Selasa, 17 Desember 2013

Kemajuan "ruh" Manusia di Akhirat, Baik di "Neraka" mau pun di "Surga"

  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  103

 Kemajuan Ruh Manusia di Akhirat Baik  di      Neraka mau pun di Surga  

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   misal Maryam binti Imran  dan hubungannya  dengan tingkat ruhani Nafs Muthmainnah (jiwa yang tentram), yaitu  apabila orang-orang yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya tersebut tetap istiqamah (teguh) dan terus berjihad melawan ujian-ujian keimanan -- yang digambarkan sebagai  kezaliman Fir’aun dan kaumnya --  insya Allah, keadaan akhlak dan   ruhani  mereka mereka akan meningkat lebih baik keadaannya  lagi  sebagaimana yang dikemukakan firman Allah Swt. selanjutnya:
وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia meng-genapi firman Rabb-nya (Tuhan-nya) dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At Tahrim [66]:13). 

Rasul Allah Merupakan “Suami Ruhani” Kaumnya (Umat Manusia)

   Siti Maryam, ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  melambangkan hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang karena telah menutup segala jalan dosa dan karena telah berdamai dengan  Allah  Swt., mereka dikaruniai ilham Ilahi; kata pengganti hi dalam fīhi (lihat ayat 13, Pent.) menunjuk kepada orang-orang beriman yang bernasib baik serupa itu. Atau, kata pengganti itu dapat pula menggantikan kata farj, yang secara harfiah berarti celah atau sela, artinya lubang yang dengan melaluinya dosa dapat masuk. Mengenai mereka itu Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿﴾  ارۡجِعِیۡۤ  اِلٰی  رَبِّکِ رَاضِیَۃً  مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram!   Kembalilah kepada Rabb ( Tuhan) engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia  pun ridha kepada engkau.  Maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku,   dan masuklah ke dalam surga-Ku.  (Al-Fajr [89]:27-29). 
   Ini merupakan tingkat perkembangan ruhani tertinggi ketika manusia ridha kepada Rabb-nya (Tuhan-nya) dan Allah Swt.  ridha kepadanya (QS.58:23). Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat surgawi, ia menjadi kebal terhadap segala macam kelemahan akhlak, diperkuat dengan kekuatan ruhani yang khusus. Ia “manunggal” dengan Allah Swt. dan tidak dapat hidup tanpa Dia. Di dunia inilah dan bukan sesudah mati  perubahan ruhani besar terjadi di dalam dirinya, dan di dunia inilah  dan bukan di tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk ke surga.
   Jadi, dalam ketiga perumpamaan tersebut  semuanya berhubungan dengan perempuan dan pernikahan  yang melalui pernikahan  tersebut  Allah Swt, mengembang-biakkan umat manusia (QS.49:14). Hal tersebut mengandung makna bahwa pada dasarnya sebagaimana  dalam segi jasmani semua manusia memerlukan pasangan agar dapat berkembang biak,  demikian pula halnya dalam masalah ruhani.
  Pasangan ruhani manusia yang berkedudukan sebagai suami adalah para Rasul Allah, itulah sebabnya Allah Swt. telah berfirman kepada Bani Adam (umat manusia) mengenai kesinambungan kedatangan para rasul Allah dan pentingnya beriman kepada mereka:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.   Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu  rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan  Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.   Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-‘Araf [7]:35-37).

Makna Timbangan Amal yang Berat    

      Ayat  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- “Dan orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya”, ayat tersebut  sesuai dengan firman-Nya mengenai istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s.: 
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At Tahrīm [66]:11).
       Dari Al-Quran mau pun dari Bible diketahui, bahwa rahim jasmani  kedua istri durhaka  kedua Rasul Allah tersebut melahirkan anak-anak jasmani kedua pasangan suami-istri tersebut, tetapi karena   istri-istri  durhaka kedua  Rasul Allah  tersebut bersama-sama kaumnya mendustakan dan menentang  kedudukan   suami mereka sebagai Rasul Allah  maka yang keluar (dilahirkan) dari “rahim ruhani” atau  hati mereka adalah hal-hal yang kotor dan najis seperti  darah kotor  (darah haid),  yakni ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan buruk  atau dosa-dosa yang lebih  lebih buruk lagi dari sebelumnya, sehingga  mengakibatkan  mereka ditimpa azab Ilahi yang dahsyat sebagaimana telah diperingatkan oleh kedua Rasul Allah kepada mereka, firman-Nya:
فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
“…. maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At Tahrīm [66]:11).
      Yakni kedua istri durhaka kedua Rasul Allah tersebut di akhirat bersama-sama dengan kaumnya yang durhaka   masuk “rahimneraka jahanam, sebagaimana firman-Nya mengenai orang-orang yang ringan timbangan amal kebaikannya:
فَاَمَّا  مَنۡ  ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾  فَہُوَ  فِیۡ عِیۡشَۃٍ  رَّاضِیَۃٍ ؕ﴿﴾ وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾  فَاُمُّہٗ  ہَاوِیَۃٌ ؕ﴿﴾  وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ﴿ؕ﴾  نَارٌ حَامِیَۃٌ ﴿٪﴾
Maka adapun  orang yang berat timbangan amalnya,  maka ia di dalam kehidupan yang menyenangkan.   Dan adapun orang  yang ringan timbangan amalnya,   maka ibunya inangnya adalah Hāwiyah,     dan apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah itu?    Yaitu api yang menyala-nyala! (Al-Qāri’ah [1-1]:7-12).
    Ayat  فَاَمَّا  مَنۡ  ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ   -- “Maka adapun  orang yang berat timbangan amalnya”  jika  dipergunakan dalam hubungan dengan perorangan kata mawāzin berarti hasil perbuatannya, tetapi bila dipergunakan dalam hubungan dengan suatu bangsa kata itu bermakna sarana-sarana kebendaan dan sumber-sumber daya.
   Menurut istilah peperangan zaman mutakhir ini rupanya istilah “tonase” (ukuran bobot) merupakan terjemahan tepat dari kata itu. Dalam pengertian terakhir, ayat ini akan berarti bahwa suatu bangsa yang sumber daya materinya besar atau tonase kapal-kapal laut dan pesawat-pesawat terbangnya berat, akan mengungguli lawan-lawannya, dan kenyataan itu akan meningkatkan wibawa dan kekuasaannya dan sebagai akibatnya menambah kebahagiaannya

Makna Timbangan Amal    yang Ringan  &
Rahim  Neraka Jahanam bagi “Ruh” yang Rusak

  Ayat ۙ  فَاُمُّہٗ  ہَاوِیَۃٌ  وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ -- “Dan adapun orang  yang ringan timbangan amalnya,   maka ibunya inangnya adalah Hāwiyah,” jadi hubungan orang-orang berdosa dengan neraka akan serupa dengan hubungan bayi dengan ibunya. Seperti halnya mudigah (janin) tumbuh melalui berbagai tingkat perkembangan di dalam rahim ibu hingga pada akhimya ia lahir dalam bentuk bayi manusia utuh.
    Demikian pulalah keadaan orang-orang bersalah (berdosa)  di akhirat yang akan melalui berbagai tingkat siksaan batin di  dalam “neraka” (hawiyah)  hingga pada akhirnya ruh mereka menjadi sama  sekali bersih dari noda dosa dan memperoleh kelahiran baru, sebagaimana firman-Nya:  لَتَرۡکَبُنَّ  طَبَقًا عَنۡ طَبَقٍ   -- “Niscaya kamu akan naik satu tingkat ke tingkat lain” (QS.84:20).
  Jadi, azab neraka itu bukan semata-mata sebagai hukuman, melainkan dimaksudkan membuat orang-orang jahat (berdosa) bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki diri mereka sendiri. Menurut pandangan Islam, neraka  di akhirat merupakan suatu panti asuhan atau rumah sakit, sehingga apabila  proses rehabilitasi semua “ruh” manusia yang rusak  (tidak sempurna) di dalam “neraka jahanam” telah selesai    maka   ruh-ruh tersebut siap untuk masuk ke dalam  surga” -- sebagaimana siapnya bayi  dalam rahim ibu  untuk   hidup di  dunia di luar  rahim  ibunya --  sehingga neraka jahanam pun akan kosong, sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw.:
Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Sesungguhnya saya niscayalah mengetahui orang dari golongan ahli neraka yang terakhir sekali keluarnya dari neraka itu dan ia pulalah orang dari golongan ahli surga yang terakhir sekali masuknya dalam surga. Yaitu seorang lelaki yang keluar dari neraka dengan merangkak, lalu Allah 'Azzawajalla berfirman padanya: "Pergilah - menjauhi dari neraka - dan masuklah dalam surga."
Orang itu mendatangi surga kemudian tampak di matanya, seolah-olah surga itu sudah penuh sesak. la kembali lalu berkata: "Ya Tuhanku, saya mendapatkan surga itu sudah penuh sesak." Allah 'Azzawajalla berfirman lagi padanya: "Pergilah dan masuklah dalam surga."
Sekali lagi ia mendatangi surga itu dan tampak pula dalam pandangannya, seolah-olah surga itu sudah penuh sesak. Ia kembali pula lalu berkata: "Ya Tuhanku, saya mendapatkan surga itu sudah penuh sesak." Allah 'Azzawajalla berfirman pula: "Pergilah, sesungguhnya untuk bagian engkau itu adalah seperti sedunia luasnya dengan tambahan sepuluh kali lagi yang seperti itu. Jadi untuk engkau  adalah sepuluh kali seluas dunia."
Orang itu berkata: "Adakah Tuhan mengejek padaku atau menertawakan diriku, sedangkan Tuhan adalah Maha Merajai." Ibnu Mas'ud berkata: "Sungguh-sungguh saya melihat Rasulullah saw. tertawa, sehingga tampaklah gigi-gigi gerahamnya, kemudian beliau bersabda: "Yang sedemikian itu tingkat yang terendah sekali dari golongan para ahli surga." (Muttafaq 'alaih).
        Selaras dengan hadits tersebut, Nabi Besar Muhammad saw. pun dalam hadits lainnya  telah menjelaskan pula mengenai neraka, bahwa akan datang suatu masa pintu-pintu neraka akan berayun-ayun seperti ditiup angin karena  semua penghuninya telah keluar. 

Allah Swt. Bukan Tuhan yang Zalim
Melainkan Tuhan yang penuh Rahmat dan Maghfirah

       Jadi,  tidak kekalnya neraka jahannam tersebut selaras dengan sifat Rabbubiyyat Allah Swt., sebab kalau neraka jahannam pun kekal  maka  berarti bahwa menurut orang-orang yang mempercayai hal itu    Allah Swt. bersifat zalim  -- na’ūdzubillāhi min dzālik padahal  kalimat  seluruh alam” dalam ayat Alhamdulillāhi Rabbil ‘alamiin (segala puji  bagi Allah Rabb  seluruh alam  – QS.1:2) melingkupi juga alam akhirat, termasuk surga dan neraka  (QS.28:71; QS.34:2), yakni rahmat (kasih-sayang) Allah Swt. melebihi kemurkaan-Nya, firman-Nya:
  قَالَ عَذَابِیۡۤ  اُصِیۡبُ  بِہٖ  مَنۡ  اَشَآءُ ۚ وَ رَحۡمَتِیۡ وَسِعَتۡ کُلَّ شَیۡءٍ ؕ فَسَاَکۡتُبُہَا لِلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ بِاٰیٰتِنَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ۚ
Dia berfirman:   Azab-Ku akan Kutimpakan  kepada siapa yang Aku kehendaki, tetapi   rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka  segera  Aku tetapkan bagi  orang-orang yang bertakwa, mereka yang membayar zakat, dan mereka yang beriman kepada Tanda-tanda Kami.” (Al-A’rāf [7]:157).
   Lagi  pula menurut Al-Quran,  sifat Rabbubiyyat Allah Swt. tersebut berlaku   terhadap  para penghuni neraka jahannam juga,  sebab kata  kerja rabba  dalam ayat Alhamdulillāhi Rabbil  ‘ālamīn (segala  puji bagi Allah Rabb seluruh alam) berarti: Ia mengelola urusan itu; Ia memperbanyak, mengembangkan, memperbaiki, dan melengkapkan urusan itu; Ia memelihara dan menjaga. Jadi kata Rabb berarti: (a) Tuhan, Yang Dipertuan, Khāliq (Yang menciptakan); (b) Wujud Yang memelihara dan mengembangkan; (c) Wujud Yang menyempurnakan  dengan cara setingkat demi setingkat (Al-Mufradat dan Lexicon Lane).   
        Pendek kata, berdasarkan Sifat Rabbubiyyat Allah Swt. baik para penghuni surga mau pun para penghuni neraka jahannam akan terus menerus mengalami berbagai tingkat kesempurnaan, sebagaimana firman-Nya mengenai  doa ahli surga:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا قُوۡۤا  اَنۡفُسَکُمۡ  وَ اَہۡلِیۡکُمۡ  نَارًا وَّ قُوۡدُہَا  النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ  عَلَیۡہَا مَلٰٓئِکَۃٌ  غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا یَعۡصُوۡنَ اللّٰہَ مَاۤ  اَمَرَہُمۡ وَ یَفۡعَلُوۡنَ مَا  یُؤۡمَرُوۡنَ ﴿﴾  یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  لَا تَعۡتَذِرُوا الۡیَوۡمَ ؕ اِنَّمَا  تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ٪﴿﴾  یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا  اِلَی اللّٰہِ تَوۡبَۃً  نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی رَبُّکُمۡ  اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ  مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ  النَّبِیَّ  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ  نُوۡرُہُمۡ  یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ  یَقُوۡلُوۡنَ  رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ  لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluargamu dari  Api, yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.  Hai orang-orang kafir, kamu pada hari ini jangan  mengemukakan dalih, sesungguhnya kamu dibalas menurut apa yang kamu kerjakan.  Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Rabb (Tuhan) kamu   akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukanmu dan akan memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir   sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan  di sebelah kanan mereka, mereka  akan berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah kami,  sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahriīm [66]:7-9). 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  2 Desember       2013

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar