بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 244
Ucapan Nabi Yermia a.s. dan Nabi Yehezkiel
a.s. Mengenai Perzinahan Jasmani dan Perzinahan Ruhani (Kemusyrikan) di Kalangan Bani Israil
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai kesempurnaan akhlak dan ruhani serta makrifat
Ilahi Nabi Besar Muhammad saw. dijelaskan secara rinci dalam QS.68:1-8; QS.81:20-30, sehingga Allah Swt. menyatakan bahwa orang-orang yang beriman dan baiat kepada beliau saw.
sebenarnya mereka baiat kepada Allah Swt, firman-Nya:اِنَّ الَّذِیۡنَ
یُبَایِعُوۡنَکَ اِنَّمَا یُبَایِعُوۡنَ
اللّٰہَ ؕ یَدُ اللّٰہِ فَوۡقَ اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ فَمَنۡ نَّکَثَ فَاِنَّمَا یَنۡکُثُ عَلٰی نَفۡسِہٖ ۚ
وَ مَنۡ اَوۡفٰی بِمَا عٰہَدَ عَلَیۡہُ
اللّٰہَ فَسَیُؤۡتِیۡہِ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang baiat kepada engkau sebenarnya mereka baiat kepada Allah. Tangan Allah ada di atas tangan mereka,
maka barangsiapa melanggar janjinya
maka ia melanggar janji atas dirinya sendiri, dan barangsiapa memenuhi apa yang telah dia
janjikan kepada Allah maka Dia
segera akan memberinya ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:11).
Berbagai Kemajuan
Bertahap & “Umat Terbaik”
Jadi,
kembali kepada firman-Nya mengenai berbagai kemajuan
yang dialami oleh orang-orang yang baiat
kepada Rasul Allah:
اِنَّ اللّٰہَ اشۡتَرٰی مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَنۡفُسَہُمۡ
وَ اَمۡوَالَہُمۡ بِاَنَّ لَہُمُ الۡجَنَّۃَ ؕ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ فَیَقۡتُلُوۡنَ وَ یُقۡتَلُوۡنَ ۟ وَعۡدًا عَلَیۡہِ حَقًّا فِی
التَّوۡرٰىۃِ وَ الۡاِنۡجِیۡلِ وَ الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ مَنۡ اَوۡفٰی بِعَہۡدِہٖ مِنَ
اللّٰہِ فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ﴿﴾ اَلتَّآئِبُوۡنَ
الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ
الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ
لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang
beriman jiwa mereka dan harta mereka bahwa sesungguhya mereka akan memperoleh ganjaran surga. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh, janji yang haq (benar) atas-Nya dalam Taurat, Injil
dan Al-Quran. Dan siapakah yang
lebih menepati janji-nya daripada Allah? فَاسۡتَبۡشِرُوۡا
بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ
ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ -- maka bergembiralah kamu dengan jual-beli yang
telah kamu lakukan dengan-Nya, dan itulah kemenangan yang besar. اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ
السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ
النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ
بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- Yaitu orang-orang
yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian
pada jalan Allah, yang ruku',
yang sujud, yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang
keburukan dan yang menjaga
batas-batas yang ditetapkan Allah.
Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah
[9]:111-112).
Karena orang-orang yang beriman dan baiat kepada Rasul Allah
tersebut menyadari bahwa keadaan akhlak
dan ruhaninya dalam keadaan “sakit”,
apabila mereka memenuhi janji
yang diikrarkan ketika melakukan baiat kepada Rasul Allah – yakni melakukan jihad filLāh (QS.29:70) -- maka mereka secara bertahap akan mengalami kemajuan sebagaimana
diisyaratkan dalam ayat اَلتَّآئِبُوۡنَ
الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ
الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ
لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- yaitu orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah,
yang bepergian pada jalan Allah,
yang ruku', yang sujud, yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang
keburukan dan yang menjaga
batas-batas yang ditetapkan Allah.
Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah
[9]:111-112), yakni mereka menjadi layak
menyandang sebutan khayra ummah (umat terbaik – QS.2L144; QS.3:111).
Gambaran
kemajuan akhlak dan ruhani
secara yang dialami oleh orang-orang yang baiat kepada Rasul Allah
tersebut -- yang merupakan suami ruhani mereka yang hakiki (QS.66:11) – digambarkan dalam Al-Quran
seperti berkembangnya pertumbungan janin dalam rahim perempuan (ibu),
kemudian pada waktunya yang telah ditentukan akan lahir sebagai bayi yang sempurna, yang siap
untuk mengarungi kehidupan di luar rahim ibu yang penuh dengan tantangan dan perjuangan
guna mencapai kedudukan mulia sebagai “khalifah Allah” di muka bumi
(QS.22:6-8; QS.23:13-18).
Penyakit Akhlak dan Ruhani yang Semakin Parah
Sebaliknya,
mereka yang menganggap akhlak dan ruhaninya dalam keadaan serhat wal ‘afiat – padahal sebenarnya
menderita berbagai macam penyakit akhlak dan ruhani yang parah
(QS.30:42-53) -- mereka menentang “dokter ruhani” atau “suami
ruhani” yang diturunkan Allah Swt. dari “langit” yakni Rasul Allah (QS.66:11), akibatnya keadaan mereka seperti keadaan istri-istri
durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. yakni semakin tenggelam
dalam berbagai kubangan penyakit akhlak dan ruhani, sehingga membuat berbagai indera ruhani mereka semakin rusak dan menganggap orang-orang
yang beriman kepada Rasul Allah
sebagai orang-orang yang bodoh dan sesat, firman-Nya:
وَ مِنَ النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَ
بِالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَ مَا ہُمۡ بِمُؤۡمِنِیۡنَ ۘ﴿﴾یُخٰدِعُوۡنَ اللّٰہَ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ وَ مَا یَخۡدَعُوۡنَ
اِلَّاۤ اَنۡفُسَہُمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ
ؕ﴿﴾ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ ۙ فَزَادَہُمُ
اللّٰہُ مَرَضًا ۚ وَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌۢ ۬ۙ بِمَا کَانُوۡا یَکۡذِبُوۡنَ ﴿﴾
Dan di
antara manusia ada yang mengatakan: ”Kami beriman kepada Allah dan Hari
Kemudian”, padahal mereka sama sekali bukanlah orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal
mereka tidak menipu
melainkan diri mereka sendiri
tetapi mereka sama sekali tidak
menyadarinya. Dalam hati mereka ada penyakit,
lalu Allah menambah penyakit mereka
dan bagi mereka ada azab yang pedih disebabkan mereka senantiasa berdusta. (Al-Baqarah
[2]:9-11).
Hanya
Allah Swt. dan Hari Kemudian yang dibicarakan di sini, sedangkan Rukun Iman lainnya tidak disebut,
karena Allah Swt. dan Hari
Kemudian itu masing-masing rukun
pertama dan terakhir dalam Rukun Iman pada ajaran Islam. Pernyataan
iman kepada kedua hal itu dengan
sendirinya mengandung pernyataan iman
kepada rukun-rukun lainnya. Di tempat
lain Al-Quran menyatakan bahwa iman
kepada Hari Kemudian meliputi iman kepada para malaikat, seperti juga kepada Kitab-kitab
Suci (QS.6:93).
Khāda’a-hu berarti: ia berusaha atau ingin menipu dia, tetapi tidak berhasil dalam usaha itu. Khadā’a-hu
berarti: ia berhasil dalam usaha menipunya;
ia meninggalkan dia atau sesuatu (Baqa).
Yang pertama dipakai mengenai seseorang bila ia tidak mencapai keinginannya;
dan yang kedua bila ia mencapainya (Lexicon
Lane).
Allah
Swt. telah
memperlihatkan begitu banyak Tanda
(mukjizat) untuk mendukung Islam dan
berangsur-angsur Islam telah menjadi
begitu berkuasa, sehingga orang-orang munafik telah menjadi makin
lama makin takut terhadap kaum Muslimin, dan sebagai akibatnya
telah bertambah dalam kemunafikan
mereka. Itulah makna ayat فِیۡ
قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ ۙ فَزَادَہُمُ
اللّٰہُ مَرَضًا ۚ وَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌۢ ۬ۙ بِمَا کَانُوۡا یَکۡذِبُوۡنَ -- “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah
menambah penyakit mereka dan bagi
mereka ada azab yang pedih disebabkan mereka senantiasa berdusta. ”
Hakikat Misal “Maryam Binti ‘Imran”
& Munculnya “Karamah”
Mereka
benar-benar tidak dapat membedakan perbuatan
baik dengan perbuatan
buruk, karena segala sesuatu yang mereka pikirkan dan lakukan
hanya berdasarkan hawa-nafsu mereka,
firman-Nya:
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ لَا تُفۡسِدُوۡا فِی الۡاَرۡضِ
ۙ قَالُوۡۤا اِنَّمَا نَحۡنُ
مُصۡلِحُوۡنَ
﴿﴾اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ الۡمُفۡسِدُوۡنَ وَ لٰکِنۡ لَّا یَشۡعُرُوۡنَ
﴿﴾وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ اٰمِنُوۡا کَمَاۤ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوۡۤا اَنُؤۡمِنُ کَمَاۤ اٰمَنَ السُّفَہَآءُ ؕ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ السُّفَہَآءُ وَ لٰکِنۡ لَّا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan
apabila dikatakan kepada mereka: ”Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi”, mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah
pembuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadarinya. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain
telah beriman”, mereka berkata:
“Apakah kami harus beriman sebagaimana
orang-orang bodoh itu telah beriman?” Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang bodoh tetapi mereka tidak mengetahui. (Al-Baqarah [2]:12-14).
Orang-orang munafik memandang orang-orang Islam sebagai sekumpulan orang-orang bodoh, karena mereka —
demikian pikir orang-orang munafik — sia-sia saja mengorbankan jiwa dan harta untuk perkara yang pasti
akan gagal. Mereka sendirilah yang bodoh, kata ayat ini, sebab perjuangan Islam – baik di zaman awal mau pun di Akhir Zaman -- telah ditakdirkan akan mencapai kemajuan dan kemenangan, (QS.58:21-23;
QS.61:10).
Begitu pula pandangan keliru istri-istri
durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth
a.s. terhadap kenabian kedua suami mereka yang suci, karena itu kedua istri
durhaka lebih suka bergabung dengan kaumnya melakukan pendustaan dan penentangan
terhadap kerasulan kedua suami
mereka, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ
مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ
عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ
شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ
مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
Allah mengemukakan istri
Nuh dan istri Luth sebagai misal
bagi orang-orang kafir. Keduanya di
bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua
suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat
membela kedua istri mereka itu di
hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api
beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm
[66]:11).
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab
239, bahwa apabila orang-orang beriman yang berhasil memasuki tingkatan nafs-al-Lawwamah
--
yang dimisalkan dengan istri
Fir’aun yang shalihah
(QS.66:12) -- terus berjuang
keras sekali pun harus berulang kali
jatuh bangun dalam mengarungi suluk yang dijalaninya, maka
dengan karunia Allah Swt. mereka akan
memasuki tingkat keruhanian yang
disebut “Maryam binti ‘Imran”,
seorang gadis yang memelihara kesuciannya secara ketat, firman-Nya:
وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ
مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ﴿٪﴾
Dan juga Maryam
putri ‘Imran, yang memelihara
kesuciannya, maka Kami meniupkan ke
dalamnya Ruh Kami, dan ia menggenapi firman Rabb-nya (Tuhan-nya)
dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrīm
[66]:11).
Maryam binti Maryam, ibunda Nabi Isa ibnu
Maryam a.s. melambangkan hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang
karena telah menutup segala jalan dosa
dan karena telah berdamai dengan Allah
Swt., mereka dikaruniai ilham Ilahi;
kata pengganti hi dalam fīhi (lihat ayat 13, Pent.) menunjuk
kepada orang-orang beriman yang bernasib baik serupa itu. Atau, kata
pengganti itu dapat pula menggantikan kata farj, yang secara harfiah
berarti celah atau sela, artinya lubang yang dengan melaluinya dosa
dapat masuk.
Tingkatan suluk (perjalanan ruhani atau pendakian
ruhani) pada keadaan ruhani Maryam binti
‘Imran yang dikemukakan Al-Quran
disebut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani sebagai
tingkatan alam malakut (alam malaikat) atau alam jabarut, yang di
dalamnya para salik (para penempuh jalan ruhani) akan mengalami berbagai pengalaman yang ajaib yang keadaannya di luar nalar, yang disebut “karamah”
(kekeramatan) atau khariqul ‘adat (hal
yang luar biasa), yaitu sebagai “aksesoris” -- bukan sebagai tujuan utama yang harus diraih para salik dalam mengarungi suluk,
sebagaimana telah disalah-tafsirkan oleh
para pengikut berbagai thariqah para sufi besar, yang kemudian telah menjerumuskan mereka ke dalam berbagai bentuk
kemusyrikan.
Pernyataan Keras Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tentang “Perzinahan” & Nabi Ucapan Nabi Yermia a.s. dan Nabi
Yehezkiel a.s. Tentang “Kemusyrikan”
yang Terjadi di Kalangan Bani Israil
Ada pun
keistimewaan yang ditampilkan oleh Maryam
binti ‘Imran dalam tekadnya (niatnya) untuk menikah
demi mencari keridhaan Ilahi adalah
memelihara kesucian
akhlak dan ruhani berupa upaya menutup semua “aurat” (panca indera) dari berbagai hal yang menodai kesucian jiwanya (ruhnya) وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا --
“Dan juga Maryam putri
‘Imran, yang memelihara
kesuciannya.”
Mengisyaratkan
kepada upaya keras menjaga kesucian jiwa (ruh) itu pulalah perkataan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. (Yesus Kristus) berkenaan dengan masalah
zina berikut ini:
5:27 Kamu telah mendengar
firman: Jangan berzinah. 5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. 5:29 Maka jika
matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu,
karena lebih baik bagimu jika satu dari
anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu
dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka . 5:30 Dan jika
tanganmu yang kanan menyesatkan engkau,
penggallah dan buanglah itu, karena lebih
baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. (Matius
5:27-20).
Ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus
Kritus) yang sangat keras tersebut
pada masa itu sangat tepat, sebab tujuan pengutusan beliau adalah untuk memberantas berbagai macam bentuk “perzinahan” -- baik perzinahan
secara jasmani mau pun perzinahan secara ruhani atau kemusyrikan -- yang
dilakukan di kalangan umumnya golongan Ahli Kitab atau kaum Yahudi (Matius 23:1-39),
sebagaimana digambarkan secara kiasan dalam Bible oleh Nabi
Yermia a.s. dan Nabi Yehezkiel a.s. (Yer 2:1-37 & 3:1-5; Yeh 16:1-63 & 23:1-49) yang
memisalkan Bani
Israil sebagai istri yang tidak
setia terhadap suaminya atau
sebagai “perempuan-perempuan sundal”:
(1)
Firman-Nya: "Jika seseorang
menceraikan isterinya, lalu perempuan
itu pergi dari padanya dan menjadi
isteri orang lain, akan kembalikah laki-laki
yang pertama kepada perempuan itu? Bukankah
negeri itu sudah tetap cemar? Engkau
telah berzinah dengan banyak kekasih, dan mau kembali kepada-Ku? demikianlah firman Tuhan. (2) Layangkanlah matamu ke bukit-bukit gundul
dan lihatlah! Di manakah engkau tidak pernah ditiduri? Di pinggir jalan-jalan engkau duduk menantikan kekasih, seperti seorang Arab di padang gurun. Engkau telah mencemarkan negeri dengan
zinahmu dan dengan kejahatanmu (Yermia:3:1-2).
Mengisyaratkan kepada pengkhianatan
berulang kali yang dilakukan Bani Israil terhadap
“suami-suami ruhani” mereka yang
hakiki -- yakni para nabi Allah yang dibangkitkan di kalangan
mereka -- itu pulalah kecaman keras dan nubuatan dari Allah
Swt. melalui ucapan Nabi isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) berikut ini:
23:37 "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang
membunuh nabi-nabi dan melempari
dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di
bawah sayapnya, tetapi kamu
tidak mau. 23:38 Lihatlah
rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi
sunyi. 23:39 Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Matius 23:37-30).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar