Selasa, 24 Juni 2014

Pencabutan Sementara "Ruh" Manusia Ketika Tidur dan "Ruh" Al-Quran & Pengulangan Kisah Monumental "Adam - Malaikat - Iblis" di Akhir Zaman

 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   246

Pencabutan Sementara “Ruh” Manusia Ketika Tidur dan “Ruh” Al-Quran & Pengulangan Kisah Monumental “Adam – Malaikat – Iblis”  di Akhir Zaman

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam   akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan    mengenai pertanyaan masalah ruh, firman-Nya:
وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا  قَلِیۡلًا ﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh,  katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan kamu sama sekali  tidak  diberi ilmu mengenai itu melainkan sedikit.” (Bani Israil [17]:86).
      Dalam ayat tersebut  ruh disebut  مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ   -- “atas perintah Rabb-ku”, yakni sesuatu yang diciptakan atas perintah langsung dari Tuhan. Menurut Al-Quran semua penciptaan terdiri dari dua jenis:
      (1) Kejadian permulaan yang dilaksanakan tanpa mempergunakan zat atau benda yang telah diciptakan sebelumnya.
       (2) Kejadian selanjutnya yang dilaksanakan dengan mempergunakan sarana dan benda yang telah diciptakan sebelumnya.
      Kejadian macam pertama termasuk jenis amr (arti harfiahnya ialah perintah), yaitu “kun, fayakun (“Jadilah, maka terjadilah” -- QS.2:118), dan yang terakhir disebut khalq arti harfiahnya ialah menciptakan QS.95:5.  Menurut Allah Swt. ruh manusia termasuk jenis penciptaan pertama.
     Kata ruh itu berarti pula wahyu Ilahi (Lexicon Lane). Letaknya kata ini di sini agaknya mendukung arti demikian, sebagaimana firman Allah Swt. selanjutnya mengenai Al-Quran: 
وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا ﴿﴾
Dan jika Kami benar-benar  menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau  kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu. Kecuali karena rahmat dari Rabb (Tuhan) engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau. (Bani Israil [17]:87-88).

Pencabutan Sementara “Ruh” Al-Quran 

       Ayat-ayat ini nampaknya mengandung nubuatan bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu  atau ruh Al-Quran akan lenyap dari bumi atau dari kalangan umat Islam (QS.32:6; QS.57:17-18). Nubuatan  Nabi Besar Muhammad saw.  serupa itu telah diriwayatkan oleh Mardawaih, Baihaqi, dan Ibn Majah, ketika ruh dan jiwa ajaran Al-Quran akan hilang lenyap dari bumi, dan semua  orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi dahulu kala yang sifatnya serupa dengan mereka — tidak akan berhasil mengembalikan jiwa ajaran Al-Quran dengan usaha mereka bersama-sama, sebagaimana dijelaskan ayat selanjutnya, firman-Nya:
قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا ﴿﴾
Katakanlah: “Jika ins (manusia) dan jin benar-benar berhimpun  untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup men-datangkan yang sama seperti ini,  walaupun  sebagian mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:89).
       Tantangan ini pertama-tama diajukan kepada mereka yang berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan klenik atau  kebathinan,  supaya mereka meminta pertolongan ruh-ruh gaib, yang darinya orang-orang ahli kebatinan itu —  menurut pengakuannya sendiri — menerima ilmu ruhani.
       Tantangan ini berlaku pula untuk semua orang yang menolak bahwa Al-Quran bersumber pada Allah Swt., Tuhan seluruh alam, dan tantangan ini untuk sepanjang masa (QS.2:24-25; QS.10:39; QS.11:14; QS.52;34-35), karena berdasarkan QS.62:3-4 yang akan membawa kembali “ruh Al-Quran” yang telah terbang ke bintang Tsurayya (QS.32:6) adalah Rasul Akhir Zaman yang sekali gus akan mengunggulkan agama Islam yang kedua kali atas semua agama, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai.  (Ash-Shaf [61]:10).
  Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud) di Akhir Zaman ini,  sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.

Pencabutan Sementara   Ruh” Manusia & Jaminan Pemeliharaan Allah Swt.

    Pencabutan sementara ruh Al-Quran tersebut memiliki persamaan dengan pencabutan sementara “ruh” manusia ketika tidur, yang berbeda dengan pencabutan ruh secara kekal ketika manusia mengalami kematian, sebagaimana yang dialami oleh agama-agama yang diwahyukan sebelum agama Islam (Al-Quran), firman-Nya:
اَللّٰہُ  یَتَوَفَّی الۡاَنۡفُسَ حِیۡنَ مَوۡتِہَا وَ الَّتِیۡ لَمۡ تَمُتۡ فِیۡ مَنَامِہَا ۚ فَیُمۡسِکُ الَّتِیۡ قَضٰی عَلَیۡہَا الۡمَوۡتَ وَ یُرۡسِلُ الۡاُخۡرٰۤی  اِلٰۤی اَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ  لِّقَوۡمٍ  یَّتَفَکَّرُوۡنَ﴿﴾
Allah mencabut jiwa manusia pada waktu matinya, dan yang belum mati di dalam tidurnya. Maka Dia menahan jiwa yang Dia menetapkan kematian  atasnya  dan mengirimkan yang lain sampai masa yang telah ditetapkan. Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi kaum yang merenungkan. (Az-Zumār  [39]:43).
   Dengan kematiannya jiwa (ruh) manusia tidak mati atau hancur seperti tubuh jasmaninya, melainkan dicabut dari jasad kasarnya dan disimpan di alam lain untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya pada waktunya. Sedangkan pencabutan “ruh” manusia ketika tidur hanya bersifat sementara, sebab jenis pencabutan ruh tersebut tidak bersifat total seperti pada peristiwa kematian, itulah sebabnya seluruh bagian tubuh jasmani manusia yang mengalami   pencabutan “ruh” ketika tidur tetap berfungsi seperti biasa.
    Demikian pula halnya dengan agama Islam (Al-Quran)   -- berbeda dengan agama-agama yang diturunkan sebelumnya --  pada masa pencabutan sementara “ruhnya” Al-Quran  tidak mengalami kerusakan, keadaannya tetap terpelihara sebagaimana janji Allah Swt. dalam firman-Nya: 
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ  وَ  اِنَّا  لَہٗ  لَحٰفِظُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  Kami-lah Yang  menurunkan peringatan ini, dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya.   (Al-Hijr [15]:10).
       Janji mengenai perlindungan dan penjagaan Al-Quran yang diberikan dalam ayat ini telah genap dengan cara yang sangat menakjubkan, sehingga sekalipun andaikata tidak ada bukti-bukti lainnya, kenyataan ini saja niscaya sudah cukup membuktikan  bahwa Al-Quran itu berasal dari Allah Swt..  
      Surah ini diturunkan di Mekkah (Noldeke pun mengakuinya), ketika kehidupan Nabi Besar Muhammad saw.   beserta para pengikut beliau sangat morat-marit keadaannya, dan musuh-musuh dengan mudah dapat menghancurkan agama yang baru itu. Ketika itulah orang-orang kafir ditantang untuk mengerahkan segenap tenaga mereka guna menghancurkan Islam, dan mereka diperingatkan bahwa Allah Swt.  akan menggagalkan segala tipu-daya mereka sebab Dia sendirilah Penjaganya.

Pengakuan Para Penentang Non-Muslim  

       Tantangan itu terbuka dan tidak samar-samar, sedangkan keadaan musuh kuat lagi kejam, kendatipun demikian Al-Quran tetap selamat dari perubahan, penyisipan, dan pengurangan serta senantiasa terus-menerus menikmati penjagaan yang sempurna.
     Keistimewaan Al-Quran yang demikian itu tidak dimiliki oleh Kitab-kitab lainnya yang diwahyukan  sebelumnya yang telah mengalami  pencabutan ruh” secara total, sehingga secara fisik pun  keadaan   Kitab-kitab suci tersebut mengalami berbagai bentuk kerusakan seperti keadaan tubuh jasmani manusia yang mengalami  kematian.   
     Sir William Muir, sarjana ahli kritik yang tersohor, karena sikapnya memusuhi Islam, berkata: “Kita dapat menetapkan berdasarkan dugaan yang paling keras, bahwa tiap-tiap ayat dalam Al-Quran itu asli dan merupakan gubahan Muhammad sendiri yang tidak mengalami perubahan ...................... Ada jaminan yang kuat, baik dari dalam Alquran maupun dari luar, bahwa kita memiliki teks yang Muhammad sendiri siarkan dan pergunakan ...................... Membandingkan teks asli mereka yang tidak mengalami perubahan itu dengan berbagai naskah kitab-kitab suci kita, adalah membandingkan hal-hal yang antaranya tidak ada persamaan (Introduction to “The Life of Mohammad”).
       Prof. Noldeke, ahli ketimuran besar yang berkebangsaan Jerman menulis sebagai berikut, “Usaha-usaha dari para sarjana Eropa untuk membuktikan adanya sisipan-sisipan dalam Al-Quran di masa kemudian, telah gagal” (Encyclopaedia Britannica).
Kebalikannya, kegagalan mutlak dari Dr. Mingana, beberapa tahun berselang, untuk mencari-cari kelemahan dalam kemurnian teks Al-Quran, membuktikan dengan pasti kebenaran da'wa kitab itu, bahwa di antara semua kitab suci yang diwahyukan, hanya Al-Quran sajalah  yang seluruhnya tetap kebal dari penyisipan atau campur-tangan manusia.
      Mungkin timbul pertanyaan: Kalau keadaaan agama Islam (Al-Quran)  seperti keadaan orang yang tidur karena “ruhnya” dicabut sementara oleh Allah Swt., lalu bagaimana mungkin agama Islam (Al-Quran)  atau umat Islam akan mengalami kejayaan yang  kedua kali di Akhir Zaman ini melalui pengutusan Rasul Allah? Firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai.  (Ash-Shaf [61]:10).

Pengulangan Kisah Monumental “Adam – Malaikat – Iblis”

        Dari Al-Quran diketahui bahwa apabila Allah Swt. akan menciptakan “bumi baru” dan “langit baru” untuk menggantikan “bumi  lama” dan “langit lama” yang telah penuh dengan berbagai jenis kerusakan (QS.30:42), selalu dengan perantaraan pengutusan Rasul Allah (QS.14:49-53), yang digambarkan sebagai penciptaan Adam sebagai “Khalifah Allah” (QS.2:31-35; QS.7:12; QS.17:62; QS.18:51; QS.20:117; QS.38:73-75).
        Perlu diketahui,  bahwa kisah Nabi Adam a.s. yang dikemukakan dalam Al-Quran mau pun dalam Bible,  pada hakikatnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan penciptaan  manusia pertama di permukaan bumi ini, sebagaimana  yang keliru difahami, melainkan menggambarkan “manusia pertama” atau “Muslim  pertama” pada setiap penciptaan “bumi baru” dan “langit baru  untuk menggantikan “bumi  lama” dan “langit lama” di  kalangan Bani Adam (QS.7:35-37), sebab menurut Allah Swt. dalam Al-Quran bahwa sejak awal pun agama yang hakiki di sisi Allah Swt. adalah Islam  (QS.3:20) dan penganutnya disebut Muslim (QS.22:78-79).
        Begitu juga ketika  di Akhir Zaman ini Allah Swt. berkehendak untuk menciptakan “bumi baru” dan “langit baru” di kalangan umat Islam yang tengah mengalami “tidur pulas” selama 1000 tahun (QS.32:6) sejak kejayaan umat Islam yang pertama selama 3 abad (300 tahun) maka kisah monumental  “Adam- Malaikat – Iblis” kembali berulang kejadiannya dengan   para pemeran yang berbeda, tetapi tetap memerankan “Adam” sebagai “Khalifah Allah”,  “para Malaikat  yang “sujud” (patuh-taat) kepada “Adam”, dan “iblis” dengan para pengikutnya yang -- karena bersikap  takabbur berkenaan dengan “Adam” (Khalifah Allah)  -- melakukan pembangkangan terhadap perintah Allah Swt. ketika diperintahkan untuk “sujud” kepada “Adam” (Khalifah Allah) bersama para malaikat, sehingga akibatnya  ia diusir dari “surga keridhaan” Allah Swt..

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  3 Juni    2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar