بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
109
Perang Badar & Penyesalan Orang-orang yang Diperdayai
“Syaitan”
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai masa kemajuan dan masa kemunduran
serta masa kebangkitan Islam yang
kedua kali, hal tersebut merupakan Sunnatullah yang
berlaku bagi semua umat -- termasuk umat Islam Bani Isma’il yang menggantikan Bani Israil sebagai “kaum terpilih” sebelumnya (QS.2:41;
QS.6:166) -- firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ
فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ
لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ
لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ
﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas waktunya,
mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak pula
dapat memajukannya. Wahai Bani
Adam, jika datang kepada
kamu rasul-rasul dari
antara kamu yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula
mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang
yang men-dustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalam-nya. (Al-‘Arāf
[7]:35-37).
Makna Ajal (Jangka Waktu) Kaum
Bila waktu yang ditetapkan untuk menghukum suatu kaum tiba maka batas waktu
(ajal) kaum tersebut tidak dapat dihindarkan, diulur-ulur, atau
ditunda-tunda. Kemudian Allah Swt. akan membangkitkan kaum
lain sebagai pengganti kaum yang
sudah tiba ajalnya (batas waktunya) tersebut, sebagimana dikemukakan dalam ayat
selanjutnya (ayat 36).
Penyebutan “Hai Bani Adam” dalam
ayat 36 یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ -- “Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu” patut
mendapat perhatian istimewa. Seperti pada beberapa ayat sebelumnya (yakni
QS.7:27, 28 & 32), seruan dengan kata-kata Hai anak-cucu Adam,
ditujukan kepada umat di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dan kepada generasi-generasi yang akan lahir
setelah diturunkannya agama Islam
(Al-Quran) kepada Nabi Besar Muhammad saw., bukan kepada umat yang hidup di masa jauh silam (kaum-kaum purbakala) dan yang
datang tak lama sesudah masa Nabi Adam a.s..
Kata-kata وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ -- “Dan
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya” itu berarti bahwa
mereka yang menolak rasul-rasul Allah akan
melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar gaib yang meramalkan kekalahan dan kegagalan
mereka. Mereka akan merasakan hukuman
yang dijanjikan kepada mereka karena menentang rasul-rasul Allah.
Sudah merupakan Sunnatullah
pula bahwa pihak yang mendustakan dan
menentang Rasul Allah tersebut terutama sekali adalah kaum yang ajalnya (jangka waktunya) sebagai “kaum
terpilih” sudah selesai, contohnya
adalah penentangan (golongan Ahlikitab) terhadap Nabi Besar Muhammad saw. yang berasal
dari Bani Isma’il.
Sunnatullah tersebut terjadi pula di lingkungan umat Islam ketika Allah Swt. mengutus Rasul Akhir Zaman, yang akan mewujudkan kejayaan
Islam yang kedua kali, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
Turunnya Berbagai Bentuk Pertolongan Allah Swt.
Mengisyaratkan kepada Rasul
Allah yang akan menggunggulkan
agama Islam atas semua agama lainnya
itulah yang dimaksud dengan Rasul
Allah dalam firman-Nya sebelum ini:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی
اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang
telah ditinggalkan. (Al-Furqan [25]:31).
Firman Allah Swt. tersebut diawali dengan
ayat-ayat yang mengemukakan rasa
menyesal (penyesalan) yang dialami oleh orang-orang yang mendustakan serta menentang Rasul Allah
tersebut, ketika “Kerajaan” Allah Swt. yang diperjuangkan oleh Rasul Allah tersebut benar-benar
terwujud, firman-Nya:
وَ یَوۡمَ تَشَقَّقُ السَّمَآءُ بِالۡغَمَامِ وَ نُزِّلَ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ تَنۡزِیۡلًا ﴿﴾ اَلۡمُلۡکُ
یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ
عَسِیۡرًا ﴿﴾ وَ یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ
الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی
لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ
اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾
Dan pada hari ketika langit akan terpecah-belah dengan awan-awan dan malaikat-malaikat
akan diturunkan bergelombang-gelombang.
Kerajaan yang haq pada hari itu milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada hari
itu atas orang-orang kafir sangat keras.
Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu
berkata: ”Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil
jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah
aku, alangkah baiknya seandainya aku
tidak menjadikan si fulan itu sahabat.
Sungguh ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusia. (Al-Furqan [25]:26-30).
Makna ayat 26: وَ یَوۡمَ تَشَقَّقُ السَّمَآءُ
بِالۡغَمَامِ وَ نُزِّلَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ
تَنۡزِیۡلًا --
“Dan pada hari ketika langit akan terpecah-belah dengan awan-awan dan malaikat-malaikat
akan diturunkan bergelombang-gelombang,”
hal itu mengisyaratkan ketika pertolongan
Allah Swt. secara bergelombang
membantu Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam pada waktu Perang Badar (QS.2:211; QS.6:159;
QS.16:34; QS.89:23).
Secara
khusus makna kalimat “malaikat-malaikat
akan diturunkan bergelombang-gelombang”
mengisyaratkan kepada hukuman terhadap kaum itu melalui peperangan, sebab kedatangan
malaikat-malaikat itu telah
disebutkan dalam hubungan dengan pertarungan-pertarungan
yang terjadi antara kaum Muslimin
dengan musuh-musuh mereka (QS.3:125,
126 dan QS.8:10).
Sedangkan istilah “Kedatangan
Tuhan” mengungkapkan kehancuran total
musuh-musuh kebenaran (QS.2:211), ada
pun makna kalimat “Kedatangan Tanda-tanda” mengisyaratkan kepada azab-azab dunia seperti kelaparan,
wabah, bencana, dan sebagaimanya, itulah makna ayat selanjutnya اَلۡمُلۡکُ
یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ
عَسِیۡرًا -- “Kerajaan yang haq pada hari itu milik
Yang Maha Pemurah, dan azab pada hari
itu atas orang-orang kafir sangat keras.”
Penyesalan Para Penentang Rasul
Allah
Hari Badar (Perang Badar) sungguh-sungguh
merupakan suatu hari yang penuh
dengan kesedihan bagi orang-orang kafir Mekkah, sebab dengan
terbunuhnya Abu Jahal dan 7 orang pemimpin kafir Quraisy
lainnya, ada sebanyak 70 orang kafir Quraisy terbunuh dalam Perang Badar dan 70 orang lainnya ditawan oleh pasukan
Muslim.
Jadi, pada hari
itulah dasar-dasar Islam diletakkan
dengan teguhnya, dan kaum Quraisy telah menyadari kehinaan dan kekalahan pahit
yang mereka derita. Mengisyaratkan kepada keadaan
itulah ayat:
وَ یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ
الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ
الذِّکۡرِ بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ
لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾
Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit
kedua tangannya lalu berkata: ”Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul
itu. Wahai celakalah aku, alangkah
baiknya seandainya aku tidak menjadikan
si fulan itu sahabat. Sungguh ia benar-benar telah melalaikanku dari
mengingat kepada Allah sesudah
ia datang kepadaku.” Dan syaitan
selalu menelantarkan manusia.(Al-Furqan
[25]:29-30).
Pada hakikatnya yang dimaksud
dengan “si fulan” mau pun “syaitan”
dalam ayat tersebut merujuk kepada obyek
yang sama, yaitu orang-orang kafir yang secara aktif
menentang keras Rasul Allah, mereka
itulah yang disesali oleh orang-orang zalim ketika perjuangan suci Rasul Allah terbukti kebenarannya, firman-Nya:
وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ وَ قَالَ لَا غَالِبَ
لَکُمُ الۡیَوۡمَ مِنَ
النَّاسِ وَ اِنِّیۡ جَارٌ
لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا
تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ
عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ اِنِّیۡۤ اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ ﴿٪﴾
Dan ingatlah ketika syaitan menampakkan indah kepada mereka amal-amal
mereka dan berkata: ”Tidak seorang
pun di antara manusia yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku pelindung kamu.”
Tetapi tatkala kedua pasukan itu berhadapan satu sama lain, ia berbalik
atas tumitnya sambil berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah dan siksaan
Allah sangat keras. (Al-Anfāl [8]:49).
Hasutan dan Jaminan Palsu Suraqah bin Malik bin Jusyam
Diriwayatkan bahwa orang yang
dimaksudkan dalam ayat ini adalah Suraqah bin Malik bin Jusyam, yang menjelang terjadinya Perang Badar ia menghasut
orang-orang Mekkah agar melawan
orang-orang Islam, tetapi kemudian dia sendiri setelah
Perang Badar memeluk agama Islam.
Ketika lasykar Mekkah masih di
Mekkah, beberapa tokoh kabilah Quraisy
menyatakan kekhawatiran bahwa
jangan-jangan Banu Bakar -- satu cabang Banu Kinanah -- yang bermusuhan dengan kaum Quraisy menyerang Mekkah secara tak terduga di waktu
mereka tidak ada di tempat, atau menyerang lasykar Mekkah dari belakang.
Kekhawatiran mereka diredakan oleh Suraqah bin Malik bin Jusyam, salah seorang
pemuka Banu Kinanah, ia meyakinkan
mereka bahwa orang-orang dari sukunya tidak akan mendatangkan kemudaratan apa pun kepada mereka (Tafsir
Ibnu Jarir, X, 13).
Tetapi ketika Suraqah menyaksikan tekad membaja orang-orang Islam pada
waktu Perang Badar maka rasa takut
menguasai dirinya, sebab setelah melihat
mereka ia memperoleh keyakinan bahwa tekad orang-orang Islam adalah menang
atau mati. Persis demikianlah
dirasakan oleh Utbah dan Umair pada Hari
Badar dan ia memberitahukan kepada orang-orang Mekkah, bahwa orang-orang Islam nampaknya “seperti orang-orang yang mencari kematian”
(Thabari).
Pada hakikatnya tekad membaja yang
timbul dalam hati orang-orang Islam dan rasa takut yang timbul di
kalangan pasukan kafir Quraisy Mekkah – termasuk Suraqah bin Malik -- adalah karena Allah Swt. telah
memerintahkan para malaikat-Nya untuk melaksanakan hal tersebut,
firman-Nya:
اِذۡ تَسۡتَغِیۡثُوۡنَ رَبَّکُمۡ فَاسۡتَجَابَ لَکُمۡ اَنِّیۡ مُمِدُّکُمۡ
بِاَلۡفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ
مُرۡدِفِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا جَعَلَہُ
اللّٰہُ اِلَّا بُشۡرٰی وَ لِتَطۡمَئِنَّ
بِہٖ قُلُوۡبُکُمۡ ۚ وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan ingatlah
ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb (Tuhan) kamu, lalu Dia mengabulkan doa kamu: “Sesungguhnya Aku
akan membantu kamu dengan seribu malaikat beriringan.” Tetapi Allah
sekali-kali tidak
menjadikan hal itu melainkan sebagai kabar
gembira dan supaya hati kamu tenteram karenanya. Dan sekali-kali tidak
ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Al-Anfāl [8]:10-11).
Para malaikat membantu kaum Muslimin, yakni
di satu pihak dengan meneguhkan hati
mereka, dan di pihak lain dengan meresapi
hati musuh-musuh dengan rasa gentar
dan takut. Jika Allah Swt. menghendaki, seorang malaikat
pun cukup untuk menolong kaum Muslimin pada Perang Badar, tetapi Allah Swt. menjanjikan
akan mengirimkan sebanyak 1000 malaikat.
Kabar Gembira
Hal itu merupakan isyarat tersembunyi bahwa sejumlah besar
kekuatan-alam bekerja menolong mereka. Baik dicatat sambil
lalu, bahwa beberapa orang beriman dan begitu pula
beberapa orang kafir, menurut riwayat, sungguh-sungguh telah melihat para malaikat dalam Perang Badar (Tafsir Ibnu Jarir, IV, 47).
Jadi, penyebutan jumlah 1000 malaikat lebih bersifat memberikan kabar bahwa jumlah pasukan kaum kafir Quraisy adalah sebanyak 1000 orang, dan bahwa
sejumlah besar kekuatan-kekuatan alam akan
mendukung perjuangan suci Nabi Besar Muhammad saw. yang jumlahnya hanya 313 orang Muslim saja, dengan perlengkapan perang yang sangat sederhana, karena memang yang sebenarnya menjadi tujuan
mereka adalah rombongan kafilah kaum Quraisy Mekkah yang pengawalannya tidak begitu kuat (QS.8:6-9).
Tetapi Allah Swt. memiliki tujuan lain,
yaitu telah membuat rombongan umat Islam pimpinan Nabi Besar Muhammad saw.
harus berhadapan dengan pasukan kaum kafir Quraisy yang bukan saja jumlahnya jauh lebih banyak tetapi juga pasukan tersebut dipersenjatai secara lengkap, karena tujuan mereka adalah untuk menghabisi Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, firman-Nya:
کَمَاۤ اَخۡرَجَکَ رَبُّکَ مِنۡۢ بَیۡتِکَ بِالۡحَقِّ ۪ وَ اِنَّ فَرِیۡقًا
مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ لَکٰرِہُوۡنَ ۙ﴿﴾
Hal itu karena Rabb
(Tuhan) engkau telah mengeluarkan engkau
dari rumah engkau untuk tujuan yang
haq, padahal sesungguhnya
segolongan dari orang-orang beriman tidak menyukainya.
(Al-Anfāl [8]:6).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 8 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar