بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
192
Makna Kesaksian
Ruh Manusia Mengenai Tauhid Ilahi & Hubungan Makrifat Ilahi dengan Kemampuan
Menghindari Dosa
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai kelancangan para pemuka kaum Yahudi mengada-adakan kedustaan atas nama
Allah Swt. berkenaan buku-buku yang direkasaya mereka dengan mengatas-namakan Allah Swt., firman-Nya:
وَ مِنۡہُمۡ اُمِّیُّوۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ الۡکِتٰبَ اِلَّاۤ اَمَانِیَّ وَ اِنۡ ہُمۡ اِلَّا یَظُنُّوۡنَ ﴿﴾فَوَیۡلٌ
لِّلَّذِیۡنَ یَکۡتُبُوۡنَ الۡکِتٰبَ بِاَیۡدِیۡہِمۡ ٭ ثُمَّ یَقُوۡلُوۡنَ ہٰذَا مِنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ لِیَشۡتَرُوۡا بِہٖ ثَمَنًا قَلِیۡلًا ؕ فَوَیۡلٌ لَّہُمۡ مِّمَّا کَتَبَتۡ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ وَیۡلٌ لَّہُمۡ مِّمَّا
یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾
Dan di
antara mereka ada yang buta huruf,
mereka tidak mengetahui Alkitab kecuali beberapa khayalan palsu belaka, bahkan mereka
tidak lain kecuali hanya menduga-duga.
Maka celakalah orang-orang yang menulis Alkitab
dengan tangan mereka sendiri kemudian berkata: “Ini dari sisi Allah”, supaya dengan itu mereka memperoleh sedikit keuntungan. Maka celakalah mereka disebabkan apa yang ditulis oleh tangan mereka
dan celakalah mereka karena apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah [2]79-80).
Perbuatan Buruk Menentang Rasul Allah yang Senantiasa Berulang
Ummiyyun
berarti mereka yang tidak mengetahui
suatu Kitab wahyu. Kata itu jamak dari ummiy yang berarti orang yang
tidak dapat membaca atau menulis. Yakni ada orang-orang Yahudi yang menulis
kitab-kitab atau bagian-bagiannya
dan kemudian mengemukakannya sebagai Kalamullah.
Perbuatan buruk seperti itu telah biasa pada orang-orang Yahudi, karena itu di
samping Kitab-kitab Bible ada
sejumlah kitab yang dianggap oleh orang-orang Yahudi sebagai
diwahyukan, sehingga sekarang menjadi
tidak mungkin membedakan Kitab-kitab
Wahyu dari kitab yang bukan-wahyu.
Mengenai perbuatan
buruk yang biasa dilakukan di kalangan
orang-orang Yahudi lihat pula
QS.3:70-74; QS.4:47; QS.5:13-14 & 42-44, dan pada hakikatnya sikap buruk seperti itu dilakukan oleh semua penentang Rasul Allah
di setiap zaman -- termasuk di Akhir
Zaman ini oleh orang-orang yang meniru-niru perbuatan buruk menjual ayat-ayat Allah seperti itu -- seakan-akan mereka itu satu sama lain telah saling mewasiyatkan perbuatan buruk tersebut, padahal
mereka mengetahui nubuatan-nubuatan mengenai kedatangan Rasul Allah yang dijanjikan
kepada mereka itu bagaikan mereka mengenal
anak-anak mereka sendiri (QS.2:147; QS.6:21), firman-Nya:
فَفِرُّوۡۤا اِلَی اللّٰہِ ؕ
اِنِّیۡ لَکُمۡ مِّنۡہُ
نَذِیۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿ۚ﴾ وَ لَا تَجۡعَلُوۡا
مَعَ اللّٰہِ اِلٰـہًا اٰخَرَ ؕ اِنِّیۡ لَکُمۡ مِّنۡہُ
نَذِیۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿ۚ﴾ کَذٰلِکَ مَاۤ اَتَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا
قَالُوۡا سَاحِرٌ اَوۡ مَجۡنُوۡنٌ ﴿ۚ﴾ اَتَوَاصَوۡا بِہٖ ۚ
بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ طَاغُوۡنَ ﴿ۚ﴾ فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ
فَمَاۤ اَنۡتَ بِمَلُوۡمٍ ﴿٭۫﴾
وَّ ذَکِّرۡ فَاِنَّ الذِّکۡرٰی تَنۡفَعُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
وَ مَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَ الۡاِنۡسَ
اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡنِ ﴿﴾
Demikianlah sekali-kali tidak pernah datang kepada
orang-orang sebelum mereka seorang rasul melainkan mereka berkata: “Dia tukang sihir, atau orang gila!” Adakah mereka saling mewasiatkan mengenai
itu? Tidak, bahkan mereka itu semua kaum
pendurhaka. Maka berpalinglah
dari mereka dan engkau tidak akan
tercela. Dan berilah
selalu nasihat karena sesungguhnya
nasihat itu berman-faat bagi
orang-orang beriman. Dan Aku sekali-kali tidak menciptakan jin dan ins (manusia) melainkan supaya
mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzāriyāt [51]:53-57).
Makna “Kesaksian Ruh” Manusia Tentang
Tauhid Ilahi
Begitu menyoloknya persamaan tuduhan-tuduhan dusta atau fitnah-fitnah
yang dilancarkan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan para Mushlih rabbani (Rasul Allah) lainnya oleh lawan-lawan mereka sepanjang masa,
sehingga nampaknya orang-orang kafir
dari abad tertentu menurunkan (mewariskan) tuduhan-tuduhan
itu kepada keturunan mereka, supaya
terus melancarkan lagi tuduhan-tuduhan
itu kepada Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan kepada mereka
(QS.7:35-37).
Setelah mengemukakan perbuatan-perbuatan
buruk yang dilakukan oleh para penentang Rasul Allah di setiap zaman, selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai tujuan utama diciptakan-Nya
jin dan ins (manusia), firman-Nya:
وَ مَا
خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَ الۡاِنۡسَ اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡنِ
Dan Aku sekali-kali tidak menciptakan jin dan ins (manusia) melainkan supaya
mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzāriyāt [51]: 57).
Arti yang utama untuk kata ‘ibadah adalah
menundukkan diri sendiri
kepada disiplin keruhanian yang
ketat, lalu bekerja dengan segala kemampuan dan kekuatan yang ada sampai
sepenuh jangkauannya, sepenuhnya serasi
dengan dan taat kepada perintah-perintah Ilahi agar menerima meterai pengesahan Allah Swt. dan mampu mencampurkan
dan menjelmakan dalam dirinya sendiri
Sifat-sifat Tasybihiyyah Allah Swt., sebagaimana yang telah
diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.33:22).
Sebagaimana tersebut
dalam ayat ini itulah maksud dan tujuan agung lagi mulia bagi penciptaan manusia
dan memang itulah makna ibadah kepada
Allah Swt.. Karunia-karunia lahir dan
batin yang terdapat pada sifat manusia memberikan dengan jelas
pengertian kepada kita, bahwa ada di antara berbagai kemampuan
manusia yang membangunkan pada dirinya adalah dorongan
untuk mencari Allah Swt. dan yang meresapkan kepadanya keinginan mulia untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah
Swt. sebagaimana diisyaratkan oleh pengakuan setiap ruh
manusia mengenai Tauhid Ilahi berikut ini:
وَ اِذۡ اَخَذَ رَبُّکَ مِنۡۢ بَنِیۡۤ اٰدَمَ مِنۡ ظُہُوۡرِہِمۡ
ذُرِّیَّتَہُمۡ وَ اَشۡہَدَہُمۡ عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ ۚ اَلَسۡتُ بِرَبِّکُمۡ ؕ
قَالُوۡا بَلٰی ۚۛ شَہِدۡنَا ۚۛ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ
اِنَّا کُنَّا عَنۡ ہٰذَا
غٰفِلِیۡنَ ﴿﴾ۙ اَوۡ تَقُوۡلُوۡۤا
اِنَّمَاۤ اَشۡرَکَ اٰبَآؤُنَا مِنۡ قَبۡلُ وَ کُنَّا ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ
ۚ اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ
نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ وَ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau mengambil
kesaksian dari bani
Adam yakni dari sulbi keturunan mereka serta menjadikan mereka saksi atas dirinya sendiri sambil berfirman: ”Bukankah Aku Rab (Tuhan) kamu?”
Mereka berkata: “Ya benar, kami menjadi saksi.” Hal itu supaya kamu tidak berkata pada Hari Kiamat: “Sesungguhnya kami
benar-benar lengah dari hal ini.” Atau
kamu mengatakan: ”Sesungguhnya
bapak-bapak kami dahulu yang berbuat syirik, sedangkan kami hanyalah keturunan sesudah mereka. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena apa yang telah dikerjakan oleh orang-orang yang berbuat batil itu?” Dan demikianlah Kami menjelaskan Tanda-tanda
itu dan supaya mereka kembali kepada yang
haq. (Al-A’rāf [7]:173-175).
Ayat 173
itu menunjukkan kepada kesaksian atau
pengakuan yang tertanam dalam fitrat manusia sendiri mengenai adanya Dzat Mahatinggi Yang telah menciptakan seluruh alam serta mengendalikannya (QS.30:31). Atau ayat itu dapat merujuk
kepada kemunculan para nabi Allah yang menunjuki jalan menuju Allah Swt. (QS.7:35-37), dan ungkapan “dari
sulbi bani Adam” maksudnya umat dari setiap zaman yang kepada
mereka rasul Allah diutus.
Misi Utama Setiap Rasul Allah adalah Mengajarkan Tauhid
Ilahi yang Hakiki
Pada
hakikatnya keadaan tiap-tiap rasul Allah yang
baru itulah yang mendorong timbulnya pertanyaan Ilahi kepada setiap jiwa (orang): اَلَسۡتُ بِرَبِّکُم -- “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Maka jawaban setiap jiwa yang benar adalah قَالُوۡا بَلٰی ۚۛ شَہِدۡنَا -- “Mereka
berkata: “Ya benar, kami menjadi saksi.”
Tetapi “jawaban ruh” tersebut bukan berupa ucapan
dengan mulut melainkan berupa tindakan yaitu beriman kepada Rasul Allah
yang kedatangannya dijanjikan kepada
mereka (QS.7:35-37), sebab setiap Rasul
Allah datang untuk menyeru umat
manusia yang telah terjerumus ke dalam berbagai bentuk “kemusyrikan” -- yang nyata
mau pun yang tersembunyi – kepada Tauhid
Ilahi, yakni beribadah
kepada Allah Swt. dengan lurus dan tulus ikhlas (QS.98:1-9).
Pertanyaan اَلَسۡتُ بِرَبِّکُم -- “Bukankah Aku Tuhan kamu?” itu berarti pula bahwa jika Allah Swt. telah menyediakan perbekalan untuk keperluan
jasmani manusia dan demikian pula
untuk kemajuan akhlak dan keruhanian betapa ia dapat mengingkari Ketuhanan-Nya.
Sesungguhnya
karena mereka menolak nabi Allah maka
manusia menjadi saksi terhadap diri
mereka sendiri, sebab jika demikian mereka tidak dapat berlindung di
balik dalih bahwa mereka tidak
mengetahui keberadaan Allah atau syariat-Nya atau Hari Pembalasan.
Jadi, kemunculan seorang nabi (Rasul) Allah juga membungkam kaumnya dari mengemukakan dalih seperti dalam ayat 173 di atas, sebab pada saat itulah haq (kebenaran) dibuat nyata berbeda dari kepalsuan, dan kemusyrikan dengan terang benderang dicela, firman-Nya:
اَنۡ تَقُوۡلُوۡا یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ اِنَّا کُنَّا
عَنۡ ہٰذَا غٰفِلِیۡنَ ﴿﴾ۙ اَوۡ
تَقُوۡلُوۡۤا اِنَّمَاۤ اَشۡرَکَ
اٰبَآؤُنَا مِنۡ قَبۡلُ وَ کُنَّا
ذُرِّیَّۃً مِّنۡۢ بَعۡدِہِمۡ ۚ اَفَتُہۡلِکُنَا بِمَا فَعَلَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ
نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ وَ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Hal itu supaya kamu tidak
berkata pada Hari Kiamat: “Sesungguhnya kami benar-benar lengah dari hal ini.” Atau
kamu mengatakan: ”Sesungguhnya
bapak-bapak kami dahulu yang berbuat syirik, sedangkan kami hanyalah keturunan sesudah mereka. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena apa yang telah dikerjakan oleh orang-orang yang berbuat batil itu?” (Al-A’rāf
[7]:173-175).
Kembali kepada pertanyaan Ilahi terhadap setiap jiwa Bani Adam: اَلَسۡتُ بِرَبِّکُم -- “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Maka jawaban setiap jiwa yang benar adalah قَالُوۡا بَلٰی ۚۛ شَہِدۡنَا -- “Mereka
berkata: “Ya benar, kami menjadi saksi”, hal tersebut sesuai dengan firman-Nya berikut ini
mengenai tugas setiap Rasul
Allah -- teruatama Nabi Besar
Muhammad saw.:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
لَمۡ یَکُنِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ
الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ مُنۡفَکِّیۡنَ حَتّٰی تَاۡتِیَہُمُ الۡبَیِّنَۃُ ۙ﴿﴾ رَسُوۡلٌ مِّنَ
اللّٰہِ یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً
ۙ﴿﴾ فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾ وَ مَا تَفَرَّقَ
الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا
مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ الۡبَیِّنَۃُ ؕ﴿﴾
وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ
لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ
یُقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوا
الزَّکٰوۃَ وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ فِیۡ نَارِ جَہَنَّمَ
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ شَرُّ الۡبَرِیَّۃِ ؕ﴿﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ خَیۡرُ الۡبَرِیَّۃِ
ؕ﴿﴾ جَزَآؤُہُمۡ عِنۡدَ
رَبِّہِمۡ جَنّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ
فِیۡہَاۤ اَبَدًا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ ذٰلِکَ لِمَنۡ
خَشِیَ رَبَّہٗ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Orang-orang kafir dari Ahli-kitab dan orang-orang musyrik- tidak akan berhenti dari kekafiran
hingga datang kepada mereka bukti yang
nyata, yaitu seorang rasul dari Allah yang membacakan
lembaran-lembaran suci, yang di dalamnya ada perintah-perintah abadi.
Dan orang-orang yang diberi Kitab tidak berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka bukti yang
nyata. Padahal mereka
tidak diperintahkan melainkan supaya
beribadah kepada Allah dengan tulus
ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya
dan dengan lurus, serta mendirikan shalat dan membayar
zakat, dan itulah agama yang lurus.
Sesungguhnya orang-orang kafir dari antara
Ahlikitab dan orang-orang musyrik
akan berada dalam Api Jahannam, mereka kekal
di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk
makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itu sebaik-baik makhluk. Ganjaran mereka ada di sisi Rabb (Tuhan) mereka, kebun-kebun
abadi, yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya untuk selama-lamanya. Allah
ridha kepada mereka dan mereka pun
ridha kepada-Nya. Itulah
balasan bagi orang yang takut
kepada Rabb-Nya (Tuhan-nya). (Al-Bayyinah
[98]:1-9)
Keyakinan Yang Sempurna Menyelamatkan
Manusia Dari Dosa
Sehubungan dengan tugas utama pengutusan Rasul Allah yang dikemukakan firman-Nya tersebut:
وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ
لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ
یُقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوا
الزَّکٰوۃَ وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾
Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus, serta mendirikan
shalat dan membayar zakat, dan
itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah
[98]:6).
Demikian juga setelah menjelaskan mengenai kedudukan Al-Quran, Sunnah dan Hadits Nabi
Besar Muhammad saw., selanjutnya Mirza Ghulam Ahmad a.s. menjelaskan
dalam buku Kishti Nuh (Bahtera Nuh)
mengenai pentingnya memiliki makrifat
Ilahi yang sempurna agar manusia terhindar dari dosa, yang merupakan buah
(hasil) dari ibadah yang hakiki. Beliau menulis:
“Wahai para pencahari Tuhan, bukalah telinga kamu dan dengarkanlah!
Sesungguhnya keyakinan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Keyakinanlah yang melepaskan kamu dari cengkraman
dosa. Keyakinanlah yang memberikan kekuatan membuat kamu jadi seorang pengasyik Tuhan yang sejati. Apakah
kamu dapat melepaskan diri dari cengkraman dosa tanpa keyakinan yang sempurna?
Dapatkah kamu dapat menguasai hawa-nafsu
kamu tanpa disinari kecemerlangan cahaya
keyakinan?
Apakah kamu dapat memperoleh ketentraman batin tanpa keyakinan yang
sempurna? Apakah kamu dapat mengadakan perubahan yang sejati dalam diri
kamu tanpa keyakinan? Dapatkah kamu memperoleh suatu kebahagiaan yang hakiki tanpa keyakinan
yang sempurna? Apakah di bawah bentangan langit ada ada suatu cara – selain keyakinan -- yang dapat menghindarkan kamu dari dosa?
Dapatkah darah Isa Ibnu Maryam melepaskan kamu dari dosa-dosa?
Hai orang-orang
Kristen, janganlah berdusta
semacam itu yang akan dapat menghancur-luluhkan seluruh bumi ini. Nabi Isa sendiri mengandalkan keselamatannya kepada keyakinannya,
dan beliau telah berkeyakinan yang sempurna,
dengan demikian beliau selamat [dari kematian terkutuk di tiang salib]. Alangkah malangnya orang-orang Kristen yang menipu orang-orang dengan
mengatakan bahwa mereka telah lepas dari
dosa-dosa berkat Nabi Isa a.s., padahal dari
kepala sampai ke kaki mereka tenggelam dalam dosa.
Mereka tidak tahu sama sekali siapa
sebenarnya Tuhan mereka itu.
Bahkan kehidupan mereka penuh dengan kelalaian, dalam kepalanya bercokol kemabukan karena pengaruh minuman keras. Akan
tetapi mereka sama sekali tidak tahu menahu tentang kemabukan yang suci karena pengaruh
dari langit, dan mereka jauh dari kehidupan yang direstui Tuhan,
serta mereka itu tidak beruntung untuk menikmati buah kehidupan yang suci.
Oleh karena itu ingatlah baik-baik, bahwa
tanpa keyakinan yang sempurna kamu tidak dapat keluar dari kehidupan yang gelap gulita, demikian pula kamu tidak akan
mendapatkan Ruhulqudus. Berbahagialah mereka yang berkeyakinan dengan sempurna, sebab mereka itulah yang beruntung melihat seri Wajah Tuhan.
Berbahagialah mereka yang telah diselamatkan
dari bahaya kewaswasan sebab merekalah yang diselamatkan dari dosa.
Berbahagialah kamu, karena ketika khazanah keyakinan dianugerahkan
kepada kamu, pada saat itu berakhirlah petualangan dosa kamu.
Dosa dan keyakinan tidak
dapat berkumpul di satu tempat. Apakah kamu akan memasukkan tangan kamu ke dalam sebuah lubang jika di dalam
lubang itu kamu lihat sendiri ada seekor ular yang amat berbisa? Apakah kamu dapat berdiri di suatu tempat di mana batu-batu berjatuhan menghujan dimuntahkan gunung berapi dari lubang kepundannya?
Atau tempat itu menjadi sasaran
petir yang menyerbu dari langit? Apakah kamu dapat tinggal di suatu tempat di mana
sewaktu-waktu singa yang buas akan menyerang? Atau tha’un (pes) berjangkit yang bisa
membinasakan umat manusia?
Maka
apabila kamu yakin akan ada bahaya dari ular, petir, singa, dan tha’un (pes), tidaklah mungkin kamu mengingkari Dia
dengan tidak mentaati Dia, yang akibatnya kamu akan mendapat hukuman.
Atau kamu mau memutuskan tali keikhlasan dan kesetiaan yang menghubungkan kamu
dengan Tuhan kamu.
Wahai sekalian orang-orang yang dipanggil kepada kebaikan dan kebenaran,
peganglah keyakinan itu dengan sungguh-sungguh, bahwa apabila hati kamu telah penuh bersimbah oleh keyakinan yang sempurna,
di saat itu barulah akan timbul tarikan dari Tuhan dan kamu akan bersih dari kekotoran dosa.
Mungkin kamu akan berkata bahwa kamu sudah memiliki keyakinan
itu, namun ingatlah bahwa perasaan ini hanya tipuan terhadap diri kamu sendiri. Keyakinan
sekali-kali tersebut belum kamu miliki, sebab kamu belum
menghindarkan diri dari dosa. Kamu belum lagi melangkahkan kaki kamu
sebagaimana seharusnya kamu melangkah.
Kamu tidak takut akan dosa sebagaimana seharusnya.
Pikirkanlah oleh kamu, bahwa orang yang merasa yakin
bahwa di dalam sebuah lubang tertentu
ada seekor ular niscaya ia
tidak akan sekali-kali mencoba memasukkan
tangannya ke dalam lubang itu.
Orang yang merasa yakin bahwa di dalam makanannya
terdapat racun ia sekali-kali tidak akan memakan makanan itu. Orang yang melihat dengan matanya sendiri bahwa di
dalam sebuah hutan belantara
tertentu hidup ratusan singa buas,
sekali-kali ia tidak akan berani memasuki
hutan itu tanpa berhati-hati.
Oleh karena itu betapakah tangan kamu, kaki kamu, telinga kamu dan mata kamu akan berani berbuat dosa kalau kamu yakin
seyakin-yakinnya akan adanya
Wujud Tuhan dan tentang adanya siksaan
dan ganjaran dari Tuhan atas amal (perbuatan)
kamu di dunia ini?
Bagaimana mungkin kamu dapat melemparkan diri kamu ke dalam api
yang berkobar-kobar sedangkan kamu
tahu bahwa api itu dapat menghanguskan
dan melebur setiap benda menjadi abu? Dan hendaknya senantiasa ingat, bahwa dinding-dinding keyakinan itu menjulang tinggi sampai ke langit sehingga syaitan pun tidak dapat memanjat dinding tersebut.
Barangsiapa yang telah mensucikan dirinya
sesungguhnya ia telah disucikan oleh keyakinannya. Keyakinan memberikan suatu daya (kekuatan) untuk menanggung derita dan kesukaran, sehingga memungkinkan seorang raja turun takhta untuk
menjalani penghidupan sebagai seorang faqir.
Keyakinan
mempermudah segala kesukaran. Keyakinan memungkin manusia untuk
melihat Wajah Tuhan. Segala gagasan tentang penebusan dosa
melalui wujud lain adalah palsu adanya, sebab setiap kesucian menjelma dari dasar keyakinan.
Satu-satunya barang yang melepaskan manusia dari dosa dan menyampaikan
manusia kepada Tuhan – sehingga derajat yang
dicapai manusia dalam hal keikhlasan, kemantapan dan kegigihannya dapat
melampaui derajat malaikat – adalah keyakinan.
Segala mazhab
yang tidak memperoleh keyakinan adalah mazhab palsu. Segala agama yang
tidak dapat menampakkan Tuhan
melalui keyakinan adalah palsu.
Segala agama yang ajarannya hanya
berisikan dongengan dan hikayat-hikayat lama – kecuali
itu tidak ada apa-apa – adalah palsu.”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 Februari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar