بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 236
Perumpamaan
“Keledai Pemikul Buku” Bersuara Buruk & Penyebab Munculnya “Kekerasan Atas Nama Agama”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai peringatan
Allah Swt. dan kecaman keras Yesus Kristus terhadap golongan Ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Matius 23:1-39), yang karena kebutaan mata ruhani mereka
dan ketakaburan, mereka telah membunuh atau menyiksa orang-orang suci yang dibangkitkan di kalangan mereka (Matius 23:1-39):
23:29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah
tugu orang-orang saleh 23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita,
tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. 23:31 Tetapi dengan
demikian kamu bersaksi terhadap diri
kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. 23:32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! 23:33 Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan
diri dari hukuman neraka? 23:34 Sebab itu,
lihatlah, Aku mengutus kepadamu
nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu
salibkan, yang lain akan
kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu
dan kamu aniaya dari kota ke kota, 23:35 supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah
orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada
Zakharia anak Berekhya, yang kamu
bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. 23:36 Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan
ditanggung angkatan ini! "
23:37 "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang
diutus kepadamu! Berkali-kali
Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu
tidak mau. 23:38 Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan
dan menjadi sunyi. 23:39 Dan Aku
berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu
tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan!"
Pendakwaan Dusta Sebagai “Kekasih-kekasih Tuhan” dan “Pewaris
Surga”
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab-bab sebelumnya, kepada Rasul
Allah itulah Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia
gaib-Nya (QS.3:180; QS.72:27-29),
yang memungkinkan manusia memiliki makrifat Ilahi yang hakiki, sehingga membuat mereka secara bertahap menjadi “orang-orang
yang dekat” bahkan “bertemu” dengan Allah Swt., yakni meraih
martabat fana, baqa, dan liqaillāh – bukan menjadi
seperti “keledai- pemikul muatan buku-buku tebal” yang tetap bodoh
dan bersuara buruk (QS.31:19-20) --
berikut firman-Nya mengenai pendakwaan
dusta golongan ahli Kitab:
وَ قَالُوۡا لَنۡ
یَّدۡخُلَ الۡجَنَّۃَ اِلَّا مَنۡ کَانَ ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی ؕ تِلۡکَ
اَمَانِیُّہُمۡ ؕ قُلۡ ہَاتُوۡا بُرۡہَانَکُمۡ
اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ بَلٰی ٭ مَنۡ اَسۡلَمَ وَجۡہَہٗ لِلّٰہِ وَ ہُوَ مُحۡسِنٌ فَلَہٗۤ اَجۡرُہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ ۪ وَ
لَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾٪
Dan mereka berkata:
”Tidak akan pernah ada yang akan
masuk surga, kecuali orang-orang
Yahudi atau Nasrani.” Ini
hanyalah angan-angan mereka belaka.
Katakanlah: “Kemukakanlah bukti-bukti
kamu, jika kamu sungguh orang-orang
yang benar. Tidak demikian,
bahkan yang benar ialah barangsiapa berserah diri kepada Allah dan ia berbuat ihsan maka baginya ada
ganjaran di sisi Rabb-nya (Tuhan-nya), tidak
ada ketakutan atas mereka dan tidak
pula mereka akan bersedih. (Al-Baqarah [2]:112-113).
Firman-Nya lagi:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ
وَ النَّصٰرٰی نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا
اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ بِذُنُوۡبِکُمۡ ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ
بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ
اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi serta Nasrani berkata: ”Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: “Jika benar demikian mengapa Dia mengazab kamu karena
dosa-dosamu? Tidak, bahkan kamu
ada-lah manusia-manusia biasa dari antara mereka yang telah Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan Dia mengazab siapa yang Dia kehendaki." Dan kepunyaan
Allah-lah kerajaan seluruh langit dan bumi dan apa pun yang ada di antara keduanya, dan kepada-Nya-lah kembali segala
sesuatu. (Al-Māidah [5]:19).
Dalam kedua firman Allah Swt.
tersebut orang-orang Yahudi dan Kristen kedua-duanya berkhayal kosong sebagai para pewaris surga bahwa hanya orang
Yahudi atau Kristen saja yang
dapat meraih najat (keselamatan), padahal di antara mereka sendiri saling
mengkafirkan, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ لَیۡسَتِ النَّصٰرٰی عَلٰی شَیۡءٍ ۪ وَّ قَالَتِ
النَّصٰرٰی لَیۡسَتِ الۡیَہُوۡدُ عَلٰی شَیۡءٍ ۙ وَّ ہُمۡ یَتۡلُوۡنَ الۡکِتٰبَ ؕ
کَذٰلِکَ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ مِثۡلَ قَوۡلِہِمۡ ۚ فَاللّٰہُ
یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ ﴿
﴾
Dan orang-orang
Yahudi mengatakan: ”Orang-orang Nasrani sekali-kali tidak berdiri di atas sesuatu kebenaran,” dan orang-orang Nasrani mengatakan: ”Orang-orang Yahudi sekali-kali tidak berdiri di atas sesuatu kebenaran.”
Padahal mereka membaca Alkitab
yang sama. Demikian pula orang-orang
yang tidak mengetahui berkata seperti ucapan
mereka itu, maka pada Hari Kiamat
Allah akan menghakimi di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. (Al-Baqarah [2]:114).
Syay-’i
berarti: sesuatu; sesuatu yang baik; kepentingan; apa yang dihendaki
(Lexicon Lane). Tidak ada
yang lebih asing di dalam jiwa Islam
daripada perlawanan terhadap kebenaran. Islam mengajarkan bahwa semua agama mempunyai kebenaran-kebenaran tertentu, dan suatu agama
disebut benar, tidak karena memonopoli kebenaran, melainkan karena
mempunyai segala kebenaran dan bebas
dari segala bentuk ketidakbenaran.
Sambil
mengatakan mengenai dirinya agama yang
sempurna dan lengkap (QS.5:4), Islam
dengan terus terang mengakui adanya kebenaran dan kebaikan-kebaikan tertentu yang dimiliki oleh agama-agama lain, walau pun tidak dapat dibandingkan dengan kebenaran sempurna yang dimiliki
Al-Quran sebagai agama terakhir yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. bagi seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108;
QS.25:2; QS.34:29).
Fana, Baqa dan Liqa
Kembali
kepada QS.2:113 yang menafikan
(menolak) pendakwaan orang-orang Yahudi dan Nashrani (Kristen) pada ayat 112 sebagai para pewaris
surga dan “kekasih Allah”, Dia berfirman:
بَلٰی ٭ مَنۡ اَسۡلَمَ وَجۡہَہٗ لِلّٰہِ
وَ ہُوَ مُحۡسِنٌ فَلَہٗۤ اَجۡرُہٗ
عِنۡدَ رَبِّہٖ ۪ وَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ
وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾٪
Tidak demikian, bahkan yang benar ialah barangsiapa
berserah diri kepada Allah dan ia berbuat ihsan maka baginya ada
ganjaran di sisi Rabb-nya (Tuhan-nya),
tidak ada ketakutan atas mereka
dan tidak pula mereka akan bersedih.
(Al-Baqarah
[2]:113).
Wajh
dalam ayat مَنۡ اَسۡلَمَ وَجۡہَہٗ لِلّٰہِ -- “Tidak demikian,
bahkan yang benar ialah barangsiapa
berserah diri kepada Allah” berarti: wajah (muka); benda itu
sendiri; tujuan dan motif; perbuatan atau tindakan
yang kepadanya seseorang menujukan perhatian; jalan yang diinginkan, anugerah
atau kebaikan (Aqrab-al-Mawarid).
Ayat ini
memberi isyarat kepada ketiga taraf
penting ketakwaan sempurna,
yaitu: fana (menghilangkan diri),
baqa (kelahiran kembali), dan liqa (memanunggal dengan Allah
Swt.). Kata-kata وَجۡہَہٗ لِلّٰہِ -- “berserah diri kepada Allah” berarti segala kekuatan
dan anggota tubuh kita, dan apa-apa yang menjadi bagian diri kita, hendaknya diserahkan kepada Allah Swt. seutuhnya
dan dibaktikan kepada-Nya. Keadaan itu
dikenal sebagai fana atau kematian
yang harus ditimpakan seorang Muslim
atas dirinya sendiri.
Anak-kalimat kedua وَ ہُوَ مُحۡسِنٌ -- “dan
ia berbuat ihsan” menunjuk kepada keadaan baqa atau kelahiran kembali, sebab bila seseorang
telah melenyapkan dirinya (fana)
dalam cinta Ilahi atau kehendak Ilahi dan segala tujuan serta keinginan duniawi telah lenyap,
ia seolah-olah dianugerahi kehidupan
baru yang dapat disebut baqa atau kelahiran kembali, maka ia hidup
untuk Allah Swt. dan bakti kepada umat manusia.
Kata-kata penutup وَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا
ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ -- “tidak ada ketakutan atas
mereka dan tidak pula mereka akan
bersedih” menjelaskan taraf kebaikan
ketiga dan tertinggi — taraf liqa-illah
atau manunggal (menyatu) dengan Allah Swt. dalam Sifat-sifat,
yang dalam Al-Quran (QS.89:28) disebut pula “jiwa yang tenteram” atau nafs-al- Muthma’innah, firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ
الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ﴾ ارۡجِعِیۡۤ
اِلٰی رَبِّکِ رَاضِیَۃً مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾ فَادۡخُلِیۡ
فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang
tenteram! Kembalilah kepada Rabb (Tuhan) engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau, maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah
ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr [89]:27-29).
Ini
merupakan tingkat perkembangan ruhani
tertinggi di dunia ini ketika manusia ridha kepada Rabb-nya (Tuhan-nya) dan Tuhan pun ridha kepadanya (QS.58:23).
Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat
surgawi, ia menjadi kebal
terhadap segala macam kelemahan akhlak,
ia diperkuat dengan kekuatan ruhani
yang khusus. Ia “manunggal” dengan Allah Swt.
dalam Sifat-sifat-Nya dan kehendak-Nya, serta dan tidak dapat
hidup tanpa Dia. Di dunia inilah dan
bukan sesudah mati perubahan ruhani besar terjadi di dalam dirinya, dan di dunia
inilah dan bukan di tempat lain jalan
dibukakan baginya untuk masuk ke surga.
Tanpa
mengarungi tiga tingkatan suluk
tersebut maka para pemeluk agama
apa pun akan mengalami keadaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan peringatan Allah Swt. dalam Al-Quran dan
sebelum ini:
“Orang yang tidak bisa menemui pengetahuan ini di dalam dirinya tidak akan menjadi arif walaupun dia membaca seribu buah buku.”
Yakni akan seperti “keledai
yang memikul buku-buku tebal ilmu pengetahuan” tetapi tetap saja bodoh, penakut dan bersuara
buruk (QS.31:19-20 & QS.74:50-57), firman-Nya:
مَثَلُ الَّذِیۡنَ حُمِّلُوا التَّوۡرٰىۃَ
ثُمَّ لَمۡ یَحۡمِلُوۡہَا
کَمَثَلِ الۡحِمَارِ یَحۡمِلُ اَسۡفَارًا
ؕ بِئۡسَ مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِیۡنَ
کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ
لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
“Misal (perumpamaan) orang-orang
yang dipikulkan kepada mereka Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya, adalah semisal keledai yang memikul kitab-kitab. Sangat buruk misal
kaum yang mendustakan Tanda-tanda Allah. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kaum yang zalim. (Al-Jumu’ah
[62]:6).
Para Pembuat Kerusakan di Muka Bumi Hidangan
Para Penghuni Neraka
Karena
mereka tidak memahami secara mendalam hakikat ajaran agama
-- terutama agama Islam
(Al-Quran) -- serta
memahami pentingnya mengalami
mi’raj ruhani atau suluk (perjalanan ruhani) menuju “perjumpaan” dengan Allah Swt., maka mereka akan menjadi golongan yang karena
hanya mempelajari “kulit agama” saja
maka “pendalaman agama” yang mereka lakukan hanya berkisar melakukan perdebatan sengit masalah
halal dan haram yang -- karena keakuan dan ketakaburan masing-masing pihak -- berujung satu sama lain saling
mengkafirkan, dan bahkan saling serang secara fisik
(QS.3:106-108 & QS.98:1-9),
sebagaimana yang terjadi di masa
menjelang diutus-Nya Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan, termasuk di
Akhir Zaman ini (QS.61:10) -- firman-Nya:
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنۡ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰہِ اَنۡ
یُّذۡکَرَ فِیۡہَا اسۡمُہٗ وَ سَعٰی فِیۡ خَرَابِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ مَا کَانَ
لَہُمۡ اَنۡ یَّدۡخُلُوۡہَاۤ اِلَّا خَآئِفِیۡنَ ۬ؕ لَہُمۡ فِی الدُّنۡیَا خِزۡیٌ وَّ لَہُمۡ فِی
الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ﴿ ﴾
Dan siapakah yang
lebih zalim daripada orang yang
menghalangi orang yang menyebut nama-Nya di dalam mesjid-mesjid Allah dan berupaya merobohkannya? Mereka
itu tidak layak masuk ke dalamnya
kecuali dengan rasa takut. Bagi mereka ada kehinaan di dunia, dan bagi mereka azab yang besar di akhirat.
(Al-Baqarah
[2]:115).
Ayat ini merupakan tudingan keras terhadap mereka yang
membawa perbedaan-perbedaan agama
mereka sampai ke titik runcing, sehingga
malahan tidak segan-segan merobohkan
atau menodai tempat-tempat beribadah
milik agama-agama lain.
Mereka
menghalang-halangi orang menyembah Tuhan
di tempat-tempat suci mereka sendiri,
dan bahkan bertindak begitu jauh, hingga membinasakan
rumah-rumah ibadah mereka. Tindakan kekerasan demikian di sini dicela dengan kata-kata keras dan di samping itu ditekankan ajaran toleransi dan berpandangan
luas.
Al-Quran mengakui adanya kebebasan dan hak yang tidak dibatasinya bagi semua orang untuk menyembah Tuhan di tempat ibadah, sebab kuil,
gereja atau masjid adalah tempat
yang dibuat untuk beribadah kepada Allah,
sedangkan orang yang menghalangi orang
lain beribadah kepada Tuhan dalam
tempat itu, pada hakikatnya telah membantu
kehancuran dan kebinasaan tempat
tersebut.
Kembali kepada pembahasan ayat-ayat Surah Al-Wāqi’ah
mengenai para penghuni surga golongan
as-sābiqūna-sābiqūn ( yang
benar-benar paling dahulu) atau golongan
al-muqarrabūn (yang dekat dengan
Tuhan – QS.56:11-12) yang menikmati berbagai jenis minuman dan makanan surgawi pilihan mereka (QS.56:13-27), bertolak-belakang dengan
mereka sebaliknya penghuni neraka akan disuruh minum air yang sangat panas atau sangat dingin sebagaimana akanb dijelaskan selanjutnya, firman-Nya:
ہٰذَا ذِکۡرٌ ؕ وَ
اِنَّ لِلۡمُتَّقِیۡنَ لَحُسۡنَ
مَاٰبٍ ﴿ۙ﴾ جَنّٰتِ عَدۡنٍ مُّفَتَّحَۃً لَّہُمُ
الۡاَبۡوَابُ ﴿ۚ﴾ مُتَّکِـِٕیۡنَ فِیۡہَا یَدۡعُوۡنَ
فِیۡہَا بِفَاکِہَۃٍ کَثِیۡرَۃٍ وَّ
شَرَابٍ ﴿﴾ وَ عِنۡدَہُمۡ
قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ اَتۡرَابٌ﴿﴾ ہٰذَا مَا تُوۡعَدُوۡنَ لِیَوۡمِ الۡحِسَابِ ﴿ؓ﴾ اِنَّ
ہٰذَا لَرِزۡقُنَا مَا لَہٗ
مِنۡ نَّفَادٍ﴿ۚۖ﴾
Inilah suatu peringatan, dan sesungguhnya bagi orang-orang bertakwa benar-benar sebaik-baik tempat kembali. Kebun-kebun
abadi yang pintu-pintunya selalu terbuka untuk mereka. Di
dalamnya mereka duduk bersandar, mereka di dalamnya meminta berbagai buah-buahan yang banyak
dan minuman. Dan di sisi mereka ada jodoh-jodoh dengan pandangan mereka tunduk, yang sebaya umurnya. Inilah apa yang telah dijanjikan kepada kamu untuk Hari
Perhitung-an. Sesungguhnya ini benar-benar rezeki Kami yang tidak ada habis-habisnya. (Shād [38]:50-55).
Hidangan Buruk Para Penghuni Neraka & “Saling
Mengutuk”
Makna “Hari Perhitungan” adalah ketika seluruh
kaum layak menerima ganjaran atau
azab Ilahi sesuai dengan amal perbuatan mereka. Hari Perhitungan akan datang kepada
setiap orang, masyarakat, dan bangsa dalam kehidupan
di dunia ini juga (QS.7:35-37). Selanjutnya
Dia berfirman:
ہٰذَا ؕ وَ اِنَّ
لِلطّٰغِیۡنَ لَشَرَّ مَاٰبٍ ﴿ۙ﴾ جَہَنَّمَ ۚ یَصۡلَوۡنَہَا ۚ فَبِئۡسَ الۡمِہَادُ ﴿﴾ ہٰذَا ۙ فَلۡیَذُوۡقُوۡہُ حَمِیۡمٌ وَّ غَسَّاقٌ ﴿ۙ﴾ وَّ اٰخَرُ
مِنۡ شَکۡلِہٖۤ اَزۡوَاجٌ ﴿ؕ﴾
Inilah untuk orang-orang beriman. Dan sesungguhnya untuk orang-orang durhaka benar-benar seburuk-buruk tempat-kembali, yaitu neraka Jahannam, mereka akan masuk ke dalamnya, maka alangkah buruknya tempat tinggal
itu! Inilah balasan mereka, maka mereka merasakannya, cairan
mendidih dan minuman sangat dingin
yang berbau busuk, dan berbagai macam lainnya yang serupa
dengannya. (Shād [38]:56-59).
Penghuni neraka akan disuruh
minum air yang sangat panas atau sangat dingin karena mereka ketika hidup
di dunia tidak memfaedahkan dengan
sebaik-baiknya berbagai potensi (kemampuan) yang dianugerahkan Allah Swt. kepada
mereka dan menggunakannya
sampai batas-batas maksimum, serta tidak mengambil jalan-tengah yang sehat, maka mereka akan disuruh minum air yang sangat panas atau air yang sangat dingin, sesuai dengan sikap buruk mereka.
Di
samping arti yang diberikan dalam terjemahan ayat, ayat وَّ اٰخَرُ مِنۡ شَکۡلِہٖۤ اَزۡوَاجٌ
-- dan berbagai macam lainnya yang
serupa dengannya” ini dapat juga berarti “Dan seperti
mereka akan ada rombongan-rombongan
lain dengan corak yang sama dengan
mereka” (QS.7:38-42). Selanjutnya Allah
Swt. berfirman:
ہٰذَا فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ مَّعَکُمۡ ۚ لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ
صَالُوا النَّارِ ﴿﴾ قَالُوۡا بَلۡ
اَنۡتُمۡ ۟ لَا مَرۡحَبًۢا بِکُمۡ ؕ اَنۡتُمۡ قَدَّمۡتُمُوۡہُ لَنَا ۚ فَبِئۡسَ الۡقَرَارُ ﴿﴾ قَالُوۡا رَبَّنَا مَنۡ قَدَّمَ لَنَا ہٰذَا فَزِدۡہُ
عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ ﴿﴾
Mereka ini adalah rombongan yang masuk berdesakan beserta
kamu. Tidak ada sambutan selamat
datang bagi mereka, sesungguhnya mereka
akan masuk ke dalam Api. Mereka berkata: “Tidak,
bahkan kamulah yang tidak ada sambutan selamat datang bagi kamu.
Kamulah yang telah menyiapkannya bagi kami.” Maka alangkah buruknya tempat tinggal
itu Mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, barangsiapa yang telah menyediakan ini bagi kami maka tambah-kanlah
kepadanya azab yang berlipat-ganda
dalam Api.” (Shād [38]:60-62).
Ketika para pemimpin kekafiran yang menentang Rasul Allah melihat serombongan pengikut
mereka datang ke neraka, mereka
akan diberitahu, bahwa serombongan pengikut
mereka pun akan masuk ke dalam api
bersama-sama mereka. Karena pengikut-pengikut mereka buru memburu atau berlomba-lomba mengikuti mereka dengan membabi-buta dan tanpa panjang pikir
lagi menolak kebenaran maka mereka
akan memasuki neraka
berdesak-desakan.
Para
pengikut pemimpin-pemimpin keingkaran
akan mengutuk para pemimpin mereka dengan kata-kata itu.
Para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin akan kutuk-mengutuk. Telah menjadi fitrat
manusia bahwa bila manusia dihadapkan kepada akibat-akibat buruk perbuatannya, ia berusaha melemparkan tuduhan kepada orang lain. Tepat seperti itulah umumnya
diperbuat orang-orang bersalah ketika
mereka berhadapan dengan akibat-akibat
perbuatan buruk mereka yang mengerikan
itu, itulah makna “perbantahan di antara mereka” dalam ayat 60.
Dalam ayat berikutnya para pengikut pemimpin-pemimpin
kekafiran akan berseru supaya kutukan
Tuhan menimpa para pemimpin
mereka dahulu قَالُوۡا رَبَّنَا مَنۡ قَدَّمَ لَنَا ہٰذَا فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی
النَّارِ -- “Mereka berkata: Hai Rabb (Tuhan) kami, barangsiapa yang telah menyediakan ini bagi kami maka tambahkanlah
kepadanya azab yang berlipat-ganda
dalam Api.”
Pengulangan Kebenaran Ucapan
Nabi Nuh a.s. Mengenai Nasib Buruk
Para Penentang Beliau
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai keheranan para penghuni
neraka karena para pengikut Rasul Allah yang mereka tuduh
sebagai orang-orang yang sesat dan menyesatkan
tidak ada bersama mereka di neraka jahannam:
وَ قَالُوۡا مَا لَنَا لَا نَرٰی
رِجَالًا کُنَّا نَعُدُّہُمۡ مِّنَ الۡاَشۡرَارِ ﴿ؕ﴾ اَتَّخَذۡنٰہُمۡ سِخۡرِیًّا اَمۡ
زَاغَتۡ عَنۡہُمُ الۡاَبۡصَارُ ﴿﴾ اِنَّ
ذٰلِکَ لَحَقٌّ تَخَاصُمُ
اَہۡلِ النَّارِ ﴿٪﴾
Dan ahli neraka berkata: “Apa yang terjadi dengan kami sehingga kami tidak melihat orang-orang yang kami duga termasuk orang-orang buruk? Apakah karena kami telah memperolok-olok
mereka, ataukah mata kami menyimpang dari melihat mereka?”
Sesungguhnya itu pasti terjadi, yaitu pertengkaran
ahli neraka. (Shād [38]:63).
Yang
diisyaratkan dengan “orang-orang yang kami
duga termasuk orang-orang buruk ” adalah
orang-orang yang beriman kepada Rasul
Allah yang mereka dustakan dan perolok-olokkan. Para penghuni
neraka akan saling bertanya, “Apakah gerangan yang terjadi atas diri kita
ini sehingga kita tidak melihat di sini
orang-orang yang kita anggap tidak berarti dan kita cemoohkan itu dalam kehidupan di dunia. Tidak layakkah mereka
kita ejek, ataukah mereka
sungguh-sungguh orang-orang baik dan kudus, ataukah mereka itu ada di neraka
tetapi kita tidak melihat
mereka?”
Dengan
demikian benarlah firman Allah Swt.
mengenai ucapan Nabi Nuh a.s. yang
dikemukakan dalam Bab 228 sebelum ini
mengenai nasib buruk yang akhirnya
akan menimpa para penentang beliau, firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ
اَجۡرَمُوۡا کَانُوۡا مِنَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا یَضۡحَکُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا مَرُّوۡا
بِہِمۡ یَتَغَامَزُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا
انۡقَلَبُوۡۤا اِلٰۤی اَہۡلِہِمُ
انۡقَلَبُوۡا فَکِہِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ
لَضَآلُّوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ مَاۤ اُرۡسِلُوۡا عَلَیۡہِمۡ حٰفِظِیۡنَ ﴿ؕ﴾ فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ
یَضۡحَکُوۡنَ ﴿ۙ﴾ عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ ہَلۡ ثُوِّبَ
الۡکُفَّارُ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ
﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang
berdosa biasa menertawakan orang-orang yang beriman, dan apabila mereka lewat di dekat mereka itu, mereka saling mengedipkan mata. Dan apabila mereka
kembali kepada sanak-saudara mereka, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat mereka itu, mereka berkata, “Sesungguhnya mereka
itu pasti sesat!” Dan mereka tidak
diutus kepada mereka itu sebagai penjaga.
Maka pada hari itu orang-orang mukmin
terhadap orang-orang kafir akan
menertawakan, mereka duduk di
atas dipan-dipan sambil memandang. Bukankah orang-orang kafir diganjar untuk apa yang senantiasa mereka kerjakan? (Al-Muthaffifīn
[83]:30-37).
Orang-orang kafir selalu dengan diam-diam menertawakan nubuatan-nubuatan dalam Al-Quran
mengenai penyebaran serta kemenangan Islam secara cepat, yang
dikumandangkan Nabi Besar Muhammad saw.
pada saat ketika Islam sedang
berjuang mati-matian mempertahankan
wujudnya sendiri.
Kata-kata فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ
یَضۡحَکُوۡنَ -- “Maka pada
hari itu orang-orang mukmin terhadap orang-orang
kafir akan menertawakan, mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang” ini berarti:
(1) sambil duduk di atas singgasana kemuliaan, orang-orang beriman akan menyaksikan nasib
sedih yang akan menimpa orang-orang
kafir sombong.
(2) sambil duduk di atas singgasana kekuasaan, mereka akan berlaku adil terhadap orang banyak,
(3) mereka akan menaruh perhatian layak terhadap keperluan
orang lain, itu pula arti kata nazhara (Lexicon Lane).
Nubuatan
(kabar gaib) atau Sunnatullah
berkenaan “mereka yang mentertawakan”
para Rasul Allah dan para pengikutnya lalu
mereka akan menjadi “pihak
yang ditertawakan”, hal tersebut
dikemukakan pula oleh Nabi Nuh
a.s. dalam firman-Nya berikut ini:
وَ اُوۡحِیَ اِلٰی
نُوۡحٍ اَنَّہٗ لَنۡ یُّؤۡمِنَ مِنۡ
قَوۡمِکَ اِلَّا مَنۡ قَدۡ اٰمَنَ فَلَا تَبۡتَئِسۡ بِمَا کَانُوۡا
یَفۡعَلُوۡنَ﴿ۚۖ﴾ وَ اصۡنَعِ الۡفُلۡکَ بِاَعۡیُنِنَا وَ وَحۡیِنَا وَ لَا
تُخَاطِبۡنِیۡ فِی الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا ۚ اِنَّہُمۡ مُّغۡرَقُوۡنَ ﴿﴾ وَ یَصۡنَعُ الۡفُلۡکَ ۟ وَ کُلَّمَا مَرَّ عَلَیۡہِ مَلَاٌ
مِّنۡ قَوۡمِہٖ سَخِرُوۡا مِنۡہُ ؕ
قَالَ اِنۡ تَسۡخَرُوۡا مِنَّا فَاِنَّا
نَسۡخَرُ مِنۡکُمۡ کَمَا تَسۡخَرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ مَنۡ یَّاۡتِیۡہِ عَذَابٌ
یُّخۡزِیۡہِ وَ یَحِلُّ عَلَیۡہِ
عَذَابٌ مُّقِیۡمٌ﴿﴾
Dan telah diwahyukan
kepada Nuh: “Tidak akan pernah beriman seorang pun dari kaum engkau selain orang
yang telah beriman sebelumnya maka janganlah engkau bersedih mengenai apa yang senantiasa mereka kerjakan. Dan buatlah
bahtera itu di hadapan pengawasan mata Kami
dan sesuai dengan wahyu Kami. Dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku mengenai orang yang zalim,
se-sungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” Dan ia
mulai membuat bahtera itu, dan setiap
kali pemuka-pemuka kaumnya sedang melewatinya, mereka itu menertawakannya. Ia, Nuh,
berkata: “Jika kini kamu
mentertawakan kami maka saat itu akan datang ketika kami pun akan mentertawakan kamu,
seperti kamu mentertawakan kami.
Maka segera kamu akan mengetahui
siapa yang kepadanya akan datang azab yang
akan menistakannya, dan kepada
siapa akan menimpa azab yang tetap.”
(Hūd
[11]:37-40).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 Mei
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar