بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
104
Agama Islam dan Umat Islam Merupakan “Rumah Keselamatan” Bagi Seluruh Umat Manusia
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai tidak kekalnya neraka jahannami, hal tersebut selaras dengan sifat Rabbubiyyat Allah Swt., sebab kalau neraka jahannam pun kekal maka berarti bahwa menurut orang-orang yang mempercayai berarti Allah Swt. bersifat zalim -- na’ūdzubillāhi min dzālik – padahal
kalimat “seluruh alam” dalam ayat Alhamdulillāhi
Rabbil ‘alamiin (segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam – QS.1:2) melingkupi juga alam akhirat, termasuk surga dan neraka (QS.28:71; QS.34:2),
yakni rahmat (kasih-sayang) Allah
Swt. melebihi kemurkaan-Nya,
firman-Nya:
قَالَ عَذَابِیۡۤ اُصِیۡبُ
بِہٖ مَنۡ اَشَآءُ ۚ وَ رَحۡمَتِیۡ وَسِعَتۡ کُلَّ
شَیۡءٍ ؕ فَسَاَکۡتُبُہَا لِلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ وَ
الَّذِیۡنَ ہُمۡ بِاٰیٰتِنَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ۚ
Dia
berfirman: ”Azab-Ku akan Kutimpakan kepada
siapa yang Aku kehendaki, tetapi rahmat-Ku
meliputi segala sesuatu, maka
segera Aku tetapkan bagi orang-orang
yang bertakwa, mereka yang membayar
zakat, dan mereka yang beriman
kepada Tanda-tanda Kami.” (Al-A’rāf [7]:157).
Sifat Rabbubiyyat Allah Swt. Berlaku pula di Alam Akhirat
Lagi pula menurut Al-Quran, sifat Rabbubiyyat
Allah Swt. tersebut berlaku terhadap
para penghuni neraka jahannam
juga, sebab kata kerja rabba dalam
ayat Alhamdulillāhi Rabbil ‘ālamīn (segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam) berarti: Ia mengelola urusan itu;
Ia memperbanyak, mengembangkan, memperbaiki, dan melengkapkan urusan itu; Ia
memelihara dan menjaga. Jadi kata Rabb berarti: (a) Tuhan, Yang
Dipertuan, Khāliq (Yang menciptakan); (b) Wujud Yang memelihara dan mengembangkan;
(c) Wujud Yang menyempurnakan dengan cara setingkat demi setingkat
(Al-Mufradat dan Lexicon Lane).
Pendek kata, berdasarkan Sifat Rabbubiyyat Allah Swt. baik para penghuni surga mau pun para penghuni neraka jahannam akan terus
menerus mengalami berbagai tingkat kesempurnaan,
firman-Nya: لَتَرۡکَبُنَّ طَبَقًا عَنۡ طَبَقٍ --
“Niscaya kamu akan naik satu tingkat ke tingkat lain” (QS.84:20), sebagaimana firman-Nya mengenai doa
ahli surga:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا قُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ
وَ اَہۡلِیۡکُمۡ نَارًا وَّ
قُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ عَلَیۡہَا مَلٰٓئِکَۃٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا یَعۡصُوۡنَ اللّٰہَ
مَاۤ اَمَرَہُمۡ وَ یَفۡعَلُوۡنَ مَا یُؤۡمَرُوۡنَ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَا تَعۡتَذِرُوا الۡیَوۡمَ ؕ اِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ٪﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا اِلَی
اللّٰہِ تَوۡبَۃً نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی
رَبُّکُمۡ اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ
سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ
مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ النَّبِیَّ
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ
نُوۡرُہُمۡ یَسۡعٰی بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ
یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah
diri kamu dan keluargamu dari Api,
yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.
Hai orang-orang kafir,
kamu pada hari ini jangan mengemukakan dalih, sesungguhnya kamu dibalas menurut apa yang kamu kerjakan.
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Rabb (Tuhan) kamu akan menghapuskan dari kamu
keburukan-keburukanmu dan akan
memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan
menghinakan Nabi maupun orang-orang
yang beriman besertanya, cahaya
mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan di
sebelah kanan mereka, mereka akan
berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami,
dan maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala se-suatu.” (At-Tahrīm [66]:7-9).
Makna ayat رَبَّنَاۤ
اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا – “Hai Rabb (Tuhan) kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami”, mengisyaratkan kepada keinginan tidak kunjung padam bagi kesempurnaan pada pihak orang-orang yang
beriman di surga, menunjukkan bahwa kehidupan di surga itu bukanlah
kehidupan menganggur. Bahkan sebaliknya, yakni kemajuan ruhani para penghuni
surga di surga tiada
berhingga sebab bila orang-orang beriman
akan mencapai kesempurnaan yang
menjadi ciri tingkat surga tertentu,
mereka tidak akan berhenti sampai di situ, melainkan serentak terlihat di
hadapannya ada tingkat kesempurnaan
surgawi lebih tinggi dan
diketahuinya bahwa tingkat surgawi yang
didapati olehnya itu bukan tingkat
tertinggi maka ia akan maju terus dan seterusnya tanpa berakhir.
Makna Mohon Maghfirah (Ampunan) Allah Swt.
Ayat وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ
اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ -- “dan maafkanlah kami,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu” maknanya adalah bahwa
setelah masuk surga, orang-orang
beriman akan mencapai maghfirah –
penutupan kekurangan (Lexicon Lane).
Yakni Mereka akan terus-menerus berdoa
kepada Allah Swt. untuk mencapai kesempurnaan
dan sama sekali tenggelam dalam Nur Ilahi
dan akan terus naik kian menanjak ke
atas, dan memandang tiap-tiap tingkat sebagai ada kekurangan dibandingkan dengan tingkat
lebih tinggi yang didambakan oleh mereka, dan karena itu akan berdoa kepada Allah Swt. supaya Dia menutupi ketidaksempurnaannya (maghfirah),
sehingga mereka akan mampu mencapai tingkat
lebih tinggi itu. Inilah makna yang sesungguhnya mengenai istighfar,
yang secara harfiah berarti “mohon ampunan atas segala kealpaan.”
Mengisyarat kepada aktivitas kehidupan dalam surga yang tidak berkesudahan itullah firman-Nya berikut ini:
فَالۡیَوۡمَ لَا تُظۡلَمُ نَفۡسٌ شَیۡئًا وَّ لَا تُجۡزَوۡنَ اِلَّا مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ اَصۡحٰبَ الۡجَنَّۃِ الۡیَوۡمَ فِیۡ شُغُلٍ فٰکِہُوۡنَ ﴿ۚ﴾ ہُمۡ وَ
اَزۡوَاجُہُمۡ فِیۡ ظِلٰلٍ عَلَی الۡاَرَآئِکِ مُتَّکِـُٔوۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ فِیۡہَا
فَاکِہَۃٌ وَّ لَہُمۡ مَّا یَدَّعُوۡنَ
﴿ۚۖ﴾ سَلٰمٌ ۟ قَوۡلًا
مِّنۡ رَّبٍّ رَّحِیۡمٍ ﴿﴾
Maka pada hari itu tidak ada satu jiwa pun akan
dizalimi sedikit pun, dan kamu tidak
akan dibalas melainkan apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya para ahli surga pada hari itu akan bergembira dalam kesibukan mereka. Mereka dan istri-istri mereka berada di tempat-tempat teduh sambil
bersandar di atas dipan-dipan.
Bagi mereka di dalamnya tersedia
buah-buahan, dan bagi mereka apa pun yang mereka minta. ”Salām” adalah ucapan selamat dari Rabb
(Tuhan) Yang Maha Penyayang. (Yā Sīn
[36]:55-59).
Ayat اِنَّ
اَصۡحٰبَ الۡجَنَّۃِ الۡیَوۡمَ
فِیۡ شُغُلٍ فٰکِہُوۡنَ -- “Sesungguhnya para ahli surga pada hari itu akan
bergembira dalam kesibukan mereka”, berarti bahwa kehidupan di alam akhirat
-- termasuk di dalam surga -- yang pada
umumnya keliru diartikan itu, bukanlah
kehidupan santai dan bermalas-malas, melainkan suatu kehidupan dengan kesibukan kerja terus-menerus dan kemajuan ruhani yang senantiasa meningkat, sebab Allah Swt.
merupakan Wujud yang Sifat-sifatnya serta ciptaan-Nya tidak terbatas kesempurnaannya (QS.17:110; QS.31:28).
Makna Ucapan “Salām”
Allah Swt.
Segala kegembiraan dan kebahagiaan bertambah lipat ganda bila seseorang menikmatinya bersama-sama dengan orang-orang yang dicintainya, itulah
makna ayat لَہُمۡ فِیۡہَا فَاکِہَۃٌ وَّ
لَہُمۡ مَّا یَدَّعُوۡنَ ہُمۡ وَ اَزۡوَاجُہُمۡ فِیۡ ظِلٰلٍ عَلَی
الۡاَرَآئِکِ مُتَّکِـُٔوۡنَ ﴿﴾ -- “Mereka dan istri-istri mereka berada di tempat-tempat teduh sambil
bersandar di atas dipan-dipan, bagi
mereka di dalamnya tersedia buah-buahan,
dan bagi mereka apa pun yang mereka minta.”
Dalam QS.13:23-25; QS.40:8-10; QS.52:18-29, bukan hanya istri-istri mereka yang ikut menikmati kegembiraan dan kenikmaan
hidup di dalam surga, tetapi juga
orang-orang tua mereka serta anak-keturunan mereka, sehingga kegembiraan pasangan suami-istri penghuni surga
tersebut semakin bertambah.
Dengan
satu kata tunggal, salām yang artinya “damai,” ayat سَلٰمٌ ۟
قَوۡلًا مِّنۡ رَّبٍّ
رَّحِیۡمٍ -- “Salām adalah ucapan selamat dari Rabb
(Tuhan) Yang Maha Penyayang”, mengikhtisarkan semua nikmat surga yang beraneka
ragam itu ialah “damai dengan Tuhan dan damai dengan diri sendiri,” yaitu ketenteraman
alam pikiran dan jiwa. Inilah
taraf tertinggi rahmat surgawi atau nafs-al-Muthmainnah (jiwa yang tentram),
firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا
النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿﴾ ارۡجِعِیۡۤ اِلٰی رَبِّکِ رَاضِیَۃً مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾ فَادۡخُلِیۡ
فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram! Kembalilah kepada Rabb ( Tuhan) engkau, engkau
ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau. Maka masuklah
dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah
ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr
[89]:27-29).
Agama
Islam dan Umat Islam
Merupakan “Rumah Keselamatan”
Ayat سَلٰمٌ ۟
قَوۡلًا مِّنۡ رَّبٍّ
رَّحِیۡمٍ -- “Salām, adalah ucapan selamat dari Rabb
(Tuhan) Yang Maha Penyayang”
(QS.36:59) sesuai dengan salah satu Sifat Allah Swt. yaitu As-Salām (Maha Pemberi Keselamatan) dan itulah pula nama lain surga
(jannah) adalah Dārus Salām yakni “Rumah Keselamatan” atau “Rumah
Kedamaian” atau “Rumah Kesejahteraan” (QS.6:128; QS.10:26),
demikian juga ucapan para penghuni surga satu sama lain adalah “Salām”,
firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ یَہۡدِیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ
بِاِیۡمَانِہِمۡ ۚ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ
الۡاَنۡہٰرُ فِیۡ جَنّٰتِ
النَّعِیۡمِ ﴿﴾ دَعۡوٰىہُمۡ فِیۡہَا سُبۡحٰنَکَ اللّٰہُمَّ وَ
تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ۚ وَ اٰخِرُ
دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ
رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka akan diberi petunjuk oleh Rabb (Tuhan) mereka karena
keimanan mereka. Di bawah
mereka mengalir sungai-sungai,
di dalam kebun-kebun kenikmatan. Seruan
mereka di dalamnya: “Mahasuci Engkau,
ya Allah!
Dan ucapan salam mereka
satu sama lain di dalamnya: “Selamat
sejahtera”, sedangkan akhir seruan
mereka: “Segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan)
seluruh alam.” (Yunus [10]:10-11).
Di surga itu orang-orang akan bertasbih kepada Allah Swt. atas kemauannya
sendiri dan secara naluri, sebab
di sana hakikat benda-benda itu akan nampak kepada manusia secara nyata, dan mereka akan menyadari bahwa setiap pekerjaan Allah Swt. dilandasi oleh kebijaksanaan yang mendalam. Kesadaran tersebut akan menyebabkan
mereka secara naluri dan dengan serta-merta
berseru: Mahasuci Engkau, ya Allah!
Ayat وَ تَحِیَّتُہُمۡ
فِیۡہَا سَلٰمٌ -- “dan ucapan salam mereka satu
sama lain di dalamnya: “Selamat
sejahtera”, mengisyaratkan kepada kebersihan hati (jiwa) mereka dari rasa dengki, dendam serta berbagai penyakit
hati lainnya yang dimiliki oleh umumnya umat manusia di dunia,
firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا
اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ
الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ
الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا
کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ
ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا
اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ
اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Kami tidak
membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kemampuannya, mereka inilah penghuni surga, mereka kekal
di dalamnya. Dan Kami mencabut
segala dendam yang ada di
dalam dada mereka. Di
bawah mereka mengalir sungai-sungai dan mereka berkata: ”Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga
ini, dan kami sekali-kali tidak akan
mendapat petunjuk seandainya Allāh tidak
memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar
telah datang rasul-rasul Rabb (Tuhan) kami dengan haq.” Dan akan diserukan kepada mereka: “Inilah sur-ga yang diwariskan kepada kamu
sebagai ganjaran atas apa yang
senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:43-44).
Makna Ucapan “Salam” di Akhir Shalat
Anak kalimat sisipan لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَا -- Kami
tidak membebani sesuatu jiwa di luar kemampuannya, bertolak belakang dengan
paham agama Kristen yang menyatakan
bahwa dosa itu terpendam dalam fitrat manusia -- sebagai dosa warisan akibat pelanggaran Adam dan Hawa di “Taman Eden” (Kejadian 2:8-25 &
3:1-24) -- maka upaya menghilangkan dosa itu berada di luar
jangkauan kekuasaan manusia, kecuali
harus ditebus dengan kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. di tiang salib (QS.4:158-159).
Ayat وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ
غِلٍّ -- “Dan Kami mencabut
segala dendam yang ada di
dalam dada mereka”, menyatakan bahwa
pada hakikatnya, kehidupan surgawi
dimulai sejak dari dunia ini juga
(QS.55:47) dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya
bebas dari rasa permusuhan, irihati (dengki), dendam-kesumat,
dan kegelisahan mental.
Mengisyaratkan kepada keadaan hati yang terbebas
dari berbagai “penyakit hati”
itulah ayat وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ -- “dan ucapan salam mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera” (QS.10:11), dan itu pulalah maksud (makna) ucapan salam yang
harus diucapkan orang-orang Islam pada akhir semua shalat yang dilakukannya sambil menengok
ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.
Dalam makna inilah Allah Swt. dalam Al-Quran telah menyebut umat Islam sebagai “umat terbaik” yang dibangkitkan
untuk kepentingan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111). Jadi,
kembali kepada firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ یَہۡدِیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ
بِاِیۡمَانِہِمۡ ۚ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ
الۡاَنۡہٰرُ فِیۡ جَنّٰتِ
النَّعِیۡمِ ﴿﴾ دَعۡوٰىہُمۡ فِیۡہَا سُبۡحٰنَکَ اللّٰہُمَّ وَ
تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ۚ وَ اٰخِرُ
دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ
رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka akan diberi petunjuk oleh Rabb (Tuhan) mereka karena
keimanan mereka. Di bawah
mereka mengalir sungai-sungai,
di dalam kebun-kebun kenikmatan. Seruan mereka di dalamnya: “Mahasuci Engkau, ya Allah!
Dan ucapan salam mereka
satu sama lain di dalamnya: “Selamat
sejahtera”, sedangkan akhir seruan
mereka: “Segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan)
seluruh alam.” (Yunus [10]:10-11).
Ayat ini menegaskan bahwa kesudahan orang-orang yang beriman itu
senantiasa senang-bahagia. Mereka itu
melahirkan kegembiraannya dengan
menyanjung kemuliaan Allah Swt. dengan puji-pujian-Nya: وَ اٰخِرُ دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ الۡحَمۡدُ
لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ -- “dan akhir seruan mereka: “Segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan)
seluruh alam.”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar