Senin, 28 April 2014

"Keberadaan" Allah Swt. "Bersama" Manusia Menurut Hadits Qudsi dan Injil



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab   209

“Keberadaan” Allah Swt.   "Bersama"   Manusia Menurut Hadits Qudsi dan Injil

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam   akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan   mengenai  rincian “pendakian terjal  – bahkan pendakian yang sangat terjal    yang harus ditempuh oleh para sālik (penempuh jalan ruhani)  menuju “perjumpaan” dengan Allah Swt. tersebut adalah:
اَلَمۡ  نَجۡعَلۡ لَّہٗ عَیۡنَیۡنِ ۙ﴿﴾  وَ  لِسَانًا وَّ  شَفَتَیۡنِ ۙ﴿﴾  وَ ہَدَیۡنٰہُ  النَّجۡدَیۡنِ ﴿ۚ﴾  فَلَا  اقۡتَحَمَ الۡعَقَبَۃَ﴿۫ۖ﴾ وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا الۡعَقَبَۃُ ﴿ؕ﴾  فَکُّ رَقَبَۃٍ ﴿ۙ﴾  اَوۡ  اِطۡعٰمٌ فِیۡ یَوۡمٍ ذِیۡ مَسۡغَبَۃٍ ﴿ۙ﴾  یَّتِیۡمًا ذَا مَقۡرَبَۃٍ﴿ۙ﴾  اَوۡ مِسۡکِیۡنًا ذَا مَتۡرَبَۃٍ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ کَانَ مِنَ الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ تَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ  وَ تَوَاصَوۡا بِالۡمَرۡحَمَۃِ ﴿ؕ﴾  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ﴿ؕ﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِاٰیٰتِنَا ہُمۡ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ﴿ؕ﴾  عَلَیۡہِمۡ  نَارٌ  مُّؤۡصَدَۃٌ ﴿٪﴾
Tidakkah Kami menjadikan baginya sepasang mata?  Dan sebuah lidah serta dua buah bibir?   Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.  Tetapi ia tidak mendaki pendakian terjal. Dan apakah yang engkau ketahui apa pendakian terjal itu?  Yaitu memerdekakan budak, atau memberi makan pada hari kelaparan  kepada anak yatim kerabat atau kepada orang miskin yang terbaring di debu. Kemudian dia menjadi di antara orang-orang beriman dan menasihati satu sama lain supaya  bersabar dan mengajak satu sama lain berbelas kasih.  Mereka ini  golongan kanan.   Dan orang-orang yang kafir kepada  Tanda-tanda Kami mereka itu  golongan kiri.   Atas mereka akan ada Api yang tertutup. (Al-Balad [90]:9-20).

Hubungan “Pendakian Terjal” dengan “Sungai Khamar” & “Keberadaan” Allah Swt.

       Jihad ruhani  yang hakiki  -- berupa melakukan “pendakian terjal” -- tersebut hanya dapat dilakukan oleh orang-orang beriman dan bertakwa yang secara ruhani telah mendapat “minuman surgawi” yang campurannya kafur dan zanjabil (jahe), atau yang akan memperoleh “sungai surgawi  dari jenis “khamar”, sebab hanya mereka yang  telah meraih makrifat Ilahi yang sempurna seperti itulah yang akan memiliki “kerinduan” atau mengalami “mabuk kepayang” kepada Kekasih-nya yang Hakiki yakni Allah Swt., firman-Nya:
  مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ  مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ  اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ  یَتَغَیَّرۡ  طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ خَمۡرٍ  لَّذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ  مِّنۡ  رَّبِّہِمۡ ؕ  کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ  اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum, dan sungai-sungai madu yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Rabb (Tuhan) mereka. Apakah sama seperti orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:16).
         Ada hal yang menarik mengenai “pendakian terjal” berupa “memerdekakan budak, atau memberi makan pada hari kelaparan   kepada anak yatim kerabat atau kepada orang miskin yang terbaring di debu” (QS.90:14-17) -- yang mereka lakukan semata-mata   demi meraih keridhaan Allah Swt. -- dengan “keberadaan Allah Swt.” di antara “orang-orang miskin  dan orang-orang yang sakit” dan sebagainya:
اِنَّمَا نُطۡعِمُکُمۡ لِوَجۡہِ اللّٰہِ لَا نُرِیۡدُ مِنۡکُمۡ جَزَآءً   وَّ  لَا  شُکُوۡرًا ﴿﴾ اِنَّا نَخَافُ مِنۡ رَّبِّنَا یَوۡمًا عَبُوۡسًا قَمۡطَرِیۡرًا ﴿﴾
Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu karena mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak mengharapkan dari kamu balasan dan tidak pula ucapan terima kasih. Sesungguhnya kami takut azab dari Rabb (Tuhan) kami pada suatu hari  muka menjadi masam dan penuh kesulitan.   (Ad-Dahr -- Al-Insān  [76]:10-11).

 Pernyataan Allah Swt. tentang “Keberadaan-Nya

        Dalam sebuah hadits qudsi  yang dikemukakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. Allah Swt berfirman  mengenai “keberadaan-Nya”:
        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah , sesungguhnya Allah Azza wa Jalla kelak dihari kiamat akan berfirman, “Wahai anak cucu Adam, aku sakit dan kamu tidak menjenguk-Ku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhan-ku, bagaimana kami menjenguk Engkau sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam”, Allah berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hamba-Ku yang bernama Fulan sakit, dan kamu tidak menjenguknya? Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya jika kamu menjenguknya, engkau akan mendapati-Ku didekatnya
        Wahai anak cucu adam,   Aku minta makanan kepada kamu, namun kamu tidak memberi-Ku makanan kepada-Ku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami dapat memberi makan kepada Engkau sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Tidakkah engkau tahu,  sesungguhnya hamba-Ku fulan meminta makanan, dan kemudian kamu tidak memberinya makanan? Tidakkah  kamu  tahu, seandainya kamu memberinya makanan, benar-benar akan kamu  dapati perbuatan itu di sisi-Ku.
       Wahai anak cucu adam, Aku meminta minum kepada kamu, namun  kamu tidak memberi-Ku minum”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami memberi minum kepada Engkau sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Seorang hamba-Ku yang bernama fulan meminta minum kepada kamu, namun tidak kamu beri minum, tidakkah kamu tahu, seandainya kamu memberi minum kepadanya, benar-benar kamu akan dapati (pahala) amal itu di sisi-Ku  (Hadits diriwayatkan oleh Muslim).
       Yang menarik adalah, bahwa apa yang dikemukakan dalam hadits Qudsi tersebut  terdapat pula dalam Injil  dalam judul “Penghakiman terakhir” (Matius 25:31-45):
 5:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. 25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, 25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. 25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
      Adanya beberapa persamaan  atau kemiripan  tersebut membuktikan benarnya jawaban Nabi Besar Muhammad saw.,  ketika ditanya oleh salah seorang sahabah beliau saw.  tentang bagaimana sikap umat Islam terhadap Taurat dan Injil. Beliau saw. mengatakan: “Jangan mendustakan semuanya dan jangan pula mempercayai semuanya”. Jawaban beliau saw.  tersebut sesuai dengan prinsip keimanan terhadap Kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Quran (QS.2:5-6).
        Artinya,  bahwa karena pada awalnya kedua ajaran Kitab suci   untuk kalangan Bani Israil tersebut   bersumber dari Allah Swt. (QS.7:145-146; QS.61:6-7),  oleh sebab itu   --  sesuai kehendak dan  hikmah Ilahi   sehubungan dengan pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “Nabi yang seperti Musa” (Ulangan 18:18; QS.46:11) dan “Roh Kebenaran” serta  wahyu Al-Quran yang merupakan “seluruh kebenaran (Yohanes 16:12-13) --  tentu masih banyak terdapat  kebenaran  serta nubuatan-nubuatan  dalam Taurat dan Injil yang tetap terpelihara, tetapi banyak juga yang sudah hilang atau sudah  berubah   maknanya, akibat penambahan dan pengurangan yang biasa dilakukan oleh tangan-tangan jahil di kalangan mereka (QS.2:80; QS.4:47; QS.5:14 & 42).

Makna Nasikh-Mansukh (Penggantian dan Penghapusan) Mengenai “Ayat-ayat

        Mengisyaratkan kepada adanya  pembatalan” Kitab-kitab suci sebelum Al-Quran  itulah  dalam  firman-Nya  berikut ini :
مَا نَنۡسَخۡ مِنۡ اٰیَۃٍ اَوۡ نُنۡسِہَا نَاۡتِ بِخَیۡرٍ مِّنۡہَاۤ  اَوۡ مِثۡلِہَا ؕ اَلَمۡ تَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Ayat-ayat  mana pun yang Kami mansukhkan   yakni batalkan atau Kami biarkan terlupa, maka Kami datangkan yang lebih baik darinya atau yang semisalnya. Apakah kamu tidak  mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (Al-Baqarah [2]:107).
       Kata “ayat-ayat  berkenaan  nasikh-mansukh  dalam  firman-Nya tersebut bukan tertuju kepada ayat-ayat Al-Quran – sebagaimana keliru difahami    -- melainkan tertuju kepada Kitab-kitab suci sebelumnya  karena missi Kitab-kitab suci tersebut terbatas hanya untuk kaum-kaum  tertentu saja, sedangkan   mengenai Al-Quran  sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4), Allah Swt. telah menyatakan jaminan pemeliharaan-Nya  dari segala bentuk kekurangan  dan kebathilan, firman-Nya: 
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ  وَ  اِنَّا  لَہٗ  لَحٰفِظُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  Kami-lah Yang  menurunkan adz-Dzikr (peringatan) ini, dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya. (Al-Hijr [15]:10).
Firman-Nya lagi:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُلۡحِدُوۡنَ فِیۡۤ  اٰیٰتِنَا لَا یَخۡفَوۡنَ عَلَیۡنَا ؕ اَفَمَنۡ یُّلۡقٰی فِی النَّارِ خَیۡرٌ  اَمۡ مَّنۡ یَّاۡتِیۡۤ  اٰمِنًا یَّوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِعۡمَلُوۡا مَا شِئۡتُمۡ ۙ اِنَّہٗ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ ﴿﴾   اِنَّ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِالذِّکۡرِ  لَمَّا جَآءَہُمۡ ۚ وَ  اِنَّہٗ   لَکِتٰبٌ عَزِیۡزٌ ﴿ۙ﴾  لَّا یَاۡتِیۡہِ  الۡبَاطِلُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ لَا مِنۡ خَلۡفِہٖ ؕ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ حَکِیۡمٍ حَمِیۡدٍ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menyimpangkan  makna Ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Apakah  orang yang dilemparkan ke dalam Api itu lebih baik, ataukah orang yang datang kepada Kami dengan aman pada Hari Kia-mat? Berbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu lakukan.   Sesungguhnya rugilah orang-orang yang ingkar kepada adz-Dzikr (Peringatan) yakni Al-Quran   ketika ia datang kepada mereka, dan sesungguhnya ia benar-benar Kitab yang mulia. Kebatilan tidak dapat mendekatinya, baik dari depannya maupun dari belakangnya. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Terpuji. (Ha MimAs-Sajdah (Al-Fushshilat) [41]:41-43).

Makna Sebutan Adz-Dzikr bagi Al-Quran & Menjawab Tuduhan Dusta

    Dalam kedua Surah tersebut Allah Swt. menyebut  Al-Quranadz-Dzikr(Peringatan) karena:
   (a) Al-Quran mengemukakan dan mengulang-ulangi asas-asas dan ajaran-ajarannya dalam berbagai bentuk, dengan demikian membuat manusia terus mengingat asas-asas serta ajaran-ajarannya;
   (b) Al-Quran mengingatkan manusia akan ajaran-ajaran mulia yang pernah diturunkan di dalam Kitab-kitab Suci terdahulu; dan
   (c) dengan beramal atas (sesuai)  ajaran-ajarannya manusia dapat menaiki puncak-puncak keluhuran ruhani, sebab dzikr berarti pula kehormatan.
  Makna ayat   لَّا یَاۡتِیۡہِ  الۡبَاطِلُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ لَا مِنۡ خَلۡفِہٖ   -- “Kebatilan tidak dapat mendekatinya, baik dari depannya maupun dari belakangnya,”  bahwa ayat-ayat Al-Quran adalah Kitab suci yang sangat  menakjubkan, ternyata tidak ada satu pun di antara kebenaran-kebenaran, asas-asas, dan cita-cita agung yang diuraikan oleh Al-Quran pernah disangkal atau ditentang oleh ajaran-ajaran zaman dahulu ataupun oleh ilmu pengetahuan modern yang terus menerus berkembang, sebab pada hakikatnya   Al-Quran  merupakan puncak kesempurnaan evolusi hukum-hukum alam mau pun hukum-hukum  syari’at yang  khazanahnya tidak akan pernah habis (QS.15:22; QS.18:110; QS31:28).
   Jadi,   adanya   persamaan atau  kemiripan antara beberapa materi pembahasan yang ada dalam  Taurat dan Injil dengan Al-Quran    -- termasuk dengan hadits Qudsi – hal tersebut  tidak dapat dijadikan dalil oleh para penentang Al-Quran dan Nabi Besar Muhammad saw.,  bahwa   Al-Quran merupakan  gubahan” Nabi Besar Muhammad saw. yang dibantu oleh fihak-fihak lain yang mengetahui Taurat dan Injil, firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ  اِلَّاۤ  اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ  عَلَیۡہِ  قَوۡمٌ   اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ  جَآءُوۡ  ظُلۡمًا  وَّ  زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾  وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ  بُکۡرَۃً   وَّ اَصِیۡلًا﴿﴾  قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّہٗ  کَانَ غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿﴾   
Dan  orang-orang kafir berkata: “Al-Quran ini tidak  lain melainkan kedustaan yang ia telah  mengada-adakannya,  dan  kepadanya kaum   lain telah membantunya.” Sesungguhnya  mereka telah berbuat zalim dan dusta.   Dan mereka berkata:  ”Al-Quran  adalah dongengan-dongengan  orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan lalu itu dibacakan kepadanya pagi dan petang.” Katakanlah: ”Diturunkannya  Al-Quran oleh Dzat Yang mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, sesungguhnya Dia adalah Maha Peng-ampun, Maha Penyayang.” (Al-Furqān [25]:5-7). 
       Ayat 5   dan ayat berikutnya menunjuk kepada dua tuduhan orang-orang kafir terhadap Nabi Besar Muhammad saw.   dan menjawab tuduhan-tuduhan itu. Jawaban kepada tuduhan yang pertama bahwa  Nabi Besar Muhammad saw. mengada-adakan dusta, yaitu bahwa mereka tidak adil melancarkan tuduhan semacam itu.  
        Nabi Besar Muhammad saw.     telah tinggal di tengah-tengah mereka untuk suatu masa yang panjang sebelum itu dan mereka sendiri semuanya menjadi saksi atas ketulusan hati dan kebenaran beliau (QS.10:17). Bagaimanakah mereka sekarang dapat menuduh beliau saw. pemalsu?
      Jawaban kepada tuduhan kedua dalam ayat 6, yaitu bahwa siapa pun yang dikatakan pembantu  Nabi Besar Muhammad saw.     pastilah mereka menganut beberapa kepercayaan dan itikad, akan tetapi dalam Al-Quran Allah Swt.  menolak dan merombak semua kepercayaan   palsu dan membatalkan serta memperbaiki kepercayaan-kepercayaan lainnya.
       Jadi, bagaimana mungkin seseorang atau beberapa orang dianggap membantu Nabi Besar Muhammad saw.   untuk menciptakan (menggubah) sebuah kitab yang telah memotong urat nadi kepercayaan dan itikad-itikad yang begitu mereka junjung dan muliakan itu?
       Dalil lainnya yang tak dapat dibantah -- bahwa Al-Quran benar-benar seutuhnya  adalah Kitab suci yang diwahyu Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.  dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. (QS.26:193-198)  --  adalah pembahasan mengenai alam akhirat yang diuraikan dalam Al-Quran secara terinci   -- termasuk masalah  surga dan neraka  --  yang contohnya tidak terdapat dalam Kitab-kitab suci sebelum Al-Quran, termasuk dalam Taurat dan Injil.

 Makrifat Ilahi dan Tajalli Ilahiyyah Menimbulkan “Kerinduan

       Jadi, kembali kepada  jihad ruhani  yang hakiki  -- berupa melakukan “pendakian terjal atau suluk --   yang harus ditempuh oleh para sālik, hal  tersebut   hanya dapat dilakukan oleh orang-orang beriman dan bertakwa yang secara ruhani telah mendapat “minuman surgawi” yang campurannya kafur dan zanjabil (jahe),  atau yang akan memperoleh “sungai surgawi  dari jenis “khamar”.
         Mengapa begitu? Sebab hanya mereka yang  telah meraih makrifat Ilahi yang sempurna dan mengalami tajalli Ilahiyah (penampakkan Keagungan Ilahi – QS.7:144) seperti itulah yang akan memiliki “kerinduan” atau mengalami “mabuk kepayang ruhani” kepada Kekasih-nya yang Hakiki yakni Allah Swt., sehingga  dalam keadaan tertentu mereka benar-benar seperti keadaan orang-orang yang   mabuk asmara  yang sangat  merindukan  segera bertemu dengan kekasihnya, itulah salah satu makna atau falsafah mengenai sungai khamar dalam firman-Nya:
  مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ  مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ  اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ  یَتَغَیَّرۡ  طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ خَمۡرٍ  لَّذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ  مِّنۡ  رَّبِّہِمۡ ؕ  کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ  اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum, dan sungai-sungai madu yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Rabb (Tuhan) mereka. Apakah sama seperti orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:16).
       Jadi,  sungai khamar” dan  minuman surgawi” yang campurannya “zanjabil” (jahe) mengisyaratkan mengisyaratkan kepada kerinduan cinta atau  mabuk-kepayang  yang dirasakan oleh hamba-hamba Allah yang merindukan kedekatan  -- bahkan “perjumpaan” – dengan Allah Swt., sehingga  mereka mampu melakukan berbagai bentuk “pendakian terjal” di jalan Allah Swt. -- yang tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang belum meraih martabat  ruhani seperti itu --  sebagaimana diisyaratkan dengan  kata salsabil, firman-Nya:
فَوَقٰہُمُ  اللّٰہُ  شَرَّ ذٰلِکَ  الۡیَوۡمِ وَ لَقّٰہُمۡ نَضۡرَۃً   وَّ  سُرُوۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ جَزٰىہُمۡ  بِمَا صَبَرُوۡا جَنَّۃً  وَّ حَرِیۡرًا﴿ۙ﴾ مُّتَّکِـِٕیۡنَ فِیۡہَا عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۚ لَا یَرَوۡنَ فِیۡہَا شَمۡسًا وَّ  لَا  زَمۡہَرِیۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ دَانِیَۃً  عَلَیۡہِمۡ  ظِلٰلُہَا وَ ذُلِّلَتۡ قُطُوۡفُہَا تَذۡلِیۡلًا ﴿﴾ وَ یُطَافُ عَلَیۡہِمۡ  بِاٰنِیَۃٍ  مِّنۡ  فِضَّۃٍ وَّ اَکۡوَابٍ کَانَتۡ قَؔوَارِیۡرَا۠ ﴿ۙ﴾ قَؔ‍وَارِیۡرَا۠ مِنۡ فِضَّۃٍ  قَدَّرُوۡہَا تَقۡدِیۡرًا ﴿﴾ وَ یُسۡقَوۡنَ  فِیۡہَا کَاۡسًا کَانَ مِزَاجُہَا زَنۡجَبِیۡلًا ﴿ۚ﴾ عَیۡنًا فِیۡہَا تُسَمّٰی سَلۡسَبِیۡلًا ﴿﴾
Maka Allah memelihara mereka dari keburukan hari itu, dan menganugerahkan kepada mereka kesenangan dan kebahagiaan.  Dan Dia membalas mereka karena kesabaran mereka  dengan kebun dan sutera,   duduk bersandar di dalamnya di atas dipan-dipan, mereka tidak  melihat di dalamnya  terik matahari dan tidak pula  dingin yang sangat. Dan keteduhannya didekatkan atas mereka dan tandan-tandan buahnya direndahkan serendah-rendahnya. Dan bejana-bejana minuman dari perak diedarkan kepada mereka  dan piala-piala seperti kaca, seperti kaca, terbuat dari perak, mereka mengukurnya sesuai dengan ukuran. Dan di dalamnya mereka diberi  gelas minuman yang   campurannya jahe. Dari mata air di dalamnya yang disebut Salsabil. (Ad-Dahr -- Al-Insān  [76]:12-19).
 Setelah menerangkan  bermacam-macam kenikmatan surgawi -- yang mengandung falsafah sangat dalam --  selanjutnya diterangkan   وَ یُسۡقَوۡنَ  فِیۡہَا کَاۡسًا کَانَ مِزَاجُہَا زَنۡجَبِیۡلًا  dan di dalamnya mereka diberi  gelas minuman yang   campurannya jahe,     عَیۡنًا فِیۡہَا تُسَمّٰی سَلۡسَبِیۡلًا     dari mata air di dalamnya yang disebut Salsabil.”

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  12 Maret      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar