Minggu, 29 Desember 2013

Fitnah-fitnah yang Menggelincirkan "Orang-orang yang Berhati Bengkok"



   بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  112

Fitnah-fitnah yang Menggelincirkan “Orang-orang yang Berhati Bengkok”


Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   kesedihan Rasul Akhir Zaman terhadap sikap buruk umumnya umat Islam terhadap Al-Quran:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan  (Al-Furqan [25]:31).
      Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya ayat ini dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang.
      Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini. Ada sebuah hadits  Nabi Besar Muhammad saw.   yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa sekarang-sekarang  di Akhir Zaman inilah saat yang dimaksudkan itu.

Sunnatullah yang Kembali Terjadi di Akhir Zaman &
Tipuan Syaitan Pengingkar Janji

        Dalam firman Allah Swt. berikutnya   dikemukakan mengenai Sunnatullah lainnya berkenaan dengan  pengutusan Rasul Allah   yaitu berupa pendustaan dan penentangan terhadapnya:
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi   dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pemberi petunjuk dan penolong (Al-Furqan [25]:32). 
       Jadi, kembali kepada “penyesalan” yang masyarakat luas yang telah tertipu oleh “si fulan”  -- yakni para pemuka kaum  mereka  atau ‘anāqihim   -- yang telah melibatkan mereka ke dalam penentangan zalim terhadap Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5), firman-Nya:
وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾  یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾  لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾
Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata: Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak  menjadikan si fulan itu sahabat. Sungguh  ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusia.(Al-Furqan [25]:29-30).
       Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa pada hakikatnya yang dimaksud dengan  si fulan” mau pun “syaitan” dalam ayat tersebut merujuk kepada obyek yang sama, yaitu  orang-orang kafir yang secara aktif menentang keras para Rasul Allah, mereka itulah yang disesali oleh orang-orang zalim  ketika perjuangan suci Rasul Allah   terbukti kebenarannya, firman-Nya:
وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ  وَ قَالَ لَا غَالِبَ لَکُمُ  الۡیَوۡمَ مِنَ النَّاسِ  وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ  اِنِّیۡۤ  اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ  اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿٪﴾
Dan ingatlah ketika syaitan  menampakkan indah kepada mereka amal-amal mereka dan berkata: ”Tidak seorang pun di antara manusia yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku pelindung kamu.” Tetapi tatkala kedua pasukan itu berhadapan satu sama lain, ia berbalik  atas tumitnya sambil berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah  dan siksaan Allah sangat keras. (Al-Anfāl [8]:49).

Syaitan Selalu Mengingkari “Janji-janji Muluknya”

     Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. mengenai penipuan  syaitan atau para pemimpin kaum kafir berikut ini  وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا  -- “Dan syaitan selalu menelantarkan manusia (Al-Furqan [25]:30), firman-Nya:
وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan, syaitan berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepada kamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku  sekali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajak kamu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah diri kamu sendiri. Aku sama sekali tidak dapat menolong kamu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).
      Perkataan syaitan  وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ -- “dan aku  sekali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajak kamu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah diri kamu sendiri. Aku sama sekali tidak dapat menolong kamu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya”, sama dengan bantahan para pemuka kaum kafir terhadap tuduhan para pengikut mereka yang mereka provokasi dan mereka libatkan dalam penentangan terhadap Rasul Allah, firman-Nya:
قَالَ  الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡۤا اَنَحۡنُ صَدَدۡنٰکُمۡ عَنِ الۡہُدٰی بَعۡدَ اِذۡ جَآءَکُمۡ بَلۡ کُنۡتُمۡ مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Apakah kami telah menghalangi kamu dari petunjuk, setelah petunjuk itu datang kepada kamu? Tidak, bahkan kamu sendirilah   orang-orang  yang berdosa.” (As-Sabā [34]:33).

Mewariskan “Fitnah-fitnah ” yang Menggelincirkan

      Mengisyaratkan kepada syaitan  dari kalangan manusia seperti itu pulalah   -- yakni para pemuka kaum --  firman Allah Swt. berikut ini:
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ  اِلَّاۤ  اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ  یُحۡکِمُ  اللّٰہُ  اٰیٰتِہٖ ؕ وَ  اللّٰہُ عَلِیۡمٌ  حَکِیۡمٌ  ﴿ۙ﴾
Dan Kami tidak pernah mengirim seorang rasul dan tidak pula seorang nabi melainkan apabila ia menginginkan sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan pada keinginannya, tetapi Allāh melenyapkan hambatan yang diletakkan oleh syaitan, dan Allah  Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (Al-Hajj [22]:53).
      Ayat ini dengan sengaja telah disalah-tafsirkan dan artinya sengaja diputar-balikkan oleh para pujangga Kristen yang berprasangka buruk. Mereka berkata bahwa pada suatu hari di Mekkah ketika Nabi Besar  Muhammad saw.  membaca ayat ke-20 dan 21 Surah An-Najm:
اَفَرَءَیۡتُمُ  اللّٰتَ وَ الۡعُزّٰی ﴿ۙ﴾  وَ مَنٰوۃَ  الثَّالِثَۃَ  الۡاُخۡرٰی  ﴿﴾
“Kini katakanlah kepadaku tentang Lat dan Uzza, dan Manat, yang ketiga, berhala betina yang lain….”  Lalu menurut tuduhan mereka syaitan meletakkan dalam mulut beliau saw. kata-kata  “tilkal gharaniq al-’ulā , wa inna syafa’atuhunna laturtaja,” artinya  ini adalah dewi-dewi yang mulia dan syafaat mereka diharap-harapkan.”
Mereka menyebutnya “Kealpaan Muhammad,” atau “Kompromi beliau dengan kemusyrikan.”
     Padahal Nabi Besar Muhammad saw.   tidak pernah berkompromi dengan kemusyrikan, begitu pula tidak pernah ada kekhilafan atau kelengahan dari beliau saw.. Tuduhan ini menunjukkan keinginan mereka, bahwa beliau saw. mempunyai buah pikiran ke arah itu.

Jaminan Pemeliharaan Allah Swt. Terhadap Al-Quran

     Para kritisi ini selamanya mencari-cari kesempatan untuk menemukan suatu kelengahan dalam wujud Nabi Besar Muhammad saw.,  apabila mereka tidak dapat menemukan sesuatu mereka sendiri mengada-adakan sesuatu dan menuduhkannya kepada beliau saw.. Mereka berkata  bahwa ayat ini menunjuk kepada kejadian tersebut di atas.
      Kami akan membahas seluas-luasnya peristiwa itu, apabila kita sampai kepada ayat yang bersangkutan (QS.53:20-21). Cukuplah dikatakan di sini bahwa seluruh kisah buatan tersebut ini didustakan secara kenyataan, bahwa Surah ke-53 itu menurut kesepakatan para ahli telah diturunkan pada tahun ke-5 Nabawi di Mekkah, sedang Surah Al-Hajj diwahyukan di Medinah, atau di Mekkah menjelang keberangkatan  (hijrah)  Nabi Besar Muhammad saw.   ke Medinah pada tahun ke-13 Nabawi.
       Jadi mustahil bahwa Allah Swt.  harus menunggu-nunggu 8 tahun lamanya untuk menunjuk kepada kejadian tersebut dalam ayat ini. Lebih-lebih lagi kisah semua ahli tafsir yang cendekia ini telah ditolak sebagai hal yang sama sekali tidak mempunyai dasar. Di samping itu, tidak ada sesuatu kata dalam ayat ini membenarkan pengada-adaan dusta yang begitu menyolok mata.
      Arti ayat ini (Al-Hajj ayat 53) amat jelas. Ayat ini bermaksud mengemukakan, bahwa apabila seorang nabi (rasul Allah) ingin mencapai tujuannya, yaitu bila ia menyampaikan amanat kebenaran dan menginginkan supaya ke-Esa-an  (Tauhid) Ilahi dapat ditegakkan di muka bumi maka orang-orang yang bersifat syaitan, berusaha menghambat majunya kebenaran, dengan meletakkan segala macam rintangan pada jalannya.
       Mereka ingin melihat misi suci Rasul Allah mengalami kegagalan  -- terlebih lagi Nabi Besar Muhammad saw. -- tetapi mereka tidak dapat menghancurkan rencana Ilahi, dan  Allah Swt.  menghilangkan semua hambatan dan membuat tujuan kebenaran itu memperoleh keunggulan dan kemenangan.
Jadi, Al-Hajj ayat 53   ini mempunyai pengertian umum. Tidak ada alasan untuk menyatakan  bahwa ayat ini khusus ditujukan kepada  Nabi Besar Muhammad saw.        Tambahan pula tidak mungkin syaitan merusak kemurnian wahyu Al-Quran. Allah Swt. menyatakan wajib atas diri-Nya Sendiri melindungi Al-Quran terhadap semua campur-tangan dan penyisipan (QS.15:10; QS.7:27-29), bahkan pendapat ilmiah para cendekiawan Kristen pun telah memperkuat kebenaran pendakwaan Al-Quran tersebut, firman-Nya:
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ  وَ  اِنَّا  لَہٗ  لَحٰفِظُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  Kami-lah Yang  menurunkan peringatan ini, dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya.    (Al-Hijr [15]:10).

Menggelincirkan “Orang-orang yang Berhati Bengkok

     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai akibat buruk yang ditimbulkan berbagai macam fitnah  yang ditebarkan oleh para penentang Rasul Allah  -- atau “syaitan” -- terhadap masyarakat luas:
لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ  قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ﴾ وَّ لِیَعۡلَمَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَیُؤۡمِنُوۡا بِہٖ فَتُخۡبِتَ لَہٗ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہَادِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اِلٰی  صِرَاطٍ  مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Supaya Dia menjadikan rintangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai  fitnah (ujian)  bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan mereka yang hatinya keras, dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat.  Dan supaya  diketahui oleh orang-orang yang diberi ilmu  sesungguhnya Al-Quran itu adalah haq (kebenaran)  dari Rabb (Tuhan) engkau lalu  mereka beriman kepadanya dan hati mereka tunduk kepadanya, dan sesungguhnya Allah pasti memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman ke jalan yang lurus. (Al-Hajj [22]:54-55).
   Ayat ini mendukung penafsiran yang telah kami berikan mengenai ayat yang sebelumnya (QS.22:53). Tidak ada alasan untuk membenarkan kisah (tuduhan) yang tidak mempunyai dasar, diadakan oleh sementara para ahli tafsir yang kurang paham  sehubungan dengan ayat ini.
      Ayat ini bermaksud mengemukakan bahwa orang-orang berwatak syaitan berusaha meletakkan segala macam rintangan guna menggagalkan tersiar-luasnya amanat seorang nabi Allah, supaya kemajuannya dapat dicegah dan “orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dapat disesatkan.
       Tetapi Allah Swt.  menghilangkan segala rintangan semacam itu, dan sesudah pada awalnya seakan-akan  mengalami kegagalan-kegagalan sementara maka kemudian kebenaran itu terus berderap maju mencapai kemajuan yang merata. Dengan demikian benarlah  firman Allah Swt. berikut ini mengenai  keberadaan “manusia-manusia syaitan” seperti itu pada setiap pengutusan Rasul Allah:
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ  اِلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی وَ حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا مَّا کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ  اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾    
Dan seandainya pun  Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka,   orang-orang yang telah mati  berbicara dengan mereka, dan Kami mengumpulkan segala sesuatu berhadap-hadapan  di depan mereka, mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka  berlaku jahil. (An-An’ām [6]:112).
  Salah satu tugas malaikat-malaikat  adalah membisikkan kepada manusia pikiran-pikiran baik untuk mengajak mereka kepada kebenaran (QS.41:32, 33). Kadangkala mereka melaksanakan tugas-tugas ini melalui mimpi-mimpi dan kasyaf-kasyaf (penglihatan ruhani).
Orang-orang bertakwa yang sudah meninggal dunia nampak kepada manusia dalam mimpi untuk membenarkan pendakwaan nabi-nabi Allah. Ada satu cara lain yaitu orang-orang yang sudah mati bercakap-cakap kepada manusia. Bila suatu umat yang secara ruhani sudah mati mereka dihidupkan kembali untuk memperoleh kehidupan ruhani baru oleh ajaran nabi mereka, kelahiran-baru ruhani mereka itu seakan-akan berbicara kepada orang-orang kafir dan memberikan persaksian terhadap kebenaran pendakwaan nabi Allah tersebut.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   11 Desember    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar