بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 105
Pentingnya Berpegangteguh Pada
“Tali Allah” & Pengulangan “Masa Jahiliyah” di Akhir Zaman
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai
ayat وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ -- “dan ucapan salam mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera”, (QS.10:11), ayat
tersebut mengisyaratkan kepada kebersihan hati (jiwa) para penghuni
surga – bahkan calon para penghuni surga -- dari rasa dengki,
dendam serta berbagai penyakit hati lainnya yang
dimiliki oleh umumnya umat manusia di dunia, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ
نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ
ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا
لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ ہَدٰىنَا
اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ
تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا
بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, mereka inilah penghuni surga, mereka kekal
di dalamnya. Dan Kami mencabut
segala dendam yang ada di
dalam dada mereka. Di
bawah mereka mengalir sungai-sungai dan mereka berkata: ”Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga
ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya Allah tidak memberi kami petunjuk.
Sungguh benar-benar telah datang rasul-rasul Rabb
(Tuhan) kami dengan haq.” Dan akan diserukan
kepada mereka: “Inilah surga yang
diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:43-44).
Makna Ucapan “Salam” di Akhir Shalat
Anak kalimat sisipan لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَا -- Kami tidak membebani sesuatu jiwa di luar
kemampuannya, bertolak belakang dengan paham agama Kristen yang menyatakan bahwa dosa itu terpendam dalam fitrat
manusia -- sebagai dosa warisan akibat pelanggaran Adam dan Hawa di “Taman Eden” (Kejadian 2:8-25 &
3:1-24) -- maka upaya menghilangkan dosa itu berada di luar
jangkauan kekuasaan manusia, kecuali
harus ditebus dengan kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. di tiang salib (QS.4:158-159).
Ayat وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ -- “Dan Kami mencabut
segala dendam yang ada di
dalam dada mereka”, menyatakan bahwa
pada hakikatnya, kehidupan surgawi
dimulai sejak dari dunia ini juga
(QS.55:47) dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya
bebas dari rasa permusuhan, irihati (dengki), dendam-kesumat,
dan kegelisahan mental.
Mengisyaratkan kepada keadaan hati yang terbebas
dari berbagai “penyakit hati”
itulah ayat وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ --
“dan ucapan salam mereka
satu sama lain di dalamnya: “Selamat
sejahtera” (QS.10:11), dan itu
pulalah maksud (makna) ucapan salam
yang harus diucapkan orang-orang Islam pada akhir semua shalat yang dilakukannya sambil menengok
ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.
Sesuai dengan hal itu pulalah Nabi
Besar Muhammad saw. telah bersabda mengenai kriteria Muslim hakiki:
Sabda Rasulullah saw : “Orang Muslim yang baik adalah yang Muslim
lainnya aman dari ganguan ucapannya dan tangannya, dan orang yang Hijrah
(tergolong kelompok Muhajirin) adalah yang meninggalkan apa apa yang dilarang
Allah" (Shahih Bukhari).
Dalam makna inilah Allah Swt. dalam Al-Quran telah menyebut umat Islam sebagai “umat terbaik” yang dibangkitkan untuk kepentingan seluruh umat
manusia (QS.2:144; QS.3:111). Jadi, kembali kepada firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ یَہۡدِیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ بِاِیۡمَانِہِمۡ ۚ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ فِیۡ
جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ ﴿﴾ دَعۡوٰىہُمۡ فِیۡہَا سُبۡحٰنَکَ اللّٰہُمَّ وَ
تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ۚ وَ اٰخِرُ
دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ
رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka akan diberi petunjuk oleh Rabb (Tuhan) mereka karena
keimanan mereka. Di bawah
mereka mengalir sungai-sungai,
di dalam kebun-kebun kenikmatan. Seruan mereka di dalamnya: “Mahasuci Engkau, ya Allah!
Dan ucapan salam mereka
satu sama lain di dalamnya: “Selamat
sejahtera”, sedangkan akhir seruan
mereka: “Segala puji bagi Allah, Rabb
(Tuhan) seluruh alam.” (Yunus [10]:10-11).
Ayat ini menegaskan juga, bahwa kesudahan orang-orang yang beriman itu
senantiasa senang-bahagia. Mereka itu
melahirkan kegembiraannya dengan
menyanjung kemuliaan Allah Swt.
dengan puji-pujian-Nya: وَ اٰخِرُ دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ الۡحَمۡدُ
لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ
-- “dan akhir seruan mereka: “Segala
puji bagi Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam.”
Rasul Allah Sebagai “Tali
Pengikat Persaudaraan”
(Kesatuan dan persatuan Umat)
Kembali kepada firman Allah Swt.
sebelumnya mengenai pernyataan Allah
Swt. وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلّ
– “Dan Kami mencabut segala dendam yang ada di dalam dada mereka,” firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ
نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ
الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا
کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ
ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا
اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ
اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, mereka inilah penghuni surga, mereka kekal
di dalamnya. Dan Kami mencabut
segala dendam yang ada di dalam
dada mereka. Di
bawah mereka mengalir sungai-sungai dan mereka berkata: ”Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga
ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya Allah tidak memberi kami petunjuk.
Sungguh benar-benar telah datang rasul-rasul Rabb
(Tuhan) kami dengan haq.” Dan akan diserukan
kepada mereka: “Inilah surga yang
diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:43-44).
Ayat وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلّ
– “Dan Kami mencabut segala dendam yang ada di dalam dada mereka,” tersebut berhubungan erat dengan kalimat-kalimat selanjutnya, yakni تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ -- “Di bawah mereka mengalir
sungai-sungai” dan kalimat وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا
لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ
اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ --
“Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga ini, dan kami sekali-kali tidak akan
mendapat petunjuk seandainya Allah tidak
memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar
telah datang rasul-rasul Rabb (Tuhan) kami dengan haq.”
Ayat وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلّ
– “Dan Kami mencabut segala dendam yang ada di dalam dada mereka,” erat
hubungannya dengan firman Allah Swt. berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad
saw.:
وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ
اللّٰہَ اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan Dia
telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka, seandainya engkau membelanjakan yang ada di bumi ini
seluruhnya, engkau sekali-kali tidak akan dapat menanamkan
kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allah telah menanamkan
kecin-taan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Al-Anfāl [8]:64).
Rasul Allah Adalah “Tali
Allah” yang Terjulur dari Langit
Jadi, menurut ayat ini penyebab utama terjalinnya persaudaraan ruhani hakiki di kalangan bangsa Arab jahiliyah
menjadi “persaudaraan Muslim”
(QS.49:11) adalah keimanan kepada
Allah Swt. dan kepada Nabi Besar Muhammad saw., sehingga suku-suku bangsa Arab jahiliyah yang keadaannya terpecah-belah
bagaikan “tulang belulang berserakan”
(QS.17:50-53) -- akibat senantiasa terlibat dalam peperangan satu sama lain karena kedengkian dan dendam
terhadap satu sama lain -- hanya dalam waktu 23 tahun saja mereka telah
berubah menjadi “manusia-manusia malaikat” atau sebagai “umat terbaik” yang dijadikan untuk kepentingan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111).
Dalam rangka memperingatkan umat Islam kepada
kenyataan itulah, dalam Surah berikut ini Allah Swt. telah berfirman mengenai
pentingnya beriman dan berpegang-teguh
para “tali Allah”, yakni Rasul Allah yang kedatangannya
dijanjikan (QS.7:35-37; QS.61:2-10; QS.62:3-4), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ
مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ
اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا
تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan janganlah
sekali-kali kamu mati kecuali kamu
dalam keadaan berserah diri. Dan berpegangteguhlah kamu sekalian pada
tali Allah, dan janganlah kamu berpecah-belah, dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia menyatukan hati kamu dengan
kecintaan antara satu sama
lain maka dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara,
dan kamu dahulu berada di tepi jurang
Api lalu Dia menyelamatkan kamu darinya.
Demikianlah Allah menjelaskan
Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu
mendapat petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:103-104).
Masa “Jahiliyah” di Akhir Zaman
Ayat
وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ
مُّسۡلِمُوۡنَ -- “dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali
kamu dalam keadaan ber-serah diri”
berarti bahwa karena kedatangan
saat kematian tidak diketahui, maka orang-orang
beriman dapat berkeyakinan akan mati
dalam keadaan berserah diri kepada Allah Swt. sebagai Muslim hakiki ((Muslimūn), hanya jika keadaan umat
Islam senantiasa tetap dalam keadaan
menyerahkan diri kepada-Nya. Jadi
ungkapan itu mengandung arti bahwa orang-orang Islam harus senantiasa tetap
patuh kepada Allah Swt. dan Nabi
Besar Muhammad saw..
Habl dalam ayat وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا -- “Dan
berpegangteguhlah kamu
sekalian pada tali Allah”, berarti: seutas
tali atau pengikat yang dengan
itu sebuah benda diikat atau dikencangkan; suatu ikatan, suatu
perjanjian atau permufakatan; suatu kewajiban yang karenanya kita menjadi
bertanggung jawab untuk keselamatan seseorang atau suatu barang; persekutuan
dan perlindungan (Lexicon Lane).
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan
telah bersabda: “Kitab Allah itu tali Allah yang telah diulurkan dari langit ke bumi”
(Tafsir
Ibnu Jarir, IV, 30).
Makna ayat وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا — “dan janganlah kamu berpecah-belah”, sangat sukar
kita mendapatkan suatu kaum yang terpecah-belah lebih daripada orang-orang Arab sebelum kedatangan Nabi
Besar Muhammad saw. di tengah
mereka, tetapi dalam pada itu sejarah umat manusia tidak dapat mengemukakan
satu contoh pun ikatan persaudaraan penuh cinta yang menjadikan orang-orang Arab telah bersatu-padu, berkat ajaran dan teladan luhur lagi mulia
Junjungan Agung mereka Nabi Besar Muhammad saw.. Mengingatkan umumnya umat
Islam di Akhir Zaman ini kepada kenyataan itulah ayat selanjutnya:
وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ اِذۡ کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ
فَاَصۡبَحۡتُمۡ
بِنِعۡمَتِہٖۤ
اِخۡوَانًا
“...dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia menyatukan hati kamu dengan
kecintaan antara satu sama
lain maka dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara.”
Selanjutnya Allah Swt. mengingatkan وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا
حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا
-- “dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api lalu Dia
menyelamatkan kamu darinya.”
Kata-kata “di tepi jurang Api” berarti peperangan, saling membinasakan
yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan menghabiskan kaum pria mereka.
Hati yang
Semakin Keras
Apa yang diperingatkan Allah Swt. dalam Surah Ali ‘Imran ayat 103-104
tersebut kembali terjadi di Akhir Zaman ini, seakan-akan
yang saat ini terjadi di kawasan orang-orang
Muslim – baik itu di Afrika Utara,
di Jazirah Arabia, di Iran, di
Afghanistan mau pun di Pakistan --
seakan-akan “reinkarnasi” dari keadaan
zaman jahiliyah” di masa Nabi
Besar Muhammad saw., hanya bedanya keadaan bangsa
Arab, Iran, Afghanistan dan Pakistan
belum beragama Islam,
tetapi di Akhir Zaman ini mereka semua
umumnya telah menganut agama Islam dan semuanya mengaku sebagai Muslim,
hanya saja berbeda sekte dan firqah atau mazhab.
Oleh karena itu tidak keliru jika ada yang berpendapat, bahwa
“kejahiliyah” yang melanda umat
Islam di Akhir Zaman ini jauh lebih
buruk daripada kejahiliyah di
masa sebelum pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.30:42-QS.62:3-4), sebab pihak yang membunuh dan pihak yang dibunuh di Akhir
Zaman ini adalah sesama Muslim, sambil
kedua belah pihak dengan penuh semangat kebencian mengumandangkan ALLAHU AKBAR!
Pada hakikatnya semua keburukan tersebut terjadi karena di
dalam diri (hati) masing-masing pihak yang bertikai “persaudaraan Muslim” yang hakiki telah hilang,
dan yang ada adalah hati
yang keras disertai
rasa dengki dan dendam. Benarlah firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ
ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا
اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ
الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang
beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk
mengingat Allah dan mengingat
kebenaran yang telah turun kepada
mereka, dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab
sebelumnya, maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya.
Sungguh Kami telah menjelaskan
Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu
mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar