بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 243
Berbagai
Manfaat Melakukan Bai’at kepada Rasul
Allah yang Kedatangannya Dijanjikan & Tuduhan “Gila” kepada Para Rasul Allah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan penjelasan Mirza Ghulam Ahmad a.s. mengenai baiat (sumpah setia) orang-orang beriman di tangan Nabi Besar Muhammad
saw. di bawah sebatang pohon di Hudaibiyah (Bukhari), firman-Nya:
لَقَدۡ رَضِیَ اللّٰہُ
عَنِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اِذۡ
یُبَایِعُوۡنَکَ تَحۡتَ الشَّجَرَۃِ فَعَلِمَ مَا فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ فَاَنۡزَلَ السَّکِیۡنَۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَثَابَہُمۡ فَتۡحًا
قَرِیۡبًا ﴿ۙ﴾
Sungguh Allah
benar-benar telah ridha terhadap orang-orang
beriman ketika mereka baiat kepada
engkau di bawah pohon itu, maka Dia
mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia menurunkan ketenteraman kepada mereka,
dan Dia mengganjar mereka dengan
kemenangan yang dekat, (Al-Fath [48]:19).
Peristiwa baiat
itu terjadi di Hudaibiyah di bawah
sebuah pohon Akasia, setelah kabar sampai kepada Nabi Besar Muhammad saw. bahwa karena suatu pelanggaran atas kebiasaan dan sopan santun diplomatik, yakni
duta beliau saw., Sayyidina
Utsman bin ‘Affan r.a. telah dibunuh
orang-orang Mekkah.
Berita terbunuhnya Utsman r.a. barangkali tidak kurang mengejutkannya
daripada pelanggaran terhadap suatu adat kebiasaan suci dan antik, sehingga menyebabkan Nabi Besar Muhammad saw. tidak dapat bersabar lagi. Baiat itu
kemudian dikenal sebagai “baiat-ur-ridwan”, yang berarti bahwa orang-orang yang berbahagia berkat baiat itu sudah mendapat keridhaan
llahi.
Bukti apa lagi yang lebih besar bagi
kenyataan فَاَنۡزَلَ السَّکِیۡنَۃَ
عَلَیۡہِمۡ -- “maka Tuhan telah menurunkan ketenteraman hati atas orang-orang
Muslim” daripada fakta bahwa
kendatipun jumlah mereka hanya kira-kira 1500 orang dan karena jauh dari
kampung halaman dan kendati pun tidak berkawan, lagi pula di kelilingi oleh suku-suku bangsa yang tidak bersahabat
pula dihadapi oleh musuh yang sangat kuat lagi terlindung di dalam
kubu-kubu, namun para sahabah Nabi
Besar Muhammad saw. tersebut lebih
bersedia berkelahi (perang) daripada menyetujui syarat-syarat yang digariskan
di dalam Perjanjian Hidaybiyah itu,
yang dari satu segi nampak sangat merugikan
pihak Muslim.
Kata-kata
وَ
اَثَابَہُمۡ فَتۡحًا قَرِیۡبًا – dan
akan mengganjar mereka dengan kemenangan yang dekat” menunjukkan kepada kemenangan di Khaibar. Waktu kembali
dari Hudaibiyah Nabi Besar Muhammad saw. -- bersama orang-orang Muslim yang menyertai beliau saw. di Hudaibiyah --
beliau saw. memimpin suatu gerakan
pasukan melawan orang-orang Yahudi
di Khaibar, yang merupakan peti eraman besar atau markas
tipu muslihat dan rencana jahat orang-orang Yahudi, yang
sebelumnya mereka itu telah diusir dari Madinah karena seringkali melakukan pengkhianatan, termasuk ketika terjadi Perang Ahzab (QS.59:3-7).
Kemajuan akhlak
dan Ruhani yang Dihasilkan Baiat kepada Rasul Allah
Kembali kepada pentingnya beriman
dan melakukan baiat kepada Rasul
Allah (QS.48:11), dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman mengenai
berbagai kemajuan dalam berbagai hal
-- termasuk kemajuan dalam
bidang akhlak dan ruhani
-- yang dihasilkan baiat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya:
اِنَّ اللّٰہَ اشۡتَرٰی مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَنۡفُسَہُمۡ
وَ اَمۡوَالَہُمۡ بِاَنَّ لَہُمُ الۡجَنَّۃَ ؕ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ فَیَقۡتُلُوۡنَ وَ یُقۡتَلُوۡنَ ۟ وَعۡدًا عَلَیۡہِ حَقًّا فِی
التَّوۡرٰىۃِ وَ الۡاِنۡجِیۡلِ وَ الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ مَنۡ اَوۡفٰی بِعَہۡدِہٖ مِنَ
اللّٰہِ فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ﴿﴾ اَلتَّآئِبُوۡنَ
الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ
الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ
لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang
beriman jiwa mereka dan harta mereka bahwa sesungguhya mereka akan memperoleh ganjaran surga. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh, janji yang haq (benar) atas-Nya dalam Taurat, Injil
dan Al-Quran. Dan siapakah yang
lebih menepati janji-nya daripada Allah? فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ
وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ -- maka bergembiralah
kamu dengan jual-beli yang telah kamu lakukan dengan-Nya, dan itulah kemenangan yang besar. اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ
السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ
النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ
بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- Yaitu orang-orang
yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian
pada jalan Allah, yang ruku',
yang sujud, yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang
keburukan dan yang menjaga batas-batas
yang ditetapkan Allah. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah
[9]:111-112).
Mengenai ayat وَعۡدًا عَلَیۡہِ حَقًّا فِی التَّوۡرٰىۃِ وَ الۡاِنۡجِیۡلِ
وَ الۡقُرۡاٰنِ -- “janji yang haq (benar) atas-Nya dalam Taurat, Injil
dan Al-Quran”, lihat Taurat (Ulangan 6:3-5) dan Injil (Matius 19:21 dan 27-29).
Jadi,
jelaslah bahwa orang-orang yang beriman
dan baiat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, mereka itu akan mengalami
berbagai kemajuan -- baik dalam hal
pelaksanaan haququllāh (habun-minallāh)
mau pun dalam haququl ‘ibād (hablun –minan-nās)
-- mereka itu bukan para pencari
berbagai “aksesoris ruhani” berupakan
“karamah” (kekeramatan) bagi
dirinya, sebagaimana yang dilakukan para salik
penempuh suluk atau para penganut
berbagai thariqah para wali
Allah terkenal yang telah disalah-tafsirkan.
Mengenai kemajuan yang akan dialami oleh
orang-orang yang beriman dan baiat kepada Rasul Allah tersebut dijelaskan dalam
ayat: اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ
السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ
النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ
بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- Yaitu orang-orang
yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian
pada jalan Allah, yang ruku',
yang sujud, yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang
keburukan dan yang menjaga
batas-batas yang ditetapkan Allah.
Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah
[9]:111-112).
Kerusakan Parah di “Daratan” dan di “Lautan”
Ketika Nabi
Besar Muhammad saw. diutus oleh Allah Swt., kerusakan
parah yang terjadi dalam berbagai segi kehidupan umat manusia -- baik secara jasmani (duniawi) mau pun ruhani – hal tersebut diisyaratkan
dalam firman-Nya bertikut ini:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ
وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی
النَّاسِ لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ
الَّذِیۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ
﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ
الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ
لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ
یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di
daratan dan
di lautan disebabkan per-buatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat buruk sebagian
perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali dari kedurhakaannya. Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.”
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada
agama yang lurus, sebelum datang
dari Allāh hari yang tidak dapat dihindarkan, pada hari
itu orang-orang beriman dan kafir
akan terpisah. (Ar-Rūm
[30]:42-44).
Dalam ayat 42 dijelaskan bahwa bila kegelapan atau kesesatan
menyelimuti muka bumi dan manusia
melupakan Allah Swt. dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan
dan diciptakan oleh mereka sendiri,
maka Allah Swt. membangkitkan seorang
nabi Allah untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat ke haribaan Majikan-nya yang hakiki yakni Allah
Swt..
“Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan
akhlak telah lenyap dan telah jatuh menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama
besar di dunia sudah tidak lagi
berpengaruh sehat pada kehidupan
para penganutnya. Api suci yang
dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s. di dalam aliran darah manusia telah padam.
Dalam abad kelima dan keenam, dunia
beradab berada di tepi jurang
kekacauan. Agaknya peradaban besar
yang telah memerlukan waktu empat ribu
tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........
…..Peradaban
laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan,
kesusatraan sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan
mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization”
dan “Spirit of Islam”).
Dua Kali Zaman Jahiliyah dan Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.
Demikianlah
keadaan umat manusia pada waktu Nabi Besar Muhammad saw. -- Guru umat manusia terbesar -- muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk
Al-Quran (QS.5:4), sebab syariat yang sempurna hanya dapat
diturunkan bila semua atau kebanyakan
keburukan --
teristimewa yang dikenal sebagai akar
keburukan -- menampakkan diri telah menjadi mapan.
Kata-kata “daratan dan lautan”
dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya
hanya semata-mata berdasar pada akal
serta pengalaman manusia, dan
bangsa-bangsa yang kebudayaannya
serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) orang-orang yang
hidup di benua-benua dan orang-orang
yang hidup di pulau-pulau. Ayat ini
berarti, bahwa di zaman menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw., semua bangsa dan umat beragama di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis,
sosial maupun akhlaki.
Keadaan yang diisyaratkan oleh firman Allah Swt. dalam QS.30:42 tersebut kembali terjadi di Akhir Zaman ini, sesuai dengan nubuatan (kabargaib) mengenai pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir Zaman
ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿ ﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾
Dia-lah Yang telah
membangkitkan (mengutus) di kalangan bangsa yang buta huruf
seorang rasul
dari antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah
walaupun sebelumnya mereka berada
dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan
membangkitkannya pada kaum lain dari
antara mereka, yang belum bertemu
dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [61]:3-4).
Tujuan utama pengutusan para Rasul Allah di setiap zaman terjadinya kerusakan akhlak dan ruhani -- termasuk di Akhir Zaman ini melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) --
-- adalah agar manusia melaksanakan perintah Allah Swt., sebagaimana
Allah Swt. berfirman kepada Nabi
Besar Muhammad saw.:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ
الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ
لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ
یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ
Maka hadapkanlah wajah
engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan, pada hari
itu orang-orang beriman dan kafir
akan terpisah. (Ar-Rūm [30]: 44).
“Seburuk-buruk Makhluk” dan “Sebaik-baik
Makhluk” & Pentingnya Melakukan Baiat
kepada Rasul Allah
Perintah
Allah Swt. فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ
الۡقَیِّمِ
-- “maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus,”
sesuai dengan firman Allah Swt.
berikut ini mengenai tugas utama
pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw., yaitu وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا
اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ
ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ – “padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus, serta mendirikan shalat dan membayar
zakat, dan itulah agama yang lurus,” firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ لَمۡ یَکُنِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ
اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ مُنۡفَکِّیۡنَ حَتّٰی
تَاۡتِیَہُمُ الۡبَیِّنَۃُ ۙ﴿﴾ رَسُوۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ
یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً ۙ﴿﴾ فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾ وَ مَا تَفَرَّقَ الَّذِیۡنَ
اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ الۡبَیِّنَۃُ ؕ﴿﴾وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا
اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ
ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha
Pemurah, Maha Penyayang. Orang-orang kafir dari Ahli-kitab dan
orang-orang musyrik tidak
akan berhenti dari kekafiran hingga datang kepada mereka bukti yang nyata, yakni seorang
rasul dari Allah yang membacakan
lembaran-lembaran suci, yang di
alamnya ada perintah-perintah abadi.
Dan orang-orang yang diberi Kitab tidak berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka bukti yang
nyata. Padahal mereka tidak diperin-tahkan melainkan supaya beribadah kepada
Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus, serta mendirikan
shalat dan membayar zakat, dan itulah agama
yang lurus. (Al-Bayyinah [98]:1-6).
Ada
pun mengenai ayat selanjutnya یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ --
pada hari itu orang-orang
beriman dan kafir akan terpisah” (Ar-Rūm [30]:44), hal tersebut dijelaskan oleh Allah Swt.
sebagai “syarrul barriyyah
(seburuk-buruk makhluk) dan khayrul-barriyyah
(sebaik-baik makhluk), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ لَمۡ یَکُنِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ
اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ مُنۡفَکِّیۡنَ حَتّٰی
تَاۡتِیَہُمُ الۡبَیِّنَۃُ ۙ﴿﴾ رَسُوۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ
یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً ۙ﴿﴾ فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾ وَ مَا تَفَرَّقَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ
بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ
الۡبَیِّنَۃُ ؕ﴿﴾ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا
اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ
ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang kafir di kalangan ahlikitab dan
orang-orang musyrik berada dalam neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya, mereka itu seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka itu sebaik-baik makhluk. Ganjaran mereka di
sisi Rabb (Tuhan) mereka kebun-kebun abadi yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya, yang demikian
itu bagi orang yang takut kepada
Rabb-nya (Tuhan-nya)” (Al-Bayyinah [98]:7-9).
Jadi, betapa pentingnya beriman dan baiat kepada Rasul Allah
yang kedatangannya dijanjikan
tersebut (QS.7:35-37). Mengenai pentingnya melakukan baiat, Nabi
Besar Muhammad saw. menyebutkan dalam riwayat
Muslim:
Muslim:
“Man mata walaysa fii `unuqihi bay`ah, faqad mata mitatan jahiliyatan
--
barangsiapa yang hingga matinya tidak ada bai`at di lehernya maka maka sungguhnya matinya adalah mati jahiliyah”.
barangsiapa yang hingga matinya tidak ada bai`at di lehernya maka maka sungguhnya matinya adalah mati jahiliyah”.
Sabda Nabi Besar Muhammad saw.
menjelaskan mengenai pentingnya masalah baiat
kepada Rasul Allah, terutama kepada
beliau saw., firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُبَایِعُوۡنَکَ اِنَّمَا یُبَایِعُوۡنَ اللّٰہَ ؕ یَدُ
اللّٰہِ فَوۡقَ اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ فَمَنۡ نَّکَثَ فَاِنَّمَا یَنۡکُثُ عَلٰی نَفۡسِہٖ ۚ
وَ مَنۡ اَوۡفٰی بِمَا عٰہَدَ عَلَیۡہُ
اللّٰہَ فَسَیُؤۡتِیۡہِ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang baiat kepada engkau sebenarnya mereka baiat kepada Allah. Tangan Allah ada di atas tangan mereka,
maka barangsiapa melanggar janjinya
maka ia melanggar janji atas dirinya sendiri, dan barangsiapa memenuhi apa yang telah dia
janjikan kepada Allah maka Dia
segera akan memberinya ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:11).
Orang
yang “Sakit Jiwa” (Gila) Tidak Pernah Merasa Dirinya “Sakit
Jiwa” (Gila)
Ada pun
hal menarik berkenaan perbedaan antara
sakit jasmani dengan sakit ruhani atau sakit jiwa, yaitu orang yang menderita sakit jasmani dapat merasakan
langsung penderitaan akibat
penyakit yang dialaminya,
sedang penderita sakit jiwa atau sakit ruhani tidak pernah menyadari mau pun merasakan
bahwa dirinya sedang menderita sakit. Bahkan ketika ada orang yang menegur “ulahnya yang tidak normal”
-- bahkan mengganggu
orang-orang lain -- mereka marah dan menganggap orang-orang lain selain mereka sebagai orang-orang yang sakit jiwa atau gila.
Itulah
sebabnya setiap kali Allah Swt. mengutus rasul-rasul
Allah kepada kaum mereka
masing-masing -- yang sedang menderita sakit akhlak dan ruhani -- maka justru para rasul Allah itulah yang dituduh sebagai “orang gila” atau “tukang
sihir”, berikut firman-Nya mengenai tuduhan
mereka terhadap Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ قَالُوۡا یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡ نُزِّلَ عَلَیۡہِ الذِّکۡرُ اِنَّکَ
لَمَجۡنُوۡنٌ ؕ﴿﴾ لَوۡ مَا تَاۡتِیۡنَا بِالۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنۡ کُنۡتَ مِنَ الصّٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan mereka berkata: ”Hai orang yang kepadanya peringatan
(Al-Quran) diturunkan, sesungguhnya engkau
benar-benar orang gila. Mengapa
engkau tidak mendatangkan
malaikat-malaikat kepada kami, jika engkau
termasuk orang-orang yang benar.” (Al-Hijr
[15]:7-8) Lihat pula QS.26:28; QS.QS.37:37; QS.44:15; QS.51:40; & 53;
QS.54:10 &25; QS.68:52).
Majnun tidak hanya berarti “seseorang yang dirasuk oleh syaitan atau jin” atau semata-mata “dirasuk”,
tetapi juga berarti “seorang gila atau orang yang tidak waras
otaknya”, atau “seseorang yang
kemampuan inteleknya telah menjadi sangat lemah” (Lexicon Lane).
Atas tuduhan gila tersebut Allah Swt.
memberikan pembelaan kepada para Rasul Allah --
terutama kepada Nabi Besar Muhammad saw. -- firman-Nya;
فَذَکِّرۡ
فَمَاۤ اَنۡتَ بِنِعۡمَتِ رَبِّکَ
بِکَاہِنٍ وَّ لَا مَجۡنُوۡنٍ ﴿ؕ﴾
Maka tetaplah
memberi peringatan karena dengan karunia
Rabb (Tuhan) engkau, engkau
sekali-kali bukanlah seorang
tukang tenung dan bukan pula
orang gila. (Ath-Thur [52]:30).
Mengenai kesempurnaan akhlak dan ruhani serta makrifat Ilahi Nabi Besar Muhammad saw.
dijelaskan secara rinci dalam QS.68:1-8;
QS.81:20-30, sehingga Allah Swt.
menyatakan bahwa orang-orang yang beriman
dan baiat kepada beliau saw. sebenarnya mereka baiat kepada Allah Swt,
firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُبَایِعُوۡنَکَ اِنَّمَا یُبَایِعُوۡنَ اللّٰہَ ؕ یَدُ
اللّٰہِ فَوۡقَ اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ فَمَنۡ نَّکَثَ فَاِنَّمَا یَنۡکُثُ عَلٰی نَفۡسِہٖ ۚ
وَ مَنۡ اَوۡفٰی بِمَا عٰہَدَ عَلَیۡہُ
اللّٰہَ فَسَیُؤۡتِیۡہِ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang baiat kepada engkau sebenarnya mereka baiat kepada Allah. Tangan Allah ada di atas tangan mereka,
maka barangsiapa melanggar janjinya
maka ia melanggar janji atas dirinya sendiri, dan barangsiapa memenuhi apa yang telah dia
janjikan kepada Allah maka Dia
segera akan memberinya ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:11).
“Umat Terbaik”
Jadi,
kembali kepada firman-Nya mengenai
berbagai kemajuan yang dialami
oleh orang-orang yang baiat kepada Rasul Allah:
اِنَّ
اللّٰہَ اشۡتَرٰی مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَنۡفُسَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ بِاَنَّ
لَہُمُ الۡجَنَّۃَ ؕ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ فَیَقۡتُلُوۡنَ وَ
یُقۡتَلُوۡنَ ۟ وَعۡدًا عَلَیۡہِ حَقًّا فِی التَّوۡرٰىۃِ وَ الۡاِنۡجِیۡلِ وَ
الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ مَنۡ اَوۡفٰی بِعَہۡدِہٖ مِنَ اللّٰہِ فَاسۡتَبۡشِرُوۡا
بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ
ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ
الۡعَظِیۡمُ﴿﴾ اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ
السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ
النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ
بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang
beriman jiwa mereka dan harta mereka bahwa sesungguhya mereka akan memperoleh ganjaran surga. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh, janji yang haq (benar) atas-Nya dalam Taurat, Injil
dan Al-Quran. Dan siapakah yang
lebih menepati janji-nya daripada Allah? فَاسۡتَبۡشِرُوۡا بِبَیۡعِکُمُ الَّذِیۡ بَایَعۡتُمۡ بِہٖ ؕ
وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ -- maka bergembiralah
kamu dengan jual-beli yang telah kamu lakukan dengan-Nya, dan itulah kemenangan yang besar. اَلتَّآئِبُوۡنَ الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ
السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ
النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ
بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- Yaitu orang-orang
yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian
pada jalan Allah, yang ruku',
yang sujud, yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang
keburukan dan yang menjaga
batas-batas yang ditetapkan Allah.
Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah
[9]:111-112).
Karena orang-orang yang beriman dan baiat kepada Rasul Allah
tersebut menyadari bahwa keadaan akhlak
dan ruhaninya dalam keadaan “sakit”,
apabila mereka memenuhi janji yang diikrarkan ketika melakukan baiat kepada Rasul Allah, maka mereka secara bertahap akan mengalami kemajuan
sebagaimana diisyaratkan dalam ayat
اَلتَّآئِبُوۡنَ
الۡعٰبِدُوۡنَ الۡحٰمِدُوۡنَ السَّآئِحُوۡنَ الرّٰکِعُوۡنَ السّٰجِدُوۡنَ
الۡاٰمِرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ النَّاہُوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡحٰفِظُوۡنَ
لِحُدُوۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ بَشِّرِ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- Yaitu orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah,
yang bepergian pada jalan Allah,
yang ruku', yang sujud, yang menyuruh terhadap kebaikan, melarang
keburukan dan yang menjaga
batas-batas yang ditetapkan Allah.
Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah
[9]:111-112), yakni mereka menjadi layak
menyandang sebutan khayra ummah (umat terbaik – QS.2L144; QS.3:111).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 Mei
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar