Rabu, 16 April 2014

Falsafah Berbagai Jenis "Sungai Sungai Surgawi" di Akhirat



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   202

Falsafah Berbagai Jenis “Sungai Surgawi” di Akhirat

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai   makna kalimat Adhallahullāh yang berarti: (1) Allah Swt. menetapkan dia berada dalam kekeliruan; (2) Allah Swt.  meninggalkan atau membiarkan dia sehingga ia tersesat (Kasysyaf); (3) Allah Swt.  mendapatkan atau meninggalkan dia dalam kekeliruan atau membiarkan dia tersesat (Lexicon Lane), firman-Nya:
ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ
Dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang, dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik. (Al-Baqarah [2]:27-28).
         Dengan demikian kata   بِہٖ   (dengannya) dalam ayat tersebut bisa merujuk kepada Al-Quran atau kepada perumpamaan-perumpamaan  atau misal-misal yang dikemukakan Allah Swt.. Itulah sebabnya walau pun benar Nabi Besar Muhammad saw. dan  Al-Quran merupakan Rasul Allah dan  Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) dan untuk  kepentingan seluruh umat manusia (QS.2:186; QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), tetapi Allah Swt. menyatakan dalam Al-Quran  bahwa hanya orang-orang yang bertakwa sajalah yang akan memperoleh petunjuk yang sebenarnya dari Al-Quran (QS.2:1-8).
       Demikianlah penjelasan mengenai   falsafah perumpamaan nikmat-nikmat surga yang dikemukakan Allah Swt. dalam Al-Quran tentang  hubungan iman dan amal shaleh dengan  ganjaran di akhirat berupa “kebun-kebun” yang di bawahnya “mengalir sungai-sungai  (QS.2:26).

Macam-macam “Sungai Surgawi” di Akhirat dan Falsafahnya

      Bukti lainnya bahwa gambaran  nikmat-nikmat  dalam surga  mau pun  siksaan-siksaan dalam neraka yang dikemukakan Allah Swt. dalam Al-Quran merupakan perumpamaan  yang mengandung  falsafah  serta hikmah  yang sangat halus dan dalam, dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt. mengemukakan bermacam-macam sungai surgawi yang disediakan bagi para penghuni surga sesuai dengan tingkat  ketinggian  maqam (martabat) keruhanian mereka, firman-Nya:
  مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ  مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ  اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ  یَتَغَیَّرۡ  طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ خَمۡرٍ  لَّذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ  مِّنۡ  رَّبِّہِمۡ ؕ  کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ  اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum, dan sungai-sungai madu yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Rabb (Tuhan) mereka. Apakah sama seperti orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:16). 
     Kepada orang-orang yang beriman  dan beramal shaleh dijanjikan di dunia ini dan di akhirat (1) sungai-sungai yang airnya murni (air tawar); (2) sungai-sungai susu yang rasanya tidak akan berubah, (3) sungai-sungai arak yang memberikan perasaan gembira dan (4) sungai-sungai madu yang telah dijernihkan.
   Kata anhār (sungai-sungai) yang telah dipergunakan empat kali dalam ayat ini, di samping arti-arti lain  berarti juga cahaya dan berlimpah-limpah; dan kata 'asal dalam ayat  وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی  -- “dan sungai-sungai madu yang dijernihkan” antara lain berarti amal baik atau amal saleh yang merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap si pelakunya.
  Mengingat akan arti yang terkandung di dalam kedua kata tadi, ayat ini dapat juga berarti, bahwa 4 hal yang disebutkan itu akan dianugerahkan kepada orang-orang bertakwa dengan berlimpah-limpah. (1) Air adalah sumber segala kehidupan (QS.21:31); (2) susu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada badan; (3) anggur (khamar) memberikan rasa senang dan kelupaan akan segala kesusahan, dan (4) madu berkhasiat menyembuhkan banyak macam penyakit.
   Jika difahamkan dalam pengertian jasmani, maka ayat ini akan berarti bahwa dalam kehidupan di dunia ini orang-orang beriman akan memperoleh semua barang itu dengan berlimpah-limpah sehingga membuat kehidupan jadi senang, nikmat dan bermanfaat; dan bila diambil secara kiasan dan dalam pengertian ruhani  maka hal itu akan berarti bahwa orang-orang beriman mendapatkan kehidupan yang penuh kepuasan — dianugerahi ilmu keruhanian, akan minum anggur kecintaan Ilahi dan akan mengamalkan perbuatan-perbuatan yang akan merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap diri mereka.

Ucapan Orang-orang Munafik Mengenai Nabi Besar Muhammad Saw.

   Contoh atau bukti yang paling sempurna  mengenai  kenyataan tersebut adalah Nabi Besar Muhammad saw. --  seperti tergambar dari arti  nama  Muhammad” yakni “yang terpuji  -- namun demikian bagi orang-orang yang “hatinya berpenyakit”,  berbagai “suri teladan” terbaik (QS.33:22) yang Nabi Besar Muhammad saw.  tampilkan dalan semua segi kehidupan beliau saw.  tidak memberikan manfaat  kepada mereka, firman-Nya:
وَ مِنۡہُمۡ  مَّنۡ یَّسۡتَمِعُ  اِلَیۡکَ ۚ حَتّٰۤی  اِذَا خَرَجُوۡا مِنۡ عِنۡدِکَ قَالُوۡا لِلَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ  مَاذَا  قَالَ  اٰنِفًا ۟ اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ طَبَعَ اللّٰہُ  عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ وَ اتَّبَعُوۡۤا  اَہۡوَآءَہُمۡ ﴿﴾
Dan di antara mereka ada yang mendengarkan  engkau hingga apabila mereka berlalu dari hadapan engkau mereka berkata kepada orang-orang yang telah diberi ilmu: "Apa yang telah dikatakannya tadi?"  Mereka itulah orang-orang yang Allah telah memeterai hati mereka dan mereka mengikuti hawa nafsunya. (Muhammad [47]:17). 
   Karena orang-orang  munafik itu bermuka dua dan lidahnya “bercabang”  karena itu  pada umumnya mereka mempergunakan bahasa dengan mengandung makna ganda. Ia melakukan demikian untuk melepaskan dirinya dari situasi serba canggung sehingga apabila seandainya susunan kalimat ucapannya akan melibatkan dirinya dalam kesusahan, ia akan mampu mengelakkan  diri dari akibat-akibatnya dengan membuat susunan kalimat yang berlainan pengucapannya.
  Ungkapan di atas مَاذَا  قَالَ  اٰنِفًا --   "Apa yang telah dikatakannya tadi?"    merupakan contoh yang tepat mengenai bahasa  yang mengandung  dua makna seperti dipergunakan orang-orang munafik di Madinah. Jika salah seorang dari antara mereka, sesudah bertemu dengan  Nabi Besar Muhammad saw.   kemudian berjumpa dengan seorang Muslim ia biasa berkata: "Apa pula yang dikatakan Rasulullah tadi?" artinya “Betapa indah dan sangat bermanfaatnya hal-hal yang telah diucapkan oleh Rasulullah saw.”  
 Tetapi bila ia kebetulan bersua dengan sesama  orang munafik seperti dirinya sendiri, ia biasa mengatakan kata-kata yang sama tetapi mengandung arti  "omong kosong belaka apa yang telah diucapkan oleh rasul itu."  Benarlah firman-Nya berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ اِذَا قَرَاۡتَ الۡقُرۡاٰنَ جَعَلۡنَا بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَ  الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ حِجَابًا مَّسۡتُوۡرًا  ﴿ۙ﴾ وَّ جَعَلۡنَا عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ  اَکِنَّۃً  اَنۡ یَّفۡقَہُوۡہُ  وَ فِیۡۤ  اٰذَانِہِمۡ وَقۡرًا ؕ وَ اِذَا ذَکَرۡتَ رَبَّکَ فِی الۡقُرۡاٰنِ وَحۡدَہٗ  وَلَّوۡا عَلٰۤی  اَدۡبَارِہِمۡ  نُفُوۡرًا ﴿﴾  نَحۡنُ اَعۡلَمُ بِمَا یَسۡتَمِعُوۡنَ بِہٖۤ  اِذۡ یَسۡتَمِعُوۡنَ  اِلَیۡکَ وَ اِذۡ ہُمۡ نَجۡوٰۤی  اِذۡ یَقُوۡلُ الظّٰلِمُوۡنَ  اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ  اِلَّا رَجُلًا  مَّسۡحُوۡرًا ﴿﴾
Dan apabila engkau membaca Al-Quran, Kami menjadikan antara engkau dan orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat suatu penghalang yang tersembunyi.   Dan Kami menjadikan tutupan  di atas hati mereka supaya mereka tidak memahaminya dan dalam telinga mereka ada ketulian.  Dan apabila engkau menyebutkan Rabb (Tuhan) engkau Yang Tunggal dalam Al-Quran mereka membalikkan punggungnya karena benci.   Kami lebih mengetahui untuk apa mereka mendengarkannya ketika mereka mendengarkan engkau dan ketika mereka sedang berunding secara rahasia, ketika  orang-orang zalim itu berkata satu sama lain:  Kamu tidak lain melainkan mengikuti seorang laki-laki yang terkena sihir.” (Bani Israil [17]:46-48).
      Adalah tutupan dengki dan cemburu, atau tutupan perasaan hormat yang palsu dan rasa kebanggaan atas kebangsaan, atau tutupan yang timbul dari kekhawatiran akan kehilangan kedudukan dalam masyarakat, atau berkurangnya penghasilan atau pun tutupan sebagai akibat adat kebiasaan dan kepercayaan lama yang dipegang dengan erat dan asyiknyalah yang menjadi penghalang bagi orang-orang kafir untuk menerima kebenaran yang dibawa para rasul Allah di setiap zaman   -- termasuk di Akhir Zaman ini.

Makna “Belenggu Leher” dan “Penghalang” di Depan dan di Belakang

      Mengisyaratkan kepada  tutupan-tutupan itulah -- yang sungguh tidak disadari oleh orang-orang kafir sendiri   -- firman-Nya berikut ini:
لَقَدۡ حَقَّ الۡقَوۡلُ عَلٰۤی  اَکۡثَرِہِمۡ  فَہُمۡ  لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّا جَعَلۡنَا فِیۡۤ  اَعۡنَاقِہِمۡ  اَغۡلٰلًا فَہِیَ  اِلَی  الۡاَذۡقَانِ فَہُمۡ  مُّقۡمَحُوۡنَ ﴿﴾  وَ جَعَلۡنَا مِنۡۢ بَیۡنِ اَیۡدِیۡہِمۡ سَدًّا وَّ مِنۡ خَلۡفِہِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَیۡنٰہُمۡ فَہُمۡ لَا یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ سَوَآءٌ عَلَیۡہِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَہُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡہُمۡ  لَا  یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّمَا تُنۡذِرُ مَنِ اتَّبَعَ  الذِّکۡرَ  وَ خَشِیَ الرَّحۡمٰنَ بِالۡغَیۡبِ ۚ فَبَشِّرۡہُ  بِمَغۡفِرَۃٍ وَّ اَجۡرٍ  کَرِیۡمٍ ﴿﴾
Sungguh firman itu benar-benar telah berlaku atas kebanyakan mereka karena itu mereka tidak beriman.  Sesungguhnya Kami telah  memasang belenggu sekeliling leher mereka sampai dagunya maka  mereka tertengadah.  Dan Kami  telah memasang penghalang di hadapan mereka dan penghalang di belakang mereka, dan   Kami telah menutupi mereka maka mereka tidak melihat.  Dan sama saja bagi mereka  baik engkau memberi peringatan kepada mereka atau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.  Sesungguhnya engkau hanya dapat menasihati orang yang mengikuti peringatan itu dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dalam keadaan tidak tampak, maka be-rilah dia kabar gembira  mengenai ampunan dan ganjaran yang mulia. (Yā Sīn [36]:8-12). 
        Belenggu-belenggu adat-istiadat, kebiasaan, dan prasangka yang mengikat orang-orang kafir yang menghalangi mereka menerima kebenaran yang disampaikan rasul Allah dan memadamkan segala usaha membenahi diri. Itulah makna ayat ﴿﴾  اِنَّا جَعَلۡنَا فِیۡۤ  اَعۡنَاقِہِمۡ  اَغۡلٰلًا فَہِیَ  اِلَی  الۡاَذۡقَانِ  -- “Sesungguhnya Kami telah  memasang belenggu sekeliling leher mereka sampai dagunya.
       Sedangkan makna  فَہُمۡ  مُّقۡمَحُوۡنَ  -- “maka  mereka tertengadah”, yaitu bahwa sekali pun bila seseorang mencoba memakai kecerdasan otaknya dan melepaskan diri dari cekikan adat-istiadat dan sebagainya, ia mendapat tekanan dari berbagai penjuru sehingga   ia hampir-hampir tidak dapat melihat dengan lurus lagi,
       Ada pun makna ayat وَ جَعَلۡنَا مِنۡۢ بَیۡنِ اَیۡدِیۡہِمۡ سَدًّا وَّ مِنۡ خَلۡفِہِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَیۡنٰہُمۡ فَہُمۡ لَا یُبۡصِرُوۡنَ   -- “Dan Kami  telah memasang penghalang di hadapan mereka dan penghalang di belakang mereka,  dan   Kami telah menutupi mereka maka mereka tidak melihat”, bahwa disebabkan oleh rintangan kebiasaan, prasangka, dan kesombongan, maka orang-orang kafir tidak dapat melihat ke depan, ke hari depan agung lagi cemerlang yang terpampang di hadapan mereka, yaitu andaikata mereka   beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan menerima Islam (Al-Quran), dan mereka tidak  dapat menengok ke belakang untuk mengambil pelajaran dari sejarah kaum-kaum terdahulu yang menolak kebenaran para rasul Allah yang diutus kepada mereka dan ditimpa oleh azab Ilahi  (QS.22:46-49).

 Petunjuk di Atas Petunjuk   & Nubuatan Mengenai “Gelang-gelang Emas” Kisra Fersia

   Keadaan orang-orang kafir  tersebut  benar-benar bertolak-belakang dengan orang-orang yang beriman dan bertakwa, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ اہۡتَدَوۡا زَادَہُمۡ ہُدًی وَّ اٰتٰہُمۡ تَقۡوٰىہُمۡ ﴿﴾
Dan orang-orang yang mendapat petunjuk,  Dia menambahkan  petunjuk kepada mereka, dan Dia memberikan kepada mereka balasan  ketakwaan mereka. (Muhammad [47]:18).
  Ungkapan Al-Quran itu dapat berarti: (a) Allah Swt. membuat mereka orang-orang bertakwa; (b) Dia membukakan bagi mereka jalan dan cara yang dengan menempuhnya mereka dapat mencapai martabat takwa; (c) Allah Swt. menganugerahkan kepada orang-orang mukmin rahmat dan berkat yang merupakan hasil kehidupan bertakwa.
   Sehubungan dengan tambahan berbagai petunjuk  dari Allah Swt. tersebut dalam Surah   berikut ini Dia berfirman:
اِنَّ اللّٰہَ یُدۡخِلُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ  یُحَلَّوۡنَ فِیۡہَا مِنۡ اَسَاوِرَ مِنۡ ذَہَبٍ وَّ لُؤۡلُؤًا ؕ وَ لِبَاسُہُمۡ  فِیۡہَا حَرِیۡرٌ ﴿﴾  وَ ہُدُوۡۤا اِلٰی الطَّیِّبِ مِنَ الۡقَوۡلِ ۚۖ وَ ہُدُوۡۤا  اِلَی  صِرَاطِ  الۡحَمِیۡدِ ﴿﴾
Sesungguhnya Allah akan  memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di dalamnya   mereka akan dihiasi  dengan gelang-gelang emas dan mutiara, dan di dalamnya  pakaian mereka dari sutera.  Dan mereka akan dibimbing kepada ucapan yang baik, dan mereka akan dibimbing ke jalan  yang terpuji. (Al-Hajj [22]:24-25).
         Nabi Besar Muhammad saw.  menurut riwayat pernah bersabda “Nil dan Efrat itu dua buah sungai surgawi” (Muslim bab al-Jannah). Nabi Besar Muhammad saw. dan para sahabat mengetahui, bahwa Allah Swt. telah menjanjikan kepada mereka  kebun-kebun,” bukan saja  dalam kehidupan di akhirat tetapi di dunia juga; dan mereka mengetahui bahwa dengan “kebun-kebun” di dunia dimaksudkan daerah-daerah kaya dan subur yang pernah diperintah oleh para Kisra dari Persia dan Kaisar dari kerajaan Romawi Timur.
       Di masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a.  tentara Islam bertempur di dua medan pertempuran, yaitu di Mesopotamia dan Siria. Ketika beberapa pemimpin Arab menghadap beliau dan menawarkan jasa, beliau menanyakan kepada mereka: “Mau pergi ke negeri yang manakah dari antara “dua daerah yang dijanjikan” itu?” (Mesopotamia atau Siria).

Pengalaman Aneh Suraqah bin Malik & Makna “Ucapan yang Baik dan Jalan yang Terpuji

       Nubuatan  dalam kalimat  یُحَلَّوۡنَ فِیۡہَا مِنۡ اَسَاوِرَ مِنۡ ذَہَبٍ وَّ لُؤۡلُؤًا ؕ وَ لِبَاسُہُمۡ  فِیۡہَا حَرِیۡرٌ -- “Di dalamnya   mereka akan dihiasi  dengan gelang-gelang emas dan mutiara, dan di dalamnya  pakaian mereka dari sutera   telah dipenuhi secara harfiah ketika Khalifah  Umar bin Khaththab r.a.  menyuruh Suraqah bin Malik  r.a.  memakai gelang-gelang mas yang raja-raja Fersia, biasa memakainya pada upacara-upacara kenegaraan yang istimewa.
       Hal tersebut dilakukan Khalifah Umar bin Khaththab r.a. guna menyempurnakan sabda Nabi Besar Muhammad saw. sebelumnya,  ketika Suraqah bin Malik     -- karena tertarik oleh hadiah besar yang dijanjikan Abu Jahal   -- bermaksud akan menangkap Nabi Besar Muhammad saw. ketika  beliau saw. melakukan perjalanan hijrah dari Mekkah  ke Madinah ditemani Abu Bakar Shiddiq r.a. (QS.8:31; QS.9:40).
      Tetapi  setiap kali Suraqah bin Malik sudah mendekati  kedua orang buruannya tersebut, tiba-tiba   kaki depan kuda tunggangannya selalu terperosok  ke dalam pasir, sehingga Suraqah bin Malik pun  terlempar dari kudanya.   Akhirnya ia meyakini bahwa Nabi Besar Muhammad saw. dalam perjalanan hijrah ke Madinah tersebut  dilindungi oleh Allah Swt., lalu ia memohon kepada beliau saw. agar memberi  jaminan keamanan kepadanya.  
       Pada saat itulah Nabi Besar Muhammad saw. menubuatkan mengenai kemenangan umat Islam atas kerajaan Fersia  dengan bersabda kepada Suraqah bin Malik  bahwa ia akan mengenakan gelang-gelang emas  yang biasa dipakai oleh Kisra Fersia.   Nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut mengandung dua arti, yaitu (1) Suraqah bin Malik akan masuk Islam; dan (2) kerajaan Fersia akan ditaklukkan oleh umat Islam.
        Ayat selanjutnya    وَ ہُدُوۡۤا اِلٰی الطَّیِّبِ مِنَ الۡقَوۡلِ ۚۖ وَ ہُدُوۡۤا  اِلَی  صِرَاطِ  الۡحَمِیۡدِ -- “Dan mereka akan dibimbing kepada ucapan yang baik, dan mereka akan dibimbing ke jalan  yang terpuji,  selain sesuai dengan firman Allah Swt. sebelumnya: وَ الَّذِیۡنَ اہۡتَدَوۡا زَادَہُمۡ ہُدًی وَّ اٰتٰہُمۡ تَقۡوٰىہُمۡ    --  Dan orang-orang yang mendapat petunjuk,  Dia menambahkan  petunjuk kepada mereka, dan Dia memberikan kepada mereka balasan  ketakwaan mereka. (Muhammad [47]:18), juga sesuai dengan firman-Nya berikut ini:
وَ اللّٰہُ یَدۡعُوۡۤا اِلٰی دَارِ السَّلٰمِ ؕ وَ یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾   لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوا الۡحُسۡنٰی وَ زِیَادَۃٌ ؕ وَ لَا یَرۡہَقُ وُجُوۡہَہُمۡ قَتَرٌ وَّ لَا ذِلَّۃٌ ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan  Allah menyeru manusia ke rumah keselamatan  dan memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.   Bagi orang-orang yang berbuat ihsan ada balasan yang lebih baik  serta tambahan-tambahan   yang lain. Dan wajah  mereka tidak akan ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan, mereka itu penghuni surga, mereka akan kekal  di dalamnya. (Yunus [10]:26-27).

Makna “Darus Salām” (Rumah Keselamatan) & Jiyādah (Tambahan-tambahan)

      Salām berarti: keselamatan, keamanan, kekekalan atau kebebasan dari kesa-lahan-kesalahan kekurangan-kekurangan cacat-cacat noda-noda keburukan-keburukan; atau berarti pula: kedamaian, kepatuhan; surga. Salam adalah salah satu nama sifat Allah  Swt.   juga  (Lexicon Lane).
    Berhubung al-husna berarti (1) kesudahan yang menggembirakan, (2) kemenangan; (3) kecerdasan dan kegesitan, maka anak kalimat lilladzina ahsanul-husna berarti: (1) bahwa orang-orang beriman akan sampai kepada kesudahan yang menyenangkan; (2) bahwa mereka akan mencapai sukses dan (3) bahwa Allah Swt.   akan menjadikan mereka cerdas dan terampil.
       Kata ziyādah (tambahan lebih banyak lagi) mengandung arti  bahwa orang-orang beriman akan mendapatkan Allah  Swt.   Sendiri sebagai ganjarannya, dan kata al-husna (yang berarti juga penglihatan kepada Tuhan) menguatkan kesimpulan itu. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. mengenai  ganjaran bagi orang-orang beriman yang melakukan   jihad fīllāh (jihad di dalam Allah) -- yang berbeda dengan jihad fī sabīlillāh (jihad di jalan Allah)  dengan harta dan jiwa --  firman-Nya: 
وَ الَّذِیۡنَ جَاہَدُوۡا فِیۡنَا لَنَہۡدِیَنَّہُمۡ سُبُلَنَا ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ  لَمَعَ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang berjuang untuk Kami niscaya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat ihsan. (Al-Ankabūt [29]:70).
      Sebagaimana telah dikemukakan bahwa  jihad sebagaimana diperintahkan oleh  Allah Swt. dalam Al-Quran  tidak berarti harus membunuh atau menjadi korban pembunuhan, melainkan harus berjuang keras guna memperoleh keridhaan Ilahi, sebab kata fīnā berarti “untuk menjumpai Kami.”

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  5 Maret      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar