Kamis, 19 Desember 2013

Pentingnya Berpegangteguh Pada "Tali Allah" & Pengulangan "Masa Jahiliyah" di Akhir Zaman


   بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  105


Pentingnya Berpegangteguh Pada “Tali Allah”  &  Pengulangan “Masa Jahiliyah” di Akhir Zaman
  

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan    mengenai ayat  وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ   -- “dan ucapan salam mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera”, (QS.10:11), ayat tersebut  mengisyaratkan kepada kebersihan hati (jiwa)  para penghuni surga – bahkan calon para penghuni surga --  dari rasa dengki, dendam serta berbagai penyakit hati  lainnya yang  dimiliki oleh umumnya umat manusia di dunia, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ  الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ   فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ  اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang  yang beriman dan beramal saleh,   Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya,  mereka inilah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.   Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka.  Di bawah mereka  mengalir sungai-sungai dan mereka berkata: ”Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya  Allah tidak memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar  telah datang rasul-rasul  Rabb (Tuhan) kami dengan haq.” Dan akan diserukan kepada mereka: “Inilah surga yang diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:43-44).

Makna Ucapan “Salam” di Akhir Shalat

        Anak kalimat sisipan  لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَا  --  Kami tidak membebani sesuatu jiwa di luar kemampuannya, bertolak belakang dengan paham agama Kristen yang menyatakan bahwa dosa itu terpendam dalam fitrat manusia -- sebagai dosa warisan akibat  pelanggaran Adam dan Hawa  di “Taman Eden” (Kejadian 2:8-25 & 3:1-24) --  maka upaya menghilangkan dosa itu berada di luar jangkauan kekuasaan manusia, kecuali harus ditebus dengan kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib (QS.4:158-159).
 Ayat  وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ --  “Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka”,  menyatakan bahwa pada hakikatnya, kehidupan surgawi dimulai sejak dari dunia ini juga  (QS.55:47) dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya bebas dari rasa permusuhan, irihati (dengki),  dendam-kesumat, dan kegelisahan mental.
 Mengisyaratkan kepada keadaan hati yang  terbebas dari berbagai “penyakit hati” itulah  ayat    وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ   -- “dan ucapan salam mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera” (QS.10:11), dan   itu pulalah maksud (makna) ucapan salam   yang harus diucapkan  orang-orang Islam pada akhir semua  shalat yang dilakukannya    sambil menengok ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.
Sesuai dengan hal itu pulalah Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda mengenai kriteria Muslim   hakiki:
Sabda Rasulullah saw : “Orang Muslim yang baik adalah yang Muslim lainnya aman dari ganguan ucapannya dan tangannya, dan orang yang Hijrah (tergolong kelompok Muhajirin) adalah yang meninggalkan apa apa yang dilarang Allah"  (Shahih Bukhari).
Dalam makna inilah Allah Swt.  dalam Al-Quran telah menyebut umat Islam sebagai “umat terbaik” yang dibangkitkan untuk kepentingan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111). Jadi, kembali kepada firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ یَہۡدِیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ بِاِیۡمَانِہِمۡ ۚ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ  الۡاَنۡہٰرُ  فِیۡ  جَنّٰتِ  النَّعِیۡمِ ﴿﴾  دَعۡوٰىہُمۡ فِیۡہَا سُبۡحٰنَکَ اللّٰہُمَّ وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ۚ وَ اٰخِرُ  دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ  الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang  yang beriman dan beramal saleh, mereka akan diberi petunjuk oleh Rabb (Tuhan) mereka  karena  keimanan mereka. Di bawah mereka mengalir sungai-sungai, di dalam kebun-kebun kenikmatan.  Seruan mereka di dalamnya: “Mahasuci Engkau, ya  Allah! Dan ucapan salam mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera”, sedangkan  akhir seruan mereka: “Segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam.” (Yunus [10]:10-11). 
     Ayat ini menegaskan juga, bahwa kesudahan orang-orang yang beriman itu senantiasa senang-bahagia. Mereka itu melahirkan kegembiraannya dengan menyanjung kemuliaan  Allah Swt.  dengan puji-pujian-Nya: وَ اٰخِرُ  دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ  الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ -- “dan akhir seruan mereka: “Segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam.”

Rasul Allah  Sebagai “Tali Pengikat Persaudaraan
(Kesatuan dan persatuan Umat)

      Kembali kepada firman Allah Swt. sebelumnya mengenai  pernyataan Allah Swt.  وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلّ – “Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka,   firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ  الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ   فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ  اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang  yang beriman dan beramal saleh,   Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya,  mereka inilah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.   Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka.  Di bawah mereka  mengalir sungai-sungai dan mereka berkata: ”Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya  Allah tidak memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar  telah datang rasul-rasul  Rabb (Tuhan) kami dengan haq.” Dan akan diserukan kepada mereka: “Inilah surga yang diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:43-44).
        Ayat     وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلّ – “Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka,   tersebut  berhubungan erat dengan  kalimat-kalimat selanjutnya, yakni   تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ  --    Di bawah mereka  mengalir sungai-sungai” dan kalimat وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ  -- “Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga ini, dan kami  sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya  Allah tidak memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar  telah datang rasul-rasul  Rabb (Tuhan) kami dengan haq.”
       Ayat     وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلّ – “Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka,   erat hubungannya dengan firman Allah Swt. berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ  اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ  اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan  Dia telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka, seandainya engkau membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau  sekali-kali tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allah  telah menanamkan kecin-taan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Anfāl [8]:64).

Rasul Allah  Adalah “Tali Allah” yang  Terjulur dari Langit

       Jadi, menurut ayat ini penyebab utama  terjalinnya persaudaraan  ruhani hakiki  di kalangan bangsa Arab jahiliyah  menjadi “persaudaraan Muslim” (QS.49:11) adalah keimanan kepada Allah Swt. dan kepada Nabi Besar Muhammad saw., sehingga   suku-suku bangsa Arab jahiliyah yang keadaannya  terpecah-belah bagaikan “tulang belulang berserakan” (QS.17:50-53) --  akibat   senantiasa terlibat dalam peperangan satu sama lain karena  kedengkian  dan dendam  terhadap satu sama lain --  hanya dalam waktu 23 tahun saja mereka telah berubah menjadi “manusia-manusia malaikat  atau sebagai “umat terbaik” yang dijadikan untuk kepentingan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111).
      Dalam rangka memperingatkan umat Islam kepada  kenyataan itulah, dalam Surah berikut ini   Allah Swt. telah berfirman mengenai pentingnya   beriman dan berpegang-teguh para “tali Allah”, yakni Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37; QS.61:2-10; QS.62:3-4), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri.  Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali  Allah, dan janganlah kamu berpecah-belah,  dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:103-104). 

Masa “Jahiliyah” di Akhir Zaman

      Ayat  وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ -- “dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan ber-serah  diri  berarti bahwa  karena kedatangan saat kematian tidak diketahui,   maka orang-orang beriman dapat berkeyakinan akan mati dalam keadaan berserah  diri kepada Allah Swt.  sebagai Muslim hakiki ((Muslimūn),  hanya jika  keadaan umat Islam  senantiasa tetap dalam keadaan menyerahkan diri kepada-Nya. Jadi ungkapan itu mengandung arti bahwa  orang-orang Islam harus senantiasa tetap patuh kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw..
       Habl  dalam ayat   وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا  -- “Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali  Allah”,   berarti: seutas tali atau pengikat yang dengan itu sebuah benda diikat atau dikencangkan; suatu ikatan, suatu perjanjian atau permufakatan; suatu kewajiban yang karenanya kita menjadi bertanggung jawab untuk keselamatan seseorang atau suatu barang; persekutuan dan perlindungan (Lexicon Lane). Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan telah bersabda:  Kitab Allah itu tali Allah yang telah diulurkan dari langit ke bumi” (Tafsir Ibnu Jarir, IV, 30).
      Makna ayat   وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا            — “dan janganlah kamu berpecah-belah”,  sangat sukar kita mendapatkan suatu kaum yang terpecah-belah lebih daripada orang-orang Arab sebelum kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.  di tengah mereka, tetapi dalam pada itu sejarah umat manusia tidak dapat mengemukakan satu contoh pun ikatan persaudaraan penuh cinta yang menjadikan orang-orang Arab telah bersatu-padu, berkat ajaran dan teladan luhur lagi mulia Junjungan Agung mereka Nabi Besar Muhammad saw.. Mengingatkan umumnya  umat Islam di Akhir Zaman ini  kepada kenyataan itulah ayat selanjutnya:
وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا
“...dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara.”
      Selanjutnya Allah Swt. mengingatkan وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا  --  “dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya.”  Kata-kata “di tepi jurang Api” berarti peperangan, saling membinasakan yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan menghabiskan kaum pria mereka.

Hati yang Semakin Keras

      Apa yang diperingatkan Allah Swt. dalam Surah Ali ‘Imran ayat 103-104 tersebut  kembali terjadi di Akhir Zaman ini,  seakan-akan  yang saat ini terjadi di kawasan orang-orang Muslim – baik itu di  Afrika Utara, di Jazirah Arabia,  di Iran, di Afghanistan mau pun di Pakistan   -- seakan-akan “reinkarnasi” dari  keadaan  zaman jahiliyah” di masa Nabi Besar Muhammad saw., hanya bedanya keadaan bangsa Arab, Iran,   Afghanistan dan  Pakistan    belum beragama Islam, tetapi  di Akhir Zaman  ini mereka semua umumnya telah menganut agama Islam   dan semuanya mengaku sebagai Muslim,  hanya saja berbeda sekte dan firqah atau mazhab.
        Oleh karena itu tidak keliru jika ada yang berpendapat,  bahwa  “kejahiliyah” yang melanda umat Islam di Akhir Zaman ini  jauh lebih buruk daripada kejahiliyah di masa sebelum pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.30:42-QS.62:3-4), sebab pihak yang membunuh dan pihak yang dibunuh  di Akhir Zaman ini adalah sesama Muslim, sambil kedua belah pihak dengan penuh semangat kebencian mengumandangkan ALLAHU AKBAR!
      Pada hakikatnya semua keburukan tersebut terjadi karena di dalam   diri (hati) masing-masing pihak yang bertikai  persaudaraan Muslim” yang hakiki telah hilang,  dan yang ada adalah   hati  yang keras  disertai  rasa dengki dan dendam.    Benarlah firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?   Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***
Pajajaran Anyar,  4 Desember       2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar