Minggu, 27 April 2014

Hubungan Perumpamaan "Sungai Khamar" dengan "Pendakian Terjal" di Jalan Allah Swt.



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   208

Hubungan Perumpamaan   Sungai Khamar  dengan“Pendakian Terjal” di Jalan Allah Swt.  

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam   akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan firman-Nya dalam Surah Ad-Dahr -- Al-Insān  [76]:6-11 mengenai  makna    kafūr  dalam ayat یَشۡرَبُوۡنَ مِنۡ کَاۡسٍ کَانَ مِزَاجُہَا  کَافُوۡرًا  -- “mereka  minum dari piala yang campurannya  kapur”,  berasal dari kafara, yang berarti menutup atau menekan.
        Arti ayat ini ialah  meneguk minuman yang campurannya  kapur  akan membawa akibat  meredanya atau melemahnya  gejolak hawa nafsu kebinatangan, dan hati orang-orang beriman yang bertakwa akan disucikan dari segala pikiran kotor, dan mereka akan didinginkan dengan kesejukan irfan (makrifat) Ilahi yang mendalam.
  Selanjutnya makna ayat   یُفَجِّرُوۡنَہَا تَفۡجِیۡرًا  -- “mereka memancarkannya dengan pancaran yang deras”, bahwa  di dalam surga, orang-orang beriman yang bertakwa akan minum dari cawan yang diisi minuman dari sumber-sumber mata air yang digali  dan dipancarkan oleh mereka sendiri dengan bekerja keras (QS.29:70; QS.84:7) karena itulah arti kata tafjīr.

Semata-mata Mencari Keridhaan Allah Swt. & Melaksanakan  HaququlLāh  dan Haququl ‘Ibad

      Berbagai perbuatan  baik atau amal shaleh yang telah dilakukan mereka dalam kehidupan duniawi – antara lain berupa memenuhi nazar, memberi makan orang miskin, anak yatim, tawanan  dan lain-lain --  akan nampak di akhirat dalam bentuk pancaran sumber-sumber mata air,  karena semua itu mereka lakukan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah Swt.:
اِنَّمَا نُطۡعِمُکُمۡ لِوَجۡہِ اللّٰہِ لَا نُرِیۡدُ مِنۡکُمۡ جَزَآءً   وَّ  لَا  شُکُوۡرًا ﴿﴾ اِنَّا نَخَافُ مِنۡ رَّبِّنَا یَوۡمًا عَبُوۡسًا قَمۡطَرِیۡرًا ﴿﴾
Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu karena mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak mengharapkan dari kamu balasan dan tidak pula ucapan terima kasih. Sesungguhnya kami takut azab dari Rabb (Tuhan) kami pada suatu hari  muka menjadi masam dan penuh kesulitan.   (Ad-Dahr -- Al-Insān  [76]:10-11).
     Jadi, penganugerahan minuman surgawi yang campurannya “kafur  hal itu mengisyaratkan kepada tingkat pertama dalam perkembangan ruhani yang menghendaki kerja keras dan tidak putus-putus pada pihak orang-orang beriman dan bertakwa, sebab selama manusia belum dapat mengendalikan serta menekan hawa nafsu jahatnya  maka selama itu ia tidak dapat membuat suatu kemajuan ruhani karena  mereka  tidak berusaha melepaskan diri dari  cengkraman   nafs ammarah (QS.12:54),  yang mengakibatkan tidak akan pernah  memperoleh   “mata air” yang memancar deras, sebagaimana yang tercantum dalam ayat ini  yaitu berupa  pancaran  mata air kecintaan Allah dan makrifat Ilahi.
      Makna  “menyempurnakan nazar” berarti melaksanakan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah Swt. yaitu  melaksanakan haququlLāh (hablun-minalLāh), sedangkan kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesama manusia (haququl ‘ibad atau hablun- minan-nas) disebut dalam ayat berikutnya, dengan demikian ayat:
اِنَّمَا نُطۡعِمُکُمۡ لِوَجۡہِ اللّٰہِ لَا نُرِیۡدُ مِنۡکُمۡ جَزَآءً   وَّ  لَا  شُکُوۡرًا ﴿﴾ اِنَّا نَخَافُ مِنۡ رَّبِّنَا یَوۡمًا عَبُوۡسًا قَمۡطَرِیۡرًا ﴿﴾
Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu karena mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak mengharapkan dari kamu balasan dan tidak pula ucapan terima kasih. Sesungguhnya kami takut azab dari Rabb (Tuhan) kami pada suatu hari  muka menjadi masam dan penuh kesulitan.   (Ad-Dahr -- Al-Insān  [76]:10-11),  berarti:
 (1) karena orang-orang yang beriman dan mukhlis mencintai Allah Swt. maka untuk memperoleh ridha-Nya mereka memberi makan kepada orang-orang miskin, anak-anak yatim,  dan tawanan-tawanan’
 (2) Mereka memberi makan kepada orang-orang miskin demi ingin menjamin makan mereka, artinya, mereka beramal saleh dengan memberi makan kepada orang-orang miskin demi ingin beramal saleh, tidak untuk mencari pahala, penghargaan atau persetujuan atas apa yang dilakukan mereka.
 (3) Mereka memberi makan kepada orang-orang miskin, anak-anak yatim,  dan tawanan,  sedang mereka sendiri cinta kepada uang yang dibelanjakan mereka bagi  mereka itu.
 (4) Mereka memberi makan makanan yang sehat dan baik kepada orang-orang miskin, anak-anak yatim,  dan tawanan, sebab kata tha’am berarti makanan sehat (Lexicon Lane).
  Yaumun ‘abūsun: hari penuh sengsara atau hari bencana, atau hari yang menyebabkan orang bersedih hati, dan yaumun qamtharīrun berarti hari yang penuh kesedihan atau hari bencana, atau hari yang menyebabkan orang mengerutkan kening atau mengernyitkan kulit di antara kedua belah matanya (Laxicon Lane).

Minuman Surgawi” yang Campurannya “Zanjabil” (Jahe)

        Selanjutnya Allah Swt. berfirman  mengenai minuman surgawi lainnya yang campurannya zanjabil (jahe):
فَوَقٰہُمُ  اللّٰہُ  شَرَّ ذٰلِکَ  الۡیَوۡمِ وَ لَقّٰہُمۡ نَضۡرَۃً   وَّ  سُرُوۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ جَزٰىہُمۡ  بِمَا صَبَرُوۡا جَنَّۃً  وَّ حَرِیۡرًا﴿ۙ﴾ مُّتَّکِـِٕیۡنَ فِیۡہَا عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۚ لَا یَرَوۡنَ فِیۡہَا شَمۡسًا وَّ  لَا  زَمۡہَرِیۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ دَانِیَۃً  عَلَیۡہِمۡ  ظِلٰلُہَا وَ ذُلِّلَتۡ قُطُوۡفُہَا تَذۡلِیۡلًا ﴿﴾ وَ یُطَافُ عَلَیۡہِمۡ  بِاٰنِیَۃٍ  مِّنۡ  فِضَّۃٍ وَّ اَکۡوَابٍ کَانَتۡ قَؔوَارِیۡرَا۠ ﴿ۙ﴾ قَؔ‍وَارِیۡرَا۠ مِنۡ فِضَّۃٍ  قَدَّرُوۡہَا تَقۡدِیۡرًا ﴿﴾ وَ یُسۡقَوۡنَ  فِیۡہَا کَاۡسًا کَانَ مِزَاجُہَا زَنۡجَبِیۡلًا ﴿ۚ﴾ عَیۡنًا فِیۡہَا تُسَمّٰی سَلۡسَبِیۡلًا ﴿﴾
Maka Allah memelihara mereka dari keburukan hari itu, dan menganugerahkan kepada mereka kesenangan dan kebahagiaan.  Dan Dia membalas mereka karena kesabaran mereka  dengan kebun dan sutera,   duduk bersandar di dalamnya di atas dipan-dipan, mereka tidak  melihat di dalamnya  terik matahari dan tidak pula  dingin yang sangat. Dan keteduhannya didekatkan atas mereka dan tandan-tandan buahnya direndahkan serendah-rendahnya. Dan bejana-bejana minuman dari perak diedarkan kepada mereka  dan piala-piala seperti kaca, seperti kaca, terbuat dari perak, mereka mengukurnya sesuai dengan ukuran. Dan di dalamnya mereka diberi  gelas minuman yang   campurannya jahe. Dari mata air di dalamnya yang disebut Salsabil. (Ad-Dahr -- Al-Insān  [76]:12-19).
     Setelah menerangkan  bermacam-macam kenikmatan surgawi -- yang mengandung falsafah sangat dalam --  selanjutnya diterangkan   وَ یُسۡقَوۡنَ  فِیۡہَا کَاۡسًا کَانَ مِزَاجُہَا زَنۡجَبِیۡلًا  dan di dalamnya mereka diberi  gelas minuman yang   campurannya jahe,     عَیۡنًا فِیۡہَا تُسَمّٰی سَلۡسَبِیۡلًا     dari mata air di dalamnya yang disebut Salsabil.”
    Kata zanjabil   -- sebagai kata majemuk, adalah   paduan kata zanā (naik) dan jabal (gunung) -- berarti “ia mendaki gunung”. Zanjabil atau jahe itu sangat berfaedah guna membangkitkan suhu badan, panas secara alamiah. Zanjabil memberi kekuatan dan membangkitkan suhu panas dalam badan yang lemah sehingga orang itu mampu mendaki ketinggian-ketinggian yang terjal.

Falsafah  Minuman Surgawi” yang Dicampur  Kapur” dan “Zanjabi (Jahe) & “Pendakian  yang Sangat Terjadi

     Keterangan   mengenai  dua macam “minuman surgawi  yang di dalamnya kata kafūr   dan kata zanjabil (jahe) disebut, dimaksudkan menarik  perhatian kepada kedua tingkat keadaan ruhani yang orang beriman harus melaluinya untuk meraih kemajuan ruhani, yakni dari tingkat rendah sebagai budak nafsunya  pada keadaan nafs Ammarah (QS.12:54), meningkat ke ketinggian budipekerti dan ketakwaan keadaan nafs Lawwamah (QS.75:3) dan nafs Muthmainnah (QS.89:28-31).
  Tingkat pertama, yang pada tingkat itu zat-zat racun ditindas dan gejolak nafsu jadi mereda, disebut tingkat kafur, sebab pada tingkat inilah penindasan terhadap zat-zat racun berlaku, seperti halnya kapur barus atau kamper mempunyai khasiat melenyapkan akibat yang kuat dorongan nafsu.
   Tetapi  kekuatan ruhani yang diperlukan guna mengatasi segala kesukaran dalam perjalanan ruhani menempuh  suluk,  diperoleh pada tingkat kedua, yang disebut tingkat zanjabil (jahe). Sebab jahe ruhani yang mempunyai khasiat seperti obat kuat pada sistem keruhanian adalah  berupa  pengejawantahan keindahan dan kemuliaan Ilahi atau tajjalliyati Ilahiyah (penampakkan kekagungan Allah Swt.), yang memberi makan kepada ruh.
   Dibantu oleh penjelmaan  keindahan dan kemuliaan Ilahi atau tajjalliyati Ilahiyah (penampakkan kekagungan Allah Swt.) itulah sang pengembara ruhani (salik) mampu menempuh padang pasir tandus dan menaiki ketinggian-ketinggian pendakian terjal yang dijumpai olehnya pada perjalanan ruhaninya.
  Berikut   adalah  firman  Allah Swt. mengenai  pendakian terjal” yang harus ditempuh oleh orang yang melakukan suluk (perjalanan ruhani) menuju puncak-puncak ketinggian “perjumpaan” dengan Allah Swt. dalam rangka  mencapai maqam-maqam ruhani yang disebut  fana, baqa dan liqa (QS.2:113):
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾  لَاۤ  اُقۡسِمُ  بِہٰذَا الۡبَلَدِ ۙ﴿﴾   وَ اَنۡتَ حِلٌّۢ بِہٰذَا الۡبَلَدِ ۙ﴿﴾   وَ  وَالِدٍ وَّ  مَا وَلَدَ ۙ﴿﴾   لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِیۡ  کَبَدٍ ؕ﴿﴾   اَیَحۡسَبُ اَنۡ  لَّنۡ یَّقۡدِرَ عَلَیۡہِ  اَحَدٌ  ۘ﴿﴾ یَقُوۡلُ  اَہۡلَکۡتُ مَالًا  لُّبَدًا ؕ﴿﴾  اَیَحۡسَبُ اَنۡ  لَّمۡ  یَرَہٗۤ   اَحَدٌ ؕ﴿﴾  اَلَمۡ  نَجۡعَلۡ لَّہٗ عَیۡنَیۡنِ ۙ﴿﴾  وَ  لِسَانًا وَّ  شَفَتَیۡنِ ۙ﴿﴾  وَ ہَدَیۡنٰہُ  النَّجۡدَیۡنِ ﴿ۚ﴾  فَلَا  اقۡتَحَمَ الۡعَقَبَۃَ ﴿۫ۖ﴾ وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا الۡعَقَبَۃُ ﴿ؕ﴾  فَکُّ رَقَبَۃٍ ﴿ۙ﴾  اَوۡ  اِطۡعٰمٌ فِیۡ یَوۡمٍ ذِیۡ مَسۡغَبَۃٍ ﴿ۙ﴾  یَّتِیۡمًا ذَا مَقۡرَبَۃٍ ﴿ۙ﴾  اَوۡ مِسۡکِیۡنًا ذَا مَتۡرَبَۃٍ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ کَانَ مِنَ الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ تَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ  وَ تَوَاصَوۡا بِالۡمَرۡحَمَۃِ ﴿ؕ﴾ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ﴿ؕ﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِاٰیٰتِنَا ہُمۡ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ﴿ؕ﴾  عَلَیۡہِمۡ  نَارٌ  مُّؤۡصَدَۃٌ ﴿٪﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Tidak demikian,  Aku bersumpah dengan kota ini,   dan engkau akan singgah  di kota ini.  Dan demi ayah dan anak, sungguh Kami benar-benar telah menciptakan manusia  supaya bekerja keras.  Apakah ia menyangka bahwa tidak ada seorang pun berkuasa atas-nya? Ia berkata: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak.”  Apakah ia menyangka bahwa tidak ada seorang pun melihatnya?  Tidakkah Kami menjadikan baginya sepasang mata?   Dan sebuah lidah serta dua buah bibir?   Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.  Tetapi ia tidak  mendaki pendakian terjal. Dan apakah yang engkau ketahui apa pendakian terjal itu?  Yaitu memerdekakan budak, atau memberi makan pada hari kelaparan     kepada anak yatim kerabat   atau kepada orang miskin yang terbaring di debu. Kemudian dia menjadi di antara orang-orang beriman dan menasihati satu sama lain supaya  bersabar dan mengajak satu sama lain berbelas kasih.  Mereka ini  golongan kanan.   Dan orang-orang yang kafir kepada  Tanda-tanda Kami mereka itu  golongan kiri.   Atas mereka akan ada Api yang tertutup.  (Al-Balad [90]:1-20).

Minuman Surgawi” yang Dicampur “Zanjabil” (Jahe)

      Jadi, rincian “pendakian terjal  – bahkan sangat terjal    yang harus ditempuh oleh para sālik (penempuh jalan ruhani)  menuju “perjumpaan” dengan Allah Swt. tersebut adalah:
اَلَمۡ  نَجۡعَلۡ لَّہٗ عَیۡنَیۡنِ ۙ﴿﴾  وَ  لِسَانًا وَّ  شَفَتَیۡنِ ۙ﴿﴾  وَ ہَدَیۡنٰہُ  النَّجۡدَیۡنِ ﴿ۚ﴾  فَلَا  اقۡتَحَمَ الۡعَقَبَۃَ﴿۫ۖ﴾ وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا الۡعَقَبَۃُ ﴿ؕ﴾  فَکُّ رَقَبَۃٍ ﴿ۙ﴾  اَوۡ  اِطۡعٰمٌ فِیۡ یَوۡمٍ ذِیۡ مَسۡغَبَۃٍ ﴿ۙ﴾  یَّتِیۡمًا ذَا مَقۡرَبَۃٍ﴿ۙ﴾  اَوۡ مِسۡکِیۡنًا ذَا مَتۡرَبَۃٍ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ کَانَ مِنَ الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ تَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ  وَ تَوَاصَوۡا بِالۡمَرۡحَمَۃِ ﴿ؕ﴾  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ﴿ؕ﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِاٰیٰتِنَا ہُمۡ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ﴿ؕ﴾  عَلَیۡہِمۡ  نَارٌ  مُّؤۡصَدَۃٌ ﴿٪﴾
Tidakkah Kami menjadikan baginya sepasang mata?  Dan sebuah lidah serta dua buah bibir?   Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.  Tetapi ia tidak mendaki pendakian terjal. Dan apakah yang engkau ketahui apa pendakian terjal itu?  Yaitu memerdekakan budak, atau memberi makan pada hari kelaparan  kepada anak yatim kerabat atau kepada orang miskin yang terbaring di debu. Kemudian dia menjadi di antara orang-orang beriman dan menasihati satu sama lain supaya  bersabar dan mengajak satu sama lain berbelas kasih.  Mereka ini  golongan kanan.   Dan orang-orang yang kafir kepada  Tanda-tanda Kami mereka itu  golongan kiri.   Atas mereka akan ada Api yang tertutup. (Al-Balad [90]:9-20).
       Jihad ruhani  yang hakiki  -- berupa melakukan “pendakian terjal” -- tersebut hanya dapat dilakukan oleh orang-orang beriman dan bertakwa yang secara ruhani telah mendapat “minuman surgawi” yang campurannya kafur dan zanjabil (jahe),  atau yang akan memperoleh “sungai surgawi  dari jenis “khamar”, sebab hanya mereka yang  telah meraih makrifat Ilahi yang sempurna seperti itulah yang akan memiliki “kerinduan” atau mengalami “mabuk kepayang” kepada Kekasih-nya yang Hakiki yakni Allah Swt., firman-Nya:
  مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ  مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ  اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ  یَتَغَیَّرۡ  طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ خَمۡرٍ  لَّذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ  مِّنۡ  رَّبِّہِمۡ ؕ  کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ  اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum, dan sungai-sungai madu yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Rabb (Tuhan) mereka. Apakah sama seperti orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:16).
     Itulah hubungan “sungai khamar” dengan “minuman surgawi” yang campurannya “zanjabil” (jahe), yang mengisyaratkan kepada kerinduan cinta atau  mabuk-kepayang  yang dirasakan oleh hamba-hamba Allah yang merindukan kedekatan  -- bahkan “perjumpaan” – dengan Allah Swt., sebagaimana diisyaratkan dengan  kata salsabil, firman-Nya:
فَوَقٰہُمُ  اللّٰہُ  شَرَّ ذٰلِکَ  الۡیَوۡمِ وَ لَقّٰہُمۡ نَضۡرَۃً   وَّ  سُرُوۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ جَزٰىہُمۡ  بِمَا صَبَرُوۡا جَنَّۃً  وَّ حَرِیۡرًا﴿ۙ﴾ مُّتَّکِـِٕیۡنَ فِیۡہَا عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۚ لَا یَرَوۡنَ فِیۡہَا شَمۡسًا وَّ  لَا  زَمۡہَرِیۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ دَانِیَۃً  عَلَیۡہِمۡ  ظِلٰلُہَا وَ ذُلِّلَتۡ قُطُوۡفُہَا تَذۡلِیۡلًا ﴿﴾ وَ یُطَافُ عَلَیۡہِمۡ  بِاٰنِیَۃٍ  مِّنۡ  فِضَّۃٍ وَّ اَکۡوَابٍ کَانَتۡ قَؔوَارِیۡرَا۠ ﴿ۙ﴾ قَؔ‍وَارِیۡرَا۠ مِنۡ فِضَّۃٍ  قَدَّرُوۡہَا تَقۡدِیۡرًا ﴿﴾ وَ یُسۡقَوۡنَ  فِیۡہَا کَاۡسًا کَانَ مِزَاجُہَا زَنۡجَبِیۡلًا ﴿ۚ﴾ عَیۡنًا فِیۡہَا تُسَمّٰی سَلۡسَبِیۡلًا ﴿﴾
Maka Allah memelihara mereka dari keburukan hari itu, dan menganugerahkan kepada mereka kesenangan dan kebahagiaan.  Dan Dia membalas mereka karena kesabaran mereka  dengan kebun dan sutera,   duduk bersandar di dalamnya di atas dipan-dipan, mereka tidak  melihat di dalamnya  terik matahari dan tidak pula  dingin yang sangat. Dan keteduhannya didekatkan atas mereka dan tandan-tandan buahnya direndahkan serendah-rendahnya. Dan bejana-bejana minuman dari perak diedarkan kepada mereka  dan piala-piala seperti kaca, seperti kaca, terbuat dari perak, mereka mengukurnya sesuai dengan ukuran. Dan di dalamnya mereka diberi  gelas minuman yang   campurannya jahe. Dari mata air di dalamnya yang disebut Salsabil. (Ad-Dahr -- Al-Insān  [76]:12-19).


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  11 Maret      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar