Jumat, 20 Juni 2014

Berbagai Manfaat Melakukan "Baiat" kepada Rasul Allah yang Kedatangannya Dijanjikan & Tuduhan "Gila" kepada Para Rasul Allah


 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   243

  Berbagai Manfaat Melakukan Bai’at  kepada Rasul Allah yang Kedatangannya Dijanjikan   & Tuduhan “Gila” kepada Para   Rasul Allah

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam  akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan   penjelasan Mirza Ghulam Ahmad a.s. mengenai baiat (sumpah setia) orang-orang beriman di tangan  Nabi Besar Muhammad saw.  di bawah sebatang pohon di Hudaibiyah (Bukhari), firman-Nya:
لَقَدۡ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  اِذۡ یُبَایِعُوۡنَکَ تَحۡتَ الشَّجَرَۃِ  فَعَلِمَ  مَا فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ  فَاَنۡزَلَ السَّکِیۡنَۃَ  عَلَیۡہِمۡ وَ اَثَابَہُمۡ  فَتۡحًا  قَرِیۡبًا ﴿ۙ﴾
Sungguh Allah benar-benar telah ridha terhadap orang-orang beriman ketika mereka baiat kepada engkau di bawah pohon itu,  maka Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia menurunkan ketenteraman kepada mereka, dan Dia mengganjar mereka dengan kemenangan yang dekat, (Al-Fath [48]:19).
 Peristiwa baiat itu terjadi di Hudaibiyah di bawah sebuah pohon Akasia, setelah kabar sampai kepada  Nabi Besar Muhammad saw.   bahwa karena suatu pelanggaran atas kebiasaan dan sopan santun diplomatik,   yakni  duta beliau saw., Sayyidina Utsman bin ‘Affan r.a. telah dibunuh orang-orang Mekkah.
Berita terbunuhnya   Utsman r.a. barangkali tidak kurang mengejutkannya daripada pelanggaran terhadap suatu adat kebiasaan suci dan antik, sehingga menyebabkan  Nabi Besar Muhammad saw.   tidak dapat bersabar lagi. Baiat itu kemudian dikenal sebagai “baiat-ur-ridwan”,  yang berarti bahwa orang-orang yang berbahagia berkat baiat itu sudah mendapat keridhaan llahi.
      Bukti apa lagi yang lebih besar bagi kenyataan  فَاَنۡزَلَ السَّکِیۡنَۃَ  عَلَیۡہِمۡ   -- “maka Tuhan telah menurunkan ketenteraman hati atas orang-orang Muslim” daripada fakta bahwa kendatipun jumlah mereka hanya kira-kira 1500 orang dan karena jauh dari kampung halaman dan kendati pun tidak berkawan, lagi pula di kelilingi oleh suku-suku bangsa yang tidak bersahabat pula dihadapi oleh musuh yang sangat kuat lagi terlindung di dalam kubu-kubu, namun para sahabah Nabi Besar Muhammad saw. tersebut   lebih bersedia berkelahi (perang) daripada menyetujui syarat-syarat yang digariskan di dalam Perjanjian Hidaybiyah itu, yang dari satu segi nampak sangat merugikan pihak Muslim.
 Kata-kata  وَ اَثَابَہُمۡ  فَتۡحًا  قَرِیۡبًا – dan akan mengganjar mereka dengan  kemenangan yang dekat” menunjukkan kepada kemenangan di Khaibar. Waktu kembali dari Hudaibiyah  Nabi Besar Muhammad saw.  -- bersama orang-orang Muslim yang menyertai beliau saw. di Hudaibiyah   --  beliau saw. memimpin suatu gerakan pasukan melawan orang-orang Yahudi di Khaibar,  yang merupakan peti eraman besar atau markas tipu muslihat dan rencana jahat orang-orang Yahudi, yang sebelumnya  mereka itu telah diusir dari Madinah  karena seringkali melakukan pengkhianatan, termasuk ketika terjadi Perang Ahzab (QS.59:3-7).

Kemajuan  akhlak dan Ruhani yang Dihasilkan Baiat kepada Rasul Allah

   Kembali kepada pentingnya beriman dan melakukan baiat  kepada Rasul Allah (QS.48:11), dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman mengenai berbagai kemajuan   dalam  berbagai hal   -- termasuk kemajuan dalam bidang akhlak dan ruhani  -- yang dihasilkan  baiat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya:
اِنَّ اللّٰہَ اشۡتَرٰی مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَنۡفُسَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ بِاَنَّ لَہُمُ الۡجَنَّۃَ ؕ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ فَیَقۡتُلُوۡنَ وَ یُقۡتَلُوۡنَ ۟ وَعۡدًا عَلَیۡہِ حَقًّا فِی التَّوۡرٰىۃِ وَ الۡاِنۡجِیۡلِ وَ الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ مَنۡ اَوۡفٰی بِعَہۡدِہٖ مِنَ اللّٰہِ فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ  ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ  الۡعَظِیۡمُ﴿﴾  اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya   Allah telah membeli dari orang-orang beriman jiwa mereka dan harta mereka bahwa sesungguhya mereka akan memperoleh ganjaran surga.  Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh dan  terbunuh, janji yang haq (benar) atas-Nya  dalam Taurat,  Injil  dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati  janji-nya  daripada Allah?  فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ  ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ  الۡعَظِیۡمُ   -- maka bergembiralah kamu dengan jual-beli yang telah kamu lakukan dengan-Nya, dan itulah kemenangan yang besar.   اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  -- Yaitu orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian pada jalan Allah, yang ruku', yang sujud,  yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang keburukan dan yang menjaga batas-batas yang ditetapkan Allah. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah [9]:111-112).
       Mengenai ayat  وَعۡدًا عَلَیۡہِ حَقًّا فِی التَّوۡرٰىۃِ وَ الۡاِنۡجِیۡلِ وَ الۡقُرۡاٰنِ  --   janji yang haq (benar) atas-Nya  dalam Taurat,  Injil  dan Al-Quran”, lihat Taurat (Ulangan 6:3-5) dan Injil (Matius 19:21 dan 27-29).
      Jadi, jelaslah bahwa orang-orang yang beriman dan baiat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, mereka itu akan mengalami berbagai  kemajuan --   baik dalam hal pelaksanaan haququllāh (habun-minallāh) mau pun dalam   haququl ‘ibād (hablun –minan-nās)   -- mereka itu bukan para pencari berbagai  aksesoris ruhani” berupakan  karamah” (kekeramatan) bagi dirinya, sebagaimana yang dilakukan para salik  penempuh suluk atau para penganut  berbagai thariqah   para wali Allah terkenal yang telah disalah-tafsirkan.
       Mengenai kemajuan yang akan dialami oleh orang-orang yang  beriman dan baiat kepada Rasul Allah tersebut dijelaskan dalam ayat:    اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  -- Yaitu orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian pada jalan Allah, yang ruku', yang sujud,  yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang keburukan dan yang menjaga batas-batas yang ditetapkan Allah. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah [9]:111-112).

Kerusakan Parah  di  Daratan” dan di “Lautan

       Ketika Nabi Besar Muhammad saw. diutus oleh Allah Swt., kerusakan parah yang terjadi dalam berbagai segi kehidupan umat manusia    -- baik secara jasmani (duniawi)  mau pun ruhani – hal tersebut diisyaratkan dalam  firman-Nya bertikut ini:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾   فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan per-buatan tangan manusia,  supaya dirasakan kepada mereka akibat buruk sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya.   Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allāh hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah. (Ar-Rūm [30]:42-44).
      Dalam ayat 42  dijelaskan bahwa   bila kegelapan  atau kesesatan menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah  Swt. dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang nabi Allah  untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat ke haribaan Majikan-nya yang hakiki yakni Allah Swt..
Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak  telah lenyap dan telah jatuh  menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s.  di dalam aliran darah manusia telah padam.  Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........
…..Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan  sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).

Dua Kali Zaman Jahiliyah dan Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.

       Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu Nabi Besar Muhammad saw. -- Guru umat manusia terbesar --  muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4), sebab  syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan  --  teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan -- menampakkan diri telah menjadi mapan.
    Kata-kata “daratan dan lautan” dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau. Ayat ini berarti, bahwa  di zaman  menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.,  semua bangsa  dan umat beragama di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki.
      Keadaan yang  diisyaratkan oleh firman Allah Swt.  dalam QS.30:42 tersebut kembali terjadi di Akhir Zaman ini, sesuai dengan nubuatan (kabargaib) mengenai pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir Zaman ini, firman-Nya: 
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿ ﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan (mengutus) di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [61]:3-4).
       Tujuan utama pengutusan para Rasul Allah di setiap zaman terjadinya kerusakan akhlak dan ruhani  -- termasuk di Akhir Zaman ini melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) --  -- adalah  agar manusia   melaksanakan perintah Allah Swt., sebagaimana  Allah Swt.   berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah.  (Ar-Rūm [30]: 44).

Seburuk-buruk Makhluk” dan “Sebaik-baik Makhluk” & Pentingnya Melakukan Baiat kepada Rasul Allah

         Perintah Allah Swt.  فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ   --  “maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus,     sesuai dengan firman Allah Swt.  berikut ini mengenai tugas utama pengutusan   Nabi Besar Muhammad saw.,    yaitu وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ  الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ – “padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan  kepada-Nya  dan dengan lurus, serta mendirikan shalat dan membayar zakat, dan itulah agama yang lurus,”  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  لَمۡ  یَکُنِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  مِنۡ  اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ مُنۡفَکِّیۡنَ حَتّٰی تَاۡتِیَہُمُ  الۡبَیِّنَۃُ ۙ﴿﴾   رَسُوۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً  ۙ﴿﴾  فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾ وَ مَا تَفَرَّقَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ  اِلَّا مِنۡۢ  بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ  الۡبَیِّنَۃُ ؕ﴿﴾وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ  الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Orang-orang kafir dari Ahli-kitab dan orang-orang musyrik  tidak akan berhenti dari kekafiran hingga datang kepada mereka bukti yang nyata,  yakni  seorang rasul dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran suci,  yang di alamnya ada perintah-perintah abadi. Dan  orang-orang yang diberi Kitab  tidak berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka bukti yang nyata.   Padahal mereka tidak diperin-tahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan  kepada-Nya  dan dengan lurus, serta mendirikan shalat dan membayar zakat, dan itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah [98]:1-6).  
     Ada pun   mengenai ayat selanjutnya  یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ  --    pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah”  (Ar-Rūm [30]:44),  hal tersebut dijelaskan oleh  Allah Swt.  sebagai “syarrul barriyyah (seburuk-buruk makhluk) dan khayrul-barriyyah (sebaik-baik makhluk),  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  لَمۡ  یَکُنِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  مِنۡ  اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ مُنۡفَکِّیۡنَ حَتّٰی تَاۡتِیَہُمُ  الۡبَیِّنَۃُ ۙ﴿﴾   رَسُوۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً  ۙ﴿﴾  فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾  وَ مَا تَفَرَّقَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ  اِلَّا مِنۡۢ  بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ  الۡبَیِّنَۃُ ؕ﴿﴾   وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ  الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾
Sesungguhnya  orang-orang yang kafir di kalangan ahlikitab dan orang-orang musyrik berada dalam neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya, mereka itu seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka itu sebaik-baik makhluk. Ganjaran mereka di sisi Rabb (Tuhan) mereka kebun-kebun abadi yang di bawahnya  mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya, yang demikian itu bagi orang yang takut kepada Rabb-nya (Tuhan-nya)” (Al-Bayyinah [98]:7-9).
       Jadi, betapa pentingnya beriman dan baiat kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan tersebut (QS.7:35-37). Mengenai pentingnya melakukan  baiat, Nabi Besar Muhammad saw. menyebutkan dalam riwayat
Muslim:
Man mata walaysa fii `unuqihi bay`ah, faqad mata mitatan jahiliyatan --
 barangsiapa yang hingga matinya tidak ada bai`at di lehernya maka maka sungguhnya matinya adalah mati jahiliyah”.
       Sabda Nabi Besar Muhammad saw. menjelaskan mengenai pentingnya masalah baiat kepada Rasul Allah,  terutama kepada beliau saw., firman-Nya:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُبَایِعُوۡنَکَ  اِنَّمَا یُبَایِعُوۡنَ اللّٰہَ ؕ یَدُ اللّٰہِ  فَوۡقَ  اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ فَمَنۡ  نَّکَثَ فَاِنَّمَا یَنۡکُثُ عَلٰی نَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ  اَوۡفٰی بِمَا عٰہَدَ عَلَیۡہُ اللّٰہَ  فَسَیُؤۡتِیۡہِ  اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang baiat kepada engkau sebenarnya mereka baiat kepada  Allah. Tangan Allah ada di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janjinya maka ia melanggar janji atas dirinya sendiri, dan barangsiapa memenuhi apa yang telah  dia  janjikan kepada Allah maka Dia segera akan memberinya ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:11).

 Orang yang “Sakit Jiwa” (Gila)  Tidak Pernah Merasa  Dirinya “Sakit Jiwa” (Gila)

          Ada pun  hal menarik berkenaan perbedaan antara   sakit jasmani dengan sakit ruhani atau sakit jiwa, yaitu orang yang menderita sakit jasmani dapat merasakan langsung penderitaan  akibat  penyakit yang dialaminya, sedang  penderita sakit jiwa atau sakit ruhani  tidak pernah menyadari mau pun merasakan bahwa dirinya sedang menderita sakit. Bahkan ketika ada orang  yang menegur “ulahnya yang tidak normal   -- bahkan mengganggu orang-orang lain --  mereka marah dan menganggap orang-orang lain selain mereka sebagai  orang-orang yang sakit jiwa atau gila.
         Itulah sebabnya setiap kali Allah Swt. mengutus rasul-rasul Allah kepada kaum mereka masing-masing  -- yang sedang menderita sakit akhlak dan ruhani   -- maka justru para rasul Allah itulah yang dituduh sebagai “orang gila” atau “tukang sihir”, berikut firman-Nya mengenai tuduhan mereka terhadap Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ قَالُوۡا یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡ نُزِّلَ عَلَیۡہِ الذِّکۡرُ اِنَّکَ  لَمَجۡنُوۡنٌ ؕ﴿﴾  لَوۡ مَا تَاۡتِیۡنَا بِالۡمَلٰٓئِکَۃِ  اِنۡ کُنۡتَ مِنَ  الصّٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan mereka berkata:  ”Hai orang yang kepadanya  peringatan (Al-Quran) diturunkan, sesungguhnya engkau benar-benar  orang gila.  Mengapa  engkau tidak mendatangkan malaikat-malaikat kepada kami, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.”  (Al-Hijr [15]:7-8) Lihat pula QS.26:28; QS.QS.37:37; QS.44:15; QS.51:40; & 53; QS.54:10 &25; QS.68:52).
 Majnun tidak hanya berarti “seseorang yang dirasuk oleh syaitan atau jin” atau semata-mata “dirasuk”, tetapi juga berarti  seorang gila atau orang yang tidak waras otaknya”, atau “seseorang yang kemampuan inteleknya telah menjadi sangat lemah” (Lexicon Lane).
      Atas tuduhan gila tersebut Allah Swt. memberikan pembelaan kepada para Rasul Allah  --  terutama kepada Nabi Besar Muhammad saw. --  firman-Nya;
فَذَکِّرۡ  فَمَاۤ   اَنۡتَ بِنِعۡمَتِ رَبِّکَ بِکَاہِنٍ  وَّ لَا  مَجۡنُوۡنٍ ﴿ؕ﴾
Maka tetaplah memberi peringatan karena dengan karunia Rabb (Tuhan) engkau, engkau sekali-kali bukanlah  seorang tukang tenung dan bukan pula orang  gila. (Ath-Thur [52]:30).
      Mengenai kesempurnaan akhlak dan ruhani  serta makrifat Ilahi Nabi Besar Muhammad saw. dijelaskan secara rinci dalam  QS.68:1-8; QS.81:20-30, sehingga  Allah Swt. menyatakan bahwa orang-orang yang beriman dan baiat kepada beliau  saw. sebenarnya mereka baiat kepada Allah Swt, firman-Nya:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُبَایِعُوۡنَکَ  اِنَّمَا یُبَایِعُوۡنَ اللّٰہَ ؕ یَدُ اللّٰہِ  فَوۡقَ  اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ فَمَنۡ  نَّکَثَ فَاِنَّمَا یَنۡکُثُ عَلٰی نَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ  اَوۡفٰی بِمَا عٰہَدَ عَلَیۡہُ اللّٰہَ  فَسَیُؤۡتِیۡہِ  اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang baiat kepada engkau sebenarnya mereka baiat kepada  Allah. Tangan Allah ada di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janjinya maka ia melanggar janji atas dirinya sendiri, dan barangsiapa memenuhi apa yang telah  dia  janjikan kepada Allah maka Dia segera akan memberinya ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:11).

“Umat Terbaik”

       Jadi, kembali kepada firman-Nya mengenai  berbagai kemajuan yang dialami oleh orang-orang yang baiat kepada Rasul Allah:
اِنَّ اللّٰہَ اشۡتَرٰی مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَنۡفُسَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ بِاَنَّ لَہُمُ الۡجَنَّۃَ ؕ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ فَیَقۡتُلُوۡنَ وَ یُقۡتَلُوۡنَ ۟ وَعۡدًا عَلَیۡہِ حَقًّا فِی التَّوۡرٰىۃِ وَ الۡاِنۡجِیۡلِ وَ الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ مَنۡ اَوۡفٰی بِعَہۡدِہٖ مِنَ اللّٰہِ فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ  ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ  الۡعَظِیۡمُ﴿﴾  اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya   Allah telah membeli dari orang-orang beriman jiwa mereka dan harta mereka bahwa sesungguhya mereka akan memperoleh ganjaran surga.  Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh dan  terbunuh, janji yang haq (benar) atas-Nya  dalam Taurat,  Injil  dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati  janji-nya  daripada Allah?  فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ  ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ  الۡعَظِیۡمُ   -- maka bergembiralah kamu dengan jual-beli yang telah kamu lakukan dengan-Nya, dan itulah kemenangan yang besar.   اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  -- Yaitu orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian pada jalan Allah, yang ruku', yang sujud,  yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang keburukan dan yang menjaga batas-batas yang ditetapkan Allah. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah [9]:111-112).
       Karena orang-orang yang beriman dan baiat kepada Rasul Allah tersebut menyadari bahwa  keadaan akhlak dan ruhaninya   dalam keadaan  sakit”,      apabila mereka memenuhi janji yang diikrarkan  ketika melakukan baiat  kepada Rasul Allah, maka mereka secara bertahap akan mengalami kemajuan  sebagaimana  diisyaratkan  dalam ayat    اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  -- Yaitu orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian pada jalan Allah, yang ruku', yang sujud,  yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang keburukan dan yang menjaga batas-batas yang ditetapkan Allah. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah [9]:111-112), yakni mereka menjadi layak menyandang sebutan  khayra ummah (umat terbaik – QS.2L144; QS.3:111).
  

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  30 Mei    2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar