بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
113
Hubungan “Iblis” dengan “Syaitan-syaitan”
dari Kalangan Jin dan Ins
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai akibat buruk yang ditimbulkan berbagai macam fitnah yang ditebarkan
oleh para penentang Rasul Allah -- atau “syaitan”
-- terhadap masyarakat luas:
لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ
قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ
قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ﴾ وَّ لِیَعۡلَمَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ
رَّبِّکَ فَیُؤۡمِنُوۡا بِہٖ فَتُخۡبِتَ لَہٗ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ
لَہَادِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِلٰی صِرَاطٍ
مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Supaya Dia
menjadikan rintangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai fitnah (ujian) bagi orang-orang
yang dalam hatinya ada penyakit dan mereka yang hatinya keras, dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu benar-benar dalam permusuhan yang
sangat. Dan supaya diketahui
oleh orang-orang yang diberi ilmu sesung-guhnya Al-Quran itu adalah haq (kebenaran) dari Rabb (Tuhan) engkau lalu mereka
beriman kepadanya dan hati mereka
tunduk kepadanya, dan sesungguhnya Allah
pasti memberi petunjuk kepada orang-orang
yang beriman ke jalan yang lurus.
(Al-Hajj
[22]:54-55).
Kebutaan Mata Ruhani Para Penentang Rasul
Allah
Ayat ini mendukung penafsiran yang telah kami berikan mengenai ayat yang sebelumnya
(QS.22:53). Tidak ada alasan untuk membenarkan kisah (tuduhan) yang tidak mempunyai dasar, diadakan oleh sementara
para ahli tafsir yang kurang
paham sehubungan dengan ayat ini,
firman-Nya:
وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ
مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ
اِلَّاۤ اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی
الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ
ثُمَّ یُحۡکِمُ اللّٰہُ
اٰیٰتِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ
عَلِیۡمٌ حَکِیۡمٌ
﴿ۙ﴾
Dan Kami tidak pernah mengirim seorang rasul
dan tidak pula seorang nabi
melainkan apabila ia menginginkan
sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan
pada keinginannya, tetapi Allah
melenyapkan hambatan yang
diletakkan oleh syaitan, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (Al-Hajj [22]:53).
Ayat ini bermaksud mengemukakan
bahwa orang-orang berwatak syaitan
berusaha meletakkan segala macam rintangan
guna menggagalkan tersiar-luasnya amanat
seorang nabi Allah, supaya kemajuannya dapat dicegah dan
“orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit” dapat disesatkan.
Tetapi Allah Swt. menghilangkan
segala rintangan semacam itu, dan
sesudah pada awalnya seakan-akan mengalami kegagalan-kegagalan
sementara maka kemudian kebenaran itu terus berderap maju mencapai kemajuan yang merata. Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai keberadaan “manusia-manusia syaitan” seperti itu pada setiap zaman pengutusan Rasul Allah:
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ اِلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی وَ
حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا مَّا
کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ
لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan
seandainya pun Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka, orang-orang
yang telah mati berbicara
dengan mereka, dan Kami mengumpulkan
segala sesuatu berhadap-hadapan di depan mereka, mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka berlaku jahil. (An-An’ām [6]:112).
Salah satu tugas malaikat-malaikat adalah membisikkan kepada manusia pikiran-pikiran baik untuk mengajak
mereka kepada kebenaran (QS.41:32,
33). Kadangkala mereka melaksanakan tugas-tugas ini melalui mimpi-mimpi dan kasyaf-kasyaf (penglihatan ruhani).
Orang-orang bertakwa yang
sudah meninggal dunia nampak kepada
manusia dalam mimpi untuk membenarkan
pendakwaan nabi-nabi Allah. Ada satu
cara lain yaitu orang-orang yang sudah mati bercakap-cakap
kepada manusia. Bila suatu umat yang secara ruhani
sudah mati mereka dihidupkan kembali untuk memperoleh
kehidupan ruhani baru oleh ajaran nabi mereka, kelahiran-baru ruhani mereka itu seakan-akan berbicara kepada orang-orang
kafir dan memberikan persaksian
terhadap kebenaran pendakwaan nabi Allah
tersebut.
Kata-kata وَ
حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا -- “dan Kami mengumpulkan segala sesuatu
berhadap-hadapan di depan
mereka”, itu menunjuk kepada kesaksian dari berbagai-bagai benda alam yang memberi kesaksian terhadap kebenaran seorang nabi Allah
dalam bentuk gempa, wabah, kelaparan, peperangan,
dan azab-azab lainnya.
Hubungan Iblis
dengan “Syaitan-syaitan” dari
Kalangan Jin dan Ins (Manusia)
Dengan demikian alam sendiri
nampaknya gusar terhadap orang-orang
yang ingkar dan unsur-unsur
alam itu sendiri memerangi mereka, sebab Allah Swt. tidak pernah menimpakan
azab-Nya sebelum terlebih dulu
mengutus Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan (QS.17:16). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ کَذٰلِکَ
جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ الۡجِنِّ
یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ
زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ لَوۡ
شَآءَ رَبُّکَ
مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا مَا ہُمۡ مُّقۡتَرِفُوۡنَ﴿﴾
Dan dengan
cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya
kata-kata indah untuk mengelabui, dan jika Rabb (Tuhan) engkau menghendaki
mereka tidak akan mengerjakannya,
maka biarkanlah mereka dengan apa-apa
yang mereka ada-adakan, dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat cenderung kepada
bisikan itu, mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan. (An-An’ām [6]:113-114).
Kata-kata manusia dan jin yang terdapat
pada banyak tempat dalam ayat-ayat Al-Quran bukan berarti ada dua jenis makhluk Allah yang berlainan – berupa makhluk
gaib -- melainkan dua golongan
makhluk manusia, yakni ins
(manusia) mengisyaratkan kepada
orang-orang awam atau rakyat jelata, sedangkan jin dikatakan kepada orang-orang besar yang biasa hidup memisahkan diri dari rakyat
jelata dan tidak berbaur dengan
mereka, boleh dikatakan tinggal tersembunyi
dari penglihatan umum, sesuai dengan akar kata
janīn, jannah (kebun/surga), janān (malam), junnatu (perisai) dll
yang mengandung makna “tersembunyi”.
Iblis Berasal dari Golongan “Jin” (Pembesar Kaum)
Allah Swt. telah menyatakan bahwa
Iblis
yang menolak perintah Allah Swt. untuk “sujud” (patuh-taat) kepada Adam (Khalifah Allah) bersama para malaikat
pun berasal dari golongan jin, firman-Nya:
وَ اِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ کَانَ
مِنَ الۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ اَمۡرِ رَبِّہٖ ؕ اَفَتَتَّخِذُوۡنَہٗ وَ ذُرِّیَّتَہٗۤ اَوۡلِیَآءَ مِنۡ دُوۡنِیۡ وَ ہُمۡ لَکُمۡ عَدُوٌّ ؕ بِئۡسَ لِلظّٰلِمِیۡنَ بَدَلًا ﴿﴾
مَاۤ اَشۡہَدۡتُّہُمۡ خَلۡقَ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لَا
خَلۡقَ اَنۡفُسِہِمۡ ۪ وَ مَا کُنۡتُ
مُتَّخِذَ الۡمُضِلِّیۡنَ عَضُدًا ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
"Sujudlah yakni patuhlah kepada
Adam," maka sujudlah
mereka kecuali iblis, ia adalah dari golongan
jin maka ia mendurhakai perintah Rabb-nya (Tuhan-nya). Apakah kamu hendak mengambil dia dan keturunannya
sebagai sahabat-sahabat selain Aku, padahal mereka itu musuh-musuh kamu? Sangat
buruk bagi orang-orang yang zalim
pertukaran itu. Aku
sekali-kali tidak mem-buat mereka
menyaksikan penciptaan seluruh langit dan bumi, dan tidak pula penciptaan mereka sendiri, dan Aku
sama sekali tidak dapat meng-ambil mereka yang menyesatkan orang-orang
sebagai pembantu. (Al-Kahf
[18]:51-52).
Karena pada hakikatnya Adam atau Khalifah Allah adalah Rasul Allah sedangkan para malaikat yang “sujud” kepada
Adam
(khlifah Allah) melambangkan orang-orang
yang beriman kepada Rasul Allah maka dapat dipastikan Iblis melambangkan para pemuka kaum (jin-jin) yang mendustakan dan menentang keras Rasul Allah --
yang menurut prediksi para malaikat
mereka itulah orang-orang yang akan berbuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkah
darah dari kalangan para pengikut Adam
atau Rasul Allah yang akan
menciptakan “bumi baru dan langit baru” (QS.14:49-53), firman-Nya kepada Nabi Besar
Muhammad saw.:
وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ
فِی الۡاَرۡضِ
خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ
فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا
لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb
(Tuhan) engkau berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di bumi, mereka berkata: “Apakah
Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
pujian Engkau dan kami senantiasa mensucikan
Engkau?” Dia berfirman: “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah [2]:31).
Tekad Iblis Untuk
Menghadang Perjuangan Suci Rasul Allah
Berikut adalah tekad Iblis untuk
melakukan berbagai macam penghadangan
terhadap
perjuangan suci Adam (Rasul Allah)
dan para pengikutnya yang hakiki, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنٰکُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنٰکُمۡ ثُمَّ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ
اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ ٭ۖ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ
اِبۡلِیۡسَ ؕ لَمۡ یَکُنۡ مِّنَ
السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ مَا
مَنَعَکَ اَلَّا تَسۡجُدَ
اِذۡ اَمَرۡتُکَ ؕ قَالَ اَنَا خَیۡرٌ
مِّنۡہُ ۚ خَلَقۡتَنِیۡ مِنۡ نَّارٍ
وَّ خَلَقۡتَہٗ مِنۡ
طِیۡنٍ ﴿﴾ قَالَ فَاہۡبِطۡ
مِنۡہَا فَمَا یَکُوۡنُ لَکَ اَنۡ تَتَکَبَّرَ فِیۡہَا فَاخۡرُجۡ اِنَّکَ مِنَ الصّٰغِرِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ اَنۡظِرۡنِیۡۤ اِلٰی
یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ اِنَّکَ
مِنَ الۡمُنۡظَرِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ فَبِمَاۤ اَغۡوَیۡتَنِیۡ لَاَقۡعُدَنَّ لَہُمۡ صِرَاطَکَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَاٰتِیَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَیۡنِ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ
مِنۡ خَلۡفِہِمۡ وَ عَنۡ اَیۡمَانِہِمۡ وَ
عَنۡ شَمَآئِلِہِمۡ ؕ وَ لَا تَجِدُ
اَکۡثَرَہُمۡ شٰکِرِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ اخۡرُجۡ مِنۡہَا مَذۡءُوۡمًا مَّدۡحُوۡرًا ؕ
لَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ لَاَمۡلَـَٔنَّ جَہَنَّمَ مِنۡکُمۡ
اَجۡمَعِیۡنَ﴿﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah menciptakan kamu, kemudian Kami memberi kamu bentuk, lalu Kami berfirman kepada para malaikat: ”Sujudlah yakni patuh-lah sepenuhnya kamu
kepada Adam", maka mereka
bersujud kecuali iblis,
ia tidak termasuk orang-orang yang sujud.
Dia berfirman: “Apa yang telah menghalangi engkau sehingga engkau tidak sujud yakni patuh sepenuhnya
ketika Aku memberi perintah kepada
engkau?” Ia (Iblis) berkata: “Aku
lebih baik daripada dia, Engkau menciptakan aku dari api dan Engkau menciptakan dia dari tanah liat.” Dia berfirman: ”Jika demikian, pergilah engkau darinya, karena sekali-kali tidak patut bagi engkau berlaku takabur di dalamnya,
karena itu keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk di antara orang-orang yang
hina.”
Ia, Iblis, aberkata:
“Berilah aku tangguh sampai hari mereka
dibangkitkan.” Dia
berfirman: “Sesungguhnya engkau termasuk
orang-orang yang diberi tangguh.” Ia, Iblis, berkata: “Karena Engkau telah
menyatakan aku sesat, niscaya aku akan menghadang mereka di jalan Engkau yang lurus, kemudian niscaya akan kudatangi mereka dari depan mereka, dari belakang mereka, dari kanan
mereka, dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati keba-nyakan mereka bersyukur.” Dia
berfirman: “Keluarlah engkau darinya
dengan terhina dan terusir, barangsiapa dari mereka mengikuti engkau, niscaya akan Aku penuhi Jahannam dengan kamu semua.”
(Al-A’rāf
[7]:12-19).
Macam-macam Penghadangan Iblis di Jalan Allah
Mengenai jenis-jenis penghadangan yang akan dilakukan Iblis dan para pengikutnya terhadap perjuangan suci Rasul
Allah dan para pengikutnya yang
hakiki dijelaskan dalam firman-Nya berikut ini:
قَالَ اذۡہَبۡ فَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ فَاِنَّ جَہَنَّمَ جَزَآؤُکُمۡ
جَزَآءً مَّوۡفُوۡرًا ﴿﴾ وَ اسۡتَفۡزِزۡ مَنِ
اسۡتَطَعۡتَ مِنۡہُمۡ بِصَوۡتِکَ وَ اَجۡلِبۡ عَلَیۡہِمۡ بِخَیۡلِکَ وَ رَجِلِکَ
وَ شَارِکۡہُمۡ فِی الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ عِدۡہُمۡ ؕ وَ مَا یَعِدُہُمُ
الشَّیۡطٰنُ اِلَّا غُرُوۡرًا ﴿﴾ اِنَّ عِبَادِیۡ
لَیۡسَ لَکَ عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ
وَکِیۡلًا ﴿﴾
Dia
berfirman: “Pergilah, lalu barangsiapa akan mengikuti engkau dari
antara mereka maka sesungguhnya
Jahannamlah balasan bagi kamu, suatu
balasan yang penuh. Dan bujuklah siapa dari antara mereka yang
engkau sanggup dengan suara engkau, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda eng-kau dan pasukan berjalan-kaki engkau dan berserikatlah dengan mereka dalam harta
dan anak-anak
mereka, dan berikanlah
janji-janji kepada mereka.” Tetapi syaitan
tidak menjanjikan kepada mereka selain tipu-daya Sesungguhnya mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai
kekuasaan atas mereka, dan
cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai
Pelindung. (Bani Isrāil [17]:65-66).
Ayat 66 menguraikan
tiga macam daya-upaya yang dilakukan
oleh putra-putra kegelapan – yakni Iblis atau syaitan -- untuk membujuk
manusia supaya menjauhi jalan kebenaran:
(1) mereka berusaha
menakut-nakuti orang-orang miskin dan lemah dengan ancaman akan mempergunakan kekerasan terhadap mereka;
(2) mereka mempergunakan
tindakan-tindakan yang lebih keras terhadap mereka yang tidak dapat
ditakut-takuti dengan cara gertak sambal, yaitu dengan mengadakan
persekutuan-persekutuan untuk tujuan melawan mereka dan mengadakan serangan
bersama terhadap mereka dengan segala cara;
(3) mereka mencoba membujuk
orang-orang kuat dan yang lebih berpengaruh dengan tawar-an akan menjadikannya pemimpin
mereka, asalkan mereka tidak akan membantu lagi pihak kebenaran.
Makna ayat اِنَّ
عِبَادِیۡ لَیۡسَ لَکَ
عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ -- “Sesungguhnya
mengenai hamba-hamba-Ku, engkau
tidak akan mempunyai kekuasaan atas mereka”, bahwa manusia dapat terkena oleh bujukan-bujukan syaitan selama ruhaninya belum
“dibangkitkan”, yaitu selama keimanannya belum mencapai taraf yang
sempurna yang disebut tingkatan nafs
Muthmainnah (QS.89:27-31).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar