بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
163
Jemaat Muslim
Ahmadiyah adalah “Kaum Pengganti”
yang Dijanjikan Allah Swt. di Akhir Zaman ini
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
contoh, jika
ada seorang da’i Muslim berkata
kepada umat-umat beragama selain Islam:
“Marilah bergabung
sebagai umat Islam sebab agama Islam (Al-Quran) dan umat Islam adalah
sebagai agama dan umat yang terbaik yang
dibangkitkan untuk kepentingan umat manusia (QS.5:4; QS.2:144; QS.3:111).
Lalu mereka balik bertanya: Islam dan Umat Islam yang mana yang menurut
Anda yang terbaik tersebut? Bukankah menurut nabi Anda sendiri (Rasulullah
saw.) umat Islam di Akhir Zaman ini akan
terpecah-belah menjadi 73 firqah? Suatu
perpecahan yang lebih besar dari perpecahan yang terjadi di kalangan kami,
yakni 72 firqah?
Jawaban yang Paling Tepat Adalah Jawaban Nabi Besar Muhammad Saw.
Jawaban paling tepat atas pertanyaan baik dari pihak Non-Muslim tersebut adalah
penjelasan selanjutnya Nabi
Besar Muhammad saw. dalam Hadits-hadits tersebut, yaitu ketika para sahabah
r.a. bertanya kepada beliau saw.
ومن هي يا رسول الله؟ قال: ما أنا عليه وأصحابي
“Dan siapakah mereka itu ya
Rasulullah?” Bersabda: “Apa-apa yang aku dan para sahabatku ada padanya.”
Hadits Pertama: “Dari
sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’ anhu, beliau berkata: Rasulullah
shallallaghu’ ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh-sungguh kamu akan
mengikuti/mencontoh tradisi orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi
sejengkal, dan sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam
lubang dlob (biayak) niscaya kamu akan meniru/mencontoh mereka. Kami pun
bertanya: Apakah (yang engkau maksud adalah) kaum Yahudi dan Nasrani? Beliau
menjawab: “Siapa lagi?” (HRS Muttafaqun ‘Alaih)
Hadits Kedua: “Dari sahabat Abu Hurairah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, beliau berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Umat Yahudi telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh
puluh dua golongan, dan umat nasrani berpecah belah seperti itu pula, sedangkan
umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan.”
(HRS Ahmad,
Abu
Dawud, At Tirmizy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al
Hakim, Ibnu Abi ‘Ashim, dan dishohihkan oleh Al Albani).
Dalam riwayat lain disebutkan: “Dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan
radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Dan (pemeluk) agama ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan,
tujuh puluh dua golongan akan masuk neraka, dan (hanya) satu golongan yang
masuk surga, yaitu Al Jama’ah.” (HRS Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Abi ‘Ashim dan Al
Hakim, dan dishahihkan oleh Al Albani).
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: “Dari sahabat Abdullah bin Amer rqdhiallaahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga
golongan, seluruhnya akan masuk neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat
bertanya: Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: yang
berpegang teguh dengan ajaran yang aku dan para sahabatku jalankan sekarang
ini.” (Riwayat At Tirmizy dan Al Hakim).
Dalam menghadapi fenomena perpecahan ummat ini, kita diharuskan untuk senantiasa meniti jalan
yang ditempuh oleh golongan selamat (Al Jama’ah),
dan menjauhi jalan-jalan yang
ditempuh oleh golongan-golongan lain,
karena jalan-jalan mereka akan menghantarkan ke dalam neraka. Hal ini
sebagaimana yang diwasiatkan oleh Nabi
Besar Muhammad saw. kepada sahabat Huzaifah bin Yaman radhiallahu ‘anhu, yakni beliau
saw. bersabda:
“Berpegang teguhlah engkau dengan jama’atul Muslimin dan pemimpin (imam/khalifah) mereka”. Akupun bertanya: “Seandainya tidak ada Jama’atul Muslimin,
juga tidak ada Pemimpin (imam/kholifah)? Beliaupun menjawab: “Tinggalkanlah seluruh kelompok-kelompok
tersebut, walaupun engkau harus menggigit batang pepohonan, hingga datang ajal
engkau, dan engkau dalam keadaan demikian itu.” (HRS Bukhari
dan Muslim).
Khilāfatun-
‘alā minhāji- Nubuwwah
(Khalifah Kenabian)
Di Akhir
Zaman ini Allah Swt. tidak membiarkan kekhawatiran
Sahabat Huzaifah bin Yaman radhiallaahu ‘anhu terjadi, sebab Sunnatullaah
penciptaan “langit baru
dan bumi baru” (QS.14:46-51; QS.17:17:50-53; QS.39:70) pasti terjadi lagi melalui Rasul Akhir
Zaman dan jama’ah Muslim yang dibentuknya atas perintah Allah Swt., yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s., pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ
فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ
عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ
لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا
وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ
یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ
الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪﴾
Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di
antara kamu murtad
dari agamanya maka Allah segera akan
mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan
mencintai-Nya, mereka akan bersikap
lemah-lembut terhadap orang-orang
beriman dan keras terhadap orang-orang kafir. Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. Itulah karunia Allah, Dia mem-berikannya kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas karunia-Nya,
Maha Mengetahui. Sesungguhnya
pelindung kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar
zakat dan mereka taat kepada
Allah. Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman sebagai
pelindung, maka sesungguhnya
jamaat Allah pasti menang. (Al-Māidah
[5]:55-57).
Sesuai dengan Sunnatullāh, keberadaan “kaum
pengganti” yang dibangkitkan dari
kalangan umat Islam tersebut dimulai
dengan pengangkatan salah seorang
dari antara pengikut hakiki Nabi
Besar Muhammad saw. sebagai khalifah oleh Allah Swt., sebab masalah khilafat (kekhalifahan) bukan wewenang umat Islam berupa ijma’ (kesepakatan) para ulama
Islam, firman-Nya:
وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی
الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ
لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی
لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ﴿﴾ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اَطِیۡعُوا الرَّسُوۡلَ
لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ ﴿﴾ لَا تَحۡسَبَنَّ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مُعۡجِزِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ مَاۡوٰىہُمُ النَّارُ ؕ وَ
لَبِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman dan beramal
saleh di antara kamu niscaya Dia akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi
ini sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi
mereka, dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan
menyembah-Ku dan mereka tidak akan
mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa
kafir sesudah itu mereka itulah orang-orang durhaka. Dan dirikanlah shalat, bayarlah
zakat, dan taatilah Rasul supaya
kamu mendapat rahmat. Janganlah engkau
menyangka bahwa orang-orang
kafir akan dapat menggagalkan Kami
di bumi, dan tempat
tinggal mereka adalah Api, dan sesungguhnya
sangat buruk tempat kembali itu. (An-Nūr
[24]:56-58).
Dikarenakan ayat ini berlaku
sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam
ayat-ayat QS.24:52-55 berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat
dan kedudukan seorang khalifah
dalam Islam. Ayat ini berisikan janji
bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan
ruhani maupun duniawi.
Janji itu diberikan kepada seluruh umat Islam, tetapi lembaga khilafat
akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan
tertentu, yang akan menjadi penerus Nabi
Besar Muhammad saw. serta wakil
seluruh umat Islam. Janji mengenai
ditegakkannya khilafat adalah jelas
dan tidak dapat menimbulkan salah paham.
Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah “Kaum
Pengganti” yang Dijanjikan Allah Swt.
Karena kini Nabi Besar
Muhammad saw., satu-satunya hadi
(petunjuk jalan) umat manusia untuk selama-lamanya, khilafat beliau saw. akan terus berwujud dalam salah satu bentuk di
dunia ini sampai Hari Kiamat, karena
semua khilafat yang lain telah tiada lagi.
Inilah, di antara banyak keunggulan yang lainnya lagi, merupakan
kelebihan Nabi Besar Muhammad saw. yang menonjol di atas semua nabi Allah dan rasul Allah lainnya. Dan di Akhir Zaman ini janji Allah Swt. mengenai khalifah ruhani beliau saw.
tersebut telah terwujud dalam bentuknya yang terbesar dalam wujud Pendiri Jemaat Ahmadiyah,
yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., -- yang datang darii kalangan “ākharīna minhum --
(kaum lain dari antara mereka)
--yang atas perintah Allah Swt. telah mendirikan Jemaat Muslim Ahmadiyah, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari
antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.
Dan juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
(Al-Jumu’ah
[62]:3-4).
Dalam ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- “Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka”
terkandung nubuatan (kabar gaib),
bahwa setelah mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3 abad (300
tahun), masa kejahiliyah
di kalangan bangsa Arab yang terjadi di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. yang pertama tersebut akan kembali
terulang di kalangan mereka di Akhir Zaman, ketika kaum
atau umat Nabi Besar Muhammad
saw. -- sekali pun sudah memeluk agama Islam -- namun
demikian umumnya mereka telah memperlakukan Al-Quran
sebagai sebagai sesuatu yang tidak bernilai, firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ
اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan (Al-Furqān [25]:31).
Yang dimaksud dengan “rasul” dalam ayat tersebut tidak tepat jika ditujukan kepada Nabi
Besar Muhammad saw., sebab ketika itu
bangsa Arab tidak mempercayai beliau saw. dan Al-Quran
sebagai Rasul Allah dan sebagai wahyu Ilahi, melainkan mengisyaratkan
kepada Rasul Akhir Zaman yang dibangkitkan
Allah Swt. dari kalangan umat Islam --
yakni ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- “Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka” (QS.62:4) -- yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s., yang sangat sedih
menyaksikan keadaan umumnya umat Islam
di Akhir Zaman ini telah memperlakukan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah ditinggalkan.
Justru di Akhir
Zaman ini melalui Mirza Ghulam Ahmad
a.s. Allah Swt. telah membukakan khazanah-khazanah ruhani Al-Quran yang luar biasa (QS.3:180; QS.72:27-29),
sehingga bukan saja kemunduran yang
melanda umat Islam selama 1000 tahun sejak 3 abad masa kejayaannya yang
pertama dapat beliau hentikan,
bahkan sebaliknya pihak Islam -- yang
sebelumnya menjadi “mangsa yang tidak berdaya”
dari pihak lawan --- melalui karya-karya
tulis beliau telah berbalik menjadi “pemangsa”
perkasa yang membuat pihak lawan tidak
berdaya lagi. Benarlah firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
Jawaban
Akurat Para Da’i Jemaat Muslim Ahmadiyah
Dengan demikian contoh kasus
yang dikemukakan sebelum ini mengenai
para da’i Muslim lainnya tidak
pernah berlaku bagi para da’i Muslim
dari Jemaat Ahmadiyah, yakni:
“Marilah bergabung
sebagai umat Islam sebab agama Islam (Al-Quran) dan umat Islam adalah
sebagai agama dan umat yang terbaik yang
dibangkitkan untuk kepentingan umat manusia
(QS.5:4; QS.2:144; QS.3:111).”
Lalu mereka yang diseur (dida’wahi) balik bertanya: Islam dan Umat Islam yang mana yang menurut Anda yang terbaik tersebut? Bukankah menurut nabi Anda sendiri (Rasulullah
saw.) umat Islam di Akhir Zaman ini akan
terpecah-belah menjadi 73 firqah? Suatu
perpecahan yang lebih besar dari perpecahan yang terjadi di kalangan kami,
yakni 72 firqah?
Para da’i Muslim dari Jemaat Ahmadiyah akan
memberikan jawaban bahwa: “Kamilah yang dimaksud oleh sabda Nabi
Besar Muhammad saw., sebab hanya Jemaat kamilah yang sepenuhnya sama
dengan keadaan umat Islam di masa Nabi Besar Muhammad saw., kecuali melakukan
peperangan
secara fisik, sebab jika kami melakukan hal tersebut seperti yang
lainnya akan semakin memperburuk citra Islam dan Nabi Besar Muhammad saw.
yang suci dan merupakan rahmat bagi seluruh alam":
ومن
هي يا رسول الله؟ قال: ما أنا عليه وأصحابي
“Dan siapakah mereka itu ya
Rasulullah?” Bersabda: “Apa-apa yang aku dan para sahabatku ada padanya.”
Berikut adalah beberapa contoh (bukti)
bahwa di Akhir Zaman ini hanya Jemaat
Ahmadiyah sajalah komunitas
Muslim yang benar-benar sama keadaannya dengan umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw.:
(1) Umat Islam di masa awal didirikan oleh Rasul Allah – yakni Nabi Besar Muhammad saw. – dan di Akhir
Zaman ini juga Jemaat Muslim
Ahmadiyah didirikan oleh seorang Rasul
Allah, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang atas perintah Allah telah
mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi a.s.
dan Al-Masih
Mau’ud a.s.. (QS.11:18; QS.62:3-4).
(2) Sebagaimana halnya umat Islam di masa Nabi Besar Muhammad saw. mendapat penentangan serta kezaliman yang sangat hebat atas pendakwaan beliau saw. sebagai Rasul
Allah, demikian juga hal yang sama dialami oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat
Muslim Ahmadiyah atas pendakwaan
beliau a.s. sebagai Rasul Akhir
Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama
yang berlainan (QS.36:31; QS.51:53-54).
(3) Sebagaimana halnya Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam adalah Rasul Allah dan umat untuk
seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.
QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), demikian
pula Mirza
Ghulam Ahmad a.s., sebagai Khalifah
Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman – dan juga sebagai perwujudan
kedatangan kedua kali para Rasul Allah yang kedatangannya
ditunggu-tunggu oleh berbagai umat beragama
dengan nama yang berlainan (QS.77:12-20)
-- da’wah beliau telah berhasil menyebarkan
siar Islam yang hakiki ke seluruh dunia serta mendirikan Jemaat Ahmadiyah di 203
negara di dunia -- baik di negara-negara
yang tergabung dalam PBB mau pun yang belum bergabung.
(4)
Sebagaimana umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dan di zaman para Khulafa-ur Rasyidin merupakan suatu Jama’ah yang dipimpin oleh Imam yang diangkat oleh
Allah Swt., demikian juga halnya dengan Jemaat
Ahmadiyah, setelah wafatnya Mirza
Ghulam Ahmad a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang
Dijanjikan) pada 1908, komunitas
Muslim Ahmadiyah tetap merupakan suatu “jama’ah” yang hakiki, karena
secara berturut-turut telah dipimpin para Khalifatul
Masih, yakni Khalifatul Masih I (Hakim Nuruddin -- 1908-1914);
Khalifatul Masih II (Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad -- 1914-1965); Khalifatul Masih III (Mirza Nasir Ahmad
-- 1965-1974); Khalifatul Masih IV (Mirza
Tahir Ahmad -- 1974-2004), dan sejak tahun 2004 sampai saat sekarang Jemaat Ahmadiyah dipimpin oleh Khalifatul
Masih V, Mirza Masroor Ahmad.
Banyak lagi bukti-bukti lainnya mengenai Jemaat Ahmadiyah yang menggenapi sabda Nabi Besar Muhammad
saw. tentang “satu
golongan yang selamat” dari 73
golongan (firqah) Islam yang
berada dalam “api” sebagaimana yang
ditanyakan oleh sahabat beliau saw.:
ومن
هي يا رسول الله؟ قال: ما أنا عليه وأصحابي
“Dan siapakah mereka itu ya
Rasulullah?” Bersabda: “Apa-apa yang aku dan para sahabatku ada padanya.”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 27 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar