بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 102
Istri-istri Durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. Sebagai Misal
(Perumpamaan) “Orang-orang Kafir” yang Mendustakan Para Rasul Allah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai orang-orang yang bernasib malang, yaitu
ketika nabi Allah yang untuknya mereka terus-terus mendoa itu sungguh-sungguh datang dan keunggulan haq (kebenaran) di atas kepalsuan mulai nampak mereka menolaknya,
dan sebagai akibat penolakan
itu laknat Allah Swt. menimpa mereka. Mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman:
بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا
بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ اَنۡ
یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ
اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ
مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ
لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Sangat buruk hal yang dengan itu mereka telah menjual dirinya yakni mereka kafir kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya, lalu mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan,
dan bagi orang-orang kafir ada azab yang
menghinakan. (Al-Baqarah [2]:91).
“Orang-orang
yang Dimurkai” dan “Orang-orang yang
Sesat”
dalam Surah Al-Fatihah
Mengisyaratkan kepada فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ -- “lalu mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan”
itulah doa terakhir dalam Surah Al-Fatihah
sebagai akibat tidak melaksanakan (mengamalkan) keempat Sifat utama Tasybihiyyah Allah Swt. -- Rabbubiyyat, Rahmāniyyat, Rahīmiyyat
dan Māliki yaumid dīn -- serta mereka menolak nikmat-nikmat ruhani, khususnya nikmat
kenabian (QS.4:70-71; QS.7:35-37)
yang untuk itu mereka membacanya pada saat melakukan shalat -- firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ
ۙ﴿﴾ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۙ﴿﴾ مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ ؕ﴿﴾ اِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ اِیَّاکَ نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿﴾ اِہۡدِ
نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾ صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ
ۙ۬ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ
عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Segala puji
hanya bagi Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam, Maha
Pemurah, Maha Penyayang. Pemilik Hari Pembalasan
Hanya Engkau-lah Yang kami sembah dan hanya
kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu
jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat atas mereka, bukan
jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan
mereka yang sesat. (Al-Fatihah [1]:1-7).
Dengan demikian jelaslah
bahwa yang dimaksud dengan doa غَیۡرِ
الۡمَغۡضُوۡبِ
عَلَیۡہِمۡ
وَ الضَّآلِّیۡنَ لَا -- “bukan jalan
mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan
mereka yang sesat” adalah orang-orang
Yahudi dan orang-orang lainnya yang perbuatan buruknya sesuai dengan
firman-Nya sebelum ini:
بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا
بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ اَنۡ
یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ
اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ
مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ
لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Sangat buruk hal yang dengan itu mereka telah menjual dirinya yakni
mereka kafir kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya, lalu mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan,
dan bagi orang-orang kafir ada azab yang
menghinakan. (Al-Baqarah [2]:91).
Istri-istri
Durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s.
Sehubungan dengan masalah pentingnya masalah
pernikahan yang dikemukakan
dalam Al-Quran – terutama mengenai pernikahan
Nabi Besar Muhammad saw. dan para istri mulia beliau saw. -- Allah Swt.
telah mengemukakan istri-istri
durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth
a.s. sebagai misal (perumpamaan) kaum
yang mendustakan dan menentang Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
Allah Swt. kepada mereka (QS.7:35-37), firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا
لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا
امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ
عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا
وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ
الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri
Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami
yang saleh, tetapi keduanya berbuat
khianat kepada kedua suami
mereka, maka mereka berdua
sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mere-ka itu di hadapan Allah,
dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At Tahrīm [66]:11).
Orang-orang kafir diumpamakan seperti istri
durhaka Nabi Nuh a.s. dan
istri durhaka Nabi Luth a.s. untuk menunjukkan bahwa persahabatan dengan orang bertakwa, -- bahkan seorang nabi
Allah sekalipun -- tidak berfaedah
bagi orang yang mempunyai kecenderungan buruk menolak kebenaran.
Jadi, melalui perumpamaan tersebut Allah
Swt. memberitahukan bahwa pada hakikatnya kedudukan
para Rasul Allah yang kedatangannya
dijanjikan kepada umat manusia
(QS.7:35-37) adalah seperti kedudukan suami terhadap istrinya. Karena itu kaum-kaum yang mendustakan dan menentang Rasul
Allah yang diutus kepada mereka keadaaannya adalah bagaikan istri-istri yang rahimnya menolak dibuahi oleh suaminya, sehingga istri-istri durhaka seperti itu tidak
akan pernah hamil dan melahirkan anak-keturunan yang sah.
Ada pun yang akan keluar dari rahim
istri-istri yang rahimnya
menolak dibuahi oleh suaminya seperti itu
adalah darah kotor (darah haid).
Itulah sebabnya suatu kaum
yang mendustakan dan menentang Rasul Allah maka keadaan akhlak dan ruhaninya
akan semakin rusak dan hina
bagaikan darah kotor (darah haid).
Sebaliknya, suatu kaum yang beriman
kepada Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan kepada
mereka dalam ayat selanjutnya
dimisalkan sebagai istri Fir’aun, firman-Nya:
وَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا
لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا
امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِیۡ عِنۡدَکَ
بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ وَ
نَجِّنِیۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾
Dan Allah
mengemukakan istri Fir’aun
sebagai misal bagi orang-orang beriman, ketika ia
berkata: “Hai Rabb (Tuhan), buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah
rumah di surga, dan selamatkanlah
aku dari Fir’aun dan perbuatannya,
dan selamatkanlah aku dari kaum yang
zalim, (At Tahrim [66]:12).
Istri Fir’aun menggambarkan keadaan orang-orang beriman, yang meskipun berkeinginan dan berdoa terus-menerus agar bebas
dari dosa atau dari cengkraman nafs Ammarah (QS.12:54), tetapi tidak sepenuhnya dapat melepaskan diri dari pengaruh
buruk yang dilukiskan dalam wujud Fir’aun,
dan setelah sampai kepada tingkat “jiwa yang meyesali diri sendiri” (nafsu
lawwāmah - QS.75:3) kadang-kadang gagal dan kadang-kadang tergelincir.
Misal Maryam
binti Imran & Nafs Muthmainnah
Tetapi apabila
orang-orang yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya tersebut tetap istiqamah (teguh) dan terus berjihad melawan ujian-ujian keimanan -- yang digambarkan sebagai kezaliman
Fir’aun dan kaumnya -- insya Allah, keadaan akhlak dan ruhani
mereka mereka akan meningkat lebih
baik keadaannya lagi sebagaimana yang dikemukakan firman Allah
Swt. selanjutnya:
وَ مَرۡیَمَ ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ
اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا
فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا
وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ
﴿٪﴾
Dan juga Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami
meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia
meng-genapi firman Rabb-nya (Tuhan-nya) dan Kitab-kitab-Nya, dan ia
termasuk orang-orang yang patuh. (At Tahrim [66]:13).
Siti
Maryam, ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melambangkan hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang karena telah menutup segala jalan dosa dan karena
telah berdamai dengan Allah Swt., mereka dikaruniai ilham Ilahi; kata pengganti hi dalam
fīhi (lihat ayat 13, Pent.) menunjuk kepada orang-orang beriman yang bernasib baik serupa itu. Atau, kata
pengganti itu dapat pula menggantikan kata farj, yang secara harfiah
berarti celah atau sela, artinya lubang yang dengan melaluinya dosa
dapat masuk. Mengenai mereka itu Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیَّتُہَا
النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿﴾ ارۡجِعِیۡۤ اِلٰی رَبِّکِ رَاضِیَۃً مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾
فَادۡخُلِیۡ فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram! Kembalilah kepada Rabb ( Tuhan) engkau, engkau
ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau. Maka masuklah
dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah
ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr
[89]:27-29).
Ini
merupakan tingkat perkembangan ruhani
tertinggi ketika manusia ridha
kepada Rabb-nya (Tuhan-nya) dan Allah Swt. ridha
kepadanya (QS.58:23). Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat surgawi, ia menjadi kebal terhadap segala macam kelemahan akhlak, diperkuat dengan kekuatan ruhani yang khusus. Ia “manunggal” dengan Allah Swt. dan tidak
dapat hidup tanpa Dia. Di dunia
inilah dan bukan sesudah mati perubahan ruhani besar terjadi di dalam
dirinya, dan di dunia inilah dan bukan di tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk
ke surga.
Jadi, dalam
ketiga perumpamaan tersebut semuanya berhubungan dengan perempuan dan pernikahan yang melalui pernikahan tersebut
Allah Swt, mengembang-biakkan
umat manusia (QS.49:14). Hal tersebut mengandung makna bahwa pada dasarnya
sebagaimana dalam segi jasmani semua
manusia memerlukan pasangan agar
dapat berkembang biak, demikian pula halnya dalam masalah ruhani.
Pasangan ruhani
manusia yang berkedudukan sebagai suami
adalah para Rasul Allah, itulah
sebabnya Allah Swt. telah berfirman kepada Bani
Adam (umat mausia) mengenai kesinambungan
kedatangan para rasul Allah dan
pentingnya beriman kepada mereka:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ
اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ
سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ
یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ
عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾
وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا
بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ
اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas waktunya,
mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak pula
dapat memajukannya. Wahai
Bani Adam, jika datang
kepada kamu rasul-rasul
dari antara kamu yang menceritakan
Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa
bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka
dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang yang men-dustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka
kekal di dalamnya. (Al-‘Araf [7]:35-37).
Ayat وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ
-- “Dan orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka
kekal di dalamnya” sesuai dengan firman-Nya mengenai istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s.:
ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا
لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا
امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا
صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ
قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ
الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri
Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami
yang saleh, tetapi keduanya berbuat
khianat kepada kedua suami
mereka, maka mereka berdua
sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah,
dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At Tahrīm [66]:11).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar