بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 247
Dua
Macam Perumpamaan (Misal) Umat Islam di Masa Awal dalam Taurat
dan di Akhir Zaman dalam Injil
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai pertanyaan: Kalau keadaaan agama Islam (Al-Quran) seperti keadaan orang yang tidur karena “ruhnya” dicabut sementara
oleh Allah Swt. (QS.32:6; QS.39:43), lalu bagaimana mungkin agama Islam (Al-Quran) atau umat
Islam akan mengalami kejayaan
yang kedua
kali di Akhir Zaman ini melalui
pengutusan Rasul Allah? Firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ
دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya
dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaf [61]:10).
Berikut adalah firman Allah Swt. tentang adanya
persamaan antara pencabutan sementara “ruh”
manusia ketika tidur dan pencabutan sementara “ruh” Al-Quran pada masa kemunduran Islam selama 1000 tahun setelah mengalami masa kejayaannya yang pertama selama 3 abad, firman-Nya:
اَللّٰہُ
یَتَوَفَّی الۡاَنۡفُسَ حِیۡنَ مَوۡتِہَا وَ الَّتِیۡ لَمۡ تَمُتۡ فِیۡ
مَنَامِہَا ۚ فَیُمۡسِکُ الَّتِیۡ قَضٰی عَلَیۡہَا الۡمَوۡتَ وَ یُرۡسِلُ
الۡاُخۡرٰۤی اِلٰۤی اَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ
اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ
لِّقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ﴿﴾
Allah
mencabut jiwa manusia pada waktu matinya,
dan yang belum mati di dalam tidurnya.
Maka Dia menahan jiwa yang Dia
menetapkan kematian atasnya dan mengirimkan
yang lain sampai masa yang telah ditetapkan. Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi kaum yang merenungkan.
(Az-Zumār [39]:43).
Firman-Nya lagi:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ
السَّمَآءِ اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ
یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ
سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi,
kemudian perintah itu akan naik
kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan
lamanya seribu tahun dari apa yang kamu
hitung. (As-Sajdah
[32]:6).
Dua
Misal
(Perumpamaan) Umat Islam dalam Taurat
dan Injil
Ayat
ini menunjuk kepada suatu pancaroba
sangat hebat, yang ditakdirkan akan
menimpa Islam dalam perkembangannya
yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya.
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah
menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau saw.: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup,
kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari,
Kitab-usy-Syahadat).
Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama
masa keunggulan dan keme-nangan
yang tiada henti-hentinya. Peristiwa kemunduran
dan kemerosotannya berlangsung secara
bertahap dalam masa 1000 tahun
berikutnya. Kepada masa 1000 tahun
inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: ضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ -- “Kemudian
perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu
tahun.”
Dalam
hadits lain – sehubungan tafsir Surah
Al-Jumu’ah [62]:3-4, mengenai makna
ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- “dan juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka”, Nabi
Besar Muhammad saw. diriwayatkan
pernah bersabda, bahwa iman akan
terbang ke Bintang Tsuraya maka seseorang
dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿ ﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan
(mengutus) di kalangan bangsa yang
buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا
یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan
membangkitkannya pada kaum lain dari
antara mereka, yang belum bertemu
dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [61]:3-4).
Dengan
kedatangan Al-Masih Masih Mau’ud a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- dalam
abad ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan
Islam telah terhenti dan kebangkitan Islam kembali mulai berlaku.
Berikut
ini dua permisalan mengenai keadaan umat Islam di masa Nabi Besar Muhammad
saw. dalam Taurat, dan permisalan keadaan umat Islam di Akhir
Zaman dalam Injil, sesuai dengan
ayat وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
(Al-Jumu’ah
[61]:4), firman-Nya:
مُحَمَّدٌ
رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ
اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫
سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ
فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ
فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ
اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ
فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih-sayang di antara
mereka, engkau melihat mereka rukuk
serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya,
ciri-ciri pengenal mereka terdapat
pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,
dan perumpaman mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemu-dian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada ba-tangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia
membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah
menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan berbuat amal saleh
di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath
[48]:30).
Pengutusan Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s.
Kata-kata, ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ -- “Dan demikianlah perumpamaan
mereka dalam Taurat,” dapat juga ditujukan kepada pelukisan yang diberikan
oleh Bible, yakni: “Kelihatanlah
ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit
Kades” (Terjemahan ini dikutip dari “Alkitab” dalam bahasa Indonesia,
terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia” tahun 1958). Dalam bahasa Inggrisnya
berbunyi: “He shined forth from mount Paran and he came with ten thousands
of saints,” yang artinya: “Ia nampak
dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu
orang kudus” (Deut.
33:2), Peny).
Dan
ungkapan وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ -- “Dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman…, “
dapat ditujukan kepada perumpamaan
lain dalam Bible, yaitu: “Adalah seorang penabur keluar hendak menabur benih; maka sedang ia menabur, ada
separuh jatuh di tepi jalan, lalu datanglah burung-burung makan, sehinga habis benih itu. Ada separuh jatuh di tempat
yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, maka dengan segera benih itu tumbuh, sebab tanahnya tidak
dalam. Akan tetapi ketika matahari naik, layulah ia, dan sebab ia tiada
berakar, keringlah ia. Ada juga separuh jatuh di tanah semak dari mana duri itu
pun tumbuh serta membantutkan benih itu. Dan ada pula separuh jatuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang seratus, ada yang enam puluh, ada yang tiga
puluh kali ganda banyaknya” (Matius
13:3-8).
Perumpamaan
yang pertama dalam Taurat nampaknya
dikenakan kepada para sahabat Nabi
Besar Muhammad saw. dan perumpamaan yang kedua dalam Injil dikenakan kepada para pengikut rekan sejawat dan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yaitu Al-Masih
Mau’ud a.s., yang berangkat dari suatu permulaan yang sangat kecil
dan tidak berarti, telah ditakdirkan berkembang menjadi suatu organisasi perkasa, dan berangsur-angsur
tetapi tetap maju menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia,
sehingga Islam akan mengungguli dan menang atas semua agama,
dan lawan-lawannya akan merasa heran dan iri
hati terhadap kekuatan dan pamornya, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ
دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya
dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaf [61]:10).
Pengulangan Kisah Monumental “Adam –
Malaikat – Iblis” di Akhir Zaman
Kembali kepada pertanyaan: Kalau keadaaan agama Islam (Al-Quran)
seperti keadaan orang yang tidur
karena “ruhnya” dicabut sementara oleh Allah Swt. (QS.32:6;
QS.39:43), lalu bagaimana mungkin agama
Islam (Al-Quran) atau umat Islam akan mengalami kejayaan yang kedua
kali di Akhir Zaman ini melalui
pengutusan Rasul Allah?
Dari
Al-Quran diketahui bahwa apabila Allah Swt. akan menciptakan “bumi baru” dan “langit baru” untuk menggantikan “bumi lama” dan “langit lama” yang telah penuh dengan
berbagai jenis kerusakan (QS.30:42), selalu dengan perantaraan pengutusan Rasul Allah (QS.14:49-53), yang
digambarkan sebagai penciptaan Adam
sebagai “Khalifah Allah” (QS.2:31-35;
QS.7:12; QS.17:62; QS.18:51; QS.20:117; QS.38:73-75).
Perlu diketahui, bahwa kisah
Nabi Adam a.s. yang dikemukakan dalam
Al-Quran mau pun dalam Bible, pada hakikatnya sama sekali tidak ada
hubungannya dengan penciptaan manusia pertama di permukaan bumi ini,
sebagaimana yang keliru difahami,
melainkan menggambarkan “manusia pertama”
atau “Muslim pertama” pada setiap penciptaan “bumi baru” dan “langit baru” untuk
menggantikan “bumi lama” dan “langit lama” di kalangan Bani
Adam (QS.7:35-37), sebab menurut Allah Swt. dalam Al-Quran bahwa sejak awal pun agama yang hakiki di sisi
Allah Swt. adalah Islam (QS.3:20) dan penganutnya disebut Muslim
(QS.22:78-79).
Begitu juga ketika di Akhir
Zaman ini Allah Swt. berkehendak
untuk menciptakan “bumi baru” dan “langit baru” di kalangan umat Islam yang tengah mengalami “tidur pulas” selama 1000 tahun (QS.32:6) sejak kejayaan
umat Islam yang pertama selama 3 abad
(300 tahun) maka kisah monumental “Adam- Malaikat – Iblis” kembali berulang kejadiannya dengan para pemeran
yang berbeda, tetapi tetap memerankan “Adam”
sebagai “Khalifah Allah”, “para Malaikat” yang “sujud” (patuh-taat) kepada “Adam”, dan “iblis” dengan para pengikutnya yang -- karena bersikap takabbur
berkenaan dengan “Adam” (Khalifah
Allah), sehingga akibatnya ia diusir
dari “surga keridhaan” Allah Swt..
Berikut proses pengangkatan Adam
sebagai Khalifah Allah di kalangan manusia pada zamannya, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنٰکُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنٰکُمۡ ثُمَّ
قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا
لِاٰدَمَ ٭ۖ فَسَجَدُوۡۤا
اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ لَمۡ یَکُنۡ مِّنَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh Kami benar-benar telah menciptakan kamu, kemudian Kami
memberi kamu bentuk, lalu
Kami berfirman kepada para malaikat:
”Sujudlah yakni patuhlah sepenuhnya kamu
kepada Adam," maka mereka bersujud ke-cuali iblis,
ia tidak termasuk orang-orang yang bersujud. (Al-A’rāf
[7]:12).
Kata yang dipergunakan
dalam ayat tersebut adalah kum
(kamu), artinya bahwa ketika Allah Swt. hendak menjadikan Adam sebagai “Khalifah-Nya”, ketika itu ia bukan satu-satunya manusia melainkan bagian dari suatu kaum, dan dari kaum tersebut Allah Swt. telah memilih Adam sebagai Khalifah
(Rasul Allah).
Makna ayat ثُمَّ
صَوَّرۡنٰکُمۡ -- “kemudian Kami
memberi kamu bentuk” artinya bahwa manusia
telah dianugerahi kemampuan oleh
Allah Swt. untuk menuangkan wujud akhlaknya ke dalam berbagai bentuk, sebagaimana tanah
liat mudah diberi bentuk apa pun
oleh pengrajin keramik.
Di antara kaum tersebut yang paling sempurna dalam menuangkan “wujud
akhlaknya” seperti akhlak atau Sifat-sifat
Tasybihiyah Allah Swt. adalah Adam, karena itulah Allah Swt. pada waktu itu telah memilih Adam
sebagai Khalifah-Nya (QS.2:31) serta mengajarkan
kepadanya berbagai rahasia Sifat-sifat-Nya
yang lain, yang para malaikat pun
tidak mampu melaksanakannya atau memberitahukan
hal tersebut kepada Allah Swt., firman-Nya:
وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ
عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ
ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا
عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ﴿﴾قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ
بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ
مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama itu semuanya
kemudian Dia mengemukakan mereka itu kepada para malaikat lalu Dia
berfirman: “Beritahukanlah kepada-Ku
nama-nama mereka ini jika kamu
memang benar.” Mereka berkata: “Mahasuci Engkau, kami tidak memiliki
pengetahuan kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami,
sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” Dia berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama mereka itu”, maka
tatkala diberitahukannya kepada mereka
na-ma-nama mereka itu, Dia berfirman: “Bukankah
telah Aku katakan kepada kamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia seluruh langit dan bumi dan mengetahui
apa pun yang kamu nyatakan dan apa
pun yang kamu sembunyikan?” (Al-Baqarah
[2]:32-34).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar