بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 110
Doa Buruk Abu Jahal Sebelum
Perang Badar & Makna
Terpenggalnya ‘Anāq (Leher-leher) dan Banān (Jari-jari Tangan) Orang-orang Kafir
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai tekad membaja yang timbul dalam hati orang-orang
Islam, dan rasa takut yang
timbul di kalangan pasukan kafir Quraisy Mekkah – termasuk Suraqah
bin Malik yang dalam QS.8:49
disebut “syaitan” -- adalah karena Allah Swt. telah memerintahkan para malaikat-Nya
untuk melaksanakan hal tersebut, firman-Nya:
اِذۡ تَسۡتَغِیۡثُوۡنَ رَبَّکُمۡ
فَاسۡتَجَابَ لَکُمۡ اَنِّیۡ مُمِدُّکُمۡ بِاَلۡفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ مُرۡدِفِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا جَعَلَہُ اللّٰہُ اِلَّا بُشۡرٰی وَ لِتَطۡمَئِنَّ بِہٖ
قُلُوۡبُکُمۡ ۚ وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan ingatlah
ketika kamu
memohon pertolongan kepada Rabb
(Tuhan) kamu, lalu Dia mengabulkan doa kamu: “Sesungguhnya Aku
akan membantu kamu dengan seribu malaikat beriringan.” Tetapi Allah
sekali-kali tidak menjadikan
hal itu melainkan sebagai kabar
gembira dan supaya hati kamu tenteram karenanya. Dan sekali-kali tidak
ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Al-Anfāl [8]:10-11).
Para malaikat
membantu kaum Muslimin, yakni di satu pihak dengan meneguhkan hati mereka, dan di pihak lain dengan meresapi hati musuh-musuh dengan rasa gentar dan takut. Jika Allah Swt. menghendaki, seorang malaikat
pun cukup untuk menolong kaum Muslimin pada Perang Badar, tetapi Allah Swt. menjanjikan
akan mengirimkan sebanyak 1000 malaikat.
Kabar Gembira
Hal itu merupakan isyarat tersembunyi
bahwa sejumlah besar kekuatan-alam
bekerja menolong mereka. Baik dicatat
sambil lalu, bahwa beberapa orang beriman dan begitu pula
beberapa orang kafir, menurut riwayat, sungguh-sungguh telah melihat para malaikat dalam Perang Badar (Tafsir Ibnu Jarir, IV, 47).
Jadi, penyebutan jumlah 1000 malaikat lebih bersifat memberikan kabar bahwa jumlah pasukan kaum kafir Quraisy adalah sebanyak 1000 orang, dan bahwa
sejumlah besar kekuatan-kekuatan alam akan
mendukung perjuangan suci Nabi Besar Muhammad saw. yang jumlahnya hanya 313 orang Muslim saja, dengan perlengkapan perang yang sangat sederhana, karena memang yang sebenarnya menjadi tujuan
mereka adalah rombongan kafilah kaum Quraisy Mekkah yang pengawalannya tidak begitu kuat (QS.8:6-9).
Tetapi Allah Swt. memiliki tujuan lain, yaitu telah membuat
rombongan umat Islam pimpinan Nabi
Besar Muhammad saw. harus berhadapan dengan pasukan kaum kafir Quraisy yang
bukan saja jumlahnya jauh lebih
banyak tetapi juga pasukan tersebut dipersenjatai secara lengkap, karena tujuan mereka adalah untuk menghabisi Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, firman-Nya:
کَمَاۤ
اَخۡرَجَکَ رَبُّکَ مِنۡۢ بَیۡتِکَ بِالۡحَقِّ ۪ وَ اِنَّ فَرِیۡقًا مِّنَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ لَکٰرِہُوۡنَ ۙ﴿﴾
Hal itu karena Rabb
(Tuhan) engkau telah mengeluarkan engkau
dari rumah engkau untuk tujuan yang
haq, padahal sesungguhnya
segolongan dari orang-orang beriman tidak menyukainya.
(Al-Anfāl [8]:6).
Kata kamā yang biasanya berarti “seperti” atau “bagaikan”, adakalanya
dipergunakan pula dalam artian “karena,” “oleh karena” atau “sebab” (Al-Bahrul-Muhith). Jika kata ini
diartikan menurut artinya yang lazim, yaitu “seperti” maka ayat itu dapat
diterjemahkan demikian: “Tuhan memberi kemenangan dan rampasan perang kepada
hamba-hamba-Nya serta menganugerahkan kepada mereka rezeki yang mulia seperti
dilakukan-Nya, ketika Dia membawa engkau keluar dari rumah engkau untuk tujuan
yang haq….” dan seterusnya. Bil haqqi berarti, untuk suatu tujuan
yang benar. Ayat ini bertalian dengan Perang
Badar.
Ketika
orang-orang Islam bergerak dari Medinah, mereka berangkat tanpa mengadakan
persiapan semestinya untuk berperang, sebab mereka tidak mengetahui bahwa
mereka harus berperang dengan satu lasykar Mekkah yang mempunyai perlengkapan perang yang sangat baik.
Oleh karena itu ketika di tengah perjalanan mereka mengetahui bahwa mereka
harus berperang dengan lasykar Mekkah, mereka dengan cemas bertanya kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengapa beliau saw. tidak memberitahukan
kepada mereka keadaan sebenarnya, agar mereka datang dengan mengadakan persiapan yang sempurna dalam menghadapi
musuh.
Penggenapan Keputusan
Allah Swt. &
Doa Buruk Abu Jahal Dalam perang
Badar
Dengan demikian jelaslah bahwa kekhawatiran
mereka bukan mengenai diri mereka sendiri, melainkan demi keselamatan Nabi Besar
Muhammad saw.. Dalam keadaan tidak
siap-sedia itu mereka tidak suka
menghadapkan beliau saw. kepada bahaya. Hal ini jelas dari bagian ayat: کَمَاۤ اَخۡرَجَکَ رَبُّکَ مِنۡۢ بَیۡتِکَ بِالۡحَقِّ ۪ “mengeluarkan engkau…..” dan bukan
“mengeluarkan kamu sekalian,” yang menunjukkan bahwa Allah Swt. tidak akan membiarkan Nabi Besar
Muhammad saw. tidak
terlindung.
Nabi Besar Muhammad saw. tidak memberitahukan orang-orang beriman
mengenai akan terjadinya pertempuran
dengan lasykar Mekkah, adalah karena mematuhi perintah Allah Swt. yang berkehendak
untuk melaksanakan keputusan-Nya
(takdir-Nya) melalui Perang Badar بِالۡحَقِّ --
“untuk tujuan yang haq.”
Jadi, orang-orang Islam tidak takut berperang, melainkan mereka merasa enggan berperang karena mereka tidak suka menumpahkan darah manusia, dan juga karena boleh jadi akan membahayakan wujud Nabi Besar Muhammad saw., itulah makna ayat
selanjutnya وَ اِنَّ فَرِیۡقًا مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ
لَکٰرِہُوۡنَ – “padahal
sesungguhnya segolongan dari orang-orang beriman tidak menyukainya.”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai orang-orang kafir Quraisy
Mekkah pimpinan Abu Jahal, yang segera berangkat meninggalkan Mekkah
setelah mendapat jaminan dan hasutan dari Suraqah bin Malik bin Jusyam bahwa ia dan sukunya tidak akan menyerang Mekkah:
یُجَادِلُوۡنَکَ
فِی الۡحَقِّ بَعۡدَ مَا تَبَیَّنَ کَاَنَّمَا یُسَاقُوۡنَ اِلَی الۡمَوۡتِ وَ
ہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ ؕ﴿ ﴾
Mereka berbantah
dengan engkau mengenai haq setelah haq
itu menjadi nyata, seolah-olah mereka digiring menuju kematian dan mereka benar-benar melihatnya. (Al-Anfāl
[8]:7).
Seperti dengan keliru dianggap oleh sementara ahli tafsir,
ayat ini bukan bertalian dengan orang-orang Islam, melainkan bertalian dengan kaum kafir yang membantah al-haq (kebenaran) Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran. Sebab tidak ada bukti sedikit pun dalam
sejarah yang menunjukkan bahwa sahabat-sahabat
Nabi Besar Muhammad saw. pernah berbantah
dengan beliau saw. mengenai soal memerangi
musuh.
Sebaliknya, telah diriwayatkan bahwa
ketika menjelang Perang Badar beliau
saw. meminta saran dari mereka,
semuanya tidak hanya mengemukakan kesediaan
mereka sepenuhnya bahkan menyatakan keinginan
mereka yang sangat untuk menyertai
beliau saw. memerangi musuh ke mana
pun mereka akan dibawa beliau saw. (Hisyam).
Bahkan, orang-orang kafir yang tampil ke depan melawan orang-orang
Islam pun telah mengakui bahwa orang-orang Islam menjelang terjadinya Perang Badar nampak seperti “orang-orang
yang mencari mati” di medan pertempuran.
Ketika Suraqah bin Malik bin Jusyam
menyaksikan tekad membaja
orang-orang Islam pada waktu Perang Badar maka rasa takut menguasai dirinya, sebab
setelah melihat mereka ia memperoleh keyakinan
bahwa tekad orang-orang Islam adalah menang atau mati. Persis demikianlah dirasakan oleh Utbah dan Umair pada Hari Badar dan ia memberitahukan kepada
orang-orang Mekkah, bahwa orang-orang
Islam nampaknya “seperti orang-orang
yang mencari kematian” (Thabari).
Doa Buruk Abu Jahal Sebelum Perang Badar
Jadi, ayat tersebut (QS.8:7) hanya
berarti bahwa oleh karena musuh-musuh Islam membenci haq (kebenaran), karena itu sebagaimana lazimnya orang-orang yang membenci kematian maka sebagai akibatnya mereka akan dihukum dengan kematian pula dalam Perang Badar, sebagaimana doa
buruk Abu Jahal menjelang terjadinya Perang Badar, firman-Nya:
وَ اِذۡ
قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ
ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ
السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا لَہُمۡ
اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ وَ
ہُمۡ یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ
الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ ؕ اِنۡ اَوۡلِیَآؤُہٗۤ اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika mereka berkata: “Ya Allah, jika
Al-Quran ini sungguh kebenaran
dari Engkau maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”
Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama eng-kau berada di tengah-tengah mereka,
dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun. Dan mengapa Allah tidak akan mengazab mereka,
sedangkan mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam,
dan mereka sekali-kali bukanlah
orang-orang yang berhak melindunginya? Tidak lain yang
berhak melindunginya melain-kan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Anfāl
[8]:33-35).
Ayat وَ اِذۡ قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ
فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ
اَلِیۡمٍ --
“Dan ingatlah ketika mereka berkata: Ya Allah, jika Al-Quran ini benar-benar kebenaran dari Engkau maka hujanilah kami dengan batu dari
langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih”, kira-kira seperti
kata-kata itu jugalah Abu Jahal
mendoa di medan Perang Badar (Bukhari
— Kitab Tafsir). Doa itu dikabulkan
secara harfiah. Abu Jahal bersama 7
pemimpin Quraisy yang lain, terbunuh
dan mayat-ayat mereka dilemparkan ke
dalam sebuah lubang.
Ayat selanjutnya وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ -- “Tetapi Allah sekali-kali tidak akan
mengazab mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka”, kenyataan
membuktikan bahwa orang-orang kafir
Mekkah mendapat hukuman setelah Nabi Besar Muhammad saw. meninggalkan Mekkah (QS.8:31).
Dari ayat tersebut diketahui bahwa Rasul-rasul
Allah berfungsi semacam perisai
terhadap hukuman-hukuman dari langit, jadi jika manusia mendustakan serta menentang para Rasul Allah bererti mereka secara sadar telah mengundang
turunnya azab Ilahi (QS.6:132;
QS.11:118; QS.17:16; QS.20:135; QS.26:209; QS.28:60). Sunnatullah tersebut berlaku juga di Akhir Zaman ini.
Ketetapan Takdir Allah Swt. Dalam
Perang Badar
Ayat selanjutnya menjelaskan mengenai peran
dan kehendak Allah Swt. dalam
terjadinya Perang Badar, firman-Nya:
وَ اِذۡ یَعِدُکُمُ اللّٰہُ
اِحۡدَی الطَّآئِفَتَیۡنِ اَنَّہَا لَکُمۡ وَ تَوَدُّوۡنَ اَنَّ غَیۡرَ ذَاتِ
الشَّوۡکَۃِ تَکُوۡنُ لَکُمۡ وَ
یُرِیۡدُ اللّٰہُ اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ بِکَلِمٰتِہٖ وَ
یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ ۙ﴿﴾ لِیُحِقَّ الۡحَقَّ وَ یُبۡطِلَ الۡبَاطِلَ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ۚ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah menjanjikan kepada kamu bahwa salah satu dari kedua golongan itu untuk kamu sedangkan kamu menginginkan supaya golongan yang
tidak bersenjata itulah untuk kamu, sedangkan Allah
menghendaki menegakkan yang haq dengan firman-firman-Nya
dan memotong orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya., supaya Dia menegakkan yang haq dan menghapuskan yang batil, walaupun orang-orang yang berdosa tidak menyukainya.
(Al-Anfāl
[8]:8-9).
Perkataan “kedua golongan”
mengisyaratkan kepada (1) lasykar Mekkah
yang telah datang dengan perlengkapan
perangnya yang sangat baik dan dengan penuh kesiapan untuk berperang dengan
orang-orang Islam, dan (2) rombongan kafilah
orang-orang Mekkah yang tengah berada dalam perjalanan kembali dari utara dan
menuju ke Mekkah serta mempunyai perlengkapan senjata yang ringan.
Dengan sendirinya orang-orang Islam ingin menghadapi kafilah yang mempunyai persenjataan
yang ringan, tetapi rencana Allah Swt. yaitu membuat orang-orang Islam berhadapan dengan lasykar Mekkah yang lengkap persenjataannya.
Tujuan Allah Swt. dalam berbuat demikian ialah
untuk وَ یُرِیۡدُ اللّٰہُ
اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ بِکَلِمٰتِہٖ وَ یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ -- dan
Allah berkehendak menegakkan kebenaran dengan
firman-firman-Nya dan melumpuhkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya.” Lihat pula QS.3:14 dan QS.8:42-45. Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
اِذۡ تَسۡتَغِیۡثُوۡنَ رَبَّکُمۡ
فَاسۡتَجَابَ لَکُمۡ اَنِّیۡ مُمِدُّکُمۡ بِاَلۡفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ مُرۡدِفِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا جَعَلَہُ اللّٰہُ اِلَّا بُشۡرٰی وَ لِتَطۡمَئِنَّ بِہٖ
قُلُوۡبُکُمۡ ۚ وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿٪ ﴾
Dan ingatlah
ketika kamu
memohon pertolongan kepada Rabb
(Tuhan) kamu, lalu Dia mengabulkan doa
kamu: “Sesungguhnya Aku akan
membantu kamu dengan seribu malaikat
beriringan.” Tetapi Allah sekali-kali tidak menjadikan hal itu
melainkan sebagai kabar gembira dan supaya
hati kamu tenteram karenanya. Dan sekali-kali
tidak ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Anfāl
[8]:10-11).
Hujan Pembawa Rahmat Ilahi Dalam Perang
Badar &
Makna Terputusnya “Leher”
dan “Jari Tangan”
Penjelasan ayat-ayat ini telah diterangkan
di awal Bab ini, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِذۡ یُغَشِّیۡکُمُ النُّعَاسَ
اَمَنَۃً مِّنۡہُ وَ یُنَزِّلُ عَلَیۡکُمۡ مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً لِّیُطَہِّرَکُمۡ بِہٖ وَ یُذۡہِبَ عَنۡکُمۡ
رِجۡزَ الشَّیۡطٰنِ وَ لِیَرۡبِطَ عَلٰی قُلُوۡبِکُمۡ وَ یُثَبِّتَ بِہِ الۡاَقۡدَامَ ﴿ؕ﴾
Tanda
ketentraman adalah ketika Dia
mendatangkan kantuk kepada kamu sebagai rasa aman dari-Nya, dan Dia menurunkan air untuk kamu dari awan
supaya Dia mensucikan kamu dengannya dan
menghilangkan dari kamu kekotoran syaitan, dan supaya Dia menguatkan hati kamu dan meneguhkan
langkah-langkah kamu dengan itu. (Al-Anfāl [8]:12).
Kata syaithan dalam
ayat وَ یُذۡہِبَ عَنۡکُمۡ رِجۡزَ الشَّیۡطٰنِ
-- “dan supaya menghilangkan dari kamu kekotoran syaitan”
dapat pula berarti derita yang sangat
dirasakan waktu haus dan disebut syaithan
al-falāt yaitu setan gurun. Dalam
Perang Badar pihak musuh telah
menguasai sumber air, dan dengan
sendirinya orang-orang Islam takut
bahwa kekurangan air akan dapat
menjadi sumber penderitaan besar bagi
mereka.
Orang-orang Islam terpaksa berkemah di
tempat berpasir, sedangkan sebelumnya
lasykar kaum kafir Mekkah berkemah di tanah yang keras. Tetapi hujan yang dengan takdir
khas Allah Swt. turun tepat pada waktunya telah membuat tempat orang-orang Islam menjadi keras lagi padat, sedangkan tempat
orang-orang kafir menjadi licin,
itulah makna ayat selanjutnya وَ لِیَرۡبِطَ عَلٰی قُلُوۡبِکُمۡ وَ یُثَبِّتَ
بِہِ الۡاَقۡدَامَ --
“dan supaya Dia menguatkan hati
kamu dan meneguhkan langkah-langkah
kamu dengan itu”.
Ayat selanjutnya mengisyaratkan kepada terbunuhnya
Abu Jahal dan 7 orang pemimpin orang-orang kafir Mekkah lainnya dalam perang Badar – yang diisyaratkan
terpenggalnya leher-leher (‘anāq) mereka, Abu Lahab mati di Mekkah
ketika mendengar berita kekalahan tragis kaumnya dalam perang Badar;
sedangkan terpotongnya "jari-jari tangan" mengisyaratkan atau
maknanya terbunuhnya serta
tertawannya puluhan para prajurit kafir lainnya, firman-Nya:
اِذۡ یُوۡحِیۡ رَبُّکَ اِلَی
الۡمَلٰٓئِکَۃِ اَنِّیۡ مَعَکُمۡ فَثَبِّتُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ سَاُلۡقِیۡ
فِیۡ قُلُوۡبِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوا
الرُّعۡبَ فَاضۡرِبُوۡا فَوۡقَ الۡاَعۡنَاقِ وَ اضۡرِبُوۡا مِنۡہُمۡ کُلَّ
بَنَانٍ ﴿ؕ﴾
ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ شَآقُّوا
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ
یُّشَاقِقِ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ فَاِنَّ
اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ
﴿﴾ذٰلِکُمۡ فَذُوۡقُوۡہُ وَ اَنَّ
لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾
Ketika Rabb (Tuhan) engkau mewahyukan kepada malaikat-malaikat:
“Sesungguhnya Aku beserta kamu, maka
teguhkanlah orang-orang yang beriman.
Aku akan memasukkan rasa takut ke dalam
hati orang-orang kafir, maka pukullah
pada leher mereka dan
pukullah pada tiap ruas jari mereka.” Hal demikian itu karena sesungguhnya
mereka telah menentang Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya pembalasan
Allah sangat keras. Itulah
hukuman bagi kamu, maka rasakanlah
itu, dan sesungguhnya bagi orang-orang
kafir tersedia siksaan Api. (Al-Anfāl
[8]:13-15).
‘Anaq adalah bagian atas leher yang letaknya persis di bawah
kepala dan dianggap tempat paling empuk untuk mendaratkan tebasan pedang dengan telak. Dalam arti kiasan maknanya sama dengan wujuh (wajah-wajah)
yaitu para pemimpin kaum (QS.34:32-37).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 9 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar