Minggu, 15 Desember 2013

Orang-orang yang "Dimurkai" Allah Swt. dan Orang-orang yang "Sesat" karena Menolak Nikmat "Kenabian""



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  101

 Orang-orang yang Dimurkai Allah Swt. dan  Orang-orang yang Sesat karena  Menolak  Nikmat Kenabian

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai  keberhasilan Ratu Saba dan kaumnya memanfaatkan SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) yang mereka miliki tersebut  karena --  sampai batas tertentu --  sesuai dengan firman Allah Swt.:
وَ اِذۡ  تَاَذَّنَ  رَبُّکُمۡ  لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ  وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ  اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau mengumumkan:  ”Jika kamu benar-benar bersyukur  niscaya  akan Ku-limpahkan lebih banyak karunia kepada kamu, tetapi jika kamu benar-benar tidak bersyukur  sesungguhnya azab-Ku   sangat  keras.” (Ibrahim [14]:8).
      Syukr (syukur) itu tiga macam: (1) Dengan hati atau pikiran, yaitu dengan satu pengertian yang tepat dalam hati mengenai manfaat yang diperolehnya; (2) Dengan lidah, yaitu dengan memuji-muji, menyanjung atau memuliakan orang yang berbuat kebaikan; dan (3) Dengan anggota-anggota badan, yaitu dengan membalas kebaikan yang diterima setimpal dengan jasa itu.

Akibat Bersyukur  dan Tidak bersyukur  Kepada Allah Swt.

    Syukr bersitumpu pada lima dasar: (a) kerendahan hati dari orang yang menyatakan syukur itu kepada dia yang kepadanya syukur itu dinyatakan, (b) kecintaan terhadapnya; (c) pengakuan mengenai jasa yang dia berikan, (d) sanjungan terhadapnya untuk itu; (e) tidak mempergunakan jasa itu dengan cara yang ia (orang yang telah memberikannya) tidak akan menyukainya. Itulah syukr dari pihak manusia.
     Syukr dari pihak Allah Swt.   ialah dengan mengampuni seseorang atau memujinya atau merasa puas terhadapnya,  berkemauan baik untuknya atau senang kepadanya, dan oleh karena itu merasa perlu memberi imbalan atau mengganjarnya (Lexicon Lane). Manusia hanya dapat benar-benar bersyukur kepada  Allah Swt.  bila manusia  mempergunakan segala pemberian-Nya dengan tepat.
      Jadi,  karena Ratu Saba dan kaumnya -- secara tidak mereka sadari – dalam mengelola SDM dan SDA yang mereka miliki sesuai dengan Sifat Rabbubiyyah (Maha Pencipta dan Pemelihara) dan Sifat Rahmāniyyat (Maha Pemurah) Allah Swt. itulah sebabnya  dengan membangun bendungan Al-Ma’arib  maka  mereka mampu mengubah padang pasir yang berada di sebelah kanan dan sungai di wilayah mereka berubah menjadi kebun-kebun yang sangat subur,  sebagaimana firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لِسَبَاٍ  فِیۡ مَسۡکَنِہِمۡ اٰیَۃٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ یَّمِیۡنٍ وَّ شِمَالٍ ۬ؕ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لَہٗ ؕ بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ   وَّ  رَبٌّ غَفُوۡرٌ ﴿﴾ فَاَعۡرَضُوۡا فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ وَ بَدَّلۡنٰہُمۡ بِجَنَّتَیۡہِمۡ جَنَّتَیۡنِ ذَوَاتَیۡ  اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ اَثۡلٍ وَّ شَیۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ ﴿﴾  ذٰلِکَ جَزَیۡنٰہُمۡ  بِمَا کَفَرُوۡا ؕ وَ ہَلۡ نُجٰزِیۡۤ   اِلَّا الۡکَفُوۡرَ ﴿﴾
Sungguh  bagi kaum Saba  benar-benar terdapat satu Tanda besar di negeri  mereka, yaitu dua kebun  di sebelah kanan dan di kiri sungai.  Kami berfirman: Makanlah rezeki dari Rabb (Tuhan)  kamu dan bersyukurlah (berterimakasihlah) kepada-Nya. Negeri yang indah dan  Rabb (Tuhan)  Maha Pengampun.”  (Saba [34]:16).
      Keberhasilan duniawi Ratu Saba   dan kaum Saba tersebut terjadi di masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., dan bahkan kaum tersebut sempat melakukan penyerangan ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman a.s.  tetapi Nabi Sulaiman a.s. dan pasukan tempur beliau mampu mengatasinya, bahkan Ratu Saba pun akhirnya bertaubat dari kemusyrikannya  (QS.27:16-45). Masalah ini telah dibahas dalam Bab 33 s/d Bab 40.

“Jasad” di atas Singgasana Nabi Sulaiman a.s.  

     Jadi, nasib buruk yang kemudian menimpa kaum Saba  setelah Ratu Saba meninggal dunia,  penyebabnya  sama dengan nasib buruk yang kemudian menimpa Bani Israil setelah Nabi Sulaiman a.s. meninggal dunia,  karena  para raja   pewariskerajaan Bani Israil sepeninggal Nabi Sulaiman a.s. tidak berusaha mengamalkan Sifat-sifat Rabbubiyyat, Rahmāniyyat, Rahīmiyyat dan Māliki yaumidDīn Allah Swt serta tidak mengamalkan sifat-sifat adil, ihsan dan iyta-I dzil-qurba (memberi seperti keada kerabat – QS.16:91) sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., firman-Nya:
وَ لَقَدۡ فَتَنَّا سُلَیۡمٰنَ وَ اَلۡقَیۡنَا عَلٰی کُرۡسِیِّہٖ  جَسَدًا ثُمَّ  اَنَابَ ﴿﴾  قَالَ رَبِّ اغۡفِرۡ لِیۡ وَ ہَبۡ لِیۡ مُلۡکًا لَّا یَنۡۢبَغِیۡ لِاَحَدٍ مِّنۡۢ بَعۡدِیۡ ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ  ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami benar-benar telah menguji Sulaiman serta Kami menempatkan di atas singgasananya suatu tubuh belaka, kemudian ia (Sulaiman) kembali kepada Tuhan-nya,  ia (Sulaiman)  berkata: “Wahai Rabb-ku (Tuhan-ku), ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi oleh seseorang sesudahku. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah.” (Shād [38]:35-36).
   Dalam QS.34:15 ungkapan yang dipakai ialah, “rayap bumi,” yang dapat mengisyaratkan kepada putra dan ahli waris Nabi Sulaiman a.s.  yaitu Rehoboam, seorang-orang yang tidak berharga, atau kepada Jeroboam, oknum yang mengibarkan panji pemberontakan terhadap bangsa Nabi Daud a.s.. (I Raja-raja 12:28).
    Nabi Sulaiman a.s.  telah menyadari bahwa sesudah beliau wafat, kerajaan beliau tak akan dapat mempertahankan keutuhannya di bawah para penerus beliau yang tak cakap lagi tanpa berkemampuan    -- yang diumpamakan “jasad yang duduk di atas singgasana”. Oleh karena itu beliau menghadap dan mendoa ke hadirat Allah  Swt.:
قَالَ رَبِّ اغۡفِرۡ لِیۡ وَ ہَبۡ لِیۡ مُلۡکًا لَّا یَنۡۢبَغِیۡ لِاَحَدٍ مِّنۡۢ بَعۡدِیۡ ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ
Ia (Sulaiman) berkata: “Wahai Rabb-ku (Tuhan-ku), ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi oleh seseorang sesudahku. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah.” (Shād [38]:35-36). 
     Seperti nampak dari ayat sebelum ini Nabi Sulaiman a.s  telah mempunyai firasat bahwa kerajaan duniawi beliau akan menjadi terpecah-belah sesudah beliau wafat, disebabkan oleh kelemahan mental putra beliau yang tolol dan tidak berharga itu; maka beliau mendoa supaya kerajaan ruhani yang telah dianugerahkan Allah Swt.  kepada keturunannya dapat berjalan terus.

Rayap Bumi” Pemakan “Tongkat” Nabi Sulaiman a.s. &
Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

    Bila kata-kata  “suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi oleh seseorang sesudahku,” diartikan secara harfiah, maka doa Nabi Sulaiman a.s.  akan dipahami sudah terkabul dalam artian bahwa sesudah wafat Nabi Sulaiman a.s.   tidak akan ada raja di antara kaum Bani Israil yang memiliki kekuasaan dan pamor seperti beliau sendiri.
      Mengenai kemunduran dan kehancuran kerajaan Bani Israil yang dibangun ooeh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s.  tersebut Allah Swt. berfirman:
فَلَمَّا قَضَیۡنَا عَلَیۡہِ  الۡمَوۡتَ مَا دَلَّہُمۡ عَلٰی مَوۡتِہٖۤ  اِلَّا دَآبَّۃُ  الۡاَرۡضِ تَاۡکُلُ مِنۡسَاَتَہٗ ۚ فَلَمَّا خَرَّ تَبَیَّنَتِ الۡجِنُّ اَنۡ لَّوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ الۡغَیۡبَ مَا لَبِثُوۡا فِی الۡعَذَابِ الۡمُہِیۡنِ ﴿ؕ﴾
Maka tatkala Kami menentukan kematiannya, sekali-kali tidak ada  yang menunjukkan kematiannya kepada mereka selain rayap bumi  yang memakan tongkatnya. Lalu tatkala tongkat itu jatuh, jin-jin  mengetahui dengan jelas bahwa seandainya mereka mengetahui yang gaib,  mereka sekali-kali tidak akan tetap dalam azab yang menghinakan. (Saba [34]:15).
     Kemunduran kerajaan Bani Israil  yang dibangun oleh Nabi Daud a.s. dan  Nabi Sulaiman a.s. tersebut mulai berlaku pada masa pemerintahan Rehoboam -- masalah ini telah dijelaskan secara terinci dalam Bab 33 s/d Bab 40  -- sebagai akibat ketidakbersyukuran Bani Israil sendiri yang terus menerus merongrong  pemerintahan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. (QS.38:22-27;  QS.2:103), sehingga Nabi  Daud a.s. mengutuk mereka,  dan kemudian  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pun  mengutuk mereka pula, firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam, hal demikian itu karena mereka senantiasa durhaka dan melampaui batas.   Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat  bu-ruk apa yang senantiasa  mereka kerjakan. (Al-Māidah [5]:79-80).
      Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud a.s.   dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   mencapai puncaknya  ketika beliau dipakukan pada  kayu salib, dan penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud a.s.  dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat merawankan hati. Dari lubuk hati yang penuh kepedihan  Nabi Daud a.s.  dan Nabi Isa Isa Ibnu Maryam a.s. mengutuk mereka.

Kutukan Allah Swt. kepada Orang-orang Yahudi Durhaka

      Kutukan Nabi Daud a.s.  mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar, yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi, sedangkan akibat kutukan Nabi Isa a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi, membinasakan kota dan menodai rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu. (QS.17:5-11; Ulangan 28:1-46; Matius 23:1-39 & 24:1-22).
       Salah satu di antara dosa-dosa besar yang membangkitkan kemarahan Allah Swt.  atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka, sehingga Allah Swt.  telah mengutuk mereka melalui para rasul Allah di kalangan Bani Israil, khususnya Nabi Daud a.s. dan Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿۸۷﴾  وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah  berikan Alkitab kepada Musa dan Kamimengikutkan rasul-rasul di belakangnya,   Kami  berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus.  Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?  Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” Tidak,  bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani. (Al-Baqarah [2]:88-89).

Mendustakan “Nabi yang Seperti Musa” (Nabi Besar Muhammad Saw.)

        Kedegilan hati dan kedurhakaan orang-orang kafir di kalangan Bani Israil tersebut berlanjut sampai  masa pengutusan Nabi yang seperti Musa (Ulangan 18:15-20)   -- yakni Nabi Besar Muhammad saw. (QS.46:11) --  firman-Nya:
وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ  ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab yakni  Al-Quran dari Allah menggenapi apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelum itu mereka senantiasa memohon kemenangan  atas orang-orang kafir, tetapi tatkala  datang kepada mereka  apa yang mereka  kenali itu lalu mereka kafir  kepadanya  maka laknat Allah atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah [2]:90).
       Ayat وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُو  --  “sedangkan sebelum itu mereka senantiasa memohon kemenangan  atas orang-orang kafir   berarti bahwa orang-orang Yahudi biasa membukakan (memberitahukan) kepada orang-orang musyrik Arab kenyataan bahwa ada nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab Suci mereka tentang kedatangan seorang Nabi yang akan menyebarkan kebenaran ke seluruh dunia (Ulangan 18:18 dan 28:1-2).
      Tetapi ketika Nabi itu    -- yakni Nabi Besar Muhammad saw. -- sungguh-sungguh muncul, bahkan orang-orang dari antara mereka yang telah melihat Tanda-tanda dari Allah Swt.  menjadi sempurna dalam diri beliau saw.,  mereka berpaling dari beliau saw. dan terus-menerus melakukan pendustaan dan fitnah.
     Atau mungkin pula arti   ayat tersebut  bahwa sebelum diutusnya  Nabi Besar Muhammad saw.   orang-orang Yahudi biasa mendoa dengan khusyuk kepada Allah Swt. agar membangkitkan seorang nabi yang akan menyebabkan agama yang benar itu menang terhadap agama-agama palsu (Hisyam 1 & 150).
     Tetapi  ketika nabi yang untuknya mereka terus-terus mendoa itu sungguh-sungguh datang dan keunggulan haq (kebenaran) di atas kepalsuan mulai nampak,  mereka menolaknya dan sebagai akibat  penolakan itu laknat Allah Swt. menimpa  mereka. Mengenai hal tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:.
  بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ  اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اَنۡزَلَ اللّٰہُ  بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ  لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Sangat buruk hal yang  dengan itu mereka telah menjual dirinya     yakni  mereka  kafir  kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, lalu mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan, dan bagi orang-orang kafir ada azab yang menghinakan. (Al-Baqarah [2]:91).

Orang-orang yang Dimurkai” dan “Orang-orang yang Sesat
dalam Surah Al-Fatihah

      Mengisyaratkan kepada فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ  -- “lalu   mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan” itulah  doa terakhir dalam Surah Al-Fatihah sebagai akibat  tidak melaksanakan (mengamalkan) keempat Sifat utama Tasybihiyyah Allah Swt. -- Rabbubiyyat, Rahmāniyyat, Rahīmiyyat dan Māliki yaumid dīn --  serta mereka menolak nikmat-nikmat ruhani , khususnya nikmat kenabian (QS.4:70-71; QS.7:35-37) --  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ۙ﴿﴾   الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۙ﴿﴾  مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ ؕ﴿﴾ اِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ اِیَّاکَ نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿﴾ اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾   صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬  غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾                                              
Aku baca dengan nama  Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang Segala  puji hanya bagi  Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam,   Maha Pemurah,  Maha Penyayang. Pemilik   Hari  Pembalasan   Hanya Engkau-lah Yang kami sembah  dan  hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan.  Tunjukilah kami   jalan yang lurus,  yaitu jalan  orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka,  bukan jalan mereka  yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka  yang sesat. (Al-Fatihah [1]:1-7).
      Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan   doa  غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ  وَ الضَّآلِّیۡنَ لَا --   bukan jalan mereka  yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka  yang sesat” adalah orang-orang Yahudi dan mereka yang   perbuatan buruknya sesuai dengan firman-Nya berikut ini:
  بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ  اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اَنۡزَلَ اللّٰہُ  بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ  لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Sangat buruk hal yang  dengan itu mereka telah menjual dirinya   yakni  mereka kafir  kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, lalu mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan, dan bagi orang-orang kafir ada azab yang menghinakan. (Al-Baqarah [2]:91).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   30  November    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar