بِسۡمِ اللّٰ بِسۡمِ اللّٰہِ
الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم ہِ ال
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
191
Cara Samiri Merekayasa Tafsir Ditiru Oleh Para Pemuka Agama Yahudi
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman-Nya mengenai kesia-siaan menyembah patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri tersebut, firman-Nya:
اَفَلَا یَرَوۡنَ
اَلَّا یَرۡجِعُ اِلَیۡہِمۡ
قَوۡلًا ۬ۙ وَّ لَا یَمۡلِکُ
لَہُمۡ ضَرًّا وَّ لَا
نَفۡعًا ﴿٪﴾
وَ لَقَدۡ قَالَ لَہُمۡ ہٰرُوۡنُ
مِنۡ قَبۡلُ یٰقَوۡمِ اِنَّمَا فُتِنۡتُمۡ بِہٖ ۚ وَ اِنَّ رَبَّکُمُ الرَّحۡمٰنُ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ وَ اَطِیۡعُوۡۤا اَمۡرِیۡ ﴿﴾ قَالُوۡا
لَنۡ نَّبۡرَحَ عَلَیۡہِ عٰکِفِیۡنَ حَتّٰی یَرۡجِعَ اِلَیۡنَا مُوۡسٰی ﴿﴾قَالَ یٰہٰرُوۡنُ مَا مَنَعَکَ اِذۡ رَاَیۡتَہُمۡ ضَلُّوۡۤا ﴿ۙ﴾ اَلَّا تَتَّبِعَنِ ؕ اَفَعَصَیۡتَ اَمۡرِیۡ ﴿﴾ قَالَ
یَبۡنَؤُمَّ لَا تَاۡخُذۡ
بِلِحۡیَتِیۡ وَ لَا بِرَاۡسِیۡ ۚ اِنِّیۡ
خَشِیۡتُ اَنۡ تَقُوۡلَ فَرَّقۡتَ بَیۡنَ بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ وَ لَمۡ تَرۡقُبۡ قَوۡلِیۡ ﴿﴾
Apakah
mereka itu tidak melihat bahwa patung anak sapi itu tidak memberi jawaban apa-apa dan tidak
mempunyai kekuasaan untuk menyampaikan
kemudaratan atau pun kemanfaatan? Dan
sungguh Harun benar-benar telah berkata kepada mereka sebelum Musa kembali:
"Hai kaumku. sesungguhnya kamu
telah diuji dengan patung anak sapi ini, dan sesungguhnya Rabb
(Tuhan) kamu Yang Maha Pemurah, maka ikutilah
aku dan taatilah perintahku.
Mereka berkata: "Kami tidak akan pernah berhenti
menyembahnya hingga Musa kembali
kepada kami." Ia, Musa, berkata: "Hai Harun, apakah yang telah menghalangi
engkau, ketika engkau melihat mereka telah sesat. Apakah engkau tidak mengikuti aku? Apakah engkau mendurhakai perintahku?" la, Harun, berkata: “Hai anak ibuku, janganlah
memegang janggutku dan jangan pula
rambut kepalaku, sesungguhnya aku takut bahwa engkau berkata: Engkau
telah berbuat perpecahan di antara Bani Israil dan tidak
menjaga perkataanku." (Thā
Hā [20]:90-89).
Anak sapi sebagai sembahan telah dicela
dan dikutuk di sini, sebab anak sapi tidak dapat berbicara kepada para penyembahnya. Faedah apakah dapat
diperoleh dari tuhan yang tidak menjawab doa-doa para penyembahnya (QS.21:66-67)? Tuhan semacam itu mati dan tak ubahnya seperti sebatang
kayu mati belaka.
Perbedaan antara
Tuhan Yang Hidup dengan tuhan yang mati yaitu bahwa Tuhan Yang Esa itu berbicara dengan para
penyembah-Nya, dan mendengar permohonan-permohonan mereka,
sedang yang satu lagi tidak dapat berbuat demikian. Tuhan Islam yang sejati yang bersifat Al-Mutakallim (Maha Berbicara) tidak
berhenti bicara dengan para penyembah-Nya (QS.42:52-54).
Allah Swt. masih berbicara
dengan mereka seperti dahulu kala, dengan Nabi Adam a.s., Nabi
Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s.,
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., dan
Nabi Besar Muhammad saw. dan akan
terus-menerus berbuat demikian sepanjang masa, termasuk di Akhir Zaman ini dengan Rasul
Akhir Zaman (QS.3:180;
QS.72:27-29).
Akibat Provokasi Samiri Bani Israil
Hampir Membunuh Nabi Harun
a.s.
Di sini Al-Quran
(QS.20:45) menyangkal Bible dan membersihkan Nabi Harun a.s. dari tuduhan bahwa beliau telah membuat berhala anak sapi dari logam coran
untuk disembah orang-orang Bani Israil (Keluaran 32:4). Al-Quran mengatakan bahwa Nabi Harun a.s.. bukan saja tidak membuat patung anak sapi bagi mereka. bahkan sebaliknya,
beliau melarang mereka menyembah berhala yang dibuat orang Samirii bagi mereka.
Tuduhan ini telah ditolak oleh para penulis Kristen sendiri
sebagai suatu hal yang sama sekali tidak mempunyai dasar (Encyclopardia Britannica pada kata "The Golden Calf'). Di dalam Surah Al-A’rāf Nabi Harun a.s. menerangkan kepada Nabi Musa
a.s. bahwa Bani Israil hampir membunuh beliau karena telah
melarang mereka mengikuti ajakan Samiri, firman-Nya:
وَ لَمَّا رَجَعَ مُوۡسٰۤی اِلٰی
قَوۡمِہٖ غَضۡبَانَ اَسِفًا ۙ قَالَ بِئۡسَمَا خَلَفۡتُمُوۡنِیۡ مِنۡۢ بَعۡدِیۡ ۚ اَعَجِلۡتُمۡ اَمۡرَ
رَبِّکُمۡ ۚ وَ اَلۡقَی الۡاَلۡوَاحَ وَ اَخَذَ بِرَاۡسِ اَخِیۡہِ یَجُرُّہٗۤ
اِلَیۡہِ ؕ قَالَ ابۡنَ اُمَّ اِنَّ الۡقَوۡمَ اسۡتَضۡعَفُوۡنِیۡ وَ کَادُوۡا یَقۡتُلُوۡنَنِیۡ ۫ۖ فَلَا
تُشۡمِتۡ بِیَ الۡاَعۡدَآءَ وَ لَا تَجۡعَلۡنِیۡ مَعَ الۡقَوۡمِ
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ رَبِّ اغۡفِرۡ لِیۡ وَ لِاَخِیۡ وَ اَدۡخِلۡنَا فِیۡ رَحۡمَتِکَ ۫ۖ وَ
اَنۡتَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿﴾٪
Dan tatkala Musa kembali kepada kaumnya dengan marah
dan sedih, ia berkata: “Sangat
buruk apa yang kamu kerjakan sebagai wakilku
sepeninggalku. Apakah kamu hendak mendahului
perintah Tuhan kamu?” Lalu ia meletakkan
lempeng-lempeng batu tulis itu dan merenggut
kepala saudaranya seraya menariknya kepa-danya. Harun
berkata: “Hai anak
ibuku, sesungguhnya kaum ini
memandang aku lemah dan mereka
hampir membunuhku, maka janganlah
engkau membiarkan musuh-musuhku mengejekku dan janganlah engkau menganggapku termasuk kaum yang zalim.” Musa berkata: “Ya Rabb-ku
(Tuhan-ku), ampunilah aku dan juga
untuk saudaraku, dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau,
karena Engkau Maha Penyayang di
antara semua penyayang.” (Al-A’rāf [7]:151-152).
Setelah mendengar penjelasan Nabi Harun
a.s., selanjutnya Nabi Musa a.s.
menanyakan alasan Samiri membuat patung anak sapi lalu mengajak Bani Israil untuk menyembahnya:
قَالَ فَمَا خَطۡبُکَ یٰسَامِرِیُّ ﴿﴾ قَالَ
بَصُرۡتُ بِمَا لَمۡ یَبۡصُرُوۡا بِہٖ فَقَبَضۡتُ قَبۡضَۃً مِّنۡ
اَثَرِ الرَّسُوۡلِ فَنَبَذۡتُہَا وَ کَذٰلِکَ سَوَّلَتۡ لِیۡ نَفۡسِیۡ ﴿﴾ قَالَ
فَاذۡہَبۡ فَاِنَّ لَکَ فِی الۡحَیٰوۃِ
اَنۡ تَقُوۡلَ لَا مِسَاسَ ۪ وَ اِنَّ لَکَ مَوۡعِدًا لَّنۡ تُخۡلَفَہٗ ۚ
وَ انۡظُرۡ اِلٰۤی اِلٰـہِکَ الَّذِیۡ ظَلۡتَ عَلَیۡہِ عَاکِفًا ؕ لَنُحَرِّقَنَّہٗ ثُمَّ
لَنَنۡسِفَنَّہٗ فِی الۡیَمِّ نَسۡفًا ﴿﴾ اِنَّمَاۤ اِلٰـہُکُمُ
اللّٰہُ الَّذِیۡ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ وَسِعَ کُلَّ
شَیۡءٍ عِلۡمًا ﴿﴾
Ia, Musa, berkata: "Apa
alasan engkau, hai Samiri?" Ia, Samiri, berkata: "Aku mengetahui apa yang mereka tidak mengetahui mengenai itu,
maka aku menggenggam segenggam
ajaran rasul, tetapi aku telah
membuangnya dan demikianlah jiwaku menampakkan
indah kepadaku." Ia, Musa,
berkata: "Maka pergilah engkau,
maka sesungguhnya bagi engkau dalam
kehidupan ini akan selalu berkata: “Jangan
menyentuhku.” Dan sesungguhnya bagi engkau ada suatu janji hukuman yang engkau
tidak akan pernah dapat mengelakkannya. Dan lihatlah kepada tuhan engkau yang terhadapnya engkau telah menjadi penyembahnya,
niscaya kami akan membakarnya
kemudian niscaya akan menghamburkan
debu-nya laut. Sesungguhnya
Rabb (Tuhan) kamu adalah Allah,
Yang tidak ada Tuhan kecuali Dia,
ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. (Thā
Hā [20]:90-99).
Alasan Samiri Membuat “Patung Anak Sapi”
Khuthb pada ayat قَالَ فَمَا خَطۡبُکَ یٰسَامِرِیُّ -- “ Ia, Musa, berkata: "Apa
alasan engkau, hai Samiri?" berarti: tujuan; rencana; perkara atau
alasan dan seterusnya (Lexicon
Lane). Seluruh kalimat berarti pula “Apa yang mau erngkau katakan?” (Lexicon
Lane).
Kata-kata قَالَ بَصُرۡتُ بِمَا لَمۡ
یَبۡصُرُوۡا بِہٖ -- “Ia, Samiri, berkata: "Aku mengetahui apa yang mereka tidak mengetahui mengenai itu” dapat berarti, “Daya tangkap saya lebih tajam daripada daya tangkap Bani Israil”.
Orang Samiri itu bermaksud mengatakan bahwa ia telah mengikuti Musa a.s. dan menerima ajaran beliau dengan mempergunakan
akal dan bukan membabi-buta seperti halnya mereka (Bani Israil).
Tetapi ketika Nabi Musa a.s. pergi ke gunung Samiri mencampakkan jubah muslihat dan menanggalkan ajaran
yang telah diterimanya sedikit itu (atsar berarti sisa atau peninggalan ilmu yang telah dipindahkan atau diturunkan/diwariskan
angkatan-angkatan terdahulu, yaitu ajaran-ajaran)
dan itulah apa yang telah dibisikkan
pikirannya kepadanya. Itulah makna perkataan Samiri selanjutnya:
فَقَبَضۡتُ قَبۡضَۃً مِّنۡ
اَثَرِ الرَّسُوۡلِ فَنَبَذۡتُہَا وَ کَذٰلِکَ سَوَّلَتۡ لِیۡ نَفۡسِیۡ
“…..maka aku
menggenggam segenggam ajaran rasul,
tetapi aku telah membuangnya dan demikianlah jiwaku menampakkan indah kepadaku."
(Thā
Hā [20]:97).
Berbagai Makna Ucapan Samiri: “Jangan Sentuh Aku” & Mereka yang Mengikuti Perbuatan Buruk
Samiri
Atas jawaban Samiri tersebut Nabi Musa a.s. berkata, firman-Nya: قَالَ فَاذۡہَبۡ فَاِنَّ لَکَ فِی الۡحَیٰوۃِ اَنۡ تَقُوۡلَ لَا مِسَاسَ
-- "Ia, Musa,
berkata: "Maka pergilah engkau,
maka sesungguhnya bagi engkau dalam
kehidupan ini akan selalu berkata: “Jangan
menyentuhku.”
Kata-kata Nabi Musa a.s. berisi “kutukan” atau nubuwatan
yang akan diucapkankan Samiri: لَا مِسَاسَ -- “Jangan sentuh aku”, dapat berarti:
(a) bahwa orang Samiri
itu dihukum dengan boikot sosial yang
ketat, karena ia telah menyesatkan
Bani Israil sehingga mereka menjadi penyembah sapi;
(b) bahwa ia telah dijangkiti suatu penyakit kulit menular, sehingga orang-orang menghindari hubungan dengan dia;
(c) ia mengidap penyakit kemurungan (hypochondriasis)
dan sebagai akibatnya ia menjauhi pergaulan.
Nampaknya rekayasa
yang dilakukan oleh Samiri tersebut ditiru juga oleh orang-orang yang berhati bengkok di kalangan Bani Israil, mengenai hal tersebut Allah
Swt. berfirman:
یٰبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتِیَ الَّتِیۡۤ اَنۡعَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ وَ
اَوۡفُوۡا بِعَہۡدِیۡۤ اُوۡفِ بِعَہۡدِکُمۡ ۚ وَ اِیَّایَ فَارۡہَبُوۡنِ ﴿﴾ وَ اٰمِنُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتُ مُصَدِّقًا
لِّمَا مَعَکُمۡ وَ لَا تَکُوۡنُوۡۤا اَوَّلَ کَافِرٍۭ بِہٖ ۪ وَ لَا تَشۡتَرُوۡا بِاٰیٰتِیۡ ثَمَنًا قَلِیۡلًا ۫ وَّ
اِیَّایَ فَاتَّقُوۡنِ ﴿﴾ وَ لَا تَلۡبِسُوا الۡحَقَّ بِالۡبَاطِلِ وَ تَکۡتُمُوا
الۡحَقَّ وَ اَنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku
yang telah Aku anugerahkan kepada kamu dan penuhilah janji kamu
kepada-Ku, niscaya Aku
penuhi pula janji-Ku kepada kamu dan hanya Aku-lah yang harus kamu takuti. Dan berimanlah
kamu kepada apa yang telah Aku turunkan menggenapi apa yang ada pada kamu, dan janganlah
kamu menjadi orang-orang yang
pertama-tama kafir terhadapnya, janganlah kamu menjual Ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan hanya
kepada Aku-lah kamu bertak-wa. Dan janganlah kamu mencampuradukkan yang haq dengan yang
batil, dan jangan pula kamu
menyembunyikan yang haq itu padahal kamu
mengetahui. (Al-Baqarah [2]:41-43).
Dalam ayat 43 Allah Swt. melarang orang-orang
Yahudi melakukan perbuatan buruk berupa:
(1) mencampuradukkan haq (kebenaran) dan batil
(kepalsuan) dengan menukil ayat-ayat
Kitab Suci mereka lalu memberi kepadanya penafsiran-penafsiran yang salah;
(2) menghilangkan atau menyembunyikan haq (kebenaran), yaitu menghapus nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab Suci mereka yang
mengisyaratkan kepada Nabi Besar
Muhammad saw. sebagai “nabi yang seperti
Musa” (Ulangan 18:18; QS.46:11), firman-Nya kepada umat Islam:
اَفَتَطۡمَعُوۡنَ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا لَکُمۡ
وَ قَدۡ کَانَ فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ یَسۡمَعُوۡنَ کَلٰمَ اللّٰہِ
ثُمَّ یُحَرِّفُوۡنَہٗ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا عَقَلُوۡہُ وَ ہُمۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذَا لَقُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا قَالُوۡۤا اٰمَنَّا ۚۖ وَ اِذَا خَلَا بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ قَالُوۡۤا اَتُحَدِّثُوۡنَہُمۡ بِمَا فَتَحَ اللّٰہُ عَلَیۡکُمۡ لِیُحَآجُّوۡکُمۡ بِہٖ عِنۡدَ رَبِّکُمۡ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ اَ وَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ اَنَّ
اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یُسِرُّوۡنَ وَ مَا یُعۡلِنُوۡنَ ﴿ ﴾
Apakah kamu mengharapkan bahwa mereka akan percaya kepada kamu,
padahal sungguh senantiasa ada satu
golongan di antara mereka yang mendengar firman Allah lalu mereka menyimpangkan maknanya
sesudah memahaminya, padahal mereka
mengetahui Dan apabila
mereka bertemu dengan orang-orang beriman mereka berkata: “Kami pun telah beriman",
tetapi apabila mereka bertemu satu sama
lain mereka berkata: “Apakah kamu
menceritakan kepada mereka tentang apa
yang telah dibukakan Allah kepada kamu, sehingga dengan
itu nanti mereka dapat membantah kamu di hadapan Tuhan kamu, tidakkah kamu
mengerti?” Apakah mereka tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa pun yang mereka sembunyikan dan apa pun yang mereka nyatakan?
(Al-Baqarah [2]:76-78).
Ayat 77 menyebut satu golongan Yahudi lain yang senantiasa berbuat munafik. Bila mereka berbaur dengan orang-orang Islam mereka mengiya-iyakan
saja karena tujuan-tujuan duniawi
dengan membenarkan nubuatan-nubuatan
dalam Kitab-kitab mereka mengenai Nabi Besar Muhammad saw..
Tetapi bila mereka itu berbaur dengan
kaumnya sendiri, anggauta-anggauta
masyarakat lainnya biasanya menyesali
mereka, karena mereka memberi penerangan
kepada kaum Muslim mengenai apa-apa yang telah diwahyukan Allah Swt. kepada
mereka, yaitu yang membuat kaum Muslimin mengetahui nubuatan-nubuatan mengenai Nabi Besar Muhammad saw.. yang
terdapat dalam Kitab-kitab suci mereka
sendiri.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi
mengenai kelancangan mereka mengada-adakan
kedustaan atas nama Allah Swt.,
firman-Nya:
وَ مِنۡہُمۡ اُمِّیُّوۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ الۡکِتٰبَ اِلَّاۤ اَمَانِیَّ وَ اِنۡ ہُمۡ اِلَّا یَظُنُّوۡنَ ﴿﴾فَوَیۡلٌ لِّلَّذِیۡنَ یَکۡتُبُوۡنَ الۡکِتٰبَ بِاَیۡدِیۡہِمۡ ٭ ثُمَّ یَقُوۡلُوۡنَ ہٰذَا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ لِیَشۡتَرُوۡا بِہٖ ثَمَنًا قَلِیۡلًا ؕ فَوَیۡلٌ لَّہُمۡ مِّمَّا کَتَبَتۡ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ وَیۡلٌ لَّہُمۡ مِّمَّا
یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾
Dan di
antara mereka ada yang buta huruf,
mereka tidak mengetahui Alkitab kecuali beberapa khayalan palsu belaka, bahkan mereka
tidak lain kecuali hanya menduga-duga. Maka
celakalah orang-orang yang
menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri kemudian berkata: “Ini dari sisi Allah”, supaya dengan itu
mereka memperoleh sedikit keuntungan.
Maka celakalah mereka disebabkan apa
yang ditulis oleh tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah [2]79-80).
Ummiyyun berarti mereka yang tidak mengetahui suatu Kitab wahyu. Kata itu jamak dari ummiy
yang berarti orang yang tidak dapat membaca
atau menulis. Menurut firman-Nya
tersebut ada orang-orang Yahudi yang menulis kitab-kitab atau bagian-bagiannya dan kemudian
mengemukakannya sebagai Kalamullah.
Perbuatan buruk itu telah biasa pada orang-orang Yahudi. Oleh karena itu
di samping Kitab-kitab Bible ada
sejumlah kitab yang dianggap oleh orang-orang Yahudi sebagai
diwahyukan, sehingga sekarang menjadi
tidak mungkin membedakan Kitab-kitab
Wahyu dari kitab yang bukan-wahyu.
Diantara para ‘ulama Yahudi yang melakukan perbuatan buruk tersebut salah satunya
adalah Saul atau Paulus, ia bukan saja telah mendakwakan
diri sebagai rasul Yesus Kristus
untuk orang-orang Non-Yahudi, bahkan
dalam surat-surat kirimannya ia telah
mengajarkan ajaran “Injil” yang berlainan dengan ajaran Injil
yang diwahyukan Allah Swt.
kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Roma 1:1-7; Galatia 1:1-24), yang khusus untuk Bani Israil saja (Matius
10:1-8; QS.61:7), “ajaran baru” Paulus tersebut telah melahirkan faham “Trinitas”
dan “Penebusan
Dosa”, yang bertolak-belakang dengan ajaran Injil Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.4:172-173;
QS.5:73-78 & 117-119).
Mengenai perbuatan buruk yang biasa dilakukan di kalangan orang-orang
Yahudi lihat pula QS.3:70-74; QS.4:47; QS.5:13-14 & 42-44,
dan pada hakikatnya sikap buruk seperti itu dilakukan oleh semua penentang Rasul Allah
di setiap zaman -- termasuk di Akhir
Zaman ini -- seakan-akan mereka itu satu sama lain telah saling mewasiyatkan perbuatan buruk tersebut,
padahal mereka mengetahui nubuatan-nubuatan mengenai kedatangan Rasul Allah yang dijanjikan
kepada mereka itu bagaikan mereka mengenal
anak-anak mereka sendiri (QS.2:147; QS.6:21), firman-Nya:
فَفِرُّوۡۤا اِلَی اللّٰہِ ؕ اِنِّیۡ لَکُمۡ
مِّنۡہُ نَذِیۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿ۚ﴾ وَ لَا تَجۡعَلُوۡا مَعَ اللّٰہِ اِلٰـہًا
اٰخَرَ ؕ اِنِّیۡ لَکُمۡ
مِّنۡہُ نَذِیۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿ۚ﴾ کَذٰلِکَ مَاۤ
اَتَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ
مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا قَالُوۡا
سَاحِرٌ اَوۡ مَجۡنُوۡنٌ ﴿ۚ﴾ اَتَوَاصَوۡا بِہٖ ۚ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ طَاغُوۡنَ
﴿ۚ﴾ فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ فَمَاۤ
اَنۡتَ بِمَلُوۡمٍ
﴿٭۫﴾
وَّ ذَکِّرۡ فَاِنَّ الذِّکۡرٰی تَنۡفَعُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَ الۡاِنۡسَ اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡنِ ﴿﴾
Demikianlah sekali-kali tidak pernah datang kepada orang-orang
sebelum mereka seorang rasul melainkan mereka berkata: “Dia tukang sihir, atau orang gila!” Adakah mereka saling mewasiatkan mengenai
itu? Tidak, bahkan mereka itu semua kaum
pendurhaka. Maka berpalinglah dari mereka dan engkau tidak akan tercela. Dan berilah
selalu nasihat karena sesungguhnya
nasihat itu bermanfaat bagi
orang-orang beriman. Dan Aku sekali-kali tidak menciptakan jin dan ins (manusia) melainkan supaya
mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzāriyāt [51]:53-57).
Begitu menyoloknya persamaan
tuduhan-tuduhan dusta atau fitnah-fitnah yang dilancarkan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan para Mushlih rabbani (Rasul Allah) lainnya oleh lawan-lawan mereka sepanjang masa,
sehingga nampaknya orang-orang kafir dari
abad tertentu menurunkan (mewariskan) tuduhan-tuduhan
itu kepada keturunan mereka, supaya
terus melancarkan lagi tuduhan-tuduhan
itu kepada Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan kepada
mereka (QS.7:35-37).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22
Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar