بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
103
Kemajuan
Ruh Manusia di Akhirat Baik di Neraka mau pun di Surga
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai misal
Maryam binti Imran dan hubungannya dengan tingkat ruhani Nafs Muthmainnah (jiwa yang tentram), yaitu apabila orang-orang
yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya tersebut tetap istiqamah (teguh) dan terus berjihad melawan ujian-ujian keimanan -- yang digambarkan sebagai kezaliman
Fir’aun dan kaumnya -- insya Allah, keadaan akhlak dan ruhani
mereka mereka akan meningkat lebih
baik keadaannya lagi sebagaimana yang dikemukakan firman Allah
Swt. selanjutnya:
وَ مَرۡیَمَ ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ
اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا
فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا
وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ
الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan juga Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami
meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia
meng-genapi firman Rabb-nya (Tuhan-nya) dan Kitab-kitab-Nya, dan ia
termasuk orang-orang yang patuh. (At Tahrim [66]:13).
Rasul Allah Merupakan “Suami Ruhani” Kaumnya (Umat Manusia)
Siti
Maryam, ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melambangkan hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang karena telah menutup segala jalan dosa dan karena
telah berdamai dengan Allah Swt., mereka dikaruniai ilham Ilahi; kata pengganti hi dalam
fīhi (lihat ayat 13, Pent.) menunjuk kepada orang-orang beriman yang bernasib baik serupa itu. Atau, kata
pengganti itu dapat pula menggantikan kata farj, yang secara harfiah
berarti celah atau sela, artinya lubang yang dengan melaluinya dosa
dapat masuk. Mengenai mereka itu Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیَّتُہَا
النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿﴾ ارۡجِعِیۡۤ اِلٰی رَبِّکِ رَاضِیَۃً مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾ فَادۡخُلِیۡ
فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram! Kembalilah kepada Rabb ( Tuhan) engkau, engkau
ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau. Maka masuklah
dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah
ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr
[89]:27-29).
Ini
merupakan tingkat perkembangan ruhani
tertinggi ketika manusia ridha
kepada Rabb-nya (Tuhan-nya) dan Allah Swt. ridha
kepadanya (QS.58:23). Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat surgawi, ia menjadi kebal terhadap segala macam kelemahan akhlak, diperkuat dengan kekuatan ruhani yang khusus. Ia “manunggal” dengan Allah Swt. dan tidak
dapat hidup tanpa Dia. Di dunia
inilah dan bukan sesudah mati perubahan ruhani besar terjadi di dalam
dirinya, dan di dunia inilah dan bukan di tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk
ke surga.
Jadi, dalam
ketiga perumpamaan tersebut semuanya berhubungan dengan perempuan dan pernikahan yang melalui pernikahan tersebut
Allah Swt, mengembang-biakkan
umat manusia (QS.49:14). Hal tersebut mengandung makna bahwa pada dasarnya
sebagaimana dalam segi jasmani semua manusia memerlukan pasangan agar dapat berkembang
biak, demikian pula halnya dalam
masalah ruhani.
Pasangan ruhani
manusia yang berkedudukan sebagai suami
adalah para Rasul Allah, itulah
sebabnya Allah Swt. telah berfirman kepada Bani
Adam (umat manusia) mengenai kesinambungan
kedatangan para rasul Allah dan
pentingnya beriman kepada mereka:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ
اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ
سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ
رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ
فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas waktunya,
mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak pula
dapat memajukannya. Wahai
Bani Adam, jika datang
kepada kamu rasul-rasul
dari antara kamu yang menceritakan
Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa
bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka
dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka
kekal di dalamnya. (Al-‘Araf [7]:35-37).
Makna Timbangan Amal yang Berat
Ayat وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ -- “Dan orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka
kekal di dalamnya”, ayat tersebut sesuai dengan firman-Nya mengenai istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi
Luth a.s.:
ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا
لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا
امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا
صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ
قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ
الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri
Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami
yang saleh, tetapi keduanya berbuat
khianat kepada kedua suami
mereka, maka mereka berdua
sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah,
dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At Tahrīm [66]:11).
Dari Al-Quran mau pun dari Bible
diketahui, bahwa rahim jasmani kedua istri
durhaka kedua Rasul Allah tersebut melahirkan anak-anak
jasmani kedua pasangan suami-istri
tersebut, tetapi karena istri-istri
durhaka kedua Rasul
Allah tersebut bersama-sama kaumnya mendustakan dan menentang kedudukan suami
mereka sebagai Rasul Allah maka yang keluar
(dilahirkan) dari “rahim ruhani”
atau hati mereka adalah hal-hal yang kotor dan najis
seperti darah kotor (darah haid), yakni ucapan-ucapan
dan perbuatan-perbuatan buruk atau dosa-dosa
yang lebih lebih buruk lagi dari sebelumnya,
sehingga mengakibatkan mereka ditimpa azab Ilahi yang dahsyat
sebagaimana telah diperingatkan oleh kedua
Rasul Allah kepada mereka,
firman-Nya:
فَلَمۡ
یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
“…. maka mereka berdua
sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah,
dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At Tahrīm [66]:11).
Yakni kedua istri durhaka kedua Rasul
Allah tersebut di akhirat
bersama-sama dengan kaumnya yang
durhaka masuk “rahim”
neraka jahanam, sebagaimana
firman-Nya mengenai orang-orang yang ringan timbangan
amal kebaikannya:
فَاَمَّا مَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾ فَہُوَ فِیۡ
عِیۡشَۃٍ رَّاضِیَۃٍ ؕ﴿﴾ وَ اَمَّا مَنۡ
خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾ فَاُمُّہٗ ہَاوِیَۃٌ ؕ﴿﴾
وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ﴿ؕ﴾ نَارٌ حَامِیَۃٌ ﴿٪﴾
Maka adapun orang
yang berat timbangan amalnya, maka ia
di dalam kehidupan yang menyenangkan. Dan
adapun orang yang ringan timbangan amalnya,
maka
ibunya inangnya adalah Hāwiyah, dan apakah
engkau mengetahui apa Hāwiyah itu? Yaitu
api yang menyala-nyala! (Al-Qāri’ah
[1-1]:7-12).
Ayat فَاَمَّا مَنۡ
ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ -- “Maka adapun orang
yang berat timbangan amalnya” jika dipergunakan dalam hubungan dengan perorangan
kata mawāzin berarti hasil
perbuatannya, tetapi bila dipergunakan dalam hubungan dengan suatu bangsa kata itu bermakna sarana-sarana kebendaan dan sumber-sumber daya.
Menurut istilah peperangan zaman mutakhir ini rupanya istilah “tonase” (ukuran
bobot) merupakan terjemahan tepat dari kata itu. Dalam pengertian terakhir,
ayat ini akan berarti bahwa suatu bangsa
yang sumber daya materinya besar atau
tonase kapal-kapal laut dan pesawat-pesawat terbangnya berat, akan mengungguli lawan-lawannya, dan
kenyataan itu akan meningkatkan wibawa
dan kekuasaannya dan sebagai akibatnya
menambah kebahagiaannya.
Makna Timbangan Amal yang
Ringan &
“Rahim”
Neraka Jahanam bagi “Ruh” yang
Rusak
Ayat ۙ فَاُمُّہٗ ہَاوِیَۃٌ وَ اَمَّا مَنۡ
خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ -- “Dan adapun orang yang ringan timbangan amalnya,
maka
ibunya inangnya adalah Hāwiyah,” jadi hubungan orang-orang berdosa dengan neraka akan serupa dengan hubungan bayi dengan ibunya. Seperti halnya mudigah (janin) tumbuh melalui berbagai tingkat
perkembangan di dalam rahim ibu
hingga pada akhimya ia lahir dalam
bentuk bayi manusia utuh.
Demikian pulalah keadaan orang-orang bersalah (berdosa) di akhirat
yang akan melalui berbagai tingkat siksaan
batin di dalam “neraka” (hawiyah) hingga pada akhirnya ruh mereka menjadi sama sekali bersih dari noda dosa dan memperoleh kelahiran
baru, sebagaimana firman-Nya: لَتَرۡکَبُنَّ طَبَقًا عَنۡ طَبَقٍ -- “Niscaya kamu akan naik satu tingkat ke
tingkat lain” (QS.84:20).
Jadi, azab neraka itu bukan semata-mata
sebagai hukuman, melainkan dimaksudkan
membuat orang-orang jahat (berdosa) bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki
diri mereka sendiri. Menurut pandangan Islam, neraka di akhirat merupakan
suatu panti asuhan atau rumah sakit, sehingga apabila proses rehabilitasi
semua “ruh” manusia yang rusak
(tidak sempurna) di dalam “neraka
jahanam” telah selesai maka ruh-ruh
tersebut siap untuk masuk ke
dalam “surga” -- sebagaimana siapnya bayi
dalam rahim ibu untuk hidup
di dunia di luar rahim ibunya --
sehingga neraka
jahanam pun akan kosong,
sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw.:
Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Sesungguhnya saya
niscayalah mengetahui orang dari golongan ahli neraka yang terakhir sekali
keluarnya dari neraka itu dan ia pulalah orang dari golongan ahli surga yang
terakhir sekali masuknya dalam surga. Yaitu seorang lelaki yang keluar
dari neraka dengan merangkak, lalu Allah 'Azzawajalla berfirman padanya: "Pergilah - menjauhi dari neraka - dan masuklah dalam surga."
Orang itu mendatangi surga
kemudian tampak di matanya, seolah-olah surga
itu sudah penuh sesak. la kembali lalu berkata: "Ya Tuhanku, saya
mendapatkan surga itu sudah penuh
sesak." Allah 'Azzawajalla
berfirman lagi padanya: "Pergilah dan masuklah dalam surga."
Sekali lagi ia mendatangi surga itu dan tampak pula dalam pandangannya, seolah-olah surga itu sudah penuh sesak. Ia kembali
pula lalu berkata: "Ya Tuhanku, saya mendapatkan surga itu sudah penuh sesak." Allah 'Azzawajalla berfirman pula: "Pergilah, sesungguhnya untuk
bagian engkau itu adalah seperti sedunia luasnya dengan tambahan sepuluh kali
lagi yang seperti itu. Jadi untuk engkau adalah sepuluh kali seluas dunia."
Orang itu berkata: "Adakah Tuhan mengejek padaku
atau menertawakan diriku, sedangkan Tuhan adalah Maha Merajai." Ibnu
Mas'ud berkata: "Sungguh-sungguh saya melihat Rasulullah saw. tertawa, sehingga tampaklah gigi-gigi gerahamnya,
kemudian beliau bersabda: "Yang sedemikian itu tingkat yang terendah
sekali dari golongan para ahli surga."
(Muttafaq
'alaih).
Selaras
dengan hadits tersebut, Nabi Besar Muhammad saw. pun dalam hadits lainnya telah menjelaskan pula mengenai neraka, bahwa akan datang suatu masa pintu-pintu neraka akan berayun-ayun seperti ditiup angin
karena semua penghuninya telah keluar.
Allah Swt. Bukan Tuhan yang Zalim
Melainkan Tuhan yang penuh Rahmat dan Maghfirah
Jadi, tidak
kekalnya neraka jahannam tersebut
selaras dengan sifat Rabbubiyyat Allah
Swt., sebab kalau neraka jahannam pun
kekal maka
berarti bahwa menurut orang-orang yang mempercayai hal itu Allah
Swt. bersifat zalim -- na’ūdzubillāhi
min dzālik – padahal kalimat “seluruh
alam” dalam ayat Alhamdulillāhi
Rabbil ‘alamiin (segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam – QS.1:2) melingkupi juga alam akhirat, termasuk surga dan neraka (QS.28:71; QS.34:2), yakni
rahmat (kasih-sayang) Allah Swt.
melebihi kemurkaan-Nya, firman-Nya:
قَالَ عَذَابِیۡۤ اُصِیۡبُ
بِہٖ مَنۡ اَشَآءُ ۚ وَ رَحۡمَتِیۡ وَسِعَتۡ کُلَّ
شَیۡءٍ ؕ فَسَاَکۡتُبُہَا لِلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ وَ
الَّذِیۡنَ ہُمۡ بِاٰیٰتِنَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ۚ
Dia
berfirman: ”Azab-Ku akan Kutimpakan kepada
siapa yang Aku kehendaki, tetapi rahmat-Ku
meliputi segala sesuatu, maka
segera Aku tetapkan bagi orang-orang
yang bertakwa, mereka yang membayar
zakat, dan mereka yang beriman
kepada Tanda-tanda Kami.” (Al-A’rāf [7]:157).
Lagi pula menurut Al-Quran, sifat Rabbubiyyat
Allah Swt. tersebut berlaku terhadap para penghuni neraka jahannam juga, sebab
kata kerja rabba dalam
ayat Alhamdulillāhi Rabbil ‘ālamīn (segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam) berarti: Ia mengelola urusan itu;
Ia memperbanyak, mengembangkan, memperbaiki, dan melengkapkan urusan itu; Ia
memelihara dan menjaga. Jadi kata Rabb berarti: (a) Tuhan, Yang
Dipertuan, Khāliq (Yang menciptakan); (b) Wujud Yang memelihara dan mengembangkan;
(c) Wujud Yang menyempurnakan dengan cara setingkat demi setingkat (Al-Mufradat dan Lexicon Lane).
Pendek kata, berdasarkan Sifat Rabbubiyyat Allah Swt. baik para penghuni surga mau pun para penghuni neraka jahannam akan terus
menerus mengalami berbagai tingkat kesempurnaan,
sebagaimana firman-Nya mengenai doa ahli
surga:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا قُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ
وَ اَہۡلِیۡکُمۡ نَارًا وَّ
قُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ عَلَیۡہَا مَلٰٓئِکَۃٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا یَعۡصُوۡنَ اللّٰہَ
مَاۤ اَمَرَہُمۡ وَ یَفۡعَلُوۡنَ مَا یُؤۡمَرُوۡنَ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَا تَعۡتَذِرُوا الۡیَوۡمَ ؕ اِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ٪﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا اِلَی
اللّٰہِ تَوۡبَۃً نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی
رَبُّکُمۡ اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ
سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ
مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ النَّبِیَّ
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ
نُوۡرُہُمۡ یَسۡعٰی بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ
یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah
diri kamu dan keluargamu dari Api,
yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.
Hai orang-orang kafir,
kamu pada hari ini jangan mengemukakan dalih, sesungguhnya kamu dibalas menurut apa yang kamu kerjakan.
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Rabb (Tuhan) kamu akan menghapuskan dari kamu
keburukan-keburukanmu dan akan
memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan
menghinakan Nabi maupun orang-orang
yang beriman besertanya, cahaya
mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan di
sebelah kanan mereka, mereka akan
berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami,
dan maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahriīm [66]:7-9).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 2 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar