Selasa, 15 April 2014

Berbagai Petunjuk dan Hikmah yang Terkandung Dalam Berbagai Macam" Perumpmaan Nikmat-nikmat Surgawi" di Akhirat




 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   201

Berbagai Petunjuk dan Hikmah yang Terkandung Dalam   Berbagai Macam  Perumpamaan Nikmat-nikmat Surgawi”   di Akhirat

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai  hakikat buah-buahan di akhirat bahwa sesungguhnya hal tersebut   berupa gambaran mutu keimanannya sendiri. Ketika mereka hendak memakannya mereka segera akan mengenali dan ingat kembali bahwa buah-buahan itu adalah hasil imannya di dunia, dan karena rasa syukur atas nikmat itu mereka akan berkata:   ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ   --  “inilah yang telah diberikan kepada kami dahulu.” Ungkapan ini dapat pula berarti “apa yang telah dijanjikan kepada kami.”

Makna “Buah-buah Surgawi” yang Hampir Serupa

        Kata-kata “yang hampir serupa” dalam ayat بِہٖ      مُتَشَابِہًا     ٖ  وَ اُتُوۡا    --   akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya” tertuju kepada persamaan antara amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang beriman di dunia  ini dan buah atau hasilnya di surga. Amal ibadah dalam kehidupan sekarang akan nampak kepada orang-orang beriman  sebagai hasil atau buah di akhirat.
        Makin sungguh-sungguh dan makin sepadan ibadah manusia, makin banyak pula ia menikmati buah-buah yang menjadi bagiannya di surga dan  makin baik pula buah-buah itu dalam nilai dan mutunya. Jadi untuk meningkatkan mutu buah-buahan yang dikehendakinya terletak pada kekuatannya sendiri.
          Ayat ini berarti pula bahwa makanan ruhani orang-orang beriman di surga akan sesuai dengan selera tiap-tiap orang dan taraf kemajuan serta tingkat perkembangan ruhaninya masing-masing. Itulah makna  ayat:
کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ   مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci,  dan mereka akan kekal di dalamnya.  (Al-Baqarah [2]:26).
       Kata-kata  mereka akan kekal di dalamnya” berarti bahwa orang-orang beriman di surga tidak akan pernah mengalami sesuatu perubahan atau kemunduran. Orang akan mati hanya jika ia tidak dapat menyerap zat makanan atau bila orang lain membunuhnya. Tetapi  karena makanan surgawi akan benar-benar cocok untuk setiap orang dan karena orang-orang di sana akan mempunyai kawan-kawan yang suci dan suka damai maka kematian dan kemunduran dengan sendirinya akan lenyap.
   Itulah sebabnya menurut Allah Swt.  para ahli surga akan terus menerus mengalami kemajuan dalam kehidupan surgawi atau dalam berbagai tingkatan kehidupan surgawi  di akhirat  yang mereka alami, yang  dalam QS.57:13 dan QS.66:9 digambarkan “cahaya mereka” akan berlari-lari di hadapan dan di sebelah kanan mereka.

Jodoh-jodoh Suci” Para Penghuni Surga & Makna “Lemah Bagaikan Nyamuk

        Orang-orang beriman juga akan  mempunyai jodoh-jodoh suci di surga. Istri yang baik adalah  sumber kegembiraan dan kesenangan. Orang-orang beriman  berusaha mendapatkan istri yang baik di dunia ini dan mereka akan mempunyai jodoh-jodoh baik dan suci di akhirat. 
     Makna “jodoh-jodoh yang suci” di surga tersebut bisa juga adalah istri-istri atau  suami-suami mereka sendiri di dunia ini yang merupakan  keadaan akhlak dan ruhaninya merupakan “penyejuk mata” bagi mereka (suami/istri)  -- sebagaimana doa ‘ibadu-Rahmān (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah)  dalam QS.25:64-77 --  lihat pula   QS.13:24; QS 40:8-10; QS.52:22 mengenai  akan   berkumpulnya “keluarga surgawi” di akhirat.
      Namun meski pun demikian kesenangan di surga tidak bersifat kebendaan, sebagaimana umumnya dipercayai, padahal adanya persamaan tersebut hanya dalam nama (sebutan),  bukan dalam kenyataannya (hakikatnya - QS.32:18).  Untuk penjelasan lebih lanjut tentang sifat dan hakikat nikmat-nikmat surga, lihat pula Surah Al-Thūr, Al-Rahmān, dan Al-Wāqi’ah.
        Al-Quran mengajarkan bahwa  tiap-tiap makhluk memerlukan pasangan (jodoh) untuk perkembangannya yang sempurna. Di dalam surga orang-orang bertakwa laki-laki dan perempuan akan mendapat jodoh suci untuk menyempurnakan perkembangan ruhani dan melengkapkan kebahagiaan mereka.   
       Macam apakah jodoh itu hanya dapat diketahui kelak di akhirat, sebab gambaran yang ditampilkan sebagai kiasan mengenai nikmat-nikmat surgamau pun  siksaan-siksaan dalam  neraka  sangat tidak memadai untuk menggambarkannya secara utuh dan sempurna karena keterbatasan bahasa mau pun kelemahan daya cipta manusia untuk dapat membayangkannya.
       Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. selanjutnya mengenai perumpamaan-perumpamaan yang ditampilkan Allah Swt. alam Al-Quran sebagai kiasan:
اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya Allah  tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk   bahkan  yang lebih kecil dari itu,  ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu  kebenaran  dari Rabb (Tuhan) mereka, sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa  yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?”  Dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang, dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik.  (Al-Baqarah [2]:27).

Makna Ungkapan  “Lemah Bagaikan Nyamuk

    Dharaba al-matsala berarti: ia memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan (Lexicon Lane; Taj-ul-‘Arus, dan QS.14:46).    Fauq berarti dan bermakna “lebih besar” dan “lebih kecil” dan dipakai dalam artian yang sesuai dengan konteksnya (letaknya, ujung pangkalnya) — (Al-Mufradat).
       Jadi makna ayat  اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا  -- “Sesungguhnya Allah tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk   bahkan  yang lebih kecil dari itu” bahwa  Allah Swt. telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran  dengan perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan.
   Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut melukiskan mendalamnya arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan lain, dan dalam hal-hal keruhanian penggunaan perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut memberikan satu-satunya cara untuk dapat menyampaikan buah pikiran dengan baik.
        Kata-kata yang dipakai untuk menggambarkan surga, mungkin tidak cukup dan tidak berarti bagaikan nyamuk yang dianggap oleh orang-orang Arab sebagai makhluk yang lemah dan memang pada hakikatnya demikian. Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu min ba’udhatin, artinya  "ia lebih lemah dari nyamuk".
      Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan itu membantu untuk memunculkan dalam angan-angan  mengenai gambaran nikmat-nikmat surga itu. Orang-orang  beriman mengetahui bahwa kata-kata itu hanya perumpamaan dan mereka berusaha menyelami kedalaman artinya, tetapi orang-orang kafir mulai mencela perumpamaan-perumpamaan itu dan makin bertambah dalam kesalahan dan kesesatan mereka, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ صَرَّفۡنَا لِلنَّاسِ فِیۡ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ مِنۡ کُلِّ مَثَلٍ ۫ فَاَبٰۤی اَکۡثَرُ النَّاسِ اِلَّا کُفُوۡرًا ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami benar-benar telah menguraikan bagi manusia berbagai macam perumpamaan dalam Al-Quran ini tetapi kebanyakan manusia menolak segala se-suatu kecuali kekafiran.  (Bani Israil [17]:90).

Hikmah Pengulangan Ayat-ayat Dalam Al-Quran

   Karena kemampuan-kemampuan manusia terbatas, paling-paling orang dapat menghadapi masalah-masalah yang jumlahnya terbatas saja. Tetapi Al-Quran telah membahas dengan selengkap-lengkapnya semua masalah dan persoalan yang bertalian dengan kemajuan akhlak dan ruhani manusia antara lain dalam bentuk berbagai perumpamaan, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ صَرَّفۡنَا فِیۡ ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنِ  لِیَذَّکَّرُوۡا ؕ وَ  مَا  یَزِیۡدُہُمۡ   اِلَّا  نُفُوۡرًا ﴿﴾
Dan sungguh   Kami benar-benar telah menerangkan segala sesuatu berulang-ulang dalam Al-Quran ini supaya mereka mengambil pelajaran, tetapi sama sekali tidaklah Al-Quran itu menambah bagi mereka, kecuali kebencian. (Bani Israil [17]:42).
       Al-Quran sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) maka memiliki tugas   harus memecahkan segala masalah dan persoalan yang penting-penting, sehingga  wajar – bahkan menjadi keharusan --   Kitab suci Al-Quran   berulang kali mengupas kembali hal-hal yang bertalian erat dengan suatu masalah pokok.
      Bila pengulangan itu dimaksudkan untuk mengupas suatu masalah dari sudut yang baru atau untuk membantah suatu tuduhan baru, maka tiada orang yang waras otaknya lagi cerdas pikirannya dapat mengemukakan keberatan terhadap hal demikian.
      Itulah sebabnya Allah Swt. telah menyatakan bahwa hanya “orang-orang yang disucikan-Nya” sajalah yang mampu “menyentuh” khazanah-khazanah tersembunyi Al-Quran (QS.56:78-83), terutama Rasul Allah (QS.3:180; QS.71:27-29)   -- termasuk khazanah berbagai petunjuk dan hakikat yang terdapat dalam berbagai  perumpamaan   gambaran   nikmat-nikmat surga  dan siksaan-siksaan neraka.
        Jadi, kembali kepada firman Allah Swt. mengenai "lemahnya" berbagai perumpamaan   tentang  nikmat-nikmat surga: 
اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾     
Sesungguhnya Allah  tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk   bahkan  yang lebih kecil dari itu,  ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu  kebenaran  dari Rabb (Tuhan) mereka, sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?”  Dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang, dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik.  (Al-Baqarah [2]:27).   
       Makna    adhallahullāh    -- sehubungan ayat  "yudhillu bihii katsiiran"  berarti: (1) Allah Swt. menetapkan dia berada dalam kekeliruan; (2) Allah Swt.  meninggalkan atau membiarkan dia sehingga ia tersesat (Kasysyaf); (3) Allah Swt.  mendapatkan atau meninggalkan dia dalam kekeliruan atau membiarkan dia tersesat (Lexicon Lane), firman-Nya:
ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ
Dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang, dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik. (Al-Baqarah [2]:27-28).
      Dengan demikian kata   بِہٖ   (dengannya) dalam ayat tersebut bisa merujuk kepada Al-Quran atau kepada perumpamaan-perumpamaan  atau misal-misal yang dikemukakan Allah Swt..   Itulah sebabnya walau pun benar Nabi Besar Muhammad saw. dan  Al-Quran merupakan Rasul Allah dan  Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) dan untuk  kepentingan seluruh umat manusia (QS.2:186; QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), tetapi Allah Swt. menyatakan dalam Al-Quran  bahwa hanya orang-orang yang bertakwa sajalah yang akan memperoleh petunjuk yang sebenarnya dari Al-Quran (QS.2:1-8).
       Demikianlah penjelasan mengenai   falsafah perumpamaan nikmat-nikmat surga yang dikemukakan Allah Swt. dalam Al-Quran tentang  hubungan iman dan amal shaleh dengan  ganjaran di akhirat berupa “kebun-kebun” yang di bawahnya “mengalir sungai-sungai  (QS.2:26).

Macam-macam “Sungai Surgawi”

       Bukti lainnya bahwa gambaran  nikmat-nikmat  dalam surga  mau pun  siksaan-siksaan dalam neraka yang dikemukakan Allah Swt. dalam Al-Quran merupakan perumpamaan  yang mengandung  falsafah  serta hikmah  yang sangat halus dan dalam, dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt. mengemukakan bermacam-macam sungai surgawi yang disediakan bagi para penghuni surga sesuai dengan tingkat  ketinggian  maqam (martabat) keruhanian mereka, firman-Nya:
  مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ  مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ  اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ  یَتَغَیَّرۡ  طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ خَمۡرٍ  لَّذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ  مِّنۡ  رَّبِّہِمۡ ؕ  کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ  اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum, dan sungai-sungai madu yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Rabb (Tuhan) mereka. Apakah sama seperti orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:16).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  3 Maret      2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar