Sabtu, 28 Desember 2013

Doa Buruk Abu jahal Sebelum Perang Badar & Makna Terpenggalnya "'Anaaq" (Leher-leher) dan "Banaan" (Jari-jari Tangan) Orang-orang Kafir)

 
 
  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  110

Doa Buruk Abu Jahal Sebelum  Perang Badar & Makna  Terpenggalnya ‘Anāq  (Leher-leher) dan Banān (Jari-jari Tangan) Orang-orang Kafir 
  
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai    tekad membaja yang timbul dalam hati orang-orang Islam,  dan rasa takut yang timbul di kalangan pasukan kafir Quraisy Mekkah – termasuk Suraqah bin Malik   yang dalam QS.8:49 disebut “syaitan” -- adalah karena Allah Swt. telah memerintahkan para malaikat-Nya untuk melaksanakan hal tersebut, firman-Nya:
اِذۡ تَسۡتَغِیۡثُوۡنَ رَبَّکُمۡ فَاسۡتَجَابَ لَکُمۡ اَنِّیۡ مُمِدُّکُمۡ بِاَلۡفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  مُرۡدِفِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَا جَعَلَہُ اللّٰہُ  اِلَّا بُشۡرٰی وَ لِتَطۡمَئِنَّ بِہٖ قُلُوۡبُکُمۡ ۚ وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan ingatlah  ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb (Tuhan) kamu,  lalu Dia mengabulkan doa kamu: “Sesungguhnya Aku akan membantu  kamu dengan seribu  malaikat beriringan.”  Tetapi Allah sekali-kali  tidak menjadikan hal itu melainkan sebagai kabar gembira dan supaya  hati kamu tenteram  karenanya. Dan sekali-kali  tidak ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Anfāl [8]:10-11).
     Para malaikat membantu kaum Muslimin, yakni di satu pihak dengan meneguhkan hati mereka, dan di pihak lain dengan meresapi hati musuh-musuh dengan rasa gentar dan takut. Jika  Allah Swt.   menghendaki, seorang malaikat  pun  cukup untuk menolong kaum Muslimin pada Perang Badar, tetapi Allah Swt.  menjanjikan akan mengirimkan sebanyak 1000  malaikat.

Kabar Gembira   

     Hal itu merupakan isyarat tersembunyi bahwa sejumlah besar kekuatan-alam bekerja menolong mereka. Baik dicatat sambil lalu,  bahwa  beberapa orang beriman dan begitu pula beberapa orang kafir, menurut riwayat, sungguh-sungguh telah melihat para malaikat dalam Perang Badar (Tafsir Ibnu Jarir, IV, 47).
      Jadi, penyebutan jumlah 1000 malaikat  lebih bersifat  memberikan kabar bahwa jumlah pasukan kaum kafir Quraisy   adalah sebanyak 1000 orang, dan bahwa sejumlah besar kekuatan-kekuatan alam akan  mendukung perjuangan suci Nabi Besar Muhammad saw. yang  jumlahnya hanya  313 orang Muslim  saja, dengan perlengkapan perang yang sangat sederhana,  karena memang yang sebenarnya menjadi tujuan mereka adalah rombongan kafilah kaum Quraisy Mekkah yang pengawalannya tidak begitu kuat (QS.8:6-9).
       Tetapi Allah Swt. memiliki tujuan lain, yaitu telah membuat rombongan umat Islam pimpinan Nabi Besar Muhammad saw. harus berhadapan dengan pasukan kaum kafir Quraisy yang bukan saja jumlahnya jauh lebih banyak  tetapi juga pasukan tersebut dipersenjatai secara lengkap,  karena tujuan mereka  adalah untuk menghabisi Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, firman-Nya:
کَمَاۤ اَخۡرَجَکَ رَبُّکَ مِنۡۢ بَیۡتِکَ بِالۡحَقِّ ۪ وَ اِنَّ فَرِیۡقًا مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ لَکٰرِہُوۡنَ ۙ﴿﴾
Hal itu karena  Rabb (Tuhan) engkau telah mengeluarkan engkau dari rumah engkau untuk tujuan yang haq,  padahal sesungguhnya segolongan dari  orang-orang beriman tidak menyukainya. (Al-Anfāl [8]:6).
    Kata kamā yang biasanya berarti “seperti” atau “bagaikan”, adakalanya dipergunakan pula dalam artian “karena,” “oleh karena” atau “sebab” (Al-Bahrul-Muhith). Jika kata ini diartikan menurut artinya yang lazim, yaitu “seperti” maka ayat itu dapat diterjemahkan demikian: “Tuhan memberi kemenangan dan rampasan perang kepada hamba-hamba-Nya serta menganugerahkan kepada mereka rezeki yang mulia seperti dilakukan-Nya, ketika Dia membawa engkau keluar dari rumah engkau untuk tujuan yang haq….”  dan seterusnya.  Bil haqqi berarti, untuk suatu tujuan yang benar. Ayat ini bertalian dengan Perang Badar.
      Ketika orang-orang Islam bergerak dari Medinah, mereka berangkat tanpa mengadakan persiapan semestinya untuk berperang, sebab mereka tidak mengetahui bahwa mereka harus berperang dengan satu lasykar Mekkah yang mempunyai perlengkapan perang yang sangat baik.
     Oleh karena itu ketika di tengah perjalanan mereka mengetahui bahwa mereka harus berperang dengan lasykar Mekkah, mereka dengan cemas bertanya kepada Nabi Besar Muhammad saw.  mengapa beliau saw. tidak memberitahukan kepada mereka keadaan sebenarnya, agar mereka datang dengan mengadakan persiapan yang sempurna dalam menghadapi musuh.

Penggenapan  Keputusan Allah Swt. &
Doa Buruk Abu Jahal Dalam perang Badar

     Dengan demikian jelaslah bahwa kekhawatiran mereka bukan mengenai diri mereka sendiri, melainkan demi keselamatan  Nabi Besar Muhammad saw.. Dalam keadaan tidak siap-sedia itu  mereka tidak suka menghadapkan beliau saw. kepada bahaya. Hal ini jelas dari bagian ayat:  کَمَاۤ اَخۡرَجَکَ رَبُّکَ مِنۡۢ بَیۡتِکَ بِالۡحَقِّ ۪   “mengeluarkan engkau…..” dan bukan “mengeluarkan kamu sekalian,” yang menunjukkan bahwa Allah Swt.  tidak akan membiarkan Nabi Besar Muhammad saw.  tidak terlindung.
     Nabi Besar Muhammad saw.   tidak memberitahukan orang-orang beriman mengenai akan terjadinya pertempuran dengan lasykar Mekkah, adalah  karena mematuhi perintah Allah Swt. yang berkehendak untuk melaksanakan keputusan-Nya (takdir-Nya) melalui Perang Badar  بِالۡحَقِّ   --    “untuk tujuan yang haq.
     Jadi, orang-orang Islam tidak takut berperang, melainkan mereka merasa enggan berperang karena mereka tidak suka menumpahkan darah manusia, dan juga karena boleh jadi akan membahayakan wujud  Nabi Besar Muhammad saw., itulah makna ayat selanjutnya  وَ اِنَّ فَرِیۡقًا مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ لَکٰرِہُوۡنَ – “padahal sesungguhnya segolongan dari  orang-orang beriman tidak menyukainya.
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai orang-orang kafir Quraisy Mekkah pimpinan Abu Jahal,  yang segera berangkat meninggalkan Mekkah setelah  mendapat jaminan dan hasutan dari Suraqah bin Malik bin Jusyam bahwa ia  dan sukunya tidak akan  menyerang Mekkah:
یُجَادِلُوۡنَکَ فِی الۡحَقِّ بَعۡدَ مَا تَبَیَّنَ کَاَنَّمَا یُسَاقُوۡنَ اِلَی الۡمَوۡتِ وَ ہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ ؕ﴿ ﴾
Mereka  berbantah dengan engkau mengenai haq setelah haq itu menjadi nyata, seolah-olah mereka digiring menuju kematian dan mereka benar-benar melihatnya. (Al-Anfāl [8]:7).
      Seperti dengan keliru  dianggap oleh sementara ahli tafsir, ayat   ini bukan bertalian dengan orang-orang Islam,  melainkan bertalian dengan kaum kafir yang membantah al-haq (kebenaran)  Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran.  Sebab tidak ada bukti sedikit pun dalam sejarah yang menunjukkan bahwa sahabat-sahabat Nabi Besar Muhammad saw. pernah berbantah dengan beliau saw. mengenai soal memerangi musuh.
       Sebaliknya,  telah diriwayatkan bahwa ketika menjelang Perang Badar beliau saw. meminta saran dari mereka, semuanya tidak hanya mengemukakan kesediaan mereka sepenuhnya bahkan menyatakan keinginan mereka yang sangat untuk menyertai beliau saw. memerangi musuh ke mana pun mereka akan dibawa beliau saw. (Hisyam). Bahkan, orang-orang kafir   yang tampil ke depan melawan orang-orang Islam  pun telah mengakui bahwa orang-orang Islam  menjelang terjadinya Perang Badar nampak seperti “orang-orang yang mencari mati” di medan pertempuran.  
        Ketika Suraqah bin Malik bin Jusyam  menyaksikan tekad membaja orang-orang Islam pada waktu  Perang Badar maka rasa takut menguasai dirinya, sebab  setelah melihat mereka ia memperoleh keyakinan bahwa tekad  orang-orang Islam  adalah menang atau mati. Persis demikianlah dirasakan oleh Utbah dan Umair pada Hari Badar dan ia memberitahukan kepada orang-orang Mekkah, bahwa orang-orang Islam nampaknya “seperti orang-orang yang mencari kematian” (Thabari).

Doa Buruk Abu Jahal  Sebelum  Perang Badar

      Jadi, ayat tersebut (QS.8:7)  hanya berarti bahwa oleh karena musuh-musuh Islam membenci haq (kebenaran), karena itu sebagaimana lazimnya orang-orang yang membenci kematian  maka sebagai akibatnya mereka akan dihukum dengan kematian  pula dalam Perang Badar, sebagaimana doa buruk Abu Jahal menjelang terjadinya Perang Badar, firman-Nya:
وَ  اِذۡ  قَالُوا اللّٰہُمَّ  اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیُعَذِّبَہُمۡ  وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَا لَہُمۡ  اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ  وَ ہُمۡ  یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ ؕ اِنۡ  اَوۡلِیَآؤُہٗۤ  اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika mereka berkata: “Ya Allah, jika  Al-Quran ini  sungguh  kebenaran dari Engkau  maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”  Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama eng-kau berada di tengah-tengah mereka,  dan  Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan  mereka  meminta ampun.  Dan  mengapa  Allah tidak akan mengazab mereka, sedangkan  mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam, dan mereka sekali-kali bukanlah orang-orang yang berhak melindunginya?  Tidak lain  yang berhak melindunginya  melain-kan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Anfāl [8]:33-35).
        Ayat    وَ  اِذۡ  قَالُوا اللّٰہُمَّ  اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ  --   “Dan ingatlah ketika mereka berkata: Ya Allah, jika  Al-Quran ini  benar-benar kebenaran dari Engkau  maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih”, kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan Perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa itu dikabulkan secara harfiah. Abu Jahal bersama 7 pemimpin Quraisy yang lain, terbunuh dan mayat-ayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
     Ayat  selanjutnya    وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیُعَذِّبَہُمۡ  وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ  -- “Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka”, kenyataan membuktikan bahwa orang-orang kafir Mekkah mendapat hukuman setelah  Nabi Besar Muhammad saw.  meninggalkan Mekkah (QS.8:31).
       Dari ayat  tersebut diketahui bahwa Rasul-rasul  Allah berfungsi semacam perisai terhadap hukuman-hukuman dari langit, jadi jika manusia mendustakan serta menentang para Rasul Allah    bererti mereka secara sadar telah mengundang turunnya azab Ilahi (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16; QS.20:135; QS.26:209; QS.28:60). Sunnatullah tersebut berlaku juga di Akhir Zaman ini.

Ketetapan Takdir Allah Swt.  Dalam Perang Badar

      Ayat selanjutnya menjelaskan mengenai peran dan kehendak Allah Swt. dalam terjadinya Perang Badar, firman-Nya:
وَ اِذۡ یَعِدُکُمُ اللّٰہُ اِحۡدَی الطَّآئِفَتَیۡنِ اَنَّہَا لَکُمۡ وَ تَوَدُّوۡنَ اَنَّ غَیۡرَ ذَاتِ الشَّوۡکَۃِ تَکُوۡنُ لَکُمۡ  وَ یُرِیۡدُ  اللّٰہُ  اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ بِکَلِمٰتِہٖ وَ یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ ۙ﴿﴾   لِیُحِقَّ الۡحَقَّ وَ یُبۡطِلَ الۡبَاطِلَ وَ لَوۡ  کَرِہَ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ۚ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Allah  menjanjikan kepada kamu bahwa salah satu dari kedua golongan  itu untuk kamu sedangkan kamu menginginkan supaya golongan yang tidak bersenjata itulah untuk kamu, sedangkan  Allah menghendaki menegakkan yang haq dengan firman-firman-Nya dan memotong  orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya., supaya Dia menegakkan yang haq dan menghapuskan yang batil, walaupun orang-orang yang berdosa tidak menyukainya. (Al-Anfāl [8]:8-9). 
      Perkataan “kedua golongan” mengisyaratkan kepada (1) lasykar Mekkah yang telah datang dengan perlengkapan perangnya yang sangat baik dan dengan penuh kesiapan untuk berperang dengan orang-orang Islam, dan (2) rombongan kafilah orang-orang Mekkah yang tengah berada dalam perjalanan kembali dari utara dan menuju ke Mekkah serta mempunyai perlengkapan senjata yang ringan.
       Dengan sendirinya orang-orang Islam ingin menghadapi kafilah yang mempunyai persenjataan yang ringan, tetapi rencana  Allah Swt.  yaitu membuat orang-orang Islam berhadapan dengan lasykar Mekkah yang lengkap persenjataannya.
    Tujuan Allah  Swt. dalam berbuat demikian ialah untuk وَ یُرِیۡدُ  اللّٰہُ  اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ بِکَلِمٰتِہٖ وَ یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ  --  dan Allah berkehendak  menegakkan kebenaran dengan firman-firman-Nya dan melumpuhkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya.”    Lihat pula QS.3:14 dan QS.8:42-45.  Selanjutnya  Allah Swt. berfirman:
اِذۡ تَسۡتَغِیۡثُوۡنَ رَبَّکُمۡ فَاسۡتَجَابَ لَکُمۡ اَنِّیۡ مُمِدُّکُمۡ بِاَلۡفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  مُرۡدِفِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَا جَعَلَہُ اللّٰہُ  اِلَّا بُشۡرٰی وَ لِتَطۡمَئِنَّ بِہٖ قُلُوۡبُکُمۡ ۚ وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿٪ ﴾
Dan ingatlah  ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb (Tuhan) kamu, lalu Dia mengabulkan doa kamu: “Sesungguhnya Aku akan membantu  kamu dengan seribu malaikat beriringan.”  Tetapi Allah sekali-kali  tidak menjadikan hal itu melainkan sebagai kabar gembira dan supaya  hati kamu tenteram karenanya. Dan sekali-kali  tidak ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Anfāl [8]:10-11).

Hujan Pembawa Rahmat Ilahi  Dalam Perang Badar &
Makna Terputusnya  Leher” dan “Jari Tangan

    Penjelasan ayat-ayat ini telah diterangkan di awal Bab ini, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِذۡ یُغَشِّیۡکُمُ النُّعَاسَ اَمَنَۃً مِّنۡہُ وَ یُنَزِّلُ عَلَیۡکُمۡ مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً  لِّیُطَہِّرَکُمۡ بِہٖ وَ یُذۡہِبَ عَنۡکُمۡ رِجۡزَ الشَّیۡطٰنِ وَ لِیَرۡبِطَ عَلٰی قُلُوۡبِکُمۡ وَ یُثَبِّتَ بِہِ  الۡاَقۡدَامَ ﴿ؕ﴾
Tanda ketentraman adalah  ketika Dia mendatangkan kantuk kepada kamu sebagai rasa aman dari-Nya, dan Dia menurunkan air untuk kamu dari awan supaya Dia mensucikan kamu dengannya dan menghilangkan dari kamu kekotoran syaitan, dan supaya Dia menguatkan hati kamu dan meneguhkan langkah-langkah kamu dengan itu. (Al-Anfāl [8]:12).
     Kata syaithan dalam  ayat  وَ یُذۡہِبَ عَنۡکُمۡ رِجۡزَ الشَّیۡطٰنِ  --  “dan supaya menghilangkan dari kamu kekotoran syaitan” dapat pula berarti derita yang sangat dirasakan waktu haus dan disebut syaithan al-falāt yaitu setan gurun. Dalam Perang Badar pihak musuh telah menguasai sumber air, dan dengan sendirinya orang-orang Islam takut bahwa kekurangan air akan dapat menjadi sumber penderitaan besar bagi mereka.
   Orang-orang Islam terpaksa berkemah di tempat berpasir, sedangkan sebelumnya lasykar kaum kafir  Mekkah berkemah di tanah yang keras. Tetapi hujan yang  dengan takdir khas Allah Swt. turun tepat pada waktunya telah membuat tempat orang-orang Islam menjadi keras lagi padat, sedangkan tempat orang-orang kafir menjadi licin, itulah makna ayat selanjutnya  وَ لِیَرۡبِطَ عَلٰی قُلُوۡبِکُمۡ وَ یُثَبِّتَ بِہِ  الۡاَقۡدَامَ   --  “dan supaya Dia menguatkan hati kamu dan meneguhkan langkah-langkah kamu dengan itu”.
     Ayat selanjutnya mengisyaratkan kepada terbunuhnya Abu Jahal dan 7 orang pemimpin orang-orang kafir Mekkah lainnya dalam perang Badar – yang diisyaratkan terpenggalnya leher-leher   (‘anāq) mereka, Abu Lahab mati di Mekkah ketika mendengar berita kekalahan tragis kaumnya dalam perang Badar;  sedangkan terpotongnya "jari-jari tangan" mengisyaratkan atau maknanya  terbunuhnya serta tertawannya puluhan  para prajurit   kafir lainnya, firman-Nya:   
اِذۡ یُوۡحِیۡ رَبُّکَ اِلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ اَنِّیۡ مَعَکُمۡ فَثَبِّتُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ سَاُلۡقِیۡ فِیۡ قُلُوۡبِ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوا الرُّعۡبَ فَاضۡرِبُوۡا فَوۡقَ الۡاَعۡنَاقِ وَ اضۡرِبُوۡا مِنۡہُمۡ  کُلَّ  بَنَانٍ ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ شَآقُّوا اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ یُّشَاقِقِ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  فَاِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ  ﴿﴾ذٰلِکُمۡ فَذُوۡقُوۡہُ وَ اَنَّ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾
Ketika Rabb (Tuhan) engkau mewahyukan kepada malaikat-malaikat: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, maka teguhkanlah orang-orang yang beriman. Aku akan memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah pada leher  mereka dan pukullah pada tiap ruas jari mereka.”   Hal demikian itu karena sesungguhnya mereka telah menentang Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya pembalasan Allah sangat keras.  Itulah hukuman bagi kamu, maka rasakanlah itu, dan sesungguhnya bagi orang-orang kafir  tersedia siksaan Api. (Al-Anfāl [8]:13-15). 
      ‘Anaq adalah bagian atas leher yang letaknya persis di bawah kepala dan dianggap tempat paling empuk untuk mendaratkan tebasan pedang dengan telak. Dalam arti kiasan  maknanya  sama dengan wujuh (wajah-wajah)  yaitu   para pemimpin kaum (QS.34:32-37).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   9 Desember    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar