seluruh dunia (Ulangan 18:18 dan 28:1-2).
Tetapi ketika Nabi itu -- yakni Nabi Besar Muhammad saw. -- sungguh-sungguh
muncul, bahkan orang-orang dari antara mereka yang telah melihat Tanda-tanda dari Allah Swt. menjadi sempurna dalam diri beliau saw., mereka berpaling
dari beliau saw. dan terus-menerus melakukan pendustaan dan fitnah.
Atau mungkin pula arti ayat tersebut bahwa sebelum diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. orang-orang
Yahudi biasa mendoa dengan khusyuk kepada Allah Swt. agar
membangkitkan seorang nabi yang akan
menyebabkan agama yang benar itu menang terhadap agama-agama palsu (Hisyam
1 & 150).
Tetapi ketika nabi
yang untuknya mereka terus-terus mendoa
itu sungguh-sungguh datang dan keunggulan
haq (kebenaran) di atas kepalsuan
mulai nampak, mereka menolaknya dan sebagai akibat penolakan itu laknat Allah Swt. menimpa mereka.
Mengenai hal tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:.
بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ
عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ
عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ
مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Sangat buruk hal yang dengan
itu mereka telah menjual dirinya
yakni mereka kafir kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya, lalu mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan,
dan bagi orang-orang kafir ada azab yang
menghinakan. (Al-Baqarah [2]:91).
“Orang-orang yang Dimurkai” dan “Orang-orang
yang Sesat”
dalam Surah Al-Fatihah
Mengisyaratkan kepada فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی
غَضَبٍ -- “lalu mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan”
itulah doa terakhir dalam Surah Al-Fatihah
sebagai akibat tidak melaksanakan (mengamalkan) keempat Sifat utama Tasybihiyyah Allah Swt. -- Rabbubiyyat, Rahmāniyyat, Rahīmiyyat
dan Māliki yaumid dīn -- serta mereka menolak nikmat-nikmat ruhani , khususnya nikmat kenabian (QS.4:70-71; QS.7:35-37) -- firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ
ۙ﴿﴾ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۙ﴿﴾ مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ ؕ﴿﴾ اِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ اِیَّاکَ
نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿﴾ اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾ صِرَاطَ
الَّذِیۡنَ
اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا
الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Segala puji
hanya bagi Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam, Maha
Pemurah, Maha Penyayang. Pemilik
Hari Pembalasan Hanya
Engkau-lah Yang kami sembah dan hanya
kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu
jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat atas mereka, bukan
jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan
mereka yang sesat. (Al-Fatihah [1]:1-7).
Dengan demikian jelaslah bahwa yang
dimaksud dengan doa غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ الضَّآلِّیۡنَ لَا -- “bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan
mereka yang sesat” adalah orang-orang
Yahudi dan mereka yang perbuatan
buruknya sesuai dengan firman-Nya berikut ini:
بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ
عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ
عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ
مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Sangat buruk hal yang dengan
itu mereka telah menjual dirinya yakni mereka kafir kepada apa yang diturunkan
Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, lalu mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan,
dan bagi orang-orang kafir ada azab yang
menghinakan. (Al-Baqarah [2]:91).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar