بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
205
Falsafah "Sungai Surgawi Air Tawar” & Wilayah
“Surgawi” Tempat Tinggal Nabi Adam as. dan “istrinya”
(Kaumnya)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Bab 199 dan Bab 200 telah
dikemukakan firman-Nya
mengenai falsafah surga yang digambarkan sebagai “kebun-kebun” dan “sungai-sungai”
berkenaan ganjaran bagi orang-orang
yang beriman dan beramal
shaleh:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ
جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ
کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا
الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ
مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai
rezeki, mereka berkata: “Inilah yang
telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya,
dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci, dan mereka
akan kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:26).
Dalam Surah Ar-Rahman, setelah mengemukakan berbagai pohon
yang berdaun rimbun yang ada dalam jannah (kebun surgawi): ذَوَاتَاۤ اَفۡنَانٍ --
“Kedua surga itu memiliki
berbagai pepohonan yang berdaun rimbun”
(Al-Rahmān
[55]:49), selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai keberadaan mata air
atau sungai yang mengalir:
فِیۡہِمَا عَیۡنٰنِ تَجۡرِیٰنِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾
Di dalam keduanya (kedua surga itu) ada dua mata air yang mengalir. Maka nikmat-nikmat Rabb (Tuhan) kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? (Al-Rahmān
[55]:51-52).
Kata-kata
dua mata air yang mengalir boleh jadi merupakan perwujudan ruhani pengamalan huququllāh
(kewajiban-kewajiban terhadap Allah) dan huququl’ibād (kewajiban-kewajiban
terhadap sesama hamba-Allah), yang dilaksanakan oleh orang-orang beriman dan bertakwa selama mereka hidup di dunia
ini dengan sepenuhnya dan sepatuh-patuhnya.
Penunaian kedua kewajiban itu, di akhirat akan beroleh bentuk dua mata air. Dan karena seorang beriman
sejati tidak henti-hentinya
menunaikan kewajiban-kewajiban itu
maka mata-mata
air itu telah digambarkan sebagai mengalir
dengan tetap.
Itulah salah satu falsafah mengenai sebutan jannāt
(kebun-kebun) yang di bawahnya mengalir anhār
(sungai-sungai) mengenai surga
yang disediakan Allah Swt. bagi bagi orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh
dalam Surah Al-Baqarah ayat 26 sebelumnya.
Macam-macam “Sungai Surgawi”
Bukti lainnya
bahwa gambaran nikmat-nikmat dalam surga mau pun
siksaan-siksaan dalam neraka yang dikemukakan Allah Swt. dalam
Al-Quran merupakan perumpamaan yang mengandung falsafah serta hikmah yang
sangat halus dan dalam, dalam
firman-Nya berikut ini Allah Swt. mengemukakan bermacam-macam sungai surgawi yang disediakan bagi para
penghuni surga sesuai dengan
tingkat ketinggian maqam (martabat)
keruhanian mereka, firman-Nya:
مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ
فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ یَتَغَیَّرۡ
طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ خَمۡرٍ لَّذَّۃٍ
لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ مِّنۡ
رَّبِّہِمۡ ؕ کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ
فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak;
dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak
berubah, dan sungai-sungai arak yang
sangat lezat rasanya bagi orang-orang
yang meminum, dan sungai-sungai madu
yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Rabb
(Tuhan) mereka. Apakah sama seperti
orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:16).
Kepada orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh dijanjikan di dunia ini
dan di akhirat (1) sungai-sungai yang
airnya murni (air tawar); (2) sungai-sungai susu yang rasanya tidak
akan berubah, (3) sungai-sungai arak
yang memberikan perasaan gembira dan (4) sungai-sungai
madu yang telah dijernihkan.
Kata anhār (sungai-sungai) yang telah dipergunakan empat kali dalam ayat
ini, di samping arti-arti lain berarti
juga cahaya dan berlimpah-limpah; dan kata 'asal dalam ayat وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی -- “dan
sungai-sungai madu yang dijernihkan”
antara lain berarti amal baik atau amal saleh yang merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap si pelakunya.
Mengingat akan arti yang terkandung di dalam
kedua kata tadi, ayat ini dapat juga berarti, bahwa 4 hal yang disebutkan itu
akan dianugerahkan kepada orang-orang bertakwa dengan berlimpah-limpah. (1) Air adalah sumber segala kehidupan (QS.21:31); (2) susu memberikan kesehatan dan kekuatan
kepada badan; (3) anggur (khamar) memberikan
rasa senang dan kelupaan akan segala kesusahan,
dan (4) madu berkhasiat menyembuhkan banyak macam penyakit.
Jika difahamkan dalam pengertian jasmani, maka ayat ini akan berarti bahwa dalam kehidupan di dunia ini orang-orang
beriman akan memperoleh semua barang itu dengan berlimpah-limpah sehingga membuat kehidupan jadi senang, nikmat dan bermanfaat; dan bila diambil secara kiasan dan dalam pengertian
ruhani maka hal itu akan berarti
bahwa orang-orang beriman mendapatkan
kehidupan yang penuh kepuasan —
dianugerahi ilmu keruhanian, akan minum anggur kecintaan Ilahi dan akan mengamalkan perbuatan-perbuatan yang
akan merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap diri
mereka.
”Sungai Surgawi Air Tawar”
Jenis “sungai
surgawi” yang pertama berisi “air tawar”, dalam Al-Quran Allah Swt. menyatakan
bahwa air tawar berkasiat menimbulkan “kehidupan”, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat bahwa seluruh
langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air.
Tidakkah mereka mau beriman? (Al-Anbiya
[21]:31).
Dalam firman-Nya berikut ini Allah
Swt. menyatakan bahwa melalui curahan air
hujan membuat “bumi yang mati” -- akibat kemarau panjang -- kembali subur
menghijau dengan berbagai macam tumbuhan:
وَ اللّٰہُ اَنۡزَلَ مِنَ
السَّمَآءِ مَآءً فَاَحۡیَا بِہِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ
اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّقَوۡمٍ
یَّسۡمَعُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan Allah
telah menurunkan air dari langit
lalu Dia menghidupkan bumi
dengannya setelah kematiannya, sesungguhnya dalam yang demikian itu ada Tanda bagi kaum yang mau mendengar. (An-Nahl [16]:66).
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab
199 dan Bab 200 bahwa jannāt (kebun-kebun surgawi)
melambangkan iman (keimanan) yang
tercantum dalam 6 Rukun Iman, sedangkan “anhār”
(sungai-sungai surgawi) melambangkan amal
shaleh yang tercantum dalam 5 Rukun
Islam.
Apabila Rukun Iman diperagakan dalam bentuk pengamalan Rukun Islam maka menurut Allah Swt. sebagai akibatnya adalah akan
tercinta suatu “kehidupan surgawi”
yang digambarkan sebagai “kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”,
firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ
جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ
کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا
الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ
مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai
rezeki, mereka berkata: “Inilah yang
telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya,
dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci, dan mereka
akan kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:26).
Orang-orang tinggal di wilayah yang subur yang memiliki
banyak jenis pepohonan serta tumbuhan-tubuhan lainnya yang berbuah dan juga di wilayah tersebut banyak terdapat
sumber mata air yang mengalir pasti kehidupan
jasmaninya akan terjamin,
sehingga mereka tidak akan kelaparan, tidak akan kehausan, tidak akan kepanasan, dan tidak akan “telanjang”.
Gambaran “Kehidupan Surgawi”
Nabi Adam a.s. dan “Istrinya” (Kaumnya)
Mengenai hal tersebut berikut firman-Nya
mengenai “kehidupan surgawi” di dunia
ini yang dinikmati oleh Nabi Adam
a.s. bersama istrinya atau kaumnya, sebelum terjadi
makar-buruk iblis, firman-Nya:
وَ اِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ
اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا
اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی ﴿﴾ فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ اِنَّ
ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ
فَتَشۡقٰی ﴿﴾
اِنَّ لَکَ اَلَّا
تَجُوۡعَ فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی﴿﴾ۙ وَ اَنَّکَ لَا تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: "Sujudlah yakni
tunduk patuhlah kamu kepada Adam,"
maka mereka sujud kecuali iblis, ia menolak. Lalu Kami berfirman: "Hai Adam, sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, maka ia
jangan sampai mengeluarkan kamu berdua dari ke-bun
maka kamu menderita kesulitan. Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak
pula engkau akan telanjang, dan
sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di
dalamnya dan tidak pula akan disengat
panas matahari. (Thā Hā[20]:117-120).
Nabi
Adam a.s. diperingatkan
bahwa jika beliau menyerah kepada bujukan syaitan dan menerima nasihatnya (tipu-dayanya)
maka beliau akan menjadi mahrum
(luput) dari jannah, yaitu kehidupan berbahagia dan ketenteraman ruhani yang sebelumnya
telah beliau nikmati.
Isyarat dalam ayat-ayat ini nampaknya ditujukan kepada kemudahan dan kesenangan yang tidak terpisahkan dari kehidupan beradab. Dua ayat ini mengisyaratkan kepada kenyataan
bahwa penyediaan pangan, sandang, dan perumahan bagi rakyat — sarana-sarana keperluan hidup yang pokok — merupakan tugas utama bagi suatu pemerintah
beradab, dan bahwa suatu masyarakat baru dapat dikatakan masyarakat beradab, jika semua warga
masyarakat itu dicukupi
keperluan-keperluan tersebut di atas.
Jika tidak, maka umat manusia akan terus
menderita dari pergolakan-pergolakan
sosial dan warna akhlak masyarakat
umat manusia tidak akan mengalami perbaikan
hakiki, selama kepincangan yang parah
di bidang ekonomi — yaitu sebagian
lapisan masyarakat berkecimpung dalam
kekayaan, sedang sebagian lainnya mati
kelaparan — tidak dihilangkan.
Nabi Adam
a.s. diberitahukan di sini bahwa beliau akan tinggal di sebuah
tempat atau wilayah yang sangat
subur di mana kesenangan dan keperluan hidup akan tersedia dengan
secukupnya bagi semua penduduknya. Keadaan tersebut telah dijelaskan di tempat lain dalam Al-Quran
dengan kata-kata وَ کُلَا مِنۡہَا رَغَدًا حَیۡثُ شِئۡتُمَا -- “dan
makanlah darinya sepuas hati di mana pun kamu berdua suka” (QS.2:36).
Ayat yang sedang dibahas ini menunjukkan
pula, bahwa semenjak Nabi Adam a.s. mulailah suatu tata-tertib dalam kemasyarakatan
yang baru, dan bahwa beliau meletakkan dasar
pemerintahan yang meratakan jalan bagi masa kemajuan manusia dalam bidang
kemasyarakatan.
Demikianlah salah satu hikmah mengenai hubungan
“kebun-kebun surgawi” dengan
“sungai surgawi air tawar” yang berkhasiat “menghidupkan”,
sehingga tercipta suatu “kehidupan surgawi” bagi orang-orang yang
tinggal di dalamnya, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat bahwa seluruh
langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air.
Tidakkah mereka mau beriman? (Al-Anbiya
[21]:31).
Firman-Nya lagi:
وَ اللّٰہُ اَنۡزَلَ مِنَ
السَّمَآءِ مَآءً فَاَحۡیَا بِہِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ
اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّقَوۡمٍ
یَّسۡمَعُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan Allah
telah menurunkan air dari langit
lalu Dia menghidupkan bumi
dengannya setelah kematiannya, sesungguhnya dalam yang demikian itu ada Tanda bagi kaum yang mau mendengar. (An-Nahl [16]:66).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 8 Maret
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar