Rabu, 18 Desember 2013

Agama Islam dan Umat Islam Merupakan "Rumah Keselamatan" Bagi Seluruh Umat Manusia



  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  104

 Agama Islam dan Umat Islam Merupakan “Rumah Keselamatan” Bagi Seluruh Umat Manusia
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai    tidak kekalnya neraka jahannami, hal tersebut selaras dengan sifat Rabbubiyyat Allah Swt., sebab kalau neraka jahannam pun kekal  maka  berarti bahwa menurut orang-orang yang mempercayai berarti  Allah Swt. bersifat zalim  -- na’ūdzubillāhi min dzālik  padahal  kalimat  seluruh alam” dalam ayat Alhamdulillāhi Rabbil  ‘alamiin (segala puji  bagi Allah Rabb  seluruh alam  – QS.1:2) melingkupi juga alam akhirat, termasuk surga dan neraka  (QS.28:71; QS.34:2), yakni rahmat (kasih-sayang) Allah Swt. melebihi kemurkaan-Nya, firman-Nya:
  قَالَ عَذَابِیۡۤ  اُصِیۡبُ  بِہٖ  مَنۡ  اَشَآءُ ۚ وَ رَحۡمَتِیۡ وَسِعَتۡ کُلَّ شَیۡءٍ ؕ فَسَاَکۡتُبُہَا لِلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ بِاٰیٰتِنَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ۚ
Dia berfirman:   Azab-Ku akan Kutimpakan  kepada siapa yang Aku kehendaki, tetapi   rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka  segera  Aku tetapkan bagi  orang-orang yang bertakwa, mereka yang membayar zakat, dan mereka yang beriman kepada Tanda-tanda Kami.” (Al-A’rāf [7]:157).

Sifat Rabbubiyyat Allah Swt. Berlaku pula di Alam Akhirat

    Lagi  pula menurut Al-Quran,  sifat Rabbubiyyat Allah Swt. tersebut berlaku terhadap  para penghuni neraka jahannam juga,  sebab kata  kerja rabba  dalam ayat Alhamdulillāhi Rabbil  ‘ālamīn (segala  puji bagi Allah Rabb seluruh alam) berarti: Ia mengelola urusan itu; Ia memperbanyak, mengembangkan, memperbaiki, dan melengkapkan urusan itu; Ia memelihara dan menjaga. Jadi kata Rabb berarti: (a) Tuhan, Yang Dipertuan, Khāliq (Yang menciptakan); (b) Wujud Yang memelihara dan mengembangkan; (c) Wujud Yang menyempurnakan  dengan cara setingkat demi setingkat (Al-Mufradat dan Lexicon Lane).   
      Pendek kata, berdasarkan Sifat Rabbubiyyat Allah Swt. baik para penghuni surga mau pun para penghuni neraka jahannam akan terus menerus mengalami berbagai tingkat kesempurnaan,  firman-Nya:  لَتَرۡکَبُنَّ  طَبَقًا عَنۡ طَبَقٍ   -- “Niscaya kamu akan naik satu tingkat ke tingkat lain” (QS.84:20),  sebagaimana firman-Nya mengenai  doa ahli surga:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا قُوۡۤا  اَنۡفُسَکُمۡ  وَ اَہۡلِیۡکُمۡ  نَارًا وَّ قُوۡدُہَا  النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ  عَلَیۡہَا مَلٰٓئِکَۃٌ  غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا یَعۡصُوۡنَ اللّٰہَ مَاۤ  اَمَرَہُمۡ وَ یَفۡعَلُوۡنَ مَا  یُؤۡمَرُوۡنَ ﴿﴾  یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  لَا تَعۡتَذِرُوا الۡیَوۡمَ ؕ اِنَّمَا  تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ٪﴿﴾  یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا  اِلَی اللّٰہِ تَوۡبَۃً  نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی رَبُّکُمۡ  اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ  مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ  النَّبِیَّ  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ  نُوۡرُہُمۡ  یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ  یَقُوۡلُوۡنَ  رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ  لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluargamu dari  Api, yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.  Hai orang-orang kafir, kamu pada hari ini jangan  mengemukakan dalih, sesungguhnya kamu dibalas menurut apa yang kamu kerjakan.  Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Rabb (Tuhan) kamu   akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukanmu dan akan memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir   sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan  di sebelah kanan mereka, mereka  akan berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah kami,  sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala se-suatu.” (At-Tahrīm [66]:7-9). 
   Makna ayat رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ  لَنَا نُوۡرَنَا – “Hai Rabb (Tuhan) kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami”, mengisyaratkan kepada keinginan tidak kunjung padam bagi kesempurnaan pada pihak orang-orang yang beriman di surga,  menunjukkan bahwa kehidupan di surga itu bukanlah kehidupan menganggur. Bahkan  sebaliknya, yakni kemajuan ruhani  para penghuni  surga di surga tiada berhingga sebab bila orang-orang beriman  akan mencapai kesempurnaan  yang menjadi ciri tingkat surga tertentu, mereka tidak akan berhenti sampai di situ, melainkan serentak terlihat di hadapannya ada tingkat kesempurnaan surgawi  lebih tinggi dan diketahuinya bahwa tingkat surgawi yang didapati olehnya itu bukan tingkat tertinggi maka ia akan maju terus dan seterusnya tanpa berakhir.

Makna Mohon Maghfirah (Ampunan) Allah Swt.

  Ayat  وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ -- “dan maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu  maknanya adalah bahwa setelah masuk surga, orang-orang beriman  akan mencapai maghfirah – penutupan kekurangan (Lexicon Lane). Yakni Mereka akan terus-menerus berdoa kepada Allah Swt. untuk mencapai kesempurnaan dan sama sekali tenggelam dalam Nur Ilahi dan akan terus naik kian menanjak ke atas,  dan memandang tiap-tiap tingkat sebagai ada kekurangan dibandingkan dengan tingkat lebih tinggi yang didambakan oleh mereka, dan karena itu akan berdoa kepada Allah Swt. supaya Dia menutupi ketidaksempurnaannya (maghfirah), sehingga mereka akan mampu mencapai tingkat lebih tinggi itu. Inilah makna yang sesungguhnya mengenai istighfar, yang secara harfiah berarti “mohon ampunan atas segala kealpaan.”
Mengisyarat kepada  aktivitas kehidupan dalam surga yang tidak berkesudahan itullah firman-Nya berikut ini: 
فَالۡیَوۡمَ لَا تُظۡلَمُ نَفۡسٌ شَیۡئًا وَّ لَا تُجۡزَوۡنَ  اِلَّا مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ  اَصۡحٰبَ الۡجَنَّۃِ  الۡیَوۡمَ فِیۡ  شُغُلٍ فٰکِہُوۡنَ ﴿ۚ﴾  ہُمۡ وَ اَزۡوَاجُہُمۡ فِیۡ ظِلٰلٍ عَلَی الۡاَرَآئِکِ مُتَّکِـُٔوۡنَ ﴿﴾  لَہُمۡ فِیۡہَا فَاکِہَۃٌ  وَّ لَہُمۡ مَّا یَدَّعُوۡنَ ﴿ۚۖ﴾  سَلٰمٌ ۟ قَوۡلًا  مِّنۡ  رَّبٍّ  رَّحِیۡمٍ ﴿﴾
Maka pada hari itu tidak ada satu jiwa pun akan dizalimi sedikit pun, dan kamu tidak akan dibalas melainkan apa yang telah kamu kerjakan.  Sesungguhnya para ahli surga pada hari itu akan bergembira dalam kesibukan  mereka.  Mereka dan istri-istri mereka berada di tempat-tempat teduh   sambil bersandar di atas dipan-dipan. Bagi mereka di dalamnya tersedia buah-buahan, dan bagi mereka  apa pun yang mereka minta.   Salām  adalah  ucapan selamat dari  Rabb (Tuhan) Yang Maha Penyayang. (Yā Sīn [36]:55-59). 
       Ayat  اِنَّ  اَصۡحٰبَ الۡجَنَّۃِ  الۡیَوۡمَ فِیۡ  شُغُلٍ فٰکِہُوۡنَ -- “Sesungguhnya para ahli surga pada hari itu akan bergembira dalam kesibukan  mereka”,  berarti bahwa kehidupan di alam akhirat   -- termasuk di dalam surga -- yang pada umumnya keliru diartikan itu, bukanlah kehidupan santai dan bermalas-malas, melainkan suatu kehidupan dengan kesibukan kerja terus-menerus dan kemajuan ruhani yang senantiasa meningkat, sebab Allah Swt. merupakan Wujud yang Sifat-sifatnya serta ciptaan-Nya tidak terbatas kesempurnaannya (QS.17:110; QS.31:28).

Makna Ucapan “Salām” Allah Swt.

   Segala kegembiraan dan kebahagiaan bertambah lipat ganda bila seseorang menikmatinya bersama-sama dengan orang-orang yang dicintainya, itulah makna ayat لَہُمۡ فِیۡہَا فَاکِہَۃٌ  وَّ لَہُمۡ مَّا یَدَّعُوۡنَ ہُمۡ وَ اَزۡوَاجُہُمۡ فِیۡ ظِلٰلٍ عَلَی الۡاَرَآئِکِ مُتَّکِـُٔوۡنَ ﴿﴾  -- “Mereka dan istri-istri mereka berada di tempat-tempat teduh   sambil bersandar di atas dipan-dipan, bagi mereka di dalamnya tersedia buah-buahan, dan bagi mereka  apa pun yang mereka minta.
     Dalam QS.13:23-25;  QS.40:8-10; QS.52:18-29, bukan hanya istri-istri mereka  yang ikut menikmati kegembiraan dan kenikmaan hidup di dalam surga, tetapi juga orang-orang tua mereka serta anak-keturunan mereka, sehingga kegembiraan pasangan suami-istri  penghuni surga tersebut  semakin bertambah.  
       Dengan satu kata tunggal, salām  yang artinya  “damai,” ayat    سَلٰمٌ ۟ قَوۡلًا  مِّنۡ  رَّبٍّ  رَّحِیۡمٍ  -- “Salām   adalah  ucapan selamat dari  Rabb (Tuhan) Yang Maha Penyayang”, mengikhtisarkan semua nikmat surga yang beraneka ragam itu  ialah “damai dengan Tuhan dan damai dengan diri sendiri,” yaitu  ketenteraman alam pikiran dan jiwa. Inilah taraf tertinggi rahmat surgawi atau nafs-al-Muthmainnah (jiwa yang tentram), firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿﴾  ارۡجِعِیۡۤ  اِلٰی  رَبِّکِ رَاضِیَۃً  مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram!   Kembalilah kepada Rabb ( Tuhan) engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia  pun ridha kepada engkau.  Maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku,   dan masuklah ke dalam surga-Ku.  (Al-Fajr [89]:27-29). 

Agama Islam  dan   Umat Islam
Merupakan  Rumah Keselamatan

      Ayat    سَلٰمٌ ۟ قَوۡلًا  مِّنۡ  رَّبٍّ  رَّحِیۡمٍ  -- “Salām,   adalah  ucapan selamat dari  Rabb (Tuhan) Yang Maha Penyayang” (QS.36:59)  sesuai dengan salah satu Sifat Allah Swt. yaitu As-Salām (Maha Pemberi Keselamatan)  dan itulah pula nama lain  surga (jannah) adalah Dārus Salām yakni “Rumah Keselamatan  atau “Rumah Kedamaian atau “Rumah Kesejahteraan” (QS.6:128; QS.10:26), demikian juga  ucapan para penghuni surga      satu sama lain   adalah “Salām”, firman-Nya: 
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ یَہۡدِیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ بِاِیۡمَانِہِمۡ ۚ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ  الۡاَنۡہٰرُ  فِیۡ  جَنّٰتِ  النَّعِیۡمِ ﴿﴾  دَعۡوٰىہُمۡ فِیۡہَا سُبۡحٰنَکَ اللّٰہُمَّ وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ۚ وَ اٰخِرُ  دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ  الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang  yang beriman dan beramal saleh, mereka akan diberi petunjuk oleh Rabb (Tuhan) mereka  karena  keimanan mereka. Di bawah mereka mengalir sungai-sungai, di dalam kebun-kebun kenikmatan.   Seruan mereka di dalamnya: “Mahasuci Engkau, ya  Allah! Dan ucapan salam mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera”, sedangkan  akhir seruan mereka: “Segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam.” (Yunus [10]:10-11).
       Di surga itu orang-orang akan bertasbih kepada  Allah Swt.  atas kemauannya sendiri dan secara naluri, sebab di sana hakikat benda-benda itu akan nampak kepada manusia secara nyata, dan mereka akan menyadari  bahwa setiap pekerjaan  Allah Swt. dilandasi oleh kebijaksanaan yang mendalam.   Kesadaran tersebut akan menyebabkan mereka secara naluri dan dengan serta-merta berseru: Mahasuci Engkau, ya Allah!
       Ayat  وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ   -- “dan ucapan salam mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera”,  mengisyaratkan kepada kebersihan hati (jiwa) mereka dari rasa dengki, dendam serta berbagai penyakit hati  lainnya yang  dimiliki oleh umumnya umat manusia di dunia, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ  الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ   فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ  اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang  yang beriman dan beramal saleh, Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya,  mereka inilah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.   Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka.  Di bawah mereka  mengalir sungai-sungai dan mereka berkata: Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya  Allāh tidak memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar  telah datang rasul-rasul  Rabb (Tuhan) kami dengan haq.” Dan akan diserukan kepada mereka: “Inilah sur-ga yang diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:43-44).

Makna Ucapan “Salam” di Akhir Shalat

        Anak kalimat sisipan  لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَا  --  Kami tidak membebani sesuatu jiwa di luar kemampuannya, bertolak belakang dengan paham agama Kristen yang menyatakan bahwa dosa itu terpendam dalam fitrat manusia -- sebagai dosa warisan akibat  pelanggaran Adam dan Hawa  di “Taman Eden” (Kejadian 2:8-25 & 3:1-24) --  maka upaya menghilangkan dosa itu berada di luar jangkauan kekuasaan manusia, kecuali harus ditebus dengan kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib (QS.4:158-159).
 Ayat  وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ --  “Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka”,  menyatakan bahwa pada hakikatnya, kehidupan surgawi dimulai sejak dari dunia ini juga  (QS.55:47) dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya bebas dari rasa permusuhan, irihati (dengki),  dendam-kesumat, dan kegelisahan mental.
 Mengisyaratkan kepada keadaan hati yang  terbebas dari berbagai “penyakit hati” itulah  ayat    وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ   -- “dan ucapan salam mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera” (QS.10:11), dan   itu pulalah maksud (makna) ucapan salam   yang harus diucapkan  orang-orang Islam pada akhir semua  shalat yang dilakukannya    sambil menengok ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.
 Dalam makna inilah Allah Swt.  dalam Al-Quran telah menyebut umat Islam sebagai “umat terbaik” yang dibangkitkan untuk kepentingan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111). Jadi, kembali kepada firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ یَہۡدِیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ بِاِیۡمَانِہِمۡ ۚ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ  الۡاَنۡہٰرُ  فِیۡ  جَنّٰتِ  النَّعِیۡمِ ﴿﴾  دَعۡوٰىہُمۡ فِیۡہَا سُبۡحٰنَکَ اللّٰہُمَّ وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ۚ وَ اٰخِرُ  دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ  الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang  yang beriman dan beramal saleh, mereka akan diberi petunjuk oleh Rabb (Tuhan) mereka  karena  keimanan mereka. Di bawah mereka mengalir sungai-sungai, di dalam kebun-kebun kenikmatan.  Seruan mereka di dalamnya: “Mahasuci Engkau, ya  Allah! Dan ucapan salam mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera”, sedangkan  akhir seruan mereka: “Segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam.” (Yunus [10]:10-11). 
     Ayat ini menegaskan   bahwa kesudahan orang-orang yang beriman itu senantiasa senang-bahagia. Mereka itu melahirkan kegembiraannya dengan menyanjung kemuliaan  Allah Swt.  dengan puji-pujian-Nya: وَ اٰخِرُ  دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ  الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ -- “dan akhir seruan mereka: “Segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam.”  

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  3 Desember       2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar