Rabu, 25 Desember 2013

"Masa Pikun" Umat Beragama & "Hari Kebangkitan" di Dunia




  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  108

“Masa Pikun”   Umat Beragama & “Hari Kebangkitan” di Dunia    
  

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai  dalil-dalil kebenaran terjadinya kebangkitan akhlak dan ruhani  di kalangan umat manusia,  dengan mengemukakan misal (perumpamaan)  berkenaan dengan proses kejadian bayi dalam rahim ibu, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ  اِنۡ  کُنۡتُمۡ فِیۡ رَیۡبٍ مِّنَ الۡبَعۡثِ فَاِنَّا خَلَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ تُرَابٍ ثُمَّ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ  ثُمَّ مِنۡ عَلَقَۃٍ  ثُمَّ مِنۡ مُّضۡغَۃٍ مُّخَلَّقَۃٍ  وَّ غَیۡرِ مُخَلَّقَۃٍ  لِّنُبَیِّنَ لَکُمۡ ؕ وَ نُقِرُّ  فِی الۡاَرۡحَامِ مَا نَشَآءُ  اِلٰۤی اَجَلٍ مُّسَمًّی ثُمَّ نُخۡرِجُکُمۡ طِفۡلًا ثُمَّ  لِتَبۡلُغُوۡۤا  اَشُدَّکُمۡ ۚ وَ مِنۡکُمۡ  مَّنۡ یُّتَوَفّٰی وَ مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرَدُّ  اِلٰۤی  اَرۡذَلِ الۡعُمُرِ لِکَیۡلَا یَعۡلَمَ مِنۡۢ بَعۡدِ عِلۡمٍ شَیۡئًا ؕ وَ تَرَی الۡاَرۡضَ ہَامِدَۃً  فَاِذَاۤ  اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡہَا الۡمَآءَ   اہۡتَزَّتۡ وَ  رَبَتۡ وَ  اَنۡۢبَتَتۡ مِنۡ  کُلِّ  زَوۡجٍۭ  بَہِیۡجٍ ﴿﴾  ذٰلِکَ بِاَنَّ اللّٰہَ ہُوَ الۡحَقُّ وَ اَنَّہٗ یُحۡیِ الۡمَوۡتٰی  وَ  اَنَّہٗ  عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ۙ﴿﴾   وَّ  اَنَّ السَّاعَۃَ اٰتِیَۃٌ  لَّا رَیۡبَ  فِیۡہَا ۙ وَ اَنَّ اللّٰہَ  یَبۡعَثُ  مَنۡ  فِی  الۡقُبُوۡرِ ﴿﴾
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan mengenai kebangkitan kembali, maka sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari debu tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari sepotong daging, sebagian telah berbentuk dan sebagian lagi belum berbentuk, supaya Kami menjelaskan kepada kamu.  Dan Kami menempatkan di dalam rahim-rahim sebagaimana yang Kami kehendaki sampai masa yang telah ditentukan,  kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, lalu kamu mencapai kedewasaan kamu. Dan di antara kamu ada yang diwafatkan,  dan sebagian dari kamu ada yang dipanjangkan umurnya hingga pikun, sehingga ia tidak mengetahui sedikit pun setelah ia mengetahui. Dan engkau melihat bumi gersang  lalu  apabila ke atasnya Kami menurunkan air   ia bergerak dan berkembang dan menumbuhkan segala macam tumbuhan yang indah.  Yang demikian itu  karena sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Benar dan sesungguhnya  Dia-lah Yang menghidupkan yang mati, dan sesungguhnya Dia berkuasa atas segala sesuatu,   dan sesungguhnya saat yang ditentukan itu akan datang, sedikit pun tidak ada keraguan di dalamnya, dan sesungguhnya Allah akan  membang-kitkan orang yang ada di dalam kubur. (Al-Hājj [22]:6-8). 

“Masa Pikun”  Umat Beragama  &
“Hari Kebangkitan” di Dunia   

     Sesuai dengan Sifat Rabbubiyyat Allah Swt. (QS.1:2), kejadian manusia dan perkembangan fisiknya merupakan suatu dalil yang kuat untuk membenarkan adanya kehidupan sesudah mati. Kejadian manusia adalah suatu proses evolusi, suatu penguraian yang berangsur-angsur, suatu perkembangan dari suatu tahap kepada tahap yang lain, dari zat tanpa nyawa kepada suatu benih kemudian menjadi indung telur yang telah dibuahi, kemudian menjadi  janin dan sesudah itu proses mencapai puncaknya dalam kelahiran wujud manusia (bayi) yang sempurna bentuknya.
       Tetapi proses evolusi pembentukan manusia secara fisik (jasmani) tersebut  tidak berhenti dengan kelahiran manusia. Proses  dibawah Sifat Rabbubiyyat  Allah Swt. itu berjalan terus. Pertumbuhan jasmani manusia yang ajaib dari zat tanpa nyawa kepada wujud manusia yang sempurna merupakan bukti yang  tidak dapat ditolak, bahwa Khāliq (Maha Pencipta) manusia dan Pencipta semua tingkatan pertumbuhannya, memiliki kekuasaan memberikan kepadanya suatu kehidupan baru sesudah ia mati.
     Jadi,  terkandung kesimpulan bahwa sebagaimana kejadian dan pertumbuhan jasmani manusia melalui proses evolusi dan pertumbuhan yang berangsur-angsur, begitu pula perkembangan ruhaninya. Mengenai adanya kesajajaran dalam proses perkembangan jasmani dan ruhani manusia ini   dijelaskan secara terinci dalam QS.23:1-18.
      Dalil lain yang diambil dari alam  mengenai kebenaran kebangkitan tersebut ialah  bahwa bumi yang kering, gersang, atau mati bergetar dengan kehidupan baru  ketika hujan turun. Gejala ini membawa kepada kesimpulan yang sama bahwa Allah Swt.  mempunyai kekuasaan membuat bumi yang mati dan kering-gersang itu bergetar dengan kehidupan baru tentu mempunyai kekuasaan menghidupkan kembali manusia sesudah ia mati.
     Dengan demikian jelaslah bahwa berdasarkan Al-Quran diketahui bahwa adanya “Hari Kebangkitan” tersebut bukan hanya di alam Akhirat -- setelah manusia mengalami kehidupan di alam barzakh  --  tetapi terjadi juga di dunia ini melalui pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya yang dijanjikan (QS.7:35=37; QS.62:3-5), termasuk di Akhir Zaman ini (QS.61:10), yaitu ketika keadaan suatu kaum atau umat beragama telah seperti keadaan umumnya  manusia yang  apabila telah berusia lanjut  akan  mengalami   pikun, sehingga ilmu pengetahuan yang dimilikinya pun hilang:  وَ مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرَدُّ  اِلٰۤی  اَرۡذَلِ الۡعُمُرِ لِکَیۡلَا یَعۡلَمَ مِنۡۢ بَعۡدِ عِلۡمٍ شَیۡئًا  -- “dan sebagian dari kamu ada yang dipanjangkan umurnya hingga pikun, sehingga ia tidak mengetahui sedikit pun setelah ia mengetahui.”
       Menurut Allah Swt.  penciptaan suatu kaum  dan kebangkitan mereka  -- setelah mengalami masa kemunduran akhlak dan ruhani --  bagi Allah Swt.  seperti penciptaan dan kebangkitan  satu jiwa (seorang manusia), firman-Nya:
مَا خَلۡقُکُمۡ وَ لَا بَعۡثُکُمۡ  اِلَّا کَنَفۡسٍ وَّاحِدَۃٍ ؕ  اِنَّ  اللّٰہَ  سَمِیۡعٌۢ  بَصِیۡرٌ ﴿﴾
Sekali-kali tidaklah penciptaan kamu dan tidak pula  kebangkitan kamu  melainkan seperti penciptaan suatu jiwa.  Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (Luqman [31]:29).
     Ayat ini mengandung arti,  bahwa seluruh umat manusia tunduk kepada hukum-hukum alam yang sama. Ayat ini menunjuk pula kepada kenyataan  bahwa kebangkitan atau keruntuhan bangsa dan masyarakat  atau umat beragama adalah tunduk kepada hukum-hukum alam yang sama, seperti halnya kemajuan atau kemunduran perseorangan manusia. 

Proses Lenyapnya “Ruh” Islam (Al-Quran) &
Kesedihan Rasul Akhir Zaman

     Berikut ini adalah firman Allah Swt. mengenai proses lenyapnya ilmu pengetahuan Al-Quran secara berangsur-angsur dari kalangan umat Islam selama 1000 tahun setelah   mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3 abad (300 tahun), firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.  (As-Sajdah [32]:6).
       Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya.
    Nabi Besar Muhammad saw.   diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat).
    Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan keme-nangan yang tiada henti-hentinya. Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya ber-langsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
     Dalam hadits lain Nabi Besar Muhammad saw.  sehubungan dengan  Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 diriwayatkan pernah bersabda bahwa iman akan terbang ke Bintang Suraya dan seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir).
      Dengan kedatangan  Al-Masih Mau’ud a.s.  atau Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) dalam abad ke-14 Hijriyah laju kemerosotan umat Islam  dalam berbagai bidang kehidupan – termasuk akhlak dan ruhani --  telah terhenti,  dan kebangkitan Islam kembali mulai berlaku (QS.61:10). Mengisyaratkan kepada keadaan puncak keumunduran Islam di akhir dan awal abad 14 Hijriyah atau  akhir abad 17 Masehi itulah  kesedihan Rasul Allah  dalam firman  berikut:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan. (Al-Furqan [25]:31).
  Ayat ini dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini.  Hal ini mengisyaratkan kepada “masa pikun” yang terjadi kalangan umumnya umat Islam.
     Ada sebuah hadits  Nabi Besar Muhammad saw.    yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh  di Akhir Zaman  inilah saat yang dimaksudkan itu.

Wasiat Allah Swt. kepada Bani Adam

     Jadi,  masa  kemajuan dan masa kemunduran serta masa kebangkitan Islam yang kedua kali tersebut merupakan Sunnatullah  yang  berlaku bagi semua umat  -- termasuk umat Islam Bani Isma’il --  firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾   
Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.  Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu  rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan  Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.  Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalam-nya. (Al-‘Arāf [7]:35-37).
   Bila waktu yang ditetapkan untuk menghukum suatu kaum tiba  maka  batas waktu i(ajal) kaum tersebut  tidak dapat dihindarkan, diulur-ulur, atau ditunda-tunda. Kemudian Allah Swt. akan membangkitkan  kaum lain sebagai pengganti kaum yang sudah tiba ajalnya (batas weaktunya) tersebut, sebagimana dikemukakan dalam ayat selanjutnya (ayat 36).
 Penyebutan “Hai Bani Adam” dalam ayat 36   ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ   -- “Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu  rasul-rasul dari antara kamu” patut mendapat perhatian istimewa. Seperti pada beberapa ayat sebelumnya (yakni QS.7:27, 28 & 32), seruan dengan kata-kata Hai anak-cucu Adam, ditujukan kepada umat di zaman  Nabi Besar Muhammad saw. dan kepada generasi-generasi yang akan lahir setelah diturunkannya agama Islam (Al-Quran) kepada Nabi Besar Muhammad saw.,  bukan kepada umat yang hidup di masa jauh silam (kaum-kaum purbakala) dan yang datang tak lama sesudah masa Nabi Adam a.s..  
 Kata-kata  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  --  “Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya” itu berarti bahwa mereka yang menolak Utusan-utusan Allah  Swt. akan melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar gaib yang meramalkan kekalahan dan kegagalan mereka. Mereka akan merasakan hukuman yang dijanjikan kepada mereka karena menentang utusan-utusan Allah.
Sudah merupakan Sunnatullah pula bahwa pihak yang mendustakan dan menentang Rasul Allah tersebut terutama sekali adalah kaum  yang ajalnya (jangka waktunya) sebagai “kaum terpilih” sudah selesai, contohnya adalah penentangan      (golongan Ahlikitab) terhadap Nabi Besar Muhammad saw. yang berasal dari Bani Isma’il.
  Sunnatullah tersebut terjadi pula di lingkungan umat Islam kepada Allah Swt. mengutus Rasul Akhir Zaman,  yang akan mewujudkan  kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10). Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah ayat-ayat sebelum dan sesudah firman-Nya sebelum ini:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan. (Al-Furqan [25]:31).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   7 Desember    2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar