Sabtu, 28 Desember 2013

Perbantahan Para Pengikut dengan Para Pemimpin Penentang Rasul Allah pada Hari Keputusan & Tipuan "Syaitan" Pengingkar Janji



    بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  111

Perbantahan Para  Pengikut  dengan Para Pemimpin Penentang Rasul Allah pada Hari Keputusan &
Tipuan “Syaitan” Pengingkar Janji
  

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai    penjelasan  firman Allah Swt. :
اِذۡ یُغَشِّیۡکُمُ النُّعَاسَ اَمَنَۃً مِّنۡہُ وَ یُنَزِّلُ عَلَیۡکُمۡ مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً  لِّیُطَہِّرَکُمۡ بِہٖ وَ یُذۡہِبَ عَنۡکُمۡ رِجۡزَ الشَّیۡطٰنِ وَ لِیَرۡبِطَ عَلٰی قُلُوۡبِکُمۡ وَ یُثَبِّتَ بِہِ  الۡاَقۡدَامَ ﴿ؕ﴾
Tanda ketentraman adalah  ketika Dia mendatangkan kantuk kepada kamu sebagai rasa aman dari-Nya, dan Dia menurunkan air untuk kamu dari awan supaya Dia mensucikan kamu dengannya dan menghilangkan dari kamu kekotoran syaitan, dan supaya Dia menguatkan hati kamu dan meneguhkan langkah-langkah kamu dengan itu. (Al-Anfāl [8]:12).
    Kata syaithan dalam  ayat  وَ یُذۡہِبَ عَنۡکُمۡ رِجۡزَ الشَّیۡطٰنِ  --  “dan supaya menghilangkan dari kamu kekotoran syaitan” dapat pula berarti derita yang sangat dirasakan waktu haus dan disebut syaithan al-falāt yaitu setan gurun. Dalam Perang Badar pihak musuh telah menguasai sumber air, dan dengan sendirinya orang-orang Islam takut bahwa kekurangan air akan dapat menjadi sumber penderitaan besar bagi mereka.
   Orang-orang Islam berkemah di tempat berpasir, sedangkan lasykar Mekkah berkemah di tanah yang keras. Hujan yang  dengan takdir khas Allah Swt. turun tepat pada waktunya telah membuat tempat orang-orang Islam menjadi keras lagi padat, sedangkan tempat orang-orang kafir menjadi licin, itulah makna ayat selanjutnya  وَ لِیَرۡبِطَ عَلٰی قُلُوۡبِکُمۡ وَ یُثَبِّتَ بِہِ  الۡاَقۡدَامَ   --  “dan supaya Dia menguatkan hati kamu dan meneguhkan langkah-langkah kamu dengan itu”.

Terbunuhnya Abu Jahal dan Tokoh-tokoh  Kafir Quraisy Lainnya

     Ayat selanjutnya mengisyaratkan kepada terbunuhnya Abu Jahal dan 7 orang pemimpin orang-orang kafir Mekkah lainnya dalam perang Badar – yang diisyaratkan terpenggalnya leher-leher   (‘anāq) mereka; dan terbunuhnya serta tertawannya puluhan  para prajurit   kafir lainnya   -- yang diisyaratkan dengan terpotongnya  jari-jari tangan  (banān), firman-Nya:   
اِذۡ یُوۡحِیۡ رَبُّکَ اِلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ اَنِّیۡ مَعَکُمۡ فَثَبِّتُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ سَاُلۡقِیۡ فِیۡ قُلُوۡبِ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوا الرُّعۡبَ فَاضۡرِبُوۡا فَوۡقَ الۡاَعۡنَاقِ وَ اضۡرِبُوۡا مِنۡہُمۡ  کُلَّ  بَنَانٍ ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ شَآقُّوا اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ یُّشَاقِقِ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  فَاِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ  ﴿﴾ذٰلِکُمۡ فَذُوۡقُوۡہُ وَ اَنَّ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾
Ketika Rabb (Tuhan) engkau mewahyukan kepada malaikat-malaikat: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, maka teguhkanlah orang-orang yang beriman. Aku akan memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah pada leher  mereka dan pukullah pada tiap ruas jari mereka.”   Hal demikian itu karena sesungguhnya mereka telah menentang Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya pembalasan Allah sangat keras.  Itulah hukuman bagi kamu, maka rasakanlah itu, dan sesungguhnya bagi orang-orang kafir  tersedia siksaan Api. (Al-Anfāl [8]:13-15). 
       ‘Anaq adalah bagian atas leher yang letaknya persis di bawah kepala dan dianggap tempat paling empuk untuk mendaratkan tebasan pedang dengan telak. Dalam arti kiasan  makna ‘anaq  sama dengan wajh (wajah) atau wujuh,    yaitu  para pemimpin kaum, sedangkan banān (jari-jari tangan)  maknanya para pengikut atau pendukung mereka dari kalangan masyarakat umum, sebagaimana  firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ بِہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ وَ لَا بِالَّذِیۡ بَیۡنَ یَدَیۡہِ ؕ وَ لَوۡ تَرٰۤی  اِذِ  الظّٰلِمُوۡنَ مَوۡقُوۡفُوۡنَ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ ۚۖ یَرۡجِعُ بَعۡضُہُمۡ  اِلٰی بَعۡضِۣ الۡقَوۡلَ ۚ یَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا لَوۡ لَاۤ اَنۡتُمۡ لَکُنَّا مُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Dan   orang-orang kafir berkata: “Kami  tidak akan pernah percaya kepada Al-Quran ini  dan tidak pula kepada yang sebelumnya.” Dan seandainya engkau dapat melihat ketika orang-orang zalim itu akan disuruh berdiri di hadapan Rabb (Tuhan) mereka, seraya mereka melemparkan tuduhan kepada satu sama lain, berkata orang-orang yang dianggap lemah kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Seandainya tidak karena kamu,   kami pasti telah menjadi orang-orang yang beriman.” (As-Sabā [34]:32).

Mereka yang Saling Menyalahkan

     Dalam ayat ini Allah Swt. memperingatkan orang-orang yang mendustakan dan menentang Rasul Allah mengenai kepastian yang akan menimpa mereka pada hari  penghisaban ketika Allah Swt. meminta pertanggungjawaban perbuatan buruk mereka terhadap Rasul Allah yang mereka dustakan.
      Sudah menjadi fitrat manusia bahwa bila seseorang yang berdosa bertatap muka dengan hukuman bagi dosanya, ia berusaha mencari helah dengan mencoba memindahkan tanggungjawab kejahatannya itu kepada orang lain. Segi fitrat inilah yang telah diisyaratkan dalam ayat ini dan dua ayat berikutnya.
      Dalam ayat tersebut para pengikut penentang Rasul Allah   -- yakni banān (jari-jari tangan)  -- telah menisbahkan perbuatan dosa mereka kepada para pemimpin mereka   -- yakni  ‘anāqihim  (leher-leher mereka): لَاۤ اَنۡتُمۡ لَکُنَّا مُؤۡمِنِیۡنَ  -- “Seandainya tidak karena kamu,   kami pasti telah menjadi orang-orang yang beriman.”
      Tetapi para pemuka kaum kafir tersebut menolak tuduhan para pengikutnya tersebut, firman-Nya:
قَالَ  الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡۤا اَنَحۡنُ صَدَدۡنٰکُمۡ عَنِ الۡہُدٰی بَعۡدَ اِذۡ جَآءَکُمۡ بَلۡ کُنۡتُمۡ مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Apakah kami telah menghalangi kamu dari petunjuk, setelah petunjuk itu datang kepadamu? Tidak, bahkan kamu sendirilah   orang-orang  yang berdosa.” (As-Sabā [34]:33).
        Terhadap penolakan para pemimpin mereka yang  tidak bertanggungjawab   itu, selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا بَلۡ مَکۡرُ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ اِذۡ  تَاۡمُرُوۡنَنَاۤ  اَنۡ نَّکۡفُرَ  بِاللّٰہِ  وَ  نَجۡعَلَ لَہٗۤ  اَنۡدَادًا ؕ وَ اَسَرُّوا النَّدَامَۃَ  لَمَّا رَاَوُا الۡعَذَابَ ؕ وَ جَعَلۡنَا الۡاَغۡلٰلَ فِیۡۤ  اَعۡنَاقِ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا ؕ ہَلۡ  یُجۡزَوۡنَ  اِلَّا مَا  کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri:  Tidak, bahkan itu adalah makar buruk kamu malam dan siang, ketika kamu menyuruh kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan  tuhan-tuhan tandingan bagi-Nya.”  Dan mereka akan menyembunyikan penyesalan ketika mereka menyaksikan azab itu,  dan Kami akan mengenakan belenggu pada leher orang-orang kafir itu. Mereka tidak akan dibalas melainkan untuk apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sabā [34]:34).

Makna Lain ‘Anāq (Leher)

      Asarra-hu pada ayat  وَ اَسَرُّوا النَّدَامَۃَ  لَمَّا رَاَوُا الۡعَذَابَ  -- “Dan mereka akan menyembunyikan penyesalan ketika mereka menyaksikan azab itu” berarti: ia menyembunyikannya; ia menzahirkannya (Lexicon Lane).
      Sebagaimana telah dijelaskan mata ‘anāq  dalam ayat  وَ جَعَلۡنَا الۡاَغۡلٰلَ فِیۡۤ  اَعۡنَاقِ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا  -- “dan Kami akan mengenakan belenggu pada leher orang-orang kafir itu”,  selain berarti   leher juga bermakna  para penghulu (pemimpin) kaum  atau  para pembesar  kaum (Lexicon Lane).
Makna lain dari ‘anāq  (leher) tersebut dijelaskan oleh firman Allah Swt. selanjutnya:
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنَا فِیۡ قَرۡیَۃٍ  مِّنۡ نَّذِیۡرٍ  اِلَّا قَالَ  مُتۡرَفُوۡہَاۤ  ۙ اِنَّا بِمَاۤ  اُرۡسِلۡتُمۡ بِہٖ کٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا نَحۡنُ  اَکۡثَرُ  اَمۡوَالًا  وَّ  اَوۡلَادًا ۙ وَّ  مَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِیۡنَ ﴿﴾
Dan Kami sekali-kali tidak  mengirimkan seorang pemberi peringatan ke suatu negeri, melainkan  orang-orang kaya negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami  tidak percaya terhadap apa yang engkau diutus.  Dan mereka berkata: “Kami memiliki lebih banyak harta kekayaan dan anak-anak, dan Kami sekali-kali tidak  akan diazab.” (As-Sabā [34]:35-36).
      Nabi-nabi Allah datang untuk mengangkat derajat kaum terhina dan tertindas ke tempat mereka yang layak dalam masyarakat, dan mengembalikan kepada mereka hak-hak yang dirampas oleh golongan berkuasa dan serakah. Itulah sebabnya maka di segala zaman, justru si kaya, orang-orang berkuasa  dan berpengaruh — yakni golongan yang sudah mapan — mereka itulah yang seia-sekata mendustakan  dan menentang Rasul Allah yang diutus kepada mereka itu, sambil memprovokasi masyarakat luas dengan berbagai fitnah, sebagaimana tuduhan “orang-orang yang dianggap lemah” dalam ayat-ayat sebelumnya (QS.34:33-34). 
      Ketiga kelompok  -- yang merupakan golongan mapan – yang menjadi  penentang  keras para Rasul Allah di setiap zaman tersebut di dalam Al-Quran digambarkan sebagai “Trio” Fir’aun (Penguasa), Haman (Pemuka Agama), dan Qarun  (Hartawan – QS.28:5-7 & 77-83).

Kesedihan Rasul Akhir Zaman

       Kembali kepada pokoh pembahasan mengenai  penyesalan besar orang-orang  yang mendustakan dan menentang Rasul Allah, bahwa  yang dimaksud dengan “si fulan” dalam firman Allah Swt. berikut ini adalah para pemimpin kekafiran  yang telah menghasut  masyarakat luas  untuk ikut terlibat dalam penentangan terhadap Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37), termasui di Akhir Zaman ini:
وَ یَوۡمَ تَشَقَّقُ السَّمَآءُ بِالۡغَمَامِ وَ نُزِّلَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  تَنۡزِیۡلًا ﴿﴾  اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾  وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾  یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾  لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾
Dan pada hari  ketika langit akan terpecah-belah dengan awan-awan  dan malaikat-malaikat akan diturunkan bergelombang-gelombang.  Kerajaan yang haq pada hari itu milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada  hari itu atas orang-orang kafir sangat keras.  Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata:  Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak  menjadikan si fulan itu sahabat. Sungguh  ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusia. (Al-Furqan [25]:26-30).
      Selanjutnya ayat-ayat  tersebut disambung dengan firman Allah Swt.  mengenai kesedihan Rasul Akhir Zaman terhadap sikap buruk umumnya umat Islam terhadap Al-Quran:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan  (Al-Furqan [25]:31).
      Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya ayat ini dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang.
      Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini. Ada sebuah hadits  Nabi Besar Muhammad saw.   yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa sekarang-sekarang  di Akhir Zaman inilah saat yang dimaksudkan itu.

Sunnatullah yang Kembali Terjadi di Akhir Zaman &
Tipuan Syaitan Pengingkar Janji

        Dalam firman Allah Swt. berikutnya   dikemukakan mengenai Sunnatullah lainnya berkenaan dengan  pengutusan Rasul Allah   yaitu berupa pendustaan dan penentangan terhadapnya:
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi   dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pemberi petunjuk dan penolong (Al-Furqan [25]:32). 
       Jadi, kembali kepada “penyesalan” yang masyarakat luas yang telah tertipu oleh “si fulan”  -- yakni para pemuka kaum  mereka  atau ‘anāqihim   -- yang telah melibatkan mereka ke dalam penentangan zalim terhadap Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5), dengan demikian benarlah firman Allah Swt. mengenai penipuan  syaitan atau para pemimpin kaum kafir berikut ini  وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا  -- “Dan syaitan selalu menelantarkan manusia (Al-Furqan [25]:30), firman-Nya:
وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan, syaitan berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepada kamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku  sekali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajak kamu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah diri kamu sendiri. Aku sama sekali tidak dapat menolong kamu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   10 Desember    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar