بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
112
Fitnah-fitnah yang Menggelincirkan
“Orang-orang yang Berhati Bengkok”
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai kesedihan Rasul Akhir Zaman terhadap sikap buruk
umumnya umat Islam terhadap Al-Quran:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ
مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang
telah ditinggalkan (Al-Furqan
[25]:31).
Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya ayat ini dengan sangat tepat
sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang.
Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan
dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini. Ada sebuah
hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari
Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya” (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh
masa sekarang-sekarang di Akhir Zaman inilah saat yang dimaksudkan
itu.
Sunnatullah yang
Kembali Terjadi di Akhir Zaman &
Tipuan Syaitan Pengingkar Janji
Dalam firman Allah Swt. berikutnya
dikemukakan mengenai Sunnatullah
lainnya berkenaan dengan pengutusan Rasul Allah
yaitu berupa pendustaan dan penentangan terhadapnya:
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا
مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan
demikianlah Kami telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pemberi
petunjuk dan penolong (Al-Furqan
[25]:32).
Jadi, kembali
kepada “penyesalan” yang masyarakat luas
yang telah tertipu oleh “si
fulan” -- yakni para pemuka kaum mereka
atau ‘anāqihim -- yang telah melibatkan mereka ke dalam penentangan
zalim terhadap Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan Allah Swt.
(QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5), firman-Nya:
وَ یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ
الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ
لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ
الذِّکۡرِ بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ
لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾
Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit
kedua tangannya lalu berkata: ”Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul
itu. Wahai celakalah aku, alangkah
baiknya seandainya aku tidak menjadikan
si fulan itu sahabat. Sungguh ia benar-benar telah melalaikanku dari
mengingat kepada Allah sesudah
ia datang kepadaku.” Dan syaitan
selalu menelantarkan manusia.(Al-Furqan
[25]:29-30).
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa pada
hakikatnya yang dimaksud dengan “si fulan” mau pun “syaitan” dalam ayat tersebut merujuk kepada obyek yang sama, yaitu orang-orang kafir yang secara aktif menentang keras para Rasul Allah, mereka itulah yang disesali oleh orang-orang zalim ketika
perjuangan suci Rasul Allah terbukti kebenarannya, firman-Nya:
وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ وَ قَالَ لَا غَالِبَ
لَکُمُ الۡیَوۡمَ مِنَ النَّاسِ وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا
تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ
عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ اِنِّیۡۤ اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ ﴿٪﴾
Dan ingatlah ketika syaitan menampakkan indah kepada mereka amal-amal
mereka dan berkata: ”Tidak seorang
pun di antara manusia yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku pelindung kamu.”
Tetapi tatkala kedua pasukan itu berhadapan satu sama lain, ia berbalik
atas tumitnya sambil berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah dan siksaan
Allah sangat keras. (Al-Anfāl [8]:49).
Syaitan Selalu Mengingkari
“Janji-janji Muluknya”
Dengan demikian benarlah firman Allah Swt.
mengenai penipuan syaitan atau para pemimpin kaum kafir berikut ini
وَ کَانَ
الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا -- “Dan syaitan
selalu menelantarkan manusia”
(Al-Furqan
[25]:30), firman-Nya:
وَ قَالَ الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ
اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا
کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ
اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ
فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ
مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ
بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan, syaitan
berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan
kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepada kamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku
sekali-kali tidak
memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajak kamu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku.
Karena itu janganlah kamu mengecamku
tetapi kecamlah diri kamu sendiri.
Aku sama sekali tidak dapat menolong
kamu dan kamu pun sama sekali tidak
dapat menolongku. Sesungguhnya aku
telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya,
sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim
[14]:23).
Perkataan
syaitan وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ
اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ
لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ اَنَا
بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ
بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ -- “dan aku sekali-kali
tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajak kamu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku.
Karena itu janganlah kamu mengecamku
tetapi kecamlah diri kamu sendiri.
Aku sama sekali tidak dapat menolong
kamu dan kamu pun sama sekali tidak
dapat menolongku. Sesungguhnya aku
telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya”, sama
dengan bantahan para pemuka kaum
kafir terhadap tuduhan para pengikut
mereka yang mereka provokasi dan
mereka libatkan dalam penentangan terhadap Rasul Allah, firman-Nya:
قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ
اسۡتُضۡعِفُوۡۤا اَنَحۡنُ صَدَدۡنٰکُمۡ عَنِ الۡہُدٰی بَعۡدَ اِذۡ جَآءَکُمۡ بَلۡ
کُنۡتُمۡ مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾
Orang-orang
yang menyombongkan diri berkata
kepada orang-orang yang dianggap lemah:
“Apakah kami telah menghalangi kamu
dari petunjuk, setelah petunjuk itu datang kepada kamu? Tidak, bahkan kamu sendirilah
orang-orang yang berdosa.” (As-Sabā
[34]:33).
Mewariskan “Fitnah-fitnah ” yang Menggelincirkan
Mengisyaratkan kepada syaitan dari kalangan manusia seperti itu pulalah
-- yakni para pemuka kaum -- firman Allah Swt. berikut ini:
وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ
مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ
اِلَّاۤ اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی
الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ
ثُمَّ یُحۡکِمُ اللّٰہُ
اٰیٰتِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌ حَکِیۡمٌ ﴿ۙ﴾
Dan Kami tidak pernah mengirim seorang rasul
dan tidak pula seorang nabi
melainkan apabila ia menginginkan
sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan
pada keinginannya, tetapi Allāh
melenyapkan hambatan yang
diletakkan oleh syaitan, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (Al-Hajj [22]:53).
Ayat
ini dengan sengaja telah disalah-tafsirkan
dan artinya sengaja diputar-balikkan oleh
para pujangga Kristen yang berprasangka buruk. Mereka berkata bahwa
pada suatu hari di Mekkah ketika Nabi Besar
Muhammad saw. membaca
ayat ke-20 dan 21 Surah An-Najm:
اَفَرَءَیۡتُمُ اللّٰتَ وَ
الۡعُزّٰی ﴿ۙ﴾ وَ مَنٰوۃَ
الثَّالِثَۃَ الۡاُخۡرٰی ﴿﴾
“Kini
katakanlah kepadaku tentang Lat dan Uzza, dan Manat, yang ketiga, berhala
betina yang lain….” Lalu menurut tuduhan mereka syaitan
meletakkan dalam mulut beliau saw. kata-kata “tilkal gharaniq al-’ulā , wa inna
syafa’atuhunna laturtaja,” artinya “ini adalah dewi-dewi yang mulia dan syafaat
mereka diharap-harapkan.”
Mereka menyebutnya “Kealpaan
Muhammad,” atau “Kompromi beliau dengan kemusyrikan.”
Padahal Nabi Besar Muhammad saw. tidak pernah berkompromi dengan kemusyrikan,
begitu pula tidak pernah ada kekhilafan
atau kelengahan dari beliau saw..
Tuduhan ini menunjukkan keinginan mereka, bahwa beliau saw. mempunyai buah
pikiran ke arah itu.
Jaminan Pemeliharaan
Allah Swt. Terhadap Al-Quran
Para kritisi ini selamanya
mencari-cari kesempatan untuk menemukan suatu kelengahan dalam wujud Nabi Besar Muhammad saw., apabila mereka tidak dapat menemukan sesuatu
mereka sendiri mengada-adakan sesuatu
dan menuduhkannya kepada beliau saw..
Mereka berkata bahwa ayat ini menunjuk
kepada kejadian tersebut di atas.
Kami akan membahas seluas-luasnya
peristiwa itu, apabila kita sampai kepada ayat yang bersangkutan (QS.53:20-21).
Cukuplah dikatakan di sini bahwa seluruh kisah
buatan tersebut ini didustakan
secara kenyataan, bahwa Surah ke-53 itu menurut kesepakatan para ahli telah
diturunkan pada tahun ke-5 Nabawi di Mekkah,
sedang Surah Al-Hajj diwahyukan di Medinah, atau di Mekkah menjelang
keberangkatan (hijrah) Nabi Besar Muhammad saw. ke Medinah pada tahun ke-13 Nabawi.
Jadi mustahil bahwa Allah Swt.
harus menunggu-nunggu 8 tahun
lamanya untuk menunjuk kepada kejadian
tersebut dalam ayat ini. Lebih-lebih lagi kisah
semua ahli tafsir yang cendekia ini telah ditolak sebagai hal yang sama sekali
tidak mempunyai dasar. Di samping itu, tidak ada sesuatu kata dalam ayat ini membenarkan
pengada-adaan dusta yang begitu
menyolok mata.
Arti ayat ini (Al-Hajj ayat 53) amat jelas.
Ayat ini bermaksud mengemukakan, bahwa apabila seorang nabi (rasul Allah) ingin mencapai tujuannya, yaitu bila ia
menyampaikan amanat kebenaran dan
menginginkan supaya ke-Esa-an (Tauhid) Ilahi dapat ditegakkan di muka bumi
maka orang-orang yang bersifat syaitan, berusaha menghambat majunya kebenaran, dengan meletakkan segala macam rintangan pada jalannya.
Mereka ingin melihat misi suci Rasul Allah mengalami kegagalan -- terlebih lagi Nabi Besar Muhammad saw. --
tetapi mereka tidak dapat menghancurkan rencana
Ilahi, dan Allah Swt. menghilangkan
semua hambatan dan membuat tujuan kebenaran itu memperoleh keunggulan dan kemenangan.
Jadi, Al-Hajj ayat 53 ini mempunyai pengertian umum. Tidak ada
alasan untuk menyatakan bahwa ayat ini
khusus ditujukan kepada Nabi Besar
Muhammad saw. Tambahan pula
tidak mungkin syaitan merusak kemurnian wahyu Al-Quran. Allah Swt.
menyatakan wajib atas diri-Nya
Sendiri melindungi Al-Quran terhadap
semua campur-tangan dan penyisipan (QS.15:10; QS.7:27-29),
bahkan pendapat ilmiah para cendekiawan Kristen pun telah memperkuat
kebenaran pendakwaan Al-Quran
tersebut, firman-Nya:
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ
وَ اِنَّا لَہٗ
لَحٰفِظُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
”Kami-lah Yang menurunkan
peringatan ini, dan sesungguhnya
Kami-lah pemeliharanya. (Al-Hijr
[15]:10).
Menggelincirkan “Orang-orang yang Berhati Bengkok”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai akibat buruk yang ditimbulkan berbagai
macam fitnah yang ditebarkan
oleh para penentang Rasul Allah -- atau “syaitan”
-- terhadap masyarakat luas:
لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ
قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ
قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ﴾ وَّ لِیَعۡلَمَ
الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَیُؤۡمِنُوۡا بِہٖ
فَتُخۡبِتَ لَہٗ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہَادِ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اِلٰی صِرَاطٍ
مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Supaya Dia
menjadikan rintangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai fitnah (ujian) bagi orang-orang
yang dalam hatinya ada penyakit dan mereka yang hatinya keras, dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu benar-benar dalam permusuhan yang
sangat. Dan supaya diketahui
oleh orang-orang yang diberi ilmu sesungguhnya Al-Quran itu adalah haq (kebenaran) dari Rabb (Tuhan) engkau lalu mereka
beriman kepadanya dan hati mereka
tunduk kepadanya, dan sesungguhnya Allah
pasti memberi petunjuk kepada orang-orang
yang beriman ke jalan yang lurus.
(Al-Hajj
[22]:54-55).
Ayat ini mendukung penafsiran yang telah kami berikan mengenai ayat yang sebelumnya
(QS.22:53). Tidak ada alasan untuk membenarkan kisah (tuduhan) yang tidak mempunyai dasar, diadakan oleh sementara
para ahli tafsir yang kurang
paham sehubungan dengan ayat ini.
Ayat ini bermaksud mengemukakan
bahwa orang-orang berwatak syaitan
berusaha meletakkan segala macam rintangan
guna menggagalkan tersiar-luasnya amanat
seorang nabi Allah, supaya kemajuannya dapat dicegah dan
“orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dapat disesatkan.
Tetapi Allah Swt. menghilangkan
segala rintangan semacam itu, dan
sesudah pada awalnya seakan-akan mengalami kegagalan-kegagalan
sementara maka kemudian kebenaran itu terus berderap maju mencapai kemajuan yang merata. Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai keberadaan “manusia-manusia syaitan” seperti itu pada setiap pengutusan Rasul Allah:
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ اِلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی وَ
حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا مَّا
کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ
لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan
seandainya pun Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka, orang-orang
yang telah mati berbicara
dengan mereka, dan Kami mengumpulkan
segala sesuatu berhadap-hadapan di depan mereka, mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka berlaku jahil. (An-An’ām [6]:112).
Salah satu tugas malaikat-malaikat adalah membisikkan kepada manusia pikiran-pikiran baik untuk mengajak
mereka kepada kebenaran (QS.41:32,
33). Kadangkala mereka melaksanakan tugas-tugas ini melalui mimpi-mimpi dan kasyaf-kasyaf (penglihatan ruhani).
Orang-orang bertakwa yang
sudah meninggal dunia nampak kepada manusia dalam mimpi untuk membenarkan pendakwaan
nabi-nabi Allah. Ada satu cara lain yaitu orang-orang yang sudah mati bercakap-cakap kepada manusia. Bila
suatu umat yang secara ruhani sudah mati mereka dihidupkan kembali untuk memperoleh kehidupan ruhani baru oleh ajaran
nabi mereka, kelahiran-baru ruhani
mereka itu seakan-akan berbicara
kepada orang-orang kafir dan
memberikan persaksian terhadap
kebenaran pendakwaan nabi Allah
tersebut.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar