Selasa, 22 April 2014

Falsafah "Sungai Surgawi Air Tawar" & Wilayah Surgawi" Tempat Tinggal Nabi Adam a.s. dan "Istrinya" (Kaumnya)




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   205

Falsafah    "Sungai Surgawi  Air Tawar & Wilayah  Surgawi   Tempat Tinggal Nabi Adam as. dan “istrinya” (Kaumnya)

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam   Bab 199 dan Bab 200   telah dikemukakan firman-Nya mengenai   falsafah surga yang digambarkan sebagai “kebun-kebun  dan “sungai-sungai” berkenaan ganjaran bagi orang-orang  yang beriman dan beramal shaleh:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ   مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci,  dan mereka akan kekal di dalamnya. (Al-Baqarah [2]:26).
     Dalam Surah Ar-Rahman, setelah mengemukakan  berbagai pohon yang berdaun rimbun yang ada dalam jannah (kebun surgawi): ذَوَاتَاۤ   اَفۡنَانٍ  -- “Kedua surga itu  memiliki berbagai pepohonan yang berdaun rimbun” (Al-Rahmān [55]:49), selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai keberadaan   mata air atau sungai yang mengalir:
فِیۡہِمَا عَیۡنٰنِ  تَجۡرِیٰنِ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾
Di dalam keduanya (kedua surga itu) ada dua mata air  yang mengalir. Maka nikmat-nikmat Rabb (Tuhan) kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? (Al-Rahmān [55]:51-52).
    Kata-kata  dua mata air yang mengalir boleh jadi merupakan perwujudan ruhani pengamalan huququllāh (kewajiban-kewajiban terhadap Allah) dan huququl’ibād (kewajiban-kewajiban terhadap sesama hamba-Allah), yang dilaksanakan oleh orang-orang beriman dan bertakwa selama mereka hidup di dunia ini dengan sepenuhnya dan sepatuh-patuhnya.
  Penunaian kedua kewajiban itu, di akhirat akan beroleh bentuk dua mata air. Dan karena seorang beriman sejati tidak henti-hentinya menunaikan kewajiban-kewajiban itu maka  mata-mata air itu telah digambarkan sebagai mengalir dengan tetap.
   Itulah salah satu falsafah mengenai sebutan jannāt  (kebun-kebun) yang di bawahnya mengalir    anhār (sungai-sungai) mengenai surga yang disediakan Allah Swt. bagi bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dalam Surah Al-Baqarah ayat 26 sebelumnya.

Macam-macam “Sungai Surgawi”

          Bukti lainnya bahwa gambaran  nikmat-nikmat  dalam surga  mau pun  siksaan-siksaan dalam neraka yang dikemukakan Allah Swt. dalam Al-Quran merupakan perumpamaan  yang mengandung  falsafah  serta hikmah  yang sangat halus dan dalam, dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt. mengemukakan bermacam-macam sungai surgawi yang disediakan bagi para penghuni surga sesuai dengan tingkat  ketinggian  maqam (martabat) keruhanian mereka, firman-Nya:
  مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ  مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ  اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ  یَتَغَیَّرۡ  طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ خَمۡرٍ  لَّذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ  مِّنۡ  رَّبِّہِمۡ ؕ  کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ  اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum, dan sungai-sungai madu yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Rabb (Tuhan) mereka. Apakah sama seperti orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:16). 
     Kepada orang-orang yang beriman  dan beramal shaleh dijanjikan di dunia ini dan di akhirat (1) sungai-sungai yang airnya murni (air tawar); (2) sungai-sungai susu yang rasanya tidak akan berubah, (3) sungai-sungai arak yang memberikan perasaan gembira dan (4) sungai-sungai madu yang telah dijernihkan.
     Kata anhār (sungai-sungai) yang telah dipergunakan empat kali dalam ayat ini, di samping arti-arti lain  berarti juga cahaya dan berlimpah-limpah; dan kata 'asal dalam ayat  وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی  -- “dan sungai-sungai madu yang dijernihkan” antara lain berarti amal baik atau amal saleh yang merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap si pelakunya.
   Mengingat akan arti yang terkandung di dalam kedua kata tadi, ayat ini dapat juga berarti, bahwa 4 hal yang disebutkan itu akan dianugerahkan kepada orang-orang bertakwa dengan berlimpah-limpah. (1) Air adalah sumber segala kehidupan (QS.21:31); (2) susu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada badan; (3) anggur (khamar) memberikan rasa senang dan kelupaan akan segala kesusahan, dan (4) madu berkhasiat menyembuhkan banyak macam penyakit.
   Jika difahamkan dalam pengertian jasmani, maka ayat ini akan berarti bahwa dalam kehidupan di dunia ini orang-orang beriman akan memperoleh semua barang itu dengan berlimpah-limpah sehingga membuat kehidupan jadi senang, nikmat dan bermanfaat; dan bila diambil secara kiasan dan dalam pengertian ruhani  maka hal itu akan berarti bahwa orang-orang beriman mendapatkan kehidupan yang penuh kepuasan — dianugerahi ilmu keruhanian, akan minum anggur kecintaan Ilahi dan akan mengamalkan perbuatan-perbuatan yang akan merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap diri mereka.

 ”Sungai Surgawi Air Tawar”  

   Jenis “sungai surgawi” yang pertama  berisi “air tawar”,  dalam Al-Quran Allah Swt.    menyatakan  bahwa   air tawar berkasiat menimbulkan “kehidupan”, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu  lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
          Dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt. menyatakan bahwa melalui curahan air hujan membuat “bumi yang mati    -- akibat kemarau panjang --  kembali subur menghijau dengan berbagai macam tumbuhan:
وَ اللّٰہُ  اَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ  مَآءً  فَاَحۡیَا بِہِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ اِنَّ فِیۡ  ذٰلِکَ لَاٰیَۃً  لِّقَوۡمٍ  یَّسۡمَعُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan  Allah telah menurunkan air dari langit  lalu Dia menghidupkan bumi dengannya setelah kematiannya, sesungguhnya dalam yang demikian itu ada Tanda bagi kaum yang mau mendengar. (An-Nahl [16]:66).
       Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab 199 dan Bab 200 bahwa  jannāt (kebun-kebun surgawi) melambangkan  iman (keimanan)    yang tercantum dalam  6 Rukun Iman, sedangkan “anhār” (sungai-sungai surgawi) melambangkan amal shaleh  yang tercantum dalam 5 Rukun Islam.
        Apabila Rukun Iman diperagakan dalam bentuk pengamalan Rukun Islam maka menurut Allah Swt. sebagai akibatnya adalah akan tercinta suatu “kehidupan surgawi” yang digambarkan sebagai “kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”, firman-Nya: 
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ   مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci,  dan mereka akan kekal di dalamnya.  (Al-Baqarah [2]:26).
      Orang-orang   tinggal  di wilayah yang   subur yang  memiliki  banyak jenis pepohonan serta tumbuhan-tubuhan lainnya yang berbuah dan juga di wilayah tersebut banyak  terdapat  sumber mata air yang mengalir pasti  kehidupan jasmaninya  akan terjamin, sehingga  mereka tidak akan kelaparan, tidak akan kehausan, tidak akan kepanasan,   dan tidak akan “telanjang”.

Gambaran “Kehidupan Surgawi” Nabi Adam a.s. dan “Istrinya” (Kaumnya)

       Mengenai hal tersebut berikut firman-Nya mengenai “kehidupan surgawi” di dunia ini yang dinikmati oleh Nabi Adam a.s. bersama istrinya atau kaumnya, sebelum  terjadi  makar-buruk iblis, firman-Nya:
وَ اِذۡ  قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا   اِلَّاۤ   اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی ﴿﴾  فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ  اِنَّ  ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی  ﴿﴾ اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی﴿﴾ۙ  وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی ﴿﴾
Dan ingatlah  ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah yakni tunduk patuhlah kamu kepada Adam," maka mereka  sujud kecuali iblis, ia menolak.    Lalu Kami berfirman: "Hai Adam,  sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, maka  ia jangan  sampai  mengeluarkan kamu berdua dari ke-bun maka kamu menderita kesulitanSesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalam­nya  dan tidak pula engkau akan telanjang,  dan sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di dalamnya dan tidak pula akan disengat panas matahari. (Thā Hā[20]:117-120).
     Nabi Adam a.s. diperingatkan bahwa jika beliau menyerah kepada bujukan syaitan dan menerima nasihatnya (tipu-dayanya) maka beliau akan menjadi mahrum (luput) dari jannah, yaitu  kehidupan berbahagia dan ketenteraman ruhani yang sebelumnya telah beliau nikmati.
    Isyarat dalam ayat-ayat ini   nampaknya ditujukan kepada kemudahan dan kesenangan yang tidak terpisahkan dari kehidupan beradab. Dua ayat ini mengisyaratkan kepada kenyataan bahwa penyediaan pangan, sandang, dan perumahan bagi rakyat — sarana-sarana keperluan hidup yang pokok — merupakan tugas utama bagi suatu pemerintah beradab, dan bahwa suatu masyarakat  baru dapat dikatakan masyarakat beradab, jika semua warga masyarakat itu dicukupi keperluan-keperluan tersebut di atas.
 Jika tidak, maka umat manusia akan terus menderita dari pergolakan-pergolakan sosial dan warna akhlak masyarakat umat manusia tidak akan mengalami perbaikan hakiki, selama kepincangan yang parah di bidang ekonomi — yaitu sebagian lapisan masyarakat berkecimpung dalam kekayaan, sedang sebagian lainnya mati kelaparan — tidak dihilangkan.
Nabi Adam a.s. diberitahukan di sini bahwa beliau akan tinggal di sebuah tempat atau wilayah  yang sangat subur di mana kesenangan dan keperluan hidup akan tersedia dengan secukupnya bagi semua penduduknya. Keadaan tersebut  telah dijelaskan di tempat lain dalam Al-Quran dengan kata-kata  وَ کُلَا مِنۡہَا رَغَدًا حَیۡثُ شِئۡتُمَا --  dan makanlah darinya sepuas hati di mana pun kamu berdua suka” (QS.2:36).
  Ayat yang sedang dibahas ini menunjukkan pula, bahwa semenjak Nabi Adam a.s.  mulailah suatu tata-tertib dalam kemasyarakatan yang baru, dan bahwa beliau meletakkan dasar pemerintahan yang meratakan jalan bagi masa kemajuan manusia dalam bidang kemasyarakatan.
   Demikianlah salah satu hikmah  mengenai   hubungan   kebun-kebun surgawi  dengan  sungai surgawi air tawar  yang berkhasiat  menghidupkan”, sehingga  tercipta suatu “kehidupan surgawi” bagi orang-orang yang tinggal di dalamnya,  firman-Nya:  
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu  lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
Firman-Nya lagi:
وَ اللّٰہُ  اَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ  مَآءً  فَاَحۡیَا بِہِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ اِنَّ فِیۡ  ذٰلِکَ لَاٰیَۃً  لِّقَوۡمٍ  یَّسۡمَعُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan  Allah telah menurunkan air dari langit  lalu Dia menghidupkan bumi dengannya setelah kematiannya, sesungguhnya dalam yang demikian itu ada Tanda bagi kaum yang mau mendengar. (An-Nahl [16]:66).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  8 Maret      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar