Minggu, 22 Juni 2014

Ucapan Nabi Yermia a.s. dan Nabi Yehezkiel a.s. Mengenai "Perzinahan Jasmani" dan "Perzinahan Ruhani" (Kemusyrikan) di Kalangan Bani Israil


  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   244

Ucapan Nabi Yermia a.s. dan Nabi Yehezkiel a.s. Mengenai  Perzinahan Jasmani  dan Perzinahan Ruhani (Kemusyrikan) di Kalangan Bani Israil

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma 
 

D
alam   akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan    mengenai kesempurnaan akhlak dan ruhani  serta makrifat Ilahi Nabi Besar Muhammad saw. dijelaskan secara rinci dalam  QS.68:1-8; QS.81:20-30, sehingga  Allah Swt. menyatakan bahwa orang-orang yang beriman dan baiat kepada beliau  saw. sebenarnya mereka baiat kepada Allah Swt, firman-Nya:اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُبَایِعُوۡنَکَ  اِنَّمَا یُبَایِعُوۡنَ اللّٰہَ ؕ یَدُ اللّٰہِ  فَوۡقَ  اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ فَمَنۡ  نَّکَثَ فَاِنَّمَا یَنۡکُثُ عَلٰی نَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ  اَوۡفٰی بِمَا عٰہَدَ عَلَیۡہُ اللّٰہَ  فَسَیُؤۡتِیۡہِ  اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang baiat kepada engkau sebenarnya mereka baiat kepada  Allah. Tangan Allah ada di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janjinya maka ia melanggar janji atas dirinya sendiri, dan barangsiapa memenuhi apa yang telah  dia  janjikan kepada Allah maka Dia segera akan memberinya ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:11).          
Berbagai Kemajuan Bertahap & “Umat Terbaik”
       Jadi, kembali kepada firman-Nya mengenai  berbagai kemajuan yang dialami oleh orang-orang yang baiat kepada Rasul Allah:
اِنَّ اللّٰہَ اشۡتَرٰی مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَنۡفُسَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ بِاَنَّ لَہُمُ الۡجَنَّۃَ ؕ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ فَیَقۡتُلُوۡنَ وَ یُقۡتَلُوۡنَ ۟ وَعۡدًا عَلَیۡہِ حَقًّا فِی التَّوۡرٰىۃِ وَ الۡاِنۡجِیۡلِ وَ الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ مَنۡ اَوۡفٰی بِعَہۡدِہٖ مِنَ اللّٰہِ فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ  ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ  الۡعَظِیۡمُ﴿﴾  اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya   Allah telah membeli dari orang-orang beriman jiwa mereka dan harta mereka bahwa sesungguhya mereka akan memperoleh ganjaran surga. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh dan  terbunuh, janji yang haq (benar) atas-Nya  dalam Taurat,  Injil  dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati  janji-nya  daripada Allah?  فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ  ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ  الۡعَظِیۡمُ   -- maka bergembiralah kamu dengan jual-beli yang telah kamu lakukan dengan-Nya, dan itulah kemenangan yang besar.   اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  -- Yaitu orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian pada jalan Allah, yang ruku', yang sujud,  yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang keburukan dan yang menjaga batas-batas yang ditetapkan Allah. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah [9]:111-112).
    Karena orang-orang yang beriman dan baiat kepada Rasul Allah tersebut menyadari bahwa  keadaan akhlak dan ruhaninya   dalam keadaan  sakit”,  apabila mereka memenuhi janji yang diikrarkan  ketika melakukan baiat  kepada Rasul Allah – yakni melakukan jihad filLāh (QS.29:70) --  maka mereka secara bertahap akan mengalami kemajuan  sebagaimana  diisyaratkan  dalam ayat    اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  -- yaitu orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian pada jalan Allah, yang ruku', yang sujud,  yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang keburukan dan yang menjaga batas-batas yang ditetapkan Allah. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah [9]:111-112), yakni mereka menjadi layak menyandang sebutan  khayra ummah (umat terbaik – QS.2L144; QS.3:111).
      Gambaran kemajuan akhlak dan ruhani  secara yang dialami oleh orang-orang yang baiat kepada Rasul Allah tersebut    -- yang merupakan suami ruhani mereka yang hakiki  (QS.66:11) – digambarkan dalam Al-Quran seperti berkembangnya pertumbungan janin dalam rahim perempuan (ibu),  kemudian  pada waktunya yang telah ditentukan akan lahir sebagai bayi yang sempurna, yang siap untuk mengarungi  kehidupan di luar rahim ibu yang penuh dengan tantangan dan perjuangan guna mencapai kedudukan  mulia sebagai “khalifah Allah” di muka bumi  (QS.22:6-8; QS.23:13-18).

Penyakit Akhlak dan Ruhani  yang Semakin Parah

      Sebaliknya, mereka yang menganggap akhlak dan ruhaninya dalam keadaan serhat wal ‘afiat – padahal sebenarnya menderita  berbagai macam penyakit akhlak dan ruhani    yang parah (QS.30:42-53)  --    mereka menentang “dokter ruhani” atau “suami ruhani” yang diturunkan Allah Swt. dari “langit” yakni Rasul Allah (QS.66:11), akibatnya keadaan mereka seperti keadaan istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. yakni  semakin tenggelam dalam berbagai  kubangan penyakit akhlak dan ruhani, sehingga membuat berbagai indera ruhani mereka semakin rusak  dan menganggap  orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah sebagai orang-orang yang bodoh dan sesat, firman-Nya:
وَ مِنَ النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَ بِالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَ مَا ہُمۡ بِمُؤۡمِنِیۡنَ ۘ﴿﴾یُخٰدِعُوۡنَ اللّٰہَ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ وَ مَا یَخۡدَعُوۡنَ  اِلَّاۤ  اَنۡفُسَہُمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ؕ﴿﴾ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ ۙ فَزَادَہُمُ  اللّٰہُ  مَرَضًا ۚ  وَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌۢ  ۬ۙ بِمَا کَانُوۡا یَکۡذِبُوۡنَ ﴿﴾      
Dan di antara manusia ada yang mengatakan:  Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, padahal mereka  sama sekali bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka  hendak menipu  Allah dan orang-orang beriman, padahal  mereka tidak menipu melainkan  diri mereka sendiri  tetapi  mereka  sama sekali tidak menyadarinya.   Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit mereka  dan bagi mereka ada azab yang pedih disebabkan mereka senantiasa berdusta. (Al-Baqarah [2]:9-11).
       Hanya  Allah Swt.    dan Hari Kemudian yang dibicarakan di sini, sedangkan Rukun Iman lainnya tidak disebut, karena Allah Swt.  dan Hari Kemudian itu masing-masing rukun pertama dan terakhir dalam Rukun Iman pada ajaran Islam. Pernyataan iman kepada kedua hal itu dengan sendirinya mengandung pernyataan iman kepada rukun-rukun lainnya. Di tempat lain Al-Quran menyatakan bahwa iman kepada Hari Kemudian meliputi iman kepada para malaikat, seperti juga kepada Kitab-kitab Suci (QS.6:93).
       Khāda’a-hu berarti:  ia berusaha atau ingin menipu dia, tetapi tidak berhasil dalam usaha itu. Khadā’a-hu berarti: ia berhasil dalam usaha menipunya; ia meninggalkan dia atau sesuatu (Baqa). Yang pertama dipakai mengenai seseorang bila ia tidak mencapai keinginannya; dan yang kedua bila ia mencapainya (Lexicon Lane).
   Allah  Swt.  telah memperlihatkan begitu banyak Tanda (mukjizat) untuk mendukung Islam dan berangsur-angsur Islam telah menjadi begitu berkuasa, sehingga orang-orang munafik telah menjadi makin lama makin takut terhadap kaum Muslimin, dan sebagai akibatnya telah bertambah dalam kemunafikan mereka. Itulah makna ayat فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ ۙ فَزَادَہُمُ  اللّٰہُ  مَرَضًا ۚ  وَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌۢ  ۬ۙ بِمَا کَانُوۡا یَکۡذِبُوۡنَ -- “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit mereka dan bagi mereka ada azab yang pedih disebabkan mereka senantiasa berdusta.

Hakikat Misal  “Maryam Binti ‘Imran” &  Munculnya “Karamah 

      Mereka benar-benar tidak dapat membedakan perbuatan baik  dengan  perbuatan buruk, karena segala sesuatu yang mereka pikirkan dan lakukan hanya berdasarkan hawa-nafsu mereka, firman-Nya: 
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ لَا تُفۡسِدُوۡا فِی الۡاَرۡضِ ۙ  قَالُوۡۤا اِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ الۡمُفۡسِدُوۡنَ وَ لٰکِنۡ لَّا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾وَ  اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ اٰمِنُوۡا کَمَاۤ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوۡۤا اَنُؤۡمِنُ کَمَاۤ اٰمَنَ السُّفَہَآءُ ؕ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ  السُّفَہَآءُ  وَ لٰکِنۡ لَّا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila dikatakan kepada mereka:  Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi”, mereka  berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang  melakukan perbaikan.”   Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah  pembuat kerusakan  tetapi mereka tidak menyadarinya.   Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka  berkata: “Apakah kami harus beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman?” Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah  orang-orang yang bodoh tetapi mereka tidak mengetahui.  (Al-Baqarah [2]:12-14). 
    Orang-orang munafik memandang orang-orang Islam sebagai sekumpulan orang-orang bodoh, karena mereka — demikian pikir orang-orang munafiksia-sia saja mengorbankan jiwa dan harta untuk perkara yang pasti akan gagal. Mereka sendirilah yang bodoh, kata ayat ini, sebab perjuangan Islam – baik di zaman awal mau pun  di  Akhir Zaman -- telah ditakdirkan akan mencapai kemajuan dan kemenangan,  (QS.58:21-23; QS.61:10).
        Begitu pula pandangan keliru istri-istri durhaka  Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. terhadap  kenabian  kedua suami mereka yang suci, karena itu kedua istri durhaka  lebih suka bergabung dengan kaumnya melakukan pendustaan dan penentangan terhadap  kerasulan kedua suami mereka, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm [66]:11).
       Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab 239,  bahwa apabila orang-orang beriman yang berhasil memasuki  tingkatan nafs-al-Lawwamah   --  yang dimisalkan dengan istri Fir’aun yang shalihah (QS.66:12)   --  terus berjuang keras  sekali pun harus berulang kali jatuh bangun dalam  mengarungi suluk  yang dijalaninya, maka dengan karunia Allah Swt. mereka akan memasuki tingkat keruhanian yang disebut “Maryam binti  ‘Imran, seorang gadis yang  memelihara kesuciannya   secara ketat, firman-Nya:
وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ﴿٪﴾
Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang  memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia menggenapi firman Rabb-nya (Tuhan-nya) dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrīm [66]:11). 
   Maryam binti Maryam, ibunda Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  melambangkan hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang karena telah menutup segala jalan dosa dan karena telah berdamai dengan Allah Swt., mereka dikaruniai ilham Ilahi; kata pengganti hi dalam fīhi (lihat ayat 13, Pent.) menunjuk kepada orang-orang beriman yang bernasib baik serupa itu. Atau, kata pengganti itu dapat pula menggantikan kata farj, yang secara harfiah berarti celah atau sela, artinya lubang yang dengan melaluinya dosa dapat masuk.
     Tingkatan suluk (perjalanan ruhani atau pendakian ruhani) pada keadaan ruhani Maryam binti ‘Imran  yang dikemukakan Al-Quran disebut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani sebagai   tingkatan  alam malakut (alam malaikat) atau alam jabarut,   yang di dalamnya para  salik (para penempuh jalan ruhani) akan mengalami berbagai pengalaman yang ajaib  yang keadaannya di luar nalar, yang disebut “karamah” (kekeramatan) atau khariqul ‘adat (hal yang luar biasa), yaitu sebagai “aksesoris   -- bukan sebagai tujuan utama yang harus diraih para salik dalam mengarungi suluk, sebagaimana  telah disalah-tafsirkan oleh  para  pengikut  berbagai thariqah  para sufi besar, yang kemudian telah menjerumuskan mereka ke dalam berbagai bentuk kemusyrikan.

Pernyataan  Keras Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tentang “Perzinahan  & Nabi Ucapan Nabi Yermia a.s. dan Nabi Yehezkiel a.s. Tentang “Kemusyrikan” yang  Terjadi di Kalangan Bani Israil 

    Ada pun keistimewaan yang ditampilkan oleh Maryam binti ‘Imran  dalam tekadnya (niatnya) untuk menikah   demi mencari keridhaan Ilahi  adalah  memelihara   kesucian akhlak dan ruhani berupa upaya menutup semua “aurat” (panca indera) dari berbagai hal yang menodai kesucian jiwanya (ruhnya) وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا    --  “Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang  memelihara kesuciannya.
    Mengisyaratkan kepada upaya keras menjaga kesucian jiwa (ruh)  itu pulalah perkataan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) berkenaan dengan masalah  zina berikut ini:
5:27 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.  5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.   5:29 Maka jika matamu yang kanan menyesatkan   engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka . 5:30 Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan  engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.  (Matius 5:27-20).
        Ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kritus) yang sangat keras tersebut pada masa itu sangat tepat, sebab tujuan pengutusan beliau adalah untuk memberantas berbagai macam bentuk “perzinahan   -- baik perzinahan secara jasmani mau pun perzinahan secara ruhani  atau kemusyrikan --  yang  dilakukan di kalangan umumnya golongan Ahli Kitab  atau kaum Yahudi (Matius 23:1-39), sebagaimana digambarkan secara kiasan   dalam Bible  oleh Nabi Yermia a.s. dan Nabi Yehezkiel a.s.  (Yer 2:1-37 & 3:1-5;   Yeh 16:1-63 &  23:1-49) yang  memisalkan Bani Israil sebagai istri yang tidak setia terhadap suaminya atau sebagai “perempuan-perempuan  sundal”:
(1) Firman-Nya: "Jika seseorang menceraikan isterinya, lalu perempuan itu pergi dari padanya dan menjadi isteri orang lain, akan kembalikah laki-laki yang pertama kepada perempuan itu? Bukankah negeri itu sudah tetap cemar? Engkau telah berzinah dengan banyak kekasih, dan mau kembali kepada-Ku? demikianlah firman Tuhan. (2) Layangkanlah matamu ke bukit-bukit gundul dan lihatlah! Di manakah engkau tidak pernah ditiduri? Di pinggir jalan-jalan engkau duduk menantikan kekasih, seperti seorang Arab di padang gurun. Engkau telah mencemarkan negeri dengan zinahmu dan dengan kejahatanmu (Yermia:3:1-2).
         Mengisyaratkan kepada   pengkhianatan berulang kali yang dilakukan Bani Israil terhadap “suami-suami ruhani” mereka yang hakiki --  yakni para nabi Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka --   itu pulalah kecaman keras  dan nubuatan  dari Allah Swt. melalui ucapan Nabi isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) berikut ini:
23:37 "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!  Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,   tetapi kamu tidak mau. 23:38 Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.   23:39 Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga   kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Matius 23:37-30).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  1 Juni    2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar